MONUMEN SETU LEGI SEBAGAI SAKSI SEJARAH AGRESI MILITER BELANDA II (1948-1949) DI YOGYAKARTA KHUSUSNYA DI DESA ARGOMULYO

DIAH , ISWARAWATI (2012) MONUMEN SETU LEGI SEBAGAI SAKSI SEJARAH AGRESI MILITER BELANDA II (1948-1949) DI YOGYAKARTA KHUSUSNYA DI DESA ARGOMULYO. S1 thesis, UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text
1 - 08406244032.pdf

Download (4MB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB 1 - 08406244032.pdf

Download (61kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB 2 - 08406244032.pdf

Download (48kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB 5 - 08406244032.pdf

Download (33kB) | Preview
[img]
Preview
Text
LAMPIRAN - 08406244032.pdf

Download (30MB) | Preview

Abstract

Pada tanggal 19 Desember 1948 Kota Yogyakarta telah diduduki oleh pasukan Belanda. Pemerintah Pusat segera mengambil tindakan. Lurah sebagai kepala pemerintahan paling bawah, mendapat instruksi agar semua warga diberi penerangan untuk siap siaga apabila terjadi serangan secara mendadak. Banyak koraban jiwa yang jatuh dalam peristiwa tersebut. Monumen Setu Legi sebagai salah satu saksi sejarah kekejaman Belanda saat melakukan operasi di Desa Argomulyo, Sedayu, Bantul. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk: (1) mengetahui gambaran sejarah wilayah Desa Argomulyo pada tahun 1948, (2) terjadinya peristiwa serangan Belanda di Desa Argomulyo saat Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta, dan (3) latar belakang didirikannya Monumen Setu Legi di Desa Argomulyo. Penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari lima langkah, yakni: (1) Pemilihan Topik, yaitu kegiatan awal dalam sebuah penelitian untuk menentukan permasalahan yang akan dikaji (2) Heuristik, yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lalu yang dikenal dengan sumber sejarah, (3) Kritik Sumber, kegiatan meneliti jejak atau sumber sejarah yang telah dihimpun sehingga diperoleh fakta sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan; (4) Interpretasi, yaitu menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta sejarah yang telah diperoleh; (5) Historiografi, yaitu kegiatan menyampaikan sintesa yang telah diperoleh ke dalam bentuk karya sejarah. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa, nama Argomulyo diambil dari kata argo artinya bukit, dan mulyo artinya mulia. Nama itu tidak lepas dari kondisi tanahnya yang subur dan berbukit. Nama Kalurahan Argomulyo sangat erat hubungannya dengan Maklumat Gubernur Kepala Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 tahun 1946 tentang Otonomi dan Penggabungan Kalurahan. Bulan Juni 1946 tiap Panewu membentuk Gabungan Dewan Kalurahan. Panewu sebagai ketua, anggotanya adalah tokoh terkemuka tiap kalurahan. Berasal dari empat kalurahan, Kalurahan Kemusuk, Kalurahan Watu, Kalurahan Pedes, Kalurahan Kaliberot digabung menjadi satu, dan diberi nama Kalurahan Argomulyo. Untuk mengenang perlawanan gerilya yang dilancarkan oleh masyarakat Argomulyo terhadap Belanda, berupa pengacauan dan perlawanan langsung, maka didirikan Monumen Setu Legi. Pendirian monumen ini dilatarbelakangi oleh peristiwa pada hari Sabtu Legi, 7 Januari 1949, Belanda melakukan opersi secara mendadak dan banyak korban yang berjatuhan. Beberapa perangkat desa disandera agar mau menunjukkan markas TNI ataupun orang-orang yang berkhianat kepada mereka. Jumlah korban jiwa ada 23 orang, dan rumah yang dibakar berjumlah 123 unit. Kata kunci : Agresi Militer Belanda II, Monumen Setu Legi, Desa Argomulyo.

Item Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: Agresi Militer Belanda II, Monumen Setu Legi, Desa Argomulyo.
Subjects: Ilmu Sosial > Sejarah
Perpustakaan
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik (FISHIPOL) > Pendidikan Sejarah
Perpustakaan
Depositing User: Eprints
Date Deposited: 11 Dec 2012 02:32
Last Modified: 29 Jan 2019 17:39
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/8557

Actions (login required)

View Item View Item