Model Pendidikan Multikultural di Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang (Sebuah Usulan Alternatif Kebijakan)

Tohardi, Ahmad (2011) Model Pendidikan Multikultural di Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Kecamatan Sungai Ambawang (Sebuah Usulan Alternatif Kebijakan). S3 thesis, UNY.

[img] Text
disertasi-ahmad-tohardi-05701261002.pdf
Restricted to Registered users only

Download (7MB)

Abstract

Propinsi Kalimantan Barat (Kalbar) termasuk propinsi yang paling rawan di Indonesia, karena sejak tahun 1950, rata-rata setiap 3,5 tahun sekali terjadi konflik antar etnis, terutama antara etnis lokal (Dayak) dengan etnis pendatang (Madura). Kecamatan Sungai Ambawang yang berada diwilayah Kalbar tersebut juga menjadi daerah yang rawan konflik, karena selain wilayahnya dikelilingi oleh beberapa kecamatan bekas konflik, penduduknya juga majemuk, sehingga dikhawatirkan akan terjadi benturan budaya, terutama antara etnis lokal yang minoritas dengan etnis pendatang yang mayoritas. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik diwaktu sekarang dan masa yang akan datang, maka perlu dilakukan intervensi, yaitu melalui implementasi pendidikan multikultural secara komperehensip (dikeluarga, sekolah dan masyarakat). Berdasarkan kebutuhan tersebut maka dilakukan penelitian yang mendalam, untuk menghasilkan sebuah model pendidikan multikultural yang cocok untuk diterapkan di kecamatan Sungai Ambawang. Penelitian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) tahap. Penelitian tahap-1, menggunakan metode qualitative inquiry yang bertujuan untuk menemukan dan mengekplorasi masalah kebijakan dan memotret proses pendidikan multikultural. Penelitian dilaksanakan di kecamatan Sungai Ambawang, mulai bulan Juli 2008 s/d September 2009. Subyek penelitian, adalah masyarakat “akar rumput”, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, guru dan Muspika. Teknik dan instrumen pengumpulan data, dilakukan dengan cara observasi partisipatif, studi dokumen dan wawancara yang mendalam secara bergulir (snow-ball), instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Keabsahan data, dilakukan dengan triangulasi, makna dalam konteks dan komperasi. Teknik analisis data, yaitu dari data yang sudah dikumpulkan, kemudian disusun dengan menggolongkannya dalam tema, kategori dan pola, selanjutnya dilakukan penafsiran atau interpretasi guna memberikan makna pada data tersebut. Selanjutnya Penelitian tahap-2, menggunakan metode focus group discussion (FGD), yang dilaksanakan dalam 2 tahap, FGD-1 bertujuan untuk merumuskan masalah kebijakan, sedangkan FGD-2 bertujuan untuk mengembangkan alternatif kebijakan dan memilih salah satu alternatif kebijakan yang terbaik untuk dijadikan rekomendasi kebijakan. Selanjutnya untuk mempertajam dalam menganalisis rekomendasi kebijakan tersebut, maka peneliti melakukan diskusi yang mendalam dengan pengguna kebijakan (stakeholders). Hasil penelitian tahap-1 menunjukkan bahwa, pertama, lingkungan sosial politik kecamatan Sungai Ambawang rawan konflik, yang disebabkan oleh adanya benturan kebudayaan antara penduduk lokal dengan kaum pendatang, masyarakatnya majemuk, wilayahnya dikelilingi oleh kecamatan-kecamatan yang pernah berkonflik, berada di propinsi Kalbar yang rawan konflik, masyarakatnya terbuka, adanya efek negatif dari informasi, komunikasi dan transportasi yang semakin meluas, dan daerahnya merupakan daerah transisi dari desa ke kota. Kedua, model pendidikan multikultural di kecamatan Sungai Ambawang: bertujuan untuk menjaga kedamaian di kecamatan Sungai Ambawang, sehingga diperlukan sikap toleransi antar etnis yang tinggi, yang diajarkan oleh orangtua, guru dan tokoh masyarakat, melalui contoh tauladan, nasehat serta melalui pembauran (asimilasi). Hasil penelitian tahap-2, merekomendasikan bahwa untuk melaksanakan pendidikan multikultural di kecamatan Sungai Ambawang melalui dua cara: pertama, untuk meningkatkan toleransi yaitu melalui pembauran, selanjutnya agar terjadi pembauran dibentuk wadah pembauran baik dikeluarga, sekolah maupun di masyarakat. Kedua, penguatan nilai toleransi melalui keteladanan tokoh ( masyarakat, adat, agama, aparatur, orangtua dan guru). Kesimpulan, bahwa untuk mencegah terjadinya konflik dimasa sekarang dan akan datang di kecamatan Sungai Ambawang, perlu segara dilakukan intervensi yaitu dengan mengimplementasikan pendidikan multikultural dikeluarga, sekolah dan masyarakat, dengan pendidikan multikultural tersebut akan terbangun sikap toleransi yang lebih baik untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Dalam melaksanakan pendidikan multikultural tersebut direkomendasikan dua strategi yaitu melalui wadah pembauran dan keteladan tokoh, yaitu keteladan orangtua dikeluarga, guru-guru di sekolah dan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama di masyarakat.

Item Type: Thesis (S3)
Uncontrolled Keywords: pendidikan multikultural, keluarga, sekolah, masyarakat
Subjects: Pendidikan > Pendidikan (Umum)
Ilmu Sosial > Multikultural
Divisions: Sekolah Pascasarjana (SPS) > Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Depositing User: Users 57 not found.
Date Deposited: 10 Oct 2016 07:31
Last Modified: 04 Aug 2022 08:14
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42163

Actions (login required)

View Item View Item