Suaedi, Falih (2015) INNOVATIVE LEADERSHIP AND POLICY CHANGE: Pelajaran dari Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur. In: 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University.
Text
Falih Suaedi-malindo-2015-full paper-INNOVATIVE LEADERSHIP AND POLICY CHANGE.doc Download (196kB) |
Abstract
Otonomi daerah telah digulirkan sejak tahun 2001. Dengan otonomi daerah tersebut, perkembangan daerah akan sangat tergantung pada masyarakat daerah tersebut yang dipimpin oleh kepala daerah –yang dipilih secara langsung--.Sebagai pemimpin di daerah, Walikota tersebut bertindak sebagai manajer publik yang mempunyai kekuasaan mengalokasikan dan mendistrubusikan resources. Namun dalam kenyataannya sampai saat ini, banyak daerah yang kinerja pembangunannya kurang bagus sebaliknya hanya sedikit daerah yang menonjol dalam kinerja pembangunannya. Hal demikian disebabkan karena manajer publik-nya kurang inovatif, disamping factor kapabilitas individual, factor politik juga mempengaruhi –karena dia diusung oleh parpol--. Merujuk pada Lyons, innovative leadership adalah individu yang mampu dan tahu bagaimana menjemput ide-ide baru untuk mewujudkan efektivitas dalam setiap gerak organisasinya. Sebagai agen perubahan, dalam perspektifnya Eko Prasodjo, dia mampu paling tidak melakukan restrukturisasi, reengineering proses, pembenahan pada sumberdaya manusia, dan menciptakan relasi yang baru antara pemerintah dan masyarakat. Namun hanya sedikit kepala daerah yang mampu melakukannya dan berhasil mengangkat kinerja pemerintahan, salah satunya adalah Walikota Surabaya. Keberhasilan Walikota Surabaya sebagai pemimpin yang inovatif, disamping karena kemampuan individu yang bersangkutan juga dipengaruhi dukungan publik yang kuat serta berani berargumentasi dengan DPRD. Tingkat innovasi yang paling strategis adalah mampu dan mau mengubah policy menjadi lebih baik yang diekspresikan dengan mewujudkan system yang lebih competitive dan memihak pada publik. Dalam perspektifnya Schein, bisa melalui mekanis primer dan sekunder, atau melakukan process reengineering ala Champy dan bahkan Armajani mengingatkan untuk membangun system yang baik agar terhindar dari lima mitos pembaharuan pemerintahan. Sebenarnya, mampu dan mau mengubah policy saja tidak cukup bila dilakukan secara parsial namun harus sistemik. Pemerintah Kota Surabaya mampu mensinergikan hal tersebut. Kata Kunci: innovative leadership, policy change, public manager
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Subjects: | Ilmu Sosial > Administrasi Negara |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik (FISHIPOL) > Administrasi Publik |
Depositing User: | Admin Administrasi Negara FIS |
Date Deposited: | 06 Nov 2015 02:02 |
Last Modified: | 06 Nov 2015 02:02 |
URI: | http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27996 |
Actions (login required)
View Item |