., HENDI (2013) PERTUNJUKAN BARONGSAI DI KOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA ERA REFORMASI 1998-2001. S1 thesis, Fakultas Ilmu Sosial.
Other (FIS Digital)
1. Halaman Depan Sej 09406249013 HENDI.swf - Published Version Download (585kB) |
|
Other (FIS Digital)
2. ABSTRAK Sej 09406249013 HENDI.swf - Published Version Download (43kB) |
|
Other (FIS Digital)
3. BAB I Sej 09406249013 HENDI.swf - Published Version Download (171kB) |
|
Other (FIS Digital)
4. BAB II Sej 09406249013 HENDI.swf - Published Version Download (133kB) |
|
Other (FIS Digital)
5. BAB III Sej 09406249013 HENDI.swf - Published Version Download (70kB) |
|
Other (FIS Digital)
6. BAB IV Sej 09406249013 HENDI.swf - Accepted Version Restricted to Registered users only Download (76kB) |
|
Other (FIS Digital)
7. BAB V Sej 09406249013 HENDI.swf - Accepted Version Restricted to Registered users only Download (98kB) |
|
Other (FIS Digital)
8. Lampiran Sej 09406249013 HENDI.swf - Accepted Version Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Abstract
Barongsai adalah salah satu kesenian yang dimiliki oleh etnis Tionghoa di kota Singkawang, Kalimantan Barat. Perkembangan kesenian Barongsai mengalami pasang surut. Pada masa pemerintahan Orde Baru kesenian ini sempat dilarang tampil dimuka umum, dan pada era pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) diperbolehkan kembali untuk tampil dimuka umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kehidupan sosial budaya etnis Tionghoa di Singkawang dan asal-usul Barongsai, kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap etnis Tionghoa serta hubungannya dengan kesenian Barongsai, eksistensi kesenian Barongsai di Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat pada era Reformasi 1998-2001. Penelitian ini adalah jenis penelitian historis, dengan menggunakan metode penelitian sejarah kritis seperti yang dijabarkan oleh Kuntowidjoyo, yaitu: (1) Pemilihan Topik, merupakan langkah pertama dalam sebuah penelitian, yaitu untuk menentukan permasalahan yang akan dikaji. (2) Heuristik, merupakan tahap pengumpulan data dan sumber-sumber sejarah yang relevan. (3) Kritik Sumber, merupakan tahap pengkajian terhadap kredibilitas dan otensitas sumber-sumber yang diperoleh baik segi fisik maupun isi sumber. (4) Interpretasi, merupakan tahap pencarian keterkaitan makna hubungan antar fakta kemudian mengkorelasikan fakta-fakta yang diperoleh setelah melakukan kritik sumber. (5) Penyajian, berupa historiografi atau penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukan bahwa kehidupan sosial budaya etnis Tionghoa tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan leluhur (nenek moyang), mereka beranggapan bahwa budaya dari leluhur merupakan simbol jati diri mereka. Dihapusnya Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 14 Tahun 1967 dan diganti dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2000, merupakan awal dari kebangkitan etnis Tionghoa. Pertunjukan Barongsai merupakan ekspresi dari kebebasan etnis Tionghoa, setelah sekian lama dikekang oleh peraturan pemerintah yang kurang berpihak kepada etnis Tionghoa dari berbagai bidang kehidupan. Seiring dengan perubahan zaman, fenomena Barongsai di Singkawang mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga dikenal oleh masyarakat diberbagai daerah. Barongsai adalah aset daerah yang harus dipertahankan dan dilestarikan, karena memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap pemasukan kas daerah Pemerintah Kota Singkawang. Kata Kunci: Barongsai, Singkawang.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Subjects: | Umum > Penelitian Ilmu Sosial > Sejarah |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik (FISHIPOL) > Pendidikan Sejarah |
Depositing User: | Admin Pendidikan Sejarah FIS |
Date Deposited: | 11 Jun 2015 03:41 |
Last Modified: | 29 Jan 2019 23:26 |
URI: | http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/20362 |
Actions (login required)
View Item |