Agustina, Teguh (2010) EKSISTENSI TOKOH SULTAN HAMID II PADA MASA PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA (1943-1955). S1 thesis, Fakultas Ilmu Sosial.
|
Text
EKSISTENSI SEKOLAH TAMAN IBU DI YOGYAKARTA (1933-2009).pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
Pergolakan dalam memerangi kolonialisme yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia menandakan bahwa semangat untuk melakukan suatu perubahan dan terbebas dari jeratan kolonialisme bangs a asing telah membara di dalam hati masyarakat Indonesia tidak terkecuali apa yang terjadi di Kalimantan Barat khususnya di daerah Pontianak dan sekitamya. Tujuan Penulisan skripsi ini mendeskripsikan sosok Sultan Syarif Hamid II Alkadrie, mengetahui eksistensi Sultan Hamid II terhadap perjuangan kemerdekaan di Indonesia khususnya di Pontianak, Kalimantan Barat dan mengetahui akhir perjuangan Sultan Hamid II. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode sejarah kritis yang yang terdiri dari empat langkah, menurut Nugroho Notosusanto, yaitu: (1) Heuristik, kegiatan menghimpun jejak-jejak atau sumber-sumber sejarah, (2) Kritik Surnber, kegiatan meneliti jejak-jejak atau sumber-sumber sejarah yang telah dihimpun sehingga diperoleh sumber-sumber yang otentik dan terpercaya, (3) Interpretasi merupakan penelaahan terhadap fakta-fakta sejarah, (4) Historiografi untuk menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk karya tulis sej arah. Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana Eksistensi Sultan Hamid II sebagai Sultan ke-VIII di Kerajaan Keraton Kadariah Pontianak dan eksistensinya dalam proses memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sultan Hamid II memiliki cara tersendiri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yaitu dengan cara menyumbangkan peran pemikirannya dibidang politik. Selain itu eksistensinya dalam mencapai proses perjuangan kemerdekaan di Indonesia antara lain adalah keikutsertaannya dalam berbagai macam konfrensi. Sedangkan eksistensinya untuk Kalimantan Barat pada saat itu adalah dibuatnya suatu bentuk daerah federal yang dinamakan DIKB (Daerah Istimewa Kalimantan Barat). Sedangkan eksistensinya untuk Indonesia (RIS) saat itu adalah diciptakannya Lambang Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara Indonesia oleh Sultan Hamid II. Namun diakhir perjuangannya Sultan Hamid menghadapi suatu masalah yang membuat dirinya dianggap sebagai seorang yang bersalah, hal ini dikarenakan Sultan Hamid II terlibat dalam suatu peristiwa penyerbuan berencana oleh Westerling terhadap sidang dewan menteri RIS di Pejambon, Jakarta. yang membuat dirinya harus mendapatkan hukuman selama 10 tahun. Kata Kunci: Keraton Kadariah Pontianak, Peristiwa Mandor, Lambang Negara, DIKB, Catatan Hitam Sultan Hamid II.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Subjects: | Ilmu Sosial > Sejarah |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik (FISHIPOL) > Pendidikan Sejarah |
Depositing User: | Admin Pendidikan Sejarah FIS |
Date Deposited: | 23 Nov 2015 07:24 |
Last Modified: | 30 Jan 2019 05:38 |
URI: | http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/28449 |
Actions (login required)
View Item |