Resepsi Novel-Novel Mutakhir Berlatar Eropa dan Implementasinya dalam Pembelajaran Pluralisme

Dian, Swandayani and Iman Santoso, M.Pd, Iman and Ari, Nurhayati, S.S., M.Hum. and Nurhadi, - (2012) Resepsi Novel-Novel Mutakhir Berlatar Eropa dan Implementasinya dalam Pembelajaran Pluralisme. Artikel Penelitian Strategis Nasional (Stranas).

[img] Text
ARTIKEL EROPA BERDASARKAN TIGA NOVEL UMBERTO ECO.docx

Download (459kB)

Abstract

Penelitian ini secara khusus pada tahun pertama bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan latar diakronik Eropa yang ditampilkan dalam novel-novel mutakhir berlatar Eropa; (2) mendeskripsikan latar lokatif Eropa yang ditampilkan dalam novel-novel mutakhir berlatar Eropa; (3) mendeskripsikan latar status sosial Eropa yang ditampilkan dalam novel-novel mutakhir berlatar Eropa; (4) mendeskripsikan citra Eropa yang direfleksikan dan dikonstruksi dalam novel-novel mutakhir berlatar Eropa. Pada tahun pertama dilakukan studi atas dokumen dari sejumlah karya sastra mutakhir berlatar Eropa yang telah diresepsi di Indonesia, dalam konteks ini karya-karya tersebut telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh penerbit Indonesia. Objek penelitian ini yaitu sembilan novel mutakhir berlatar Eropa. Novel-novel yang dimaksud adalah novel-novel yang memiliki latar cerita secara realistik wilayah Eropa. Untuk validitas data penelitian dipergunakan teknik validitas semantis dan untuk reliabilitas data penelitian dipergunakan teknik intrarater dan interrater. Data yang terkumpul dan terkategorisasi kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan pembahasan penelitian, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama, dari novel-novel yang dikaji terdapat sejumlah novel yang mengambil latar Eropa pada penggal waktu sejarah tertentu, khususnya pada masa abad pertengahan. The Name of The Rose (Umberto Eco) mengambil latar Eropa pada bulan November 1327 di sebuah Biara Benekdiktin yang terdapat di Italia Utara. Baudolino (Umberto Eco) juga serupa dengan mengambil latar Eropa pada masa pemerintahan Raja Frederick II yang hidup pada 1194—1250. Secara geografis, latar yang ditampilkan dalam novel ini cukup luas, tidak hanya terfokus pada kota-kota Italia seperti Roma, Milan, Venesia, atau Allesandria saja tetapi juga ke Paris (Perancis), Yunani, Istanbul, Yerusalem, bahkan hingga ke wilayah sebelah timur Turki. Hal serupa juga terdapat pada novel Namaku Merah Kirmizi (Orhan Pamuk). Latar novel ini terjadi pada masa sekitar akhir abad ke-16. Persisnya peristiwa utama dalam novel ini berlangsung di kawasan Istanbul ketika kekhalifahan Usmaniah diperintah oleh Sultan Murad III yang hidup pada 1574—1595. Meskipun kejadian utamanya berlangsung di kota Istanbul, Turki, cerita yang terjalin dalam novel ini juga meluas ke wilayah-wilayah lain di Eropa kala itu seperti Venesia, Italia. Kedua, terdapat beberapa novel yang mengisahkan latar Eropa secara flash back. Artinya, rentang kesejarahan Eropa dikisahkan sebagai penjabaran atau semacam kisah berbingkai tetapi alur utamanya berawal dari periode masa kini kemudian merentang ke masa lalu. Hal semacam ini terdapat dalam novel-novel The Historian (Elizabeth Kostova), Angels & Demons, The Da Vinci Code (Dan Brown), dan Foucault’s Pendulum (Umberto Eco). The Historian diawali pada penemuan sebuah buku misterius oleh seorang gadis pada tahun sekitar tahun 1970-an di Amerika Serikat. Kisahnya kemudian merentang pada berbagai peristiwa historis di Eropa. Kisah novel ini terkait dengan kehidupan seorang Vlad Tepes yang hidup pada 1431—1476, tokoh yang dianggap oleh Eropa sebagai penentang Istanbul atau kekhalifahan Usmaniah. Tokoh inilah yang kemudian dikenal sebagai Dracula, tokoh nyata yang penuh dengan misteri dan kontroversi termasuk kematiannya. Angels & Demons dan The Da Vinci Code adalah novel sekuel (kelanjutan) dengan tokoh utamanya seorang dosen simbologi asal Universitas Harvard, Amerika Serikat bernama Robert Langdon. Sepertinya kedua novel karya Dan Brown ini mengambil pola cerita yang sama. Ada sebuah kematian misterius, kemudian Langdon mengurai teka-teki kematian tersebut tetapi malah menemukan sejumlah misteri besar yang sebetulnya sangat berpengaruh pada perjalanan sejarah Eropa (bahkan dunia). Dalam Angels & Demons, Langdon mengungkap kematian seorang ilmuwan yang juga seorang rahib dan akhirnya mengungkap berbagai persoalan gereja (Katolik) dengan pihak illuminati. Sementara dalam The Da Vinci Code, awalnya Langdon menemukan kurator museum yang sebetulnya tokoh Biarawan Sion yang tewas dibunuh dan berlanjut pada pengungkapan pertarungan antara pihak gereja dengan kelompok Priory of Sion. Tentu saja dengan sejumlah informasi historis lainnya yang menjadi perdebatan menarik. Hal serupa juga terjadi pada novel Foucault’s Pendulum yang latar utamanya terjadi pada sekitar tahun 1970-an di Milan, Italia. Akan tetapi kisahnya merentang pada durasi waktu dan wilayah yang hampir meliputi wilayah Eropa. Novel ini relatif kompleks dari segi teknik penceritaannya dengan sederet informasi historis yang disuguhkan meskipun informasi tersebut secara tidak langsung memiliki kesamaan dengan kedua novel Dan Brown. Dalam novel ini Eco mengangkat sejarah pertarungan antara pihak gereja dengan Knight Templar, kelompok yang seringkali ditengarai identik dengan Priory of Sion, Illuminati, Freemasonry, atau sejumlah nama sejenis lainnya. Ketiga, ada sejumlah novel yang mengisahkan peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya dalam tempat, waktu, dan kelompok sosial yang lebih terbatas, khususnya terkait dengan masa kini. Latar Kitab Lupa dan Gelak Tawa (Milan Kundera) terjadi pada masa 1940-an hingga 1970-an dengan sejumlah peristiwa yang terjadi di Praha atau Cekoslowakia pada umumnya. Latar ini menjadi tipikal karena Praha atau Cekoslowakia pada masa itu adalah kota dan negara yang tipikal dikuasai oleh pihak komunis. Latar yang disajikan dalam novel ini bisa dikatakan mewakili Eropa Timur semasa partai komunis mulai mendominasi kehidupan di wilayah tersebut. Novel Ikan Tanpa Salah (Alfred Birney) malah menampilkan tokoh Edu atau Eduart sebagai manusia yang mengalami dilema dengan masa lalunya, sebagai manusia Indo. Latarnya terjadi tentu saja setelah masa penjajahan selesai di sebuah kawasan negeri Belanda. Latar tempat novel ini merupakan latar yang tersempit jika dibandingkan dengan novel lainnya karena peristiwanya hanya terjadi pada sebuah keluarga Indo dengan rumah kenangan yang membawa ingatan Edu ke sejumlah peristiwa masa lalu, khususnya dengan bapaknya. Keempat, latar Eropa (yang ditampilkan lewat latar tempat, latar waktu, dan latar sosial) pada novel-novel ini merupakan refleksi kehidupan Eropa dengan segala kehidupannya. Tentu saja tidak persis dan menyeluruh. Masing-masing menggunakan porsi dan engle yang berbeda dalam mendeskripsikan Eropa. Gambaran ini menjadi penuh warna dan tidak terkesan dogmatis. Kelebihan karya sastra dalam mendeskripkan latar peristiwa menjadi suatu kelebihan bagi pembaca guna mendalami atau mengenal sebuah kawasan dengan lebih menyenangkan. Bagi pembaca Indonesia, novel-novel tersebut bisa menjadi pemerkaya dalam mengenal atau mempelajari Eropa dengan lebih menyenangkan. Dengan membaca karya-karya novel semacam ini pembaca Indonesia bisa lebih mengenal Eropa. Hal ini bisa menjadi suatu pertautan dalam mengartikan Eropa, memandang Eropa. Pengenalan semacam ini bisa menjadi pembuka wawasan terhadap Eropa yang sesungguhnya, bukan berdasarkan stereotype yang selama ini diperkenalkan. Dalam proses pembacaan, seseorang akan mengalami transformasi pemikiran, termasuk dalam memandang Eropa, memandang sejarah Eropa, memandang geografi Eropa, bahkan status sosial atau kultur Eropa pada umumnya.

Item Type: Article
Additional Information: LAPORAN HASIL PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL 2012
Uncontrolled Keywords: resepsi, novel, Eropa, pembelajaran, pluralism
Subjects: LPPM
Divisions: LPPM - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Depositing User: LPPM UNY
Date Deposited: 10 Aug 2015 09:05
Last Modified: 10 Aug 2015 09:05
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/24598

Actions (login required)

View Item View Item