Kesepadanan Makna Sosiokultural Terjemahan Lakon Lubdaka Buku The Invisible Mirror dari Bahasa Bali ke dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Andayani, Ni Putu Tisna (2014) Kesepadanan Makna Sosiokultural Terjemahan Lakon Lubdaka Buku The Invisible Mirror dari Bahasa Bali ke dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. S2 thesis, UNY.

[img] Text
tesis-ni-putu-tisna-andayani-11706251008.pdf
Restricted to Registered users only

Download (35MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi makna sosiokultural; (2) menganalisis tingkat kesepadanan makna sosiokultural; (3) mencermati strategi penerjemahan, khususnya bagian pertunjukan wayang; dan (4) membandingkan ideologi penerjemahan yang mendominasi penerjemahan buku The Invisible Mirror. Buku tersebut memuat tiga bahasa, yakni: bahasa Bali sebagai bahasa sumber, sekaligus terjemahannya dalam bahasa Indonesia (teks 2/T2) dan bahasa Inggris (teks 3/T3). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif. Subjek penelitian yakni buku The Invisible Mirror, Siwaratrikalpa: Balinese literature in performance yang memuat isi dari lontar Siwaratrikalpa lakon Lubdaka yang ditransformasikan dari pertunjukan wayang tradisional Bali. Fokus penelitian diawali dengan mengidentifikasi makna-makna sosiokultural Bali, istilah-istilah, dan sebutan-sebutan pada kajian unit terjemahan. Unit-unit terjemahan di T2 dan T3 kemudian diklasifikasikan ke dalam wujud kebudayaan sociofact, mantifact dan artifact. Pengumpulan data menggunakan teknik baca, simak, catat (BSC) dengan penulis sebagai instrumen utamanya. Data penelitian dianalisis menggunakan metode padan intralingual dan untuk menguji keabsahan datanya digunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian di T2 dan T3 menunjukkan bahwa: (1) Dari keseluruhan makna-makna sosiokultural yang teridentifikasi, sociofact dan mantifact lebih banyak memuat makna yang bersifat sosiokultural dibandingkan dengan artifact yang lebih banyak memuat makna yang sifatnya universal sehingga mudah untuk ditemukan padanannya; (2) Tingkat kesepadanan makna di T2 dan T3, sebagian besar merepresentasikan makna sosiokultural. Perbedaannya, penerjemah di T3 mencantumkan padanan deskriptif pada makna sosiokultural di T3, sedangkan penerjemah T2 jarang sekali menambahkan padanan deskriptif di T2; (3) Strategi penerjemahan yang mendominasi di T2 adalah transposisi 55,6%, diikuti dengan borrowing 10,6%, ekuivalensi 9,3%, modulasi 8,8%, terjemahan literal 7,8%, calque 5,2% dan adaptasi 2,7%. Di T3 hasil menunjukkan bahwa, strategi penerjemahan transposisi paling banyak muncul yakni 58,8%, diikuti dengan ekuivalensi 16,2%, adaptasi 6,5%, borrowing 6,4%, modulasi 4,6%, terjemahan literal 3,9% dan yang paling sedikit digunakan adalah calque 3,6%; (4) Ideologi penerjemahan menunjukkan bahwa penerjemah T2 dan T3 cenderung menggunakan ideologi foreignisasi yakni sebanyak 61,1% di T2 dan 52,3% di T3. Dengan demikian, penerjemah di T2 dan T3 berusaha untuk mempertahankan atmosfir dan cita rasa kultural Bali sehingga pembaca bahasa sasaran mendapatkan pembelajaran lintas budaya yang terdapat di dalam buku The Invisible Mirror.

Item Type: Thesis (S2)
Uncontrolled Keywords: kesepadanan makna, sosiokultural, analisis komponen makna, strategi penerjemahan, ideologi penerjemahan
Subjects: Bahasa dan Sastra > Bahasa dan Sastra Indonesia
Divisions: Sekolah Pascasarjana (SPS) > Program Pascasarjana > Linguistik Terapan
Depositing User: Perpustakaan Pascasarjana
Date Deposited: 03 Feb 2015 00:41
Last Modified: 15 Nov 2022 02:14
URI: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/12050

Actions (login required)

View Item View Item