Praksis Ideologi Tri Hita Karana dalam Pembudayaan Kompetensi pada SMK di Bali

Sudira, Putu (2011) Praksis Ideologi Tri Hita Karana dalam Pembudayaan Kompetensi pada SMK di Bali. S3 thesis, UNY.

[img] Text
disertasi-putu-sudira-07702261001.pdf
Restricted to Registered users only

Download (19MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menemukan dimensi dari ideologi THK yang dapat memberikan pola pembudayaan kompetensi di SMK; (2) mengidentifikasi nilai-nilai dari ideologi THK yang dapat diinternalisasikan dalam inovasi dan pengembangan penyelenggaraan, mutu, dan relevansi pendidikan di SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi; (3) mengungkap dan membuat formulasi bagaimana ideologi THK mendasari pola pembudayaan kompetensi di SMK; (4) menggali apakah ideologi THK sebagai ekternalitas telah diinternalisasikan menjadi basis inovasi dan pengembangan penyelenggaraan, mutu, dan relevansi pendidikan SMK di Bali; (5) mendata kembali apakah SMK yang telah dibangun di Bali sesuai dengan prinsip pembagian mandala yang ada pada ideologi THK; (6) mengungkap kembali apakah terjadi keselarasan antara nilai-nilai dalam ideologi THK dengan prinsip-prinsip pengembangan pendidikan menengah kejuruan. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Buleleng, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, dan Kota Madya Denpasar Provinsi Bali menggunakan pendekatan kualitatif etnografi dengan desain comprehension of the meaning of the action and text. Pembangkitan data menggunakan teknik interview, observasi partisipatif, analisis dokumen, dan analisis situs. Subyek penelitian melibatkan informan antara lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa, kepala dinas pendidikan, budayawan, cendikiawan, seniman, pengusaha dipilih secara purposif. Peralatan untuk pengumpulan data antara lain audio-video recording, kamera foto, buku catatan lapangan (fieldnotes), laptop. Keabsahan data dalam penelitian ini dinyatakan dengan berbagai bukti-bukti temuan berupa rekaman suara, gambar dan suara, foto, kondisi riil lapangan sebagai phenomena atau realita sosial yang alami. Logat atau istilah-istilah bahasa Bali tidak diganti atau diterjemahkan secara bebas agar tidak lepas dari realitasnya. Analisis data dilakukan menggunakan analisis interaktif model Miles & Huberman melalui pemaknaan data yang tersaji selama di lapangan dan sesudah meninggalkan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan ideologi THK lahir dari konsep cucupu manik sebagai konsep pertalian harmonis seimbang antara isi dan wadah, oleh masyarakat Bali direalisasikan menjadi “3Pa” yaitu parhyangan, pawongan, dan palemahan. THK merupakan sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup untuk mencapai kesetaraan, kesejahteraan bersama, dan berkesinambungan. Dalam wadah SMK, Pura Sekolah adalah parhyangan sebagai jiwa warga SMK. Seluruh warga SMK adalah pawongan sebagai prana atau tenaga penggerak sekolah (SMK). Lingkungan sekolah lengkap dengan bangunan gedung sarana dan prasarana PBM, pasilitas TIK, bahan ajar, sumber-sumber belajar, bahan praktikum adalah unsur palemahan. Berdasarkan zona bangunan, SMK di Bali telah dibangun berdasarkan prinsip-prinsip ideologi THK menggunakan konsep tri mandala. Pura sekolah sebagai parhyangan dibangun di utama mandala, pusat kegiatan PBM dan layanan masyarakat dibangun di madya mandala, dan gudang beserta pengolahan limbah dibangun di nista mandala. Mikrokosmos dan makrokosmos, keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, keharmonisan antar sesama manusia, dan keharmonisan antara manusia dengan alam lingkungan merupakan dimensi pokok dari THK. Kebenaran, kesetiaan, cinta kasih, tanpa kekerasan, kesopanan, toleransi, kejujuran, disiplin, kerajinan. berbuat baik, konsisten, tekad kerja keras, stabil dalam emosi, produktif, membuat nilai tambah adalah nilai-nilai dari ideologi THK. Konsepsi masyarakat Bali tentang pendidikan kejuruan di SMK adalah untuk mengembangkan “guna” atau bakat dan minat anak untuk memasuki “geginan” atau pekerjaan secara profesional sebagai “pragina” yang mengabdikan dirinya bagi kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain, melayani sesama, melestarikan alam dan lingkungan, berbhakti kepada Tuhan menjadi “manusa meguna” atau manusia berguna.Untuk membangun budaya kompetensi di SMK diperlukan budaya berkarya/kerja (karma), budaya belajar (jnana), dan budaya melayani (bhakti). Pembudayaan kompetensi dapat berlangsung di keluarga, di desa pakraman, di SMK dan di DU-DI. Sebanyak 93.78% guru SMK menyatakan SKL dapat dibudayakan di keluarga, 93.71% guru SMK menyatakan SKL dapat dibudayakan di desa pakraman, 98.66% guru menyatakan SKL dapat dibudayakan di SMK, dan 97.06% guru menyatakan SKL dapat dibudayakan di DU-DI. Konseptualisasi pola pembudayaan kompetensi di SMK berbasis ideologi THK mencakup lima level yaitu: (1) level individu; (2) level kelompok; (3) level sekolah; (4) level keluarga; dan (5) level masyarakat. Pembudayaan kompetensi dilakukan melalui tiga domain yaitu: (1) domain karma sebagai perwujudan budaya kerja atau berkarya; (2) domain jnana sebagai perwujudan budaya belajar; (3) domain bhakti sebagai perwujudan budaya melayani. Dalam membangun kompetensi melalui kesadaran dan pemahaman ideologi THK setiap individu harus terus membudayakan budaya berkarya/kerja, budaya belajar, dan budaya melayani. Ketiga budaya ini disebut dengan Tri Budaya. Pendidikan kejuruan akan berhasil jika mampu membudayakan budaya berkarya/kerja, budaya belajar dan budaya melayani.

Item Type: Thesis (S3)
Uncontrolled Keywords: THK, Karma, Jnana, Bhakti, keseimbangan, keharmonisan, pembudayaan kompetensi
Subjects: Pendidikan > Pendidikan Kejuruan
Divisions: Sekolah Pascasarjana (SPS) > Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Depositing User: Users 57 not found.
Date Deposited: 21 Oct 2016 12:19
Last Modified: 03 Oct 2022 04:55
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42635

Actions (login required)

View Item View Item