PERISTIWA SENDORENG DI KECAMATAN SAMALANTAN KABUPATEN BENGKAYANG (KAJIAN HISTORIS TENTANG KONFLIK ETNIS DAYAK-MADURA TERBESAR PERTAMA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 1979)

Antonia Yunita, Fitria (2014) PERISTIWA SENDORENG DI KECAMATAN SAMALANTAN KABUPATEN BENGKAYANG (KAJIAN HISTORIS TENTANG KONFLIK ETNIS DAYAK-MADURA TERBESAR PERTAMA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 1979). S1 thesis, UNY.

[img]
Preview
Text
Halaman Depan NIM. 09406249007.pdf

Download (928kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Abstrak NIM. 09406249007.pdf

Download (53kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB I NIM. 09406249007.pdf

Download (252kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB II NIM. 09406249007.pdf

Download (335kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB III NIM. 09406249007.pdf

Download (237kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB IV NIM. 09406249007.pdf

Download (226kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB V NIM. 09406249007.pdf

Download (171kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Lampiran NIM. 09406249007.pdf

Download (3MB) | Preview

Abstract

Konflik antar etnis Dayak-Madura di Kalimantan Barat tercatat sudah terjadi sebelas kali pada rentang tahun 1950-1997. Salah satu dari sebelas konflik tersebut yang menjadi kajian dalam skripsi ini adalah tentang Peristiwa Sendoreng tahun 1979. Tujuannya adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya, kronologis kejadiannya, dan upaya perdamaian oleh pemerintah di daerah konflik tersebut. Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo. Tahap yang pertama adalah pemilihan topik yakni tentang Peristiwa Sendoreng 1979. Tahap kedua, heuristik atau pengumpulan sumber (sumber tertulis dan tidak tertulis). Tahap ketiga, verifikasi atau kritik sumber baik ekstern maupun intern. Tahap keempat, interpretasi atau penafsiran dalam mengkorelasi data yang telah terkumpul. Tahap kelima adalah historiografi atau penulisan sejarah sebagai hasil dari penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab terjadinya Peristiwa Sendoreng adalah adanya kesenjangan sosial antara Dayak dan Madura; munculnya stereotip negatif dari kedua etnis; serta akibat adanya konflik yang berulang yang melibatkan kedua etnis tersebut. Awal kejadian adalah permasalahan sepele antara Asikin bin Asmadin (Madura) yang merasa terhina oleh kata-kata Sidik (Dayak) yang menegurnya untuk berhati-hati mengarit rumput agar tak terkena padi ketika mencari rumput di pematang sawah Sidik di Desa Sendoreng. Buntutnya Asikin membacok Sidik hingga meregang nyawa dan meninggal keesokan harinya di RS Bethesda Serukam. Tewasnya Sidik menyebabkan perang berkecamuk di Samalantan dan Monterado hingga merengut puluhan korban jiwa dan harta benda yang terbakar. Konflik mereda seminggu kemudian setelah aparat keamanan diturunkan dari Batalyon 641 “Beruang Hitam”, Brimob, Polres Sambas, Kodim 1202, dan Hansip-Wanra. Upaya pemerintah memediasi perjanjian damai bagi kedua etnis berhasil dilakukan, ditandai dengan dibangunnya Tugu Perdamaian di Samalantan dan Tugu Bendera di Monterado. Kata Kunci: Peristiwa Sendoreng, Samalantan, Bengkayang, Konflik Etnis, Madura-Dayak, Kalimantan Barat, 1979.

Item Type: Thesis (S1)
Subjects: Ilmu Sosial > Sejarah
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik (FISHIPOL) > Pendidikan Sejarah
Depositing User: Admin Pendidikan Sejarah FIS
Date Deposited: 07 Jul 2015 01:24
Last Modified: 30 Jan 2019 00:48
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22744

Actions (login required)

View Item View Item