PENGEMBANGAN MODEL RE-SOSIALISASI KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Siti Partini Suardiman, Ph.D. (2006) PENGEMBANGAN MODEL RE-SOSIALISASI KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. [Experiment/Research]

[img]
Preview
Text
Siti_Partini_Suardiman.pdf

Download (10kB) | Preview

Abstract

Pada tahun I, penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi kearifan lokal budaya Jawa beserta maknanya yang terdapat dalam naskah-naskah budaya Jawa; 2) mengidentifikasi kearifan lokal budaya Jawa yang bersumber dari para lansia; 3) menemukan model resosialisasi kearifan lokal kepada generasi muda. Penelitian dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan mengambil lokasi yang mewakili daerah kota dan desa. Pertimbangan yang melatarbelakangi digunakannya daerah desa dan kota adalah adanya asumsi tentang jenis kearifan lokal yang lebih sesuai diterapkan di daerah pedesaan, namun ada yang sesuai untuk perkotaan. Daerah yang mewakili perkotaan adalah Kota Yogyakarta, sedangkan daerah Kabupaten Bantul merupakan representasi dari daerah pedesaan. Dipilihnya Kabupaten Bantul sebagai lokasi penelitian, karena secara geografis Kabupaten Bantul merupakan daerah yang memiliki dataran rendah, pegunungan, maupun lautan yang mempunyai karakteritik tersendiri dalam hal kearifan lokal. Subyek penelitian ini adalah lansia yang diperkirakan memiliki pengetahuan, wawasan dan bahkan pelaku kearifan lokal. Melalui studi pendahuluan dapat ditetapkan subjek yang menjadi informan. Pemilihannya dilakukan secara purposif yaitu berdasarkan maksud dan tujuan penelitian dengan memperhatikan ciri-ciri tertentu yang terdapat pada subjek, yaitu: lanjut usia (berusia 60 tahun ke atas), dan dapat dijadikan sumber informasi. Data penelitian dikumpulkan melalui metoda pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi terhadap naskah-naskah budaya Jawa. Data dianalisis secara kualitatif. Dalam melakukan analisis, data diklasifikasikan berdasar temanya. Data dipilah-pilah, dikategorisasikan menjadi beberapa kategori yang berorientasi kepada tujuan penelitian. Proses analisis ini meliputi 3 langkah yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) verifikasi atau penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data dilakukan melalui triangulasi data, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Hasil Penelitian menunjukkan: 1) berbagai naskah budaya Jawa menyimpan khasanah kearifan lokal yang sangat berharga, beberapa di antaranya tetap relevan untuk diresosialisasikan, dan beberapa yang lain memerlukan reinterpretasi; 2) lansia masih memiliki dan menyimpan perbendaharan kearifan lokal yang cukup banyak sesuai dengan 9 kategori kearifan lokal yang telah disusun, yaitu a) perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, b) perilaku manusia yang berhubungan dengan tanda-tanda alam, c) perilaku manusia yang berhubungan dengan lingkungan hidup/ pertanian, d) perilaku manusia yang berhubungan dengan kegiatan membangun rumah, e) perilaku manusia yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan, f) perilaku manusia yang berhubungan dengan upacara perkawinan dan kekahiran, g) perilaku manusia yang berhubungan dengan makanan; 3) resosialisasi kearifan lokal perlu dilakukan dengan menyesuaian kondisi dewasa ini dimana anak muda diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan kearifan lokal mana yang cocok dan relevan dengan keberadaan generasi muda dan keadaan masa kini, orang tua dan pendidik perlu memberi contoh aplikasi kearifan lokal, dan resosialisasi seperti lewat dongeng atau cerita perlu dilakukan kepada anak sedini mungkin. Keyword: kearifan lokal, lansia FIP, 2006 (PPB)

Item Type: Experiment/Research
Subjects: Pendidikan > Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
LPPM
Divisions: Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP) > Bimbingan dan Konseling
Date Deposited: 31 Aug 2012 14:06
Last Modified: 02 Oct 2019 02:16
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4751

Actions (login required)

View Item View Item