Tari Manasai Wujud Representasi Jatidiri Suku Dayak Ngaju dan Relevansinya Terhadap Nilai Pendidikan Karakter di Palangka Raya Kalimantan Tengah.

Yonisa, Tri (2018) Tari Manasai Wujud Representasi Jatidiri Suku Dayak Ngaju dan Relevansinya Terhadap Nilai Pendidikan Karakter di Palangka Raya Kalimantan Tengah. S2 thesis, UNY.

[img] Text
tesis-tri-yonisa-16724251019.swf

Download (7MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisisnya (1) Bentuk tari Manasai suku Dayak Ngaju di Palangka Raya Kalimantan Tengah (2) karakteristik tari Manasai wujud representasi jatidiri suku Dayak Ngaju di Palangka Raya Kalimantan Tengah, dan (3) Relevansi nilai-nilai yang terkandung dalam tari Manasai dengan pilar nilai-nilai pendidikan karakter di Palangka Raya Kalimantan Tengah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode penelitian etnografi dan didukung dengan pendekatan semiotika dengan pisau analisis teori dari Charles Sanders Peirce. Objek formal dalam penelitian ini adalah nilai pendidikan karakter yang menunjukan beberapa nilai yang terkandung dalam tari Manasai. Objek material dalam penelitian ini adalah tari Manasai tradisi yang ada di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman yaitu meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Bentuk penyajian dalam tari Manasai tradisi merupakan tarian pergaulan atau tarian kelompok yang di dalamnya terdapat struktur penyajian yang meliputi; Gerak, tata rias dan busana, iringan musik, property, dan pola lantai. (2) Karakteristik dalam tari Manasai itu merupakan representasi dari nilai-nilai yang ada dalam konsepsi pandangan hidup masyarakat suku Dayak Ngaju yaitu “Belom Bahadat” inilah yang menjadi cita-cita hidup masyarakat suku Dayak. Konsepsi “Belom Bahadat” tercermin dalam prilaku dan perbuatan termasuk perkataan-perkataan setiap orang, yang merupakan gambaran kebudayaan atau jatidiri orang Dayak. “Belom Bahadat” juga diuraikan dalam falsafah “Budaya Betang” yaitu “Berbeda suku Agama bukan penghalang sudah membudaya dari nenek moyang, hidup rukun selalu berkembang itulah yang disebut Budaya Betang”. Falsafah “Budaya Betang” juga berarti “Dimana Bumi Dipijak, Disitulah Langit Dijunjung”. Konsepsi “Belom Bahadat” diuraikan dalam Falsafah “Budaya Betang” yang di dalamnya terkandung 4 pilar, yaitu; 1) Orang Dayak hidup jujur dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Orang Dayak hidup dalam kesetaraan, 3) Orang Dayak hidup dalam kebersamaan, 4) Orang Dayak itu Abdi Hukum. (3) Nilai-nilai yang tersirat dalam pandangan hidup masyarakat suku Dayak Ngaju yaitu “Belom Bahadat” yang direpresentasikan ke dalam tari Manasai juga memiliki relevansi dengan pilar nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya nilai-nilai pendidikan karakter yaitu; religius, jujur, toleransi, kreatif, mandiri, bersahabat/komunikatif, cinta damai, cinta tanah air, gotong royong, dan tanggung jawab

Item Type: Thesis (S2)
Uncontrolled Keywords: Tari Manasai, Suku Dayak Ngaju, Nilai Pendidikan Karakter.
Subjects: Seni dan Budaya > Seni Tari
Divisions: Sekolah Pascasarjana (SPS) > Program Pascasarjana > Pendidikan Seni
Depositing User: Perpustakaan Pascasarjana
Date Deposited: 11 Dec 2018 03:38
Last Modified: 09 May 2019 09:08
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/61868

Actions (login required)

View Item View Item