Penciptaan Karya Logo bali Jazz Festival

Suardana, I Wayan (2005) Penciptaan Karya Logo bali Jazz Festival. [Image]

[img]
Preview
Image (Penciptaan Logo)
logo_festival_bali_jazz.jpg

Download (125kB) | Preview

Abstract

Musik siapa yang tidak kenal musik, sejak bayi dalam kandungan sebenarnya sudah terbiasa dengan bunyi-bunyian, apalagi setelah lahir setiap hari kita disuguhi musik/bunyi-bunyian sehingga kalau dipikir tiada waktu tanpa musik. Sekarang irama musik sudah berkembang sedemikian rupa ada musik melayu, pop, jazz, kroncong dan lain-lain, Sebagai manusia dilahirkan kedunia sudah diberkati kelebihan dan kekurangan Kelebihan manusia dengan mahluk hidup di dunia dibanding dengan makhluk lainnya ialah karena ia dianugrahi kemampuan berfikir. Dengan kemampuan itulah ia mempertahankan hidupnya, Bahkan mampu membangun hidupnya menjadi sesuatu yang sangat berarti : yang maknawi bagi dirinya maupun mahluk yang lain, Kemudian dengan kemampuan berfikir itu pula manusia berusaha menembus dirinya yang gelap, Perjalanan demi perjalanan ia lakukan, demikian juga pertanyaan-pertanyaan tehadap dirinya dikumandangkan. Tetapi manusia tetap saja merasa dirinya misterius. Pertanyaan-pertanyaan tentang diri sendiri itu selalu berusaha dijawab dengan penafsiran-penafsiran yang tak habis-habisnya.. Tetapi penafsiran-penafsiran itu selalu saja membentur dinding spekulasi. Disisi lain manusia juga dihadapkan kepada permasalahan hidupnya yang sangat mendasar : yaitu menghadapi kenyataan dunia. Kesadaran bahwa hidup tidak hanya sekedar untuk direnungi muncul sebagai tuntutan manifestasi diri untuk mendunia itu. Artinya bahwa hidup bukanlah suatu abstraksi yang berupa angan-angan belaka, melainkan mencuat berupa realitas. Inilah yang menyebabkan manusia membangun sebagian besar hidupnya ke arah jawaban duniawi, (Sachari, 1986:107), Dalam penciptaan logo dimaksud adalah untuk mendapatkan suatu pengakuan yang mempunyai suatu identitas yang jelas bagi yang punya logo. Musium Nasional dalam kiprahnya sebagai penyelamat seni, banyak karya-karya masa lampau yang hampir punah, kita bisa saksikan di Museum ini. Seperti misalnya artepak-artepak yang umurnya sudah ratusan tahun. Ciptaan manusia masa lampau sangat luar biasa. Keberadaan museum sangat dibutuhkan sekali untuk pendukumentasian bagi anak cucu kita nanti, Pada masa sekarang hidup manusia seolah terperangkap ke dalam pertanyaan dan jawaban tentang dunia. Tentu jawaban-jawaban itu tidak selalu tepat. Sehingga banyak sudah manusia yang tercampak dari dimensi kemanusiaannya karena ketidak mampuan menjawab dunia secara lengkap. Dalam berolah rupa kita mengenal dengan nama bahasa rupa. Menurut Decasse (melalui Sahman : 1993), segi bentuk terdiri dari unsur-unsur rupa dari suatu karya seni. Unsur rupa itu antara lain garis, warna, tekstur dan lain sebagainya. Sedang dari segi bentuk terdiri dari unsur dramatik (tema). Unsur dramatik dari karya seni adalah penggambaran yang berupa orang-orang atau kejadian-kejadian. Bentuk dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (1994:1190 berarti : bangun; gambaran, rupa; wujud, sistem; susunan kalimat, kata penggolongan bagi benda-benda yang berkeluk. Bentuk dalam artian fisik atau lahiriah pada karya seni rupa berati keadaan dimensi atau ukuran yaitu dua dimensional dan tiga dimensional. Ekspresi estetis terutama dalam seni modern memberika kesempatan yang seluas-luasnya kepada seniman untuk mengekspresikan idenya dengan berbagai cara yang tidak terbatas. Inilah yang sesungguhnya melanda dunia seni pada saat ini. Obyek-obyek yang jumlahnya sangat banyak di alam ini merupakan ide-ide yang tak terbatas dalam pengolahan daya kreatif seniman Apapun jenisnya karya seni rupa hakikatnya berada dalam tataran global pada jalur ekspresi yang di dalamnya terjadi pengolahan rasa secara matang dan kuat dalam perwujudan visualisasi yang tidak terbatas pada media dan teknis yang konvensional lazimnya perupa tapi mengedepankan teste dan art concept-nya. Manifestasi konsepsi karya seni rupa bersifat universal dan global tanpa dibatasi lagi oleh keterikatan pada suatu aturan yang mengikat dan menghambat kekuatan ekspresi sorang seniman dalam menyampaikan komunikasi visualnya kepada orang lain sebagai bagian dari internalisasi dirinya menterjemahkan ‘paradigma jiwa’ lewat rupa. Alur yang terbentuk dari perwujudan ini semakin memperkuat kedudukan seni rupa itu sendiri sebagai suatu manifestasi ‘substansial ekspresi’ yang ‘mem-bumi’ dalam diri seniman dan sekaligus sebagai pencerahan terhadap seni rupa. Sebagai bagian yang vital dalam suatu proses berkarya seni rupa, konsep ini juga merupakan konsekuensi logis yang mengantarkan seorang seniman mampu mengaktualisasikan dirinya dalam koridor idealisme sentris yang kuat, berkualitas dan berkepribadian. Desain Desain tidak sekedar bagian dari reportase kenyataan aktual, melainkan satu bentuk artistik dari refleksi, hasil olah rasa, sensibilitas sebagai wujud kepekaan dan instropeksi sosial yang mampu memberikan inspirasi, pikiran kritis dan harapan baru kepada masyarakat. Desain bukanlah buku etiket atau peraturan sosial. Desain adalah salah satu diantara hasil karya tangan yang terbilang “berat”, dan dapat menciptakan kenikmatan pada manusia. Desain bukanlah buku etiket atau peraturan sosial. Desain adalah salah satu diantara hasil karya tangan yang terbilang “berat”, dan dapat menciptakan kenikmatan pada manusia. Dalam pengertian khusus, dalam seni rupa desain memiliki pengertian pengertian merancang sesuatu untuk diproduksi baik secara massal, maupun tunggal. Desain grafis yang menjadi bagian dalam seni rupa adalah proses merancang gambar atau bentuk-bentuk visual dwimatra (dua dimensi) untuk kepentingan proses komunikasi yang fungsional dan efektif. Tapi secara garis besar ada empat pembagian elemen dasarnya yaitu: ilustrasi, fotografi/film (photomontage), simbol, tipografi (headline, subheadline, bodycopy). Desain grafis bukan saja benda material yang dicetak massal, tetapi yang lebih esensi adalah memaknai desain grafis sebagai karya seni yang tidak terbelakang pada format dan bentuk modern. Memaknai desain grafis selain sebagai bahasa, juga sebagai cara atau strategi yang memperhatikan ruang pijaknya. Artinya apa yang ingin dibicarakan ya bicarakan dengan cara yang tepat. Dan masalah itu cenderung kekemasan, yang bertujuan membawa suasana lebih kumikatif dan menimbulkan konflik berpikir, karena nilai yang abadi adalah nilai yang bisa dikonflikkan, diwacanakan serta dibicarakan. Desain grafis idealnya bisa membangun kemampuan untuk memberi keteraturan dalam informasi, serta dikasih colekan, dan sentuhan ekspresi dan perasaan pada artefak yang mampu merekam pengalaman hidup manusia. Dalam tahun-tahun terakhir ini istilah “desain yang baik” telah mendapat arti yang baru, lebih dari arti yang sebenarnya: hal ini adalah hasil suatu program gabungan yang disponsori oleh “Museum Seni Modern” dan “Bursa Barang Chicago”. Demikian hebat perkembangan suatu ide jika digabungkan oleh publisitas yang efektif. (Sachari Agus, 1987: 1). Penciptaan logo Bali Jazz Festival ini, terinperasi dari mendunianya musik jazz, semakin hari semakin banyak peminatnya sehingga kalau kita perhatikan dan didengarkan irama musik jazz sangat romantis, melankolis membuat suasana menjadi damai, sehingga dalam penciptaan logo muncul ikon-ikon seperti Lingkaran, kunci G, ombak merah, bulatan kuning, bulatan hitam. Arti dan Makna Logo Musium Nasional 1. Lingkaran melambangkan, kebulatan tekad dalam mengembangkan perhelatan musik Jazz bersekala internasional sehingga terselenggara dengan baik 2. Lingkaran juga melambangkankan dunia, dunia bulat sehingga bisa diartikan musik jazz sudah mendunia 3. Lambang kunci G mewakili lambing musik itu tersendiri dengan lingkaran dibelakang 4. Ombak melambangkan bergemuruhnya semangat penyelenggara dan peserta demi kesuksesan perhelatan musik jazz ini, dan semangat kreatifitas dari berbagai ragam bangsa saling berlomba dalam artian positif. 5. Warna merah melambangkan semangat pantang menyerah, berani berkopetisi secara sportif. 6. Warna kuning melambangkan keagungan, setiap langkah harus didasari keagungan dan kesucian agar tidak tercela. 7. Warna hitam melambangkan keteguhan hati Bahan Bacaan Agus Sachari

Item Type: Image
Uncontrolled Keywords: (1998), Tinjauan Desain, Bandung: ITB, (1987), Seni, Desain, Teknologi, Bandung: Nova, (2001), Desain dan Dunia Kesenirupaan Indonesia dan Wacana Transformasi Budaya, Bandung: ITB, (1998), Desain dan Pembangunan, Bandung: ITB Adhi Nugraha, (1989), Desain Produk I, Bandung: ITB Bagas P., (1998), Desain Produk Industri, Bandung: Yayasan Delapan-Sepuluh Breckon, A., (1988), Craft,Desain and Technology, London: Colin Education Dibya Hartono, (1999), Desain Produk V, Bandung: ITB Dolce, J, (1988), Product Design III, New York: PBC International Inc. Yanyan Sunarya, (1999), Sejarah Seni Rupa dan Desain Modern. Yarwood, A. and Dunn, S. (1986), Desain and Craft, London: Hodder and Stoughton Wong, Wucius, Principles of 2 Dimension Design, Penerbit ITB Bandung, 1990 Suryahadi, A. (2001). Bunga Rampai Pendidikan Seni. Yogyakarta: PPPG Kesenian. Tabrani, P. (2000). Bahasa Rupa Gambar. Makalah Program Pelatihan Desain Grafis Bagi Desainer Peruri, Kerjasama Jurusan Desain FSRD-ITB Peruri. Beck, J. (2001). Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta.:Delapratasa Publishing. Broudy, H. (1987). Theory and Practice In Aesthetic Education. A Journal Of Djohar. (2003). Pendidikan Strategik Alternatif Untuk Pendidikan Mas Depan. Yogyakarta : Kurnia Kalam Semesta. Lowenfeld, Victor. (1982). Creative and Mental Growth. New York: The MacMillan Company. Mattil Edward.1971.Meaning In Craft. New Jersey:Prentice Hall Nancy, B. dan Gloria, B.M. (2003). Rahasia Mengajar Seni pada Anak di Rumah dan di Sekolah. Yogyakarta: Pripoenbooks. Poul Torrance, 1981, Poul Torrance Test Of Creative Lexington, Personal Press Sindunata. (2000). Membuka Masa Depan Anak-anak Kita. Yogyakarta: Kanisius. Suryahadi, A. (2001). Bunga Rampai Pendidikan Seni. Yogyakarta: PPPG Kesenian. Sjafri Sairin, 2003, Seminar Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Pengembangan Kultur Sekolah yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta pada 12 Juni 2003 di UNY, Yogyakarta Tilaar Har,.1999. Pendidikan, Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya Tabrani, P. (2000). Bahasa Rupa Gambar. Makalah Program Pelatihan Desain Grafis Bagi Desainer Peruri, Kerjasama Jurusan Desain FSRD-ITB Peruri. Beck, J. (2001). Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta.:Delapratasa Publishing. Broudy, H. (1987). Theory and Practice In Aesthetic Education. A Journal Of Djohar. (2003). Pendidikan Strategik Alternatif Untuk Pendidikan Mas Depan. Yogyakarta : Kurnia Kalam Semesta. Lowenfeld, Victor. (1982). Creative and Mental Growth. New York: The MacMillan Company.
Subjects: Seni dan Budaya > Seni Rupa
Divisions: Fakultas Bahasa, Seni dan Budaya (FBSB) > Pendidikan Seni Rupa
Depositing User: pend seni rupa fbs
Date Deposited: 14 Aug 2012 04:46
Last Modified: 28 Aug 2018 01:58
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4089

Actions (login required)

View Item View Item