DESKRIPSI PELAKSANAAN PENGGABUNGAN LS DAN PTK OLEH MAHASISWA PROGRAM SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN MELALUI JALUR PENDIDIKAN

Drs. Parno, M.Si, - (2009) DESKRIPSI PELAKSANAAN PENGGABUNGAN LS DAN PTK OLEH MAHASISWA PROGRAM SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN MELALUI JALUR PENDIDIKAN. Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA 2009. ISSN 978-979-96880-5-7

[img]
Preview
Text
J_Pend_Fis_Parno1.pdf

Download (93kB) | Preview

Abstract

Lesson Study (LS) dapat diartikan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Implementasi LS di Indonesia masih sangat baru, yaitu mulai tahun 2005 di tiga universitas (UPI, UNJ dan UM) melalui Program IMSTEP JICA. LS memiliki tiga kegiatan utama, yaitu perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do), dan melihat/refleksi (See). Desain LS yang baik menghasilkan guru yang professional dan inovatif sehingga kualitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas dengan suatu tindakan pembelajaran (instruksional) sehingga kualitas pembelajaran siswa menjadi baik (efektif dan efisien). PTK terdiri dari siklus-siklus yang mana tiap siklus meliputi tahapan perencanaan (Plan), tindakan (Act), pengamatan (Observe), dan refleksi (Reflect). Ide pertama penggabungan LS dan PTK diterapkan pada mahasiswa program sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan angkatan pertama 2008 pada matakuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) selama 2 bulan mahasiswa melakukan praktik mengajar di sekolah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif model survei. Data pelaksanaan penggabungan LS dan PTK mahasiswa didapatkan melalui dua cara, yaitu sharing seminggu sekali di kampus dan penyebaran angket di akhir kegiatan. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Berikut adalah deskripsi hasil analisis data pelaksanaan penggabungan LS dan PTK mahasiswa. (1) Mahasiswa sebanyak 61,5% belum pernah melakukan LS, dan sebanyak 69,2% pernah melakukan PTK dengan rata-rata 2 kali. (2) Pelaksanaan LS sebagai bagian dari PTK sebanyak 72,7%. (3) Pelaksanaan PTK ratarata 2 siklus sebanyak 76,9% dengan 2 pertemuan setiap siklus sebanyak 61,5%. (4) Plan LS dilakukan sebanyak 88,5% bersama mahasiswa, guru mitra, guru IPA, dan dosen. (5) Observer Do LS dilakukan sebanyak 69,2% oleh mahasiswa, guru mitra, guru IPA, dan dosen. (6) Posisi observer Do LS dilakukan sebanyak 65,4% dengan berdiri pada posisi yang dapat melihat raut muka siswa dan sekali waktu mendekat ke siswa. (7) Fokus utama observasi Do LS sebanyak 63,8% pada aktivitas dan kreativitas belajar murid, dan cara siswa belajar kelompok dan berkooperasi. (8) See LS sebanyak 59,4% dilakukan langsung setelah Do LS. (9) Dukungan sekolah (guru mitra, guru IPA, dan pimpinan sekolah) tehadap pelaksanaan gabungan LS dan PTK sebanyak 89,7% sangat bagus atau bagus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggabungan LS dan PTK pada program tersebut adalah cukup optimal. Penggabungan LS dan PTK juga sedang dilakukan oleh mahasiswa program sertifikasi angkatan kedua tahun 2009. Hampir mirip dengan penggabungan LS dan PTK, pada semester II 2008/2009 ini FMIPA UM menerapkan pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) berbasis LS di sekolah pada mahasiswa reguler prodi pendidikan semester terakhir.

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: LS, PTK, sertifikasi guru, jalur pendidikan
Subjects: Prosiding > Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA 2009
Divisions: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) > Pendidikan Fisika > Fisika
Depositing User: Eprints
Date Deposited: 04 Mar 2015 02:24
Last Modified: 06 Mar 2019 00:46
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/12339

Actions (login required)

View Item View Item