WILLEM ISKANDER (1840-1876 ) PELOPOR PENDIDIKAN DI MANDAILING SUMATRA UTARA

Ardi, Ansyah (2013) WILLEM ISKANDER (1840-1876 ) PELOPOR PENDIDIKAN DI MANDAILING SUMATRA UTARA. S1 thesis, UNY.

[img]
Preview
Text
bab 1.pdf

Download (433kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB 2.pdf

Download (441kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB 3.pdf

Download (350kB) | Preview
[img]
Preview
Text
bab 4.pdf

Download (284kB) | Preview
[img]
Preview
Text
bab 5.pdf

Download (410kB) | Preview
[img]
Preview
Text
bab 6.pdf

Download (14kB) | Preview
[img]
Preview
Text
judul.pdf

Download (288kB) | Preview
[img]
Preview
Text
LAMPIRAN 1.pdf

Download (488kB) | Preview
[img]
Preview
Text
lampiran 2.pdf

Download (601kB) | Preview
[img]
Preview
Text
lampiran 3.pdf

Download (764kB) | Preview
[img]
Preview
Text
peta mandailing.pdf

Download (284kB) | Preview
[img]
Preview
Text
peta panyabungan.pdf

Download (259kB) | Preview
[img]
Preview
Text
peta sumatra edit.pdf

Download (317kB) | Preview
[img]
Preview
Text
peta sumatra.pdf

Download (124kB) | Preview

Abstract

Pada tahun 1852 Belanda mendirikan Sekolah Bumi Putera (Inlandshe Schoolen) di Panyabungan ibukota Asistensi Residensi Mandailing-Angkola. Tahun 1853 Willem Iskander pada usia 13 tahun masuk ke sekolah tersebut dan pada usia 15 tahun Willem Iskander diangkat menjadi guru dibekas sekolahnya. Karirnya sebagai guru semakin diperdalamnya dengan melanjutkan sekolahnya ke Negeri Belanda untuk bersekolah di sekolah keguruan. Tahun 1862 begitu mendapatkan ijazah guru bantu, dia pulang ke Tanah Air (Mandailing) dan mendirikan Kweekschool Tano Bato. Sekolah yang dibangunnya merupakan pelopor pendidikan di Mandailing Sumatra Utara. Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis yang terdiri dari 5 tahap yaitu (1) pemilihan topik yang disebabkan oleh kedekatan emosional dan intelektual (2) Heuristik dilakukan dengan pencarian dan pengumpulan sumber primer maupun sekunder yang relevan dengan penelitian. (3) Kritik sumber (Verifikasi) dilakukan dengan penilaian dan pengujian terhadap sumber sejarah sehingga dapat ditentukan otentitas dan kredibilitas sumber sejarah secara akumulatif untuk memperoleh fakta sejarah. (4) Interpretasi dilakukan dengan menafsirkan, menganalisis, dan menghubungkan fakta-fakta sejarah. (5) Historiografi menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk karya tulis. Hasil penelitian menunjukkan Willem Iskander adalah seorang pribumi asli Mandailing, nama Kecilnya Sati Nasution gelar Sutan Iskandar. Pada usia 22 tahun Willem Iskander mendirikan sekolah keguruan di Tano Bato (Kweekschool Tano Bato). Sekolah ini merupakan pelopor pendidikan di Mandailing karena pendidikan di Mandailing dan sekitarnya berkembang sangat pesat setelah Sekolah Guru Tano Bato (Kweekschool Tano Bato) didirikannya. Meskipun Willem Iskander meninggal dunia pada usia muda (36 tahun) namun murid dari Kweekschool Tano Bato dan murid dari muridnya banyak yang menjadi penerusnya sebagai guru, pengarang dan penerjemah yang tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Aceh. Tidak salah jika Willem Iskander dikatakan sebagai seorang pelopor pendidikan di Mandailing Sumnatra Utara. Kata kunci : Willem Iskander, pendidikan, di Mandailing.

Item Type: Thesis (S1)
Subjects: Ilmu Sosial > Sejarah
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik (FISHIPOL) > Pendidikan Sejarah
Depositing User: Admin Pendidikan Sejarah FIS
Date Deposited: 28 Jun 2015 21:33
Last Modified: 30 Jan 2019 00:09
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/21625

Actions (login required)

View Item View Item