PENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI TUNNELING: BUKTI EMPIRIS PADA TRANSAKSI PIHAK BERELASI PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA

RATNA CANDRA, SARI and Abdullah, Taman (2011) PENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI TUNNELING: BUKTI EMPIRIS PADA TRANSAKSI PIHAK BERELASI PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA. Artikel Penelitian Hibah Bersaing.

[img] Text
ARTIKEL PUBLIKASI MODEL PREDIKSI TUNNELING.docx

Download (320kB)

Abstract

Ketatnya tingkat kompetisi bisnis, khususnya sejak berlakunya Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) mendorong perusahaan melakukan efisiensi di segala bidang agar dapat terus berkompetisi dan survive. Claeseens, Fan dan Lang (2002) menunjukkan bahwa 70% perusahaan publik di Asia Timur, termasuk Indonesia merupakan grup bisnis. Dalam struktur grup, pasar internal lebih efisien dibanding pasar eksternal. Pada saat pasar eksternal penuh dengan ketidakpastian dan langka, anggota grup dapat mengalokasikan modal diantara anggota grup melalui pasar internal. Hal tersebut akan memaksimalkan kesejahteraan dan keuntungan ekonomi diantara anggota grup. Pasar internal ini terjadi melalui transaksi pihak berelasi (selanjutnya disebut transaksi berelasi). Di satu sisi transaksi di pasar internal dalam grup dapat meningkatkan efisiensi, namun di sisi lain karena kompleksitas kepemilikan dan kontrol dalam grup maka transaksi tersebut dapat mendorong adanya manipulasi laba dan tunneling. Tingkat penegakan hukum di Indonesia menduduki peringkat terendah dibanding Japan, Malaysia,Singapura dan Hongkong. Lemahnya penegakan hukum mendorong berbagai tindakan ekspropriasi oleh pemegang saham kontrol kepada pemegang saham minoritas. Salah satu bentuk ekspropriasi adalah tunneling. Berikut ini adalah ilustrasi kasus yang terindikasi sebagai tunneling di Indonesia. Kasus transfer pricing antara PT Adaro dengan perusahaan afiliasinya, Coltrade Service International, Pte. PT Adaro Indonesia menjual batubara di bawah harga pasar ke perusahaan afiliasinya di Singapura yaitu Coltrade Service International Pte. Ltd. yang merupakan perusahaan trading di Singapura. Coaltrade membeli batu bara dari Adaro seharga $32 per ton, kemudian menjual kembali batu bara pada harga pasar. Harga pasar batu bara saat itu adalah $95 per ton. Transaksi tersebut menyebabkan penurunan laba Adaro, pada tahun 2005 laba Adaro tercatat sebesar US$ 697,1 juta, seharusnya jika dihitung pada harga pasar laba berjumlah US$1,287 miliar (Gatra, 2007). Coaltrade sanggup mencetak laba bersih pada tahun 2005 sebesar US$ 42,4 juta, meskipun hanya dikelola oleh lima orang. Transaksi tersebut menyebabkan transfer keuntungan dari Adaro ke Coaltrade. Akibat transaksi tersebut pemegang saham minoritas di Adaro (39%) dirugikan, sedangkan kesejahteraan pemegang saham pengendali Adaro dan Coaltrade yaitu PT Padang Karunia meningkat karena kerugian di Adaro tertutup oleh keuntungan di Coaltrade. Tunneling tersebut menyebabkan berpindahnya profit dan aset dari Negara Indonesia ke Caymand Island. Transfer profit ke Negara tax heaven tersebut juga menyebabkan berkurangnya pendapatan Negara dari pajak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah di negara Indonesia, yang mempunyai karakteristik tingkat penegakan hukum dan perlindungan investor rendah, transaksi berelasi digunakan untuk tunneling? (2) Kedua, untuk mengembangkan model prediksi tunneling. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris tentang aktivitas tunneling melalui transaksi kegiatan utama perusahaan pada pihak-pihak berelasi. Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa transaksi pembelian dari pihak berelasi menurunkan kinerja perusahaan. Pembelian input dari pihak berelasi dilakukan diatas nilai wajar (barang/jasa) sehingga akan berdampak pada peningkatan harga pokok penjualan akibatnya gross margin (pendapatan-HPP)/pendapatan) turun. Penjualan output (barang/jasa) kepada pihak berelasi dilakukan dibawah harga wajar sehingga berdampak pada penurunan gross margin. Hal tersebut mendukung hipotesis tunneling bahwa perusahaan menggunakan transaksi berelasi sebagai channel untuk mentransfer sumber daya keluar perusahaan melalui pembelian input dari pihak berelasi diatas harga wajar dan penjualan output pada pihak berelasi dibawah harga pasar. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian ini, sebaiknya transaksi berelasi yang merupakan transaksi kegiatan utama perusahaan tidak dikecualikan dari kewajiban dilaporkan kepada masyarakat dan BAPEPAM. Beberapa alasan yang mendasari: a.Sulit untuk menentukan kewajaran harga transaksi b.Transaksi perdagangan yang merupakan kegiatan utama perusahaan mempunyai nilai yang besar dan hampir semua perusahaan di Indonesia melakukan transaksi tersebut. Dalam rangka memberikan perlindungan pada masyarakat, keterbukaan informasi mengenai transaksi berelasi yang merupakan kegiatan utama perusahaan perlu disampaikan. c.Berdasarkan hasil analisis kami, transaksi perdagangan pihak berelasi menyebabkan penurunan kinerja secara signifikan. Penelitian ini juga membangun Model deteksi tunneling untuk membedakan antara transaksi yang digunakan untuk tunneling dan untuk tujuan efisiensi.

Item Type: Article
Additional Information: Laporan Penelitian Hibah Bersaing 2011
Subjects: LPPM
Divisions: LPPM - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Depositing User: LPPM UNY
Date Deposited: 24 Aug 2015 03:30
Last Modified: 24 Aug 2015 03:30
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/25458

Actions (login required)

View Item View Item