Istamar, Syamsuri (2006) BERBAGAI BENTUK UJIAN MERUPAKAN PENGHAMBAT KEMAJUAN PENDIDIKAN KITA. Seminar Nasional MIPA 2006: Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA serta Peranannya dalam Peningkatan Keprofesionalan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. ISSN 979-99314-1-X
|
Text
Makalah 2 Istamar_Bio_UM.pdf Download (78kB) | Preview |
Abstract
Ujian (ulangan, tes, evaluasi belajar) untuk siswa dan lulusan sekolah (SD, SMP, SMA) yang dilaksanakan oleh berbagai lembaga baik lembaga pendidikan maupun non pendidikan dapat menghambat kemajuan pendidikan kita. Ujian tersebut cenderung untuk menghafal, tidak meningkatkan kreativitas anak dan juga tidak memotivasi siswa untuk maju. Setelah ujian selesai, mereka akan melupakan semua yang telah dihafalnya. Ujian yang diselenggarakan umumnya hanya berisi soal-soal untuk ranah kognitif tanpa mempedulikan ranah afektif dan psikomotor sebagai hasil belajar siswa. Di kelas para siswa belajar untuk mencapai ranah kognitif, afektif dan psikomotor dengan evaluasi berbasis kelas, akan tetapi ujian kenaikan kelas, ujian akhir semester, ujian bersama yang diselenggarakan di suatu kota untuk mengendalikan mutu sekolah, ujian masuk perguruan tinggi, ujian masuk pegawai (negeri dan swasta) semuanya hanya berorientasi pada pencapaian kognitif. Ironisnya, sebagian dari kita mengagungkan hasil ujian yang hanya berlangsung beberapa jam. Lembaga legislatif, pejabat pemerintah, kepala sekolah, orang tua, menuntut supaya sekolah meluluskan siswa sebanyak mungkin dengan cara ujian yang kurang tepat. Sekolah bermutu diidentikkan dengan sekolah yang meluluskan semua siswanya, tanpa memperhatikan apakah para lulusannya memiliki kemampuan memadai dan memiliki kreativitas yang tinggi. Meskipun ada ketentuan bahwa evaluasi belajar hendaknya berbasis kelas dan evaluasi dilakukan secara terus menerus selama proses pembelajaran, namun ketika siswa mengikuti ujian, soal-soal yang harus dikerjakannya hanya bersangkutan dengan aspek kognitif. Apabila siswa tidak dapat mengerjakannya maka guru yang mengajarnya dianggap sebagai guru tidak berkualitas. Akibatnya, selama proses pembelajaran guru tidak lagi mengutamakan pembentukan sikap dan psikomotor. Para guru akan memilih metode ceramah yang merupakan pilihan yang paling realistis untuk menyampaikan informasi dan fakta-fakta kepada para siswa, karena siswa hanya dituntut menghafal. Kegiatan dan keterampilan ilmiah siswa tidak pernah muncul dalam ujian-ujian yang akan mereka ikuti. Apabila ujian terus dilakukan sebagaimana yang terjadi saat ini, maka hasil pendidikan kita akan semakin merosot. Lulusan sekolah kita hanya menjadi penghafal, yang selanjutnya mereka tidak akan dapat menerapkan ilmunya untuk menghadapi kehidupan mereka. Bangsa kita akan tetap menjadi bangsa kuli, tidak mampu bersaing dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin maju dengan pesat. Kata kunci: ujian, aspek kognitif, aspek psikomotor, pendidikan, sekolah bermutu
Item Type: | Article |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | ujian, aspek kognitif, aspek psikomotor, pendidikan, sekolah bermutu |
Subjects: | Prosiding > Seminar Nasional MIPA 2006 |
Divisions: | Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) > Pendidikan Biologi > Biologi |
Depositing User: | Eprints |
Date Deposited: | 03 Feb 2015 00:41 |
Last Modified: | 05 Mar 2019 04:19 |
URI: | http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/11947 |
Actions (login required)
View Item |