PENGARUH SUHU PROSES TRANSESTERIFIKASI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN ADSORBEN ARANG AKTIF

W., Muhamad , Saepudin (2011) PENGARUH SUHU PROSES TRANSESTERIFIKASI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN ADSORBEN ARANG AKTIF. S1 thesis, UNY.

[img] Text
EFFECTS_OF_TRANSESTERIFICATION_PROCESS_TEMPERATURES_OF_BIODIESEL_PRODUCTION_OF_USED_COOKING_OIL_USING_ACTIVATED_CHARCOAL_ADSORBENT.doc

Download (37kB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu proses transesterifikasi pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dengan menggunakan arang aktif sebagai pemucat, dengan karakter biodiesel yang diujikan meliputi massa jenis, viskositas, titik tuang dan titik nyala serta kalor pembakarannya. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia FMIPA UNY, laboratorium Kimia Fisika FMIPA UGM, dan laboratorium Teknologi Minyak Bumi, Gas dan Batubara Teknik Kimia UGM. Pembuatan biodiesel ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pemurnian dan tahap transesterifikasi. Pemurnian minyak jelantah bertujuan untuk menghilangkan rasa bau dan pengotor serta mengurangi asam lemak bebas dalam minyak jelantah. Tahap pemurnian ini terdiri dari despicing, netralisasi, dan pemucatan. Proses transesterifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak jelantah yang telah dimurnikan dengan sodium metoksida. Suhu proses transesterifikasi divariasikan dengan variasi suhu 30, 40, 65, clan 80oC dengan lama pengadukan 45 menit. Biodiesel yang dihasilkan dianalisis dengan spektrosfotometer FTIR untuk mengetahui gugus fungsionalnya. Kemudian dilakukan uji mengenai massa jenis, viskositas, titik nyala, titik tuang dan kalor pembakaran yang sesuai dengan Standar Mutu Biodiesel Indonesia. Hasil spektrmn FTIR menunjukkan masing-masing sampel biodiesel mempunyai serapan di daerah 1745 cm-1- 1730 cm-1 (gugus C-O) dan daerah 1300 cm-1 -1000 cm-1 (gugus C-O) yang merupakan gugus fungsi dari ester. Nilai massa jenis, viskositas, titik nyala, dan titik tuang ke-4 biodiesel sesuai dengan Standar Mutu Biodiesel Indonesia berturut-turut: Biodiesel A (866.95±0.75 kg/m3, 5.71925±0.03915 mm/s, 192oC, 9°C. Biodiesel B (865.05 ± 2.15 kg/m, 5.48085 ± 0.00045 mm/s, 192oC, 10.5 ± 1.5°C). Biodiesel C (867.50 ± 0.3 kg/ m3, 5.6025 ± 0.0029 mm/s, 1987E2°C, l2°C). Biodiesel D (868,50 ± 0,3 kg/m3, 5,85815 ± 0,01535 mm/s, 200 ± 4oC, 9°C). Kalor pembakaran biodiesel A, B, C,danD berturut-turut 9.645.73 ± 46.4379, 9.744.53 ± 11.8423, 9.728.51 ± 15.3367, dan 9.744.59±6.7350 kal/gr. Suhu optimum proses transesterifikasi agar dihasilkan jumlah biodiesel yang maksimal adalah 65oC. Kata kunci : Minyak jelantah, suhu transesterifikasi, biodiesel.

Item Type: Thesis (S1)
Subjects: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam > Kimia
Divisions: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) > Jurusan Pendidikan Kimia > Kimia
Depositing User: Eprints
Date Deposited: 08 Aug 2012 18:00
Last Modified: 29 Jan 2019 15:35
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3245

Actions (login required)

View Item View Item