Desain Program Pelatihan di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Salaman Ditinjau dari Critical Events Model (CEM) Leonard Nadler

Nurhadianti, Sefi (2011) Desain Program Pelatihan di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Salaman Ditinjau dari Critical Events Model (CEM) Leonard Nadler. S2 thesis, UNY.

[img] Text
tesis-sefi-nurhadianti-09707251007.swf

Download (10MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan desain program pelatihan di Bapelkes Salaman ditinjau dari critical events model, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan desain program pelatihan, serta menemukan faktor penyebab kekuatan dan kelemahan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan analisis data secara kualitatif. Subyek penelitian adalah Kepala Seksi Pengkajian dan Pengembangan sebagai desainer program pelatihan, Kepala Seksi Penyelenggara Diklat sebagai penyelenggara program pelatihan, serta Kepala dan Staf Sub Bagian Tata Usaha sebagai penyedia sumber daya pelatihan di Bapelkes Salaman. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka, observasi partisipan aktif dan analisis dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan mereduksi data berdasarkan indikator-indikator identifikasi kebutuhan organisasi, spesifikasi performa pekerjaan, identifikasi kebutuhan pembelajar, penetapan tujuan pelatihan, penyusunan kurikulum, penetapan strategi pembelajaran, penetapan sumber-sumber pelatihan, persiapan pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi dan umpan balik. Setelah direduksi, data disajikan secara deskriptif dan ditarik kesimpulan berdasarkan jawaban ringkas atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. 1) hanya 46% aktivitas desain program pelatihan di Bapelkes Salaman dilakukan sesuai dengan tahapan dalam CEM. 2) Ketidaksesuaian tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, TNA dalam CEM memisahkan dan mengurutkan identifikasi kebutuhan organisasi, spesifikasi performa pekerjaan, dan identifikasi kebutuhan pembelajar, namun desainer Bapelkes Salaman tidak melakukan pemisahan. Kedua, dalam CEM, solusi permasalahan yang teridentifikasi disesuaikan dengan jenis permasalahan. Bapelkes Salaman menjadikan pelatihan sebagai solusi tunggal permasalahan. Ketiga, CEM mendahulukan penetapan tujuan pelatihan sebelum penyusunan kurikulum dan penetapan strategi pembelajaran. Bapelkes Salaman menetapkan tujuan pelatihan dan strategi pembelajaran bersamaan dengan penyusunan kurikulum. Keempat, CEM melihat pentingnya identifikasi dan penetapan sumber-sumber pelatihan. Bapelkes Salaman melakukan identifikasi sumber-sumber pelatihan, namun tidak melakukan penetapan karena menganggap kegiatan tersebut rutin. Kelima, evaluasi dan umpan balik dalam CEM dilakukan di setiap tahapan. Desainer melakukan evaluasi dan umpan balik hanya setelah pelaksanaan TNA dan penyusunan kurikulum. Terakhir, meski tidak melakukan evaluasi dan umpan balik di setiap tahapan, namun desainer melibatkan nara sumber, widyaiswara, dan responden dalam seminar evaluasi TNA seperti yang diterapkan dalam CEM. 3) Dalam penelitian ini, faktor utama penyebab kekuatan maupun kelemahan desain adalah persepsi desainer (30%), anggapan rutinitas (15%), dan keterbatasan anggaran (13%). Secara teoritis, kekuatan maupun kelemahan dalam desain program pelatihan tersebut dipengaruhi oleh paradigma instrumental yang diadopsi desainer.

Item Type: Thesis (S2)
Uncontrolled Keywords: desain program pelatihan, Critical Events Model
Subjects: Pendidikan > Teori dan Praktek Pendidikan
Pendidikan > Teknologi Pendidikan
Divisions: Sekolah Pascasarjana (SPS) > Program Pascasarjana > Teknologi Pembelajaran
Depositing User: Users 57 not found.
Date Deposited: 07 Oct 2016 07:07
Last Modified: 29 Jan 2019 08:51
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42111

Actions (login required)

View Item View Item