FOLKLOR RITUAL TRADISI NYEKAR PUNDHEN NYAI RANTAMSARI DUSUN KWADUNGAN DESA WONOTIRTO KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

Putranto, Panggah Adi (2014) FOLKLOR RITUAL TRADISI NYEKAR PUNDHEN NYAI RANTAMSARI DUSUN KWADUNGAN DESA WONOTIRTO KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG. S1 thesis, Universitas Negeri Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
Panggah Adi Putranto 07205244181.pdf

Download (4MB) | Preview

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prosesi jalannya tradisi, makna simbolik sesaji, serta fungs i tradisi Nyekar Pundhen di Dusun Kwadungan, Desa Wonotirto, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik observasi berpartisipasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu perekam, kamera, foto dan alat tulis. Analisis data yang digunakan adalah kategorisasi dan perbandingan berkelanjutan. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi metode dan sumber. Hasil penelitian menunj ukan bahwa: (1) Terjadinya tradisi Nyekar pundhen diawali dari cerita Nyai Rantamsari, Awal mula penyebaran agama Islam oleh Nyai Rantamsari da n Joko Teguh, beliau seorang wali yang membuka daerah kedu dike nal de ngan Ki Ageng Kedu Makukuhan (1471 -1497) masa jaman kerajaan Demak. Nyai Rantamsari dan Ki Ageng Makukuhan menyebarkan agama Islam dalam penyebaran agama Islam Nyai Rantamsari beristirahat di sebuah mata air yang bernama Tukji atau Tuk Ajining Diri, dari sinilah Nyai Rantamsari mbubak desa Wonotirto. Setelah Nyai Rantamsari meninggal, warga Desa Wonotirto kemudian menggelar tradisi Nyekar Pundhen yang bertujuan untuk mendo’aka n arwah Nyai Rantamsari. (2) Prosesi tradisi Nyekar Pundhen terdiri dari beberapa tahap meliputi: (a) membersihkan Pundhen Nyai Rantamsari. (b) pelaksanaan diawali dengan warga datang dengan membawa kembang wangi dan menyan, kemudian diserahkan kepada juru kunci dengan menyampaikan tujuan, juru kunci membakar menyan sebagai pembukaan Nyekar Pundhen, juru kunci membaca do’a dengan diikuti oleh warga, kemudian warga melakukan Nyekar di Pundhen Nyai Rantamsari dan (c) warga melakukan tirakatan setelah prosesi Nyekar selesai dilaksanakan. (3) Makna simbolik sesaji yaitu sega golong sebagai wujujd doa agar diberi kesempurnaan, wedang kopi dan jembawuk sebagai simbol rasa susah yang ada pada manusia, wedang teh legi sebagai simbol untuk mendapatkan kebahagiaan, wedang salam memiliki makna ketulusan salam yang tulus dari hati, rokok dan uang sebagai simbol kelancaraan rejeki, kembang wangi dan menyan sebagai pengantar do’a serta simbol pensucian diri manusia. (4) Fungsi tradisi Nyekar Pundhen adalah sebagai bentuk mendoakan Nyai Rantamsari, sarana meminta kepada Tuhan YME, gotong-royong, menjalin silaturahmi, meningkatkan pendapatan, dan melestarikan warisan leluhur. Dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pada jaman sekarang masih banyak masyarakat yang percaya dengan tradisi Nyekar Pundhen, untuk mendo’akan Nyai Rantamsari serta meminta keselamatan. Pengunjung yang datang memiliki tujuan masing-masing yang berbeda.

Item Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: folklor, nyekar pundhen, dusun kwadungan
Subjects: Bahasa dan Sastra > Bahasa Jawa
Divisions: Fakultas Bahasa, Seni dan Budaya (FBSB) > Pendidikan Bahasa Daerah
Depositing User: Admin Pendidikan Bahasa Jawa FBS
Date Deposited: 11 Aug 2015 11:22
Last Modified: 30 Jan 2019 01:47
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/24756

Actions (login required)

View Item View Item