%0 Conference Paper %A Agustinova, Danu Eko %A Sariyatun, Sariyatun %A Sutimin, Leo Agung %A Purwanta, Hieronymus %B PROSIDING WEBINAR NASIONAL DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN ALUMNI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DALAM RANGKA DIES NATALIS KE-58 UNY %C Universitas Negeri Yogyakarta %D 2022 %F UNY:73157 %K Problematika, Pembelajaran Daring, Pembelajaran Sejarah, Covid-19 %T PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH DI MASA PANDEMI COVID-19 %U https://eprints.uny.ac.id/73157/ %X Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan berbagai problematika yang ditemukan dalam pembelajaran sejarah selama pandemi di sekolah menengah atas. Lokasi penelitian yang diambil adalah SMA Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini membahas tentang dampak yang muncul akibat pandemi Covid-19 yang merambah ke berbagai sekor salah satunya sektor pendidikan. Adanya pandemi Covid-19 mengubah beberapa kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Lembaga pendidikan kemudian melakukan inovasi untuk mengatasi permasalahan pendidikan selama pandemi. Inovasi tersebut terwujud dengan adanya pembelajaran daring. Pembelajaran daring dilaksanakan dengan memanfaatkan berbagai platfrom google meet, zoom, whatsapp grup, google classroom, dan sebagainya. Pembelajaran daring apabila tidak dilaksanakan dengan benar dapat memunculkan berbagai probematika dalam dunia pendidikan. Pada mata pelajaran sejarah sendiri juga muncul berbagai problematika selama pembelajaran daring. Kata Kunci: Problematika, Pembelajaran Daring, Pembelajaran Sejarah, Covid-19 %0 Conference Paper %A Kumalasari, Dyah %A Dewi, Ita Mutiara %A Agustinova, Danu Eko %B PROSIDING WEBINAR NASIONAL DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN ALUMNI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DALAM RANGKA DIES NATALIS KE-58 UNY %C Universitas Negeri Yogyakarta %D 2022 %F UNY:73158 %K budaya, cagar budaya, milenial %T URGENSI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA BAGI GENERASI MILENIAL %U https://eprints.uny.ac.id/73158/ %X Generasi milenial memegang peranan penting dalam melestarikan cagar budaya. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsilkan peran dan posisi strategis generasi milenial dalam menjaga kelestarian cagar budaya. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research). Cagar budaya merupakan warisan budaya yang memiliki arti penting sebagai identitas bangsa. Di era globalisasi saat ini identitas bangsa perlu diperkuat untuk mempertahankan jati diri, yang salah satunya dapat dilakukan dengan nilai-nilai budaya sebagai pondasi kehidupan bangsa. Melalui upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan yang tepat dan optimal, generasi milenial dapat memberikan peranannya bagi kelestarian cagar budaya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai luhur bangsa dalam cagar budaya sudah sepatutnya dijaga dan dijunjung tinggi untuk diwariskan ke generasi-generasi penerus bangsa. Generasi milenial dianggap sangat potensial untuk menjaga dan mewariskan budaya Indonesia. Mereka dapat berinovasi untuk mengembangkan serta memanfaatkan cagar budaya sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu generasi milenial perlu memiliki kesadaran akan pentingnya cagar budaya yang diwujudkan dengan peran nyata untuk menyelesaikan berbagai persoalan saat ini yang mengancam kelestarian cagar budaya. Melestarikan cagar budaya berarti melindungi kekayaan bangsa yang memiliki arti penting bagi kemajuan budaya di masa depan. Kata Kunci: budaya, cagar budaya, milenial. %0 Conference Paper %A Adekayanti, Nandita %A Achyani2, Fatchan %B PROSIDING WEBINAR NASIONAL DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN ALUMNI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DALAM RANGKA DIES NATALIS KE-58 UNY %C Universitas Negeri Yogyakarta %D 2022 %F UNY:73146 %K Islamic Social Reporting, Penghargaan, Profitabilitas, Likuiditas, Kinerja Lingkungan %T PENGARUH PENGHARGAAN, KINERJA KEUANGAN, KINERJA LINGKUNGAN, DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING %U https://eprints.uny.ac.id/73146/ %X Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penghargaan, kinerja keuangan yang berupa profitabilitas dan likuiditas, kinerja lingkungan, dan umur perusahaan terhadap pengungkapan Islamic social reporting pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2017-2020. Obyek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index secara berturut-turut pada periode tahun 2017-2020. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari official website perusahaan dan diperoleh populasi sebanyak 17 perusahaan yang memenuhi kriteria. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian ini adalah jenis penelitian library dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan dilakukan olah data menggunakan SPSS IMB 21 dan uji asumsi klasik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji koefisien determinasi (R2), uji F dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kinerja lingkungan dan umur perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting, untuk variabel penghargaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pengungkapan Islamic social reporting. Sedangkan variabel profitabilitas dan likuiditas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan Islamic social reporting. Kata Kunci: Islamic Social Reporting, Penghargaan, Profitabilitas, Likuiditas, Kinerja Lingkungan. %0 Conference Paper %A Pradana, Septiyanto Yoga %A Muzakki, Moch. Ridhwan Hanif %A Ardiansyah, Rozaq %A Radianto, Denny Oktavina %A Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, %B seminar nasional dan temu alumni HMPS 2019 %C FIS UNY Yogyakarta %D 2020 %F UNY:68010 %T OPTIMISME MAHASISWA D4-PE MELIHAT MASA DEPAN BANGSA PASCA PEMILU SERENTAK 2019 %U https://eprints.uny.ac.id/68010/ %X ABSTRAK Pemilu adalah memilih warga negara yang mencalonkan diri untuk mengisi jabatan politik tertentu. Pemilihan umum digunakan sebagai sarana disebagian negara termasuk Indonesia.Dan yang paling menarik dari PEMILU kali adalah,diadakannya PEMILU serentak 2019.Ini merupakan pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia.Ada beberapa kasus yang perlu kita bahas tentang PEMILU yang telah usai,mulai dari banyaknya anggota TPS PEMILU yang meninggal usai bertugas hingga hasil PILPRES yang diisukan dengan adanya kecurangan dan harus melalui beberapa kali persidangan.Dari metode yang dilakukan PEMILU kemarin dan akibat yang ditimbulkan,menurut kita kurang efektif.Dengan dilakukannya pemilihan secara bersamaan tentu akan ada tugas bertambah dari Petugas TPS,dan mengakibatkan kelelahan bahkan berakibat fatal sampai berujung kematian,seperti kasus yang telah terjadi.Dengan kondisi tersebut tentu daya konsen dari Petugas TPS berkurang bahkan berakibatkan kecurangan.Lagian pula banyak warga yang memilih wakil rakyatnya secara asal asalan,karena minimnya pengetauhan dari banyaknya para calon PEMILU.Dengan begitu bagaimana nanti masa depan bangsa kita,tentu akan berakibat fatal. Lebih baik jangan di lakukan secara bersamaan antara PILPRES dan Pemilihan Wakil Rakyat.Dengan begitu pasti PEMILU lebih efektif,warga akan tau visi dan misi dari para calon PEMILU,dan tidak akan ada lagi pemilihan secara asal asalan,berkurangnya kasus kecurangan,apalagi kasus kematian dari para anggota TPS. Keyword : Pemilu, Kasus, Pemilihan %0 Conference Paper %A Wardani, Mahardhika Dwi %A Joebagio, Hermanu %A Sariyatun, Sariyatun %A Universitas Sebelas Maret, %B seminar nasional dan temu alumni HMPS 2019 %C FIS UNY Yogyakarta %D 2020 %F UNY:68008 %T Pemanfaatan Serat Bimasuci sebagai Penanaman Nilai Etika dan Moral dalam Pembelajaran Sejarah %U https://eprints.uny.ac.id/68008/ %X Abstrak Masalah krusial bangsa Indonesia terkait penyiapan SDM di era global adalah krisis nilai-nilai karakter bangsa. Oleh karena itu, perlu adanya integrasi nilai-nilai karakter bangsa dalam kegiatan pembelajaran di semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran Sejarah. Materi pelajaran sejarah sangat potensial bahkan esensial untuk mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Agar pembelajaran sejarah berhasil baik, maka modifikasi pembelajaran sejarah perlu dikembangkan. Salah satu alternatif yang dapat diterapkan adalah pemanfaatan naskah kuno dalam pembelajaran sejarah. Melalui naskah kuno diharapkan peserta didik mampu belajar dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kekayaan nilai-nilai kearifan lokal berupa ajaran moral dan kebijakan hidup yang penuh dengan keteladanan salah satunya dapat digali dari Serat Bima Suci. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan tehnik pengumpulan data studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Serat Bima Suci mengandung ajaran moral sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penanaman nilai etika dan moral peserta didik. Kata Kunci: Etika, Moral, Serat Bima Suci, Pembelajaran Sejarah %0 Conference Paper %A Wartiningsih, Wartiningsih %A BKKBN Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, %B seminar nasional dan temu alumni HMPS 2019 %C FIS UNY Yogyakarta %D 2020 %F UNY:68009 %T TANTANGAN KEPEMIMPINAN DALAM MEMANFAATKAN BONUS DEMOGRAFI %U https://eprints.uny.ac.id/68009/ %X Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh gambaran pentingnya kepemimpinan dalam memanfaatkan bonus demografi. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dari jurnal dan buku yang berkaitan dengan kepemimpinan dalam kebijakan kependudukan dan pemanfaatan bonus demografi. Hasilnya pemimpin organisasi memerlukan jiwa kepemimpinan dengan memperhatikan program kependudukan. Kemajemukan dan keragaman penduduk yang beraneka banyak dapat dipandang dari dua sisi: sebagai modal pembangunan atau tantangan pembangunan. kesadaran pemerintah untuk menjadikan penduduk sebagai pusat pembangunan yang berkelanjutan. Kesadaran yang telah terbangun ini membutuhkan komitmen dari pemerintah untuk menindaklanjutinya menjadi aksi nyata sebab setiap daerah akan mengalami window of opportunity dan bonus demografi kedua yang berbeda. Kata Kunci: tantangan, kepemimpinan, bonus demografi %0 Conference Paper %A Dewi Sartika, Lianda %A Joebagyo, Hermanu %A Susanto, Susanto %B seminar nasional dan temu alumni HMPS 2019 %C FIS UNY Yogyakarta %D 2020 %F UNY:67119 %T CATUR GURU: REAKTUALISASI NILAI-NILAI DALAM KESUSASTERAAN HINDU UNTUK PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL %U https://eprints.uny.ac.id/67119/ %X Catur Guru merupakan salah satu filsafat hidup masyarakat Hindu di Bali yang nilai-nilainya telah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Bagian-bagian Catur Guru terdiri dari Guru Swadyaya (Tuhan), Guru Rupaka (orangtua), Guru Wisesa (pemerintah), dan Guru Pangajian (guru di sekolah). Kesusasteraan Hindu meliputi kitab-kitab yang menceritakan kisah kepahlawanan maupun berisikan ajaran tentang nilai-nilai luhur, moral, etika, dan tata cara hidup yang hingga saat ini masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Hindu. Terdapat banyak kesusastraan Hindu yang memuat ajaran Catur Guru, diantaranya yaitu kitab Mahabharata, kitab Nitisastra, kitab Upanisad, kitab Bhagawadgita, dll. Nilai-nilai Catur Guru yang terkandung dalam Kesusasteraan Hindu dapat direaktualisasikan melalui pembelajaran sejarah lokal. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana reaktualisasi nilai-nilai Catur Guru dalam Kesusasteraan Hindu untuk pembelajaran sejarah lokal. Metodologi penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi kepustakaan. Kata kunci : Catur Guru, Reaktualisasi, Kesusasteraan Hindu, Sejarah Lokal %0 Conference Paper %A Ichsan Budi, Muhammad %A Hajianti, Ningrum %B seminar nasional dan temu alumni HMPS 2019 %C FIS UNY Yogyakarta %D 2020 %F UNY:67129 %T KONTRUKSI SEJARAH PEREMPUAN DALAM PENDIDIKAN SEJARAH, KRITIK UNTUK MENUJU ARAH BARU %U https://eprints.uny.ac.id/67129/ %X Berkembangnya tema sejarah perempuan menjadi sebuah langkah kemajuan yang berharga bagi studi sejarah, hal yang senada juga terjadi dalam ilmu sosial lainnya dengan munculnya gender. Meskipun hal tersebut telah berkembang dalam ranah akademis, namun dalam pembelajaran sejarah di sekolah belum ditemukan perkembangan yang singnifikan untuk pembelajaran dan penulisan sejarah perempuan. Perempuan dalam sejarah masih terbatas pada pengetahuan akan peran, belum menjadikan sebuah fakta yang mengandung refleksi sejarah yang matang atau bahkan kesadaran gender. Pemahaman pada masalah dan stagnansi yang ada dalam pembelajaran sejarah perempuan mutlak diperlukan untuk menemukan tantangan dan solusi dapat diindetifikasi dengan baik. Penelitian ini menggunakan dua metode pertama metode historis untuk melakukan analisis bagaimana konteks sosial historis sejarah perempuan itu ditulis dalam histografi indonesia, kedua metode analisis kurikulum dan metode pembelajaran untuk menemukan bagaimana meteri sejarah tersebut disampaikan pada peserta didik. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat keterputusan antara perkembangan wacana sejarah di ranah akademik dengan dunia pendidikan pada umumnya. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kontekstualisasi para sejarawan sehingga pengetahuan yang ada kadang sulit terserap secara praktis bagi kebanyakan masyarakat, begitu halnya dengan para pendidik yaitu guru yang belum mencapai titik temu yang tepat antara perkembangan wacana ilmu pengetahuan untuk di trasformasikan pada peserta didik. Kata Kunci: Sejarah Perempuan, Kritik, dan Arah Baru %0 Conference Paper %A Setyo Utomo, Susilo %B seminar nasional dan temu alumni HMPS 2019 %C FIS UNY Yogyakarta %D 2020 %F UNY:67120 %T MUSEUM KUPANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH INDONESIA MASA PRAAKSARA BAGI GENERASI MILENIAL %U https://eprints.uny.ac.id/67120/ %X Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan museum sebagai sumber pembelajaran sejarah Indonesia masa praaksara bagi generasi milenial. Metode yang digunakan adalah studi deskriptif kualitatif melalui kajian pustaka yang relevan dengan metode pembelajaran sejarah dan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah. Sasaran dari studi ini adalah mahasiswa program studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Nusa Cendana yang sedang melaksanakan PPL pada sekolah mitra. Kajian ini menemukan bahwa Pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran sejarah Indonesia masa praaksara ini dapat meningkatkan pemahaman pelajar terhadap materi sejarah Indonesia masa pra-aksara. Ini dikarenakan museum menawarkan kompleksitas media yang sangat membantu pelajar dalam memperoleh informasi kesejarahan. Pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran sejarah, selain memberikan aspek rekreasi bagi pelajar, juga mampu memberikan visualisasi, interpretasi, dan generalisasi tentang suatu peristiwa sejarah. Oleh karena itu, sebagai upaya peningkatan pemahaman siswa tentang materi zaman praaksara perlu adanya optimalisasi penggunaan media pembelajaran berupa museum. Kata Kunci: Museum, Media Pembelajaran Sejarah, Praaksara %0 Conference Paper %A Utomo, Susilo Setyo %B Seminar Sejarah dan Alumni Pendidikan Sejarah FIS UNY %C FIS UNY Yogyakarta %D 2019 %F UNY:66867 %T MUSEUM KUPANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH INDONESIA MASA PRAAKSARA BAGI GENERASI MILENIAL %U https://eprints.uny.ac.id/66867/ %X Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan museum sebagai sumber pembelajaran sejarah Indonesia masa praaksara bagi generasi milenial. Metode yang digunakan adalah studi deskriptif kualitatif melalui kajian pustaka yang relevan dengan metode pembelajaran sejarah dan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah. Sasaran dari studi ini adalah mahasiswa program studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Nusa Cendana yang sedang melaksanakan PPL pada sekolah mitra. Kajian ini menemukan bahwa Pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran sejarah Indonesia masa praaksara ini dapat meningkatkan pemahaman pelajar terhadap materi sejarah Indonesia masa pra-aksara. Ini dikarenakan museum menawarkan kompleksitas media yang sangat membantu pelajar dalam memperoleh informasi kesejarahan. Pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran sejarah, selain memberikan aspek rekreasi bagi pelajar, juga mampu memberikan visualisasi, interpretasi, dan generalisasi tentang suatu peristiwa sejarah. Oleh karena itu, sebagai upaya peningkatan pemahaman siswa tentang materi zaman praaksara perlu adanya optimalisasi penggunaan media pembelajaran berupa museum. Kata Kunci: Museum, Media Pembelajaran Sejarah, Praaksara %0 Conference Paper %A Sudrajat, Ajat %A Widayati, Tri %B International Conference on Social Science and Character Educations (ICoSSCE 2019) %D 2019 %F UNY:67963 %P 277-282 %T Conflict and Overlapping Authorities in the Newly Implemented School Zoning Policy in Indonesia the Case in the Urban–Rural Regency of Magelang %U https://eprints.uny.ac.id/67963/ %X The zoning system is a policy pursued by the Ministry of Education and Culture to provide equal access to education services and equal distribution of the quality of national education. This qualitative research aims to get an idea of whether zoning policies on the acceptance of new students in the city of Magelang can realize educational equity in achieving social justice. The purpose of zoning is to reduce if necessary, eliminate the disparity in the quality of education, especially in the school system. The implementation of PPDB in Magelang City in 2019/2020 has not been able to achieve the objectives of the zoning policy which is to create quality education and equitable distribution of education in achieving justice. In zoning arrangements must be cooperation between the City and district governments, the zone is set based on the nearest area not based on administrative areas and easy access to transportation routes. %0 Conference Paper %A Adi Apriyadi, S.Pd, Adi Apriyadi, S.Pd %B Sejarah Lokal %D 2016 %F UNY:45895 %K Prosiding %T PERANAN MATERI SEJARAH LOKAL DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN NASIONAL PADA MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA %U https://eprints.uny.ac.id/45895/ %X Pembelajaran sejarah pada dasarnya adalah belajar tentang kehidupan masyarakat dari zaman dahulu sampai zaman sekarang. Berbagai aspek kehidupan dapat dipelajari dalam sejarah. Pembelajaran sejarah di sekolah sebaiknya lebih mudah dipahami siswa. Dalam pembelajaran sejarah hendaknya siswa dapat melihat langsung kehidupan yang nyata. Sejarah lokal dalam konteks pembelajaran di sekolah tidak hanya sebatas sejarah yang dibatasi oleh lingkup ruang yang bersifat administratif belaka, seperti sejarah provinsi, sejarah kabupaten, sejarah kecamatan, dan sejarah desa. Dari sejarah lokal inilah siswa dapat menyadari akan kekayaan tema kehidupan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga siswa akan lebih bisa memahami dan memaknai peristiwa sejarah. Sejarah lokal sebagai salah satu cabang dari studi sejarah sangat menarik untuk diperbincangkan terutama menyangkut batasan pengertian dan metodologi maupun dalam hak aspek pengajaran sejarah lokal di sekolah-sekolah. Istilah sejarah lokal di indonesia kerap digunakan pula sebagai sejarah daerah. Sejarah lokal merupakan salah satu bagian referensi yang mendukung dalam penulisan sejarah nasional. Sejarah lokal dibuat atas dasar cerita dan fakta yang terjadi pada masyarakat pada suatu tempat. Adanya sejarah lokal merupakan hal yang penting, karena selain sebagai identitasi asal mula sebuah tempat tapi akan diketahui pula bagaimana pola kehidupan masyarakat dan keanekaragaman budaya di berbagai daerah. Mengacu pada pembahasan diatas, bahwa dengan mengenal sejarah lokal yang ruang lingkupnya dekat dengan tempat tinggal peserta didik akan menimbulkan suatu kebanggaan karena daerah tempat tinggal peseerta didik menjadi bagian dari sejarah nasional serta secara tidak langsung akan memunculkan kesadaran nasional. Dalam implementasinya, guru dapat menyelipkan materi sejarah lokal dengan menggunakan pendekatan yang disesuaikan pada kurikulum. Dengan demikian, diharapkan peserta didik dapat mengetahui sejarah dan peristiwa yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya sehingga memunculkan kesadaran nasional. Kata Kunci : Sejarah Lokal, Kesadaran Nasional, Pembelajaran Sejarah %0 Conference Paper %A Aisiah, Aisiah %B kesadaran sejarah %D 2016 %F UNY:45669 %K prosidingsejarah %T PERAN SEJARAH SEBAGAI BASIS UNTUK MEMBANGUN KARAKTR PESERTA DIDIK MELALUI BIOGRAFI TOKOH %U https://eprints.uny.ac.id/45669/ %0 Conference Paper %A Akhwani, Akhwani %B Kewarganegaran Digital %D 2016 %F UNY:46092 %K Prosiding %T MEMBENTUK KEWARGANEGARAAN DIGITAL YANG BERKARAKTER MELALUI PENDIDIKAN %U https://eprints.uny.ac.id/46092/ %X Kewarganegaraan digital menjadi isu hangat belakangan ini. Munculnya baragam jejaring sosial dan aplikasi seakan membuat kehidupan manusia terbagi antara dunia nyata dan dunia digital. Cukup dengan gadget anak dengan mudah mendapatkan informasi dan hiburan. Bahkan mulai bangun tidur sampai menjelang tidur, gadget tidak lepas dari genggaman anak. Dampaknya banyak waktu yang dihabiskan di dalam dunia digital. Mereka tidak menyadari bahwa tidak semua yang berada di dunia digital layak dikonsumsi, jejak digital yang ditinggalkan juga bisa menimbulkan risiko yang membahayakan. Cyberbullying, sexting, penipuan, pembajakan merupakan contoh kejahatan di era digital. Sementara itu orang tua sebagai imigran digital belum bisa memberikan pengawasan secara intens. Pendidikan berperan penting dalam mengajarkan kewarganegaraan digital di sekolah supaya siswa dapat belajar bagaimana menjadi warga negara digital yang sopan, bertanggung jawab dan terdidik. Ada sembilan elemen digital yang bisa digunakan untuk membentuk warga negara digital yang berkarakter. Sembilan elemen tersebut adalah akses digital, komunikasi digital, kecakapan digital, perlindungan digital, etika digital, hak & tanggung jawab digital, hukum digital, kesehatan digital dan perdagangan digital. Sebagai digital natif siswa harus dipersiapkan menjadi warga negara digital yang berkarakter. Jangan sampai persamalahan besar tentang digital muncul, baru sadar akan pentingnya mengajarkan kewarganegaraan digital. Kata kunci: Kewarganegaran Digital, karakter, pendidikan. %0 Conference Paper %A Ali Ma’ruf, Ali Ma’ruf %B Nasionalisme Indonesia %D 2016 %F UNY:45674 %K prosidingsejarah %T NASIONALISME INDONESIA AWAL ABAD XX SEBAGAI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURALISME INDONESIA %U https://eprints.uny.ac.id/45674/ %0 Conference Paper %A Aman, Aman %B Mataram Islam %D 2016 %F UNY:46088 %K Prosiding %T PENILAIAN KELAYAKAN DAN EFEKTIFITAS MAKET KERAJAAN MATARAM ISLAM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA %U https://eprints.uny.ac.id/46088/ %X Permasalahan pokok yang dialami pembelajaran sejarah selama ini adalah selalu diidentikkan sebagai pembelajaran yang membosankan dan tidak menarik di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana kelayakan maket kerajaan Mataram Islam yang dikembangkan baik melalui penilaian ahli, guru, maupun siswa.Metode penelitian tahap dua ini dimulai dengan membuat desain maket yang akan dikembangkan dan menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain maket di lapangan setelah maket jadi. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini yaitu melakukan rencana tahap-tahap pelaksanaan uji coba ahli dan uji coba satu-satu. Proses validasi maket melibatkan 2 ahli media dan 2 ahli materi, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah maket yang dikembangkan dalam penelitian ini sudak layak untuk dilakukan uji operasional lapangan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kerajaan Mataram telah mengalami empat kali perpindahan Kota Gede, Pleret, Kartasura dan Surakarta. Dalam penelitian ini, maket keraton yang dikembangkan adalah maket keraton di Kota Gede dan Pleret berdasarkan berbagai pertimbangan sesuai dengan rencana penelitian semula. Langkah awal pembuatan maket adalah dengan membuat desain maket mengacu pada teori pembangunan sebuah kerajaan yang mengatur pusat pemerintahan dan bagian-bagian penting yang menyertainya. Setelah desain dinilai laik oleh tim peneliti dan ahli sejarah yang dilibatkan dalam diskusi, maka maket dibuat dengan melibatkan para tukang atau pengrajin kayu. Berdasarkan hasil uji coba operasional pada tahun ke-3 ini menunjukkan bahwa media maket efektif diketiga sekolah tersebut, meskipun memberikan gambaran yang jelas mengenai ranking ketiga sekolah tersebut. Berdasarkan hasil riil uji coba, di SMA N 5 Yogyakarta capaian KKM mencapai 88%, SMA N I Depok 86%, dan SMA N I Kalasan Sleman 87%. Hal itu menguatkan bahwa suatu media dikatakan sangat efektif jika sekurang-kurangnya capaian KKM 83%. Kata Kunci: maket, pemerintahan, dan Mataram Islam. %0 Conference Paper %A Anisa Septianingrum, Anisa Septianingrum %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:45675 %K prosidingsejarah %T KOMBINASI MODEL SIMULASI DAN PENDEKATAN VALUE CLARIFICATION TECHNIC (VCT) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH %U https://eprints.uny.ac.id/45675/ %0 Conference Paper %A Anisa Yuliana, Anisa Yuliana %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:45680 %K prosidingsejarah %T PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL, NILAI-NILAI DAN APLIKASI %U https://eprints.uny.ac.id/45680/ %0 Conference Paper %A Annisa Maulani, - %B penelitian %D 2016 %F UNY:45657 %K sejarahfis %T PEMBELAJARAN IPS SEJARAH BERBASIS BUDAYA LOKAL DI SMK NEGERI 3 KUDUS (Abstrak) %U https://eprints.uny.ac.id/45657/ %0 Conference Paper %A Arifin Suryo Nugroho, M.Pd., Arifin Suryo Nugroho, M.Pd. %B wisata sejarah lokal %D 2016 %F UNY:45905 %K Prosiding %T PEMETAAN SITUS CAGAR BUDAYA DAN REVITALISASI WISATA SEJARAH BANYUMAS SEBAGAI ALTERNATIF BELAJAR SEJARAH %U https://eprints.uny.ac.id/45905/ %X Sejarah adalah pengalaman kolektif masa lalu untuk menentukan identitas masyarakat pendukungnya. Namun permasalahannya kini adalah mau atau tidaknya manusia untuk belajar dari masa lalu atau sejarahnya yang sepatutnya dibanggakan itu. Gejala rendahnya kesadaran sejarah bangsa Indonesia hingga saat ini masih sering ditemui, pertandanya adalah kadar nasionalisme generasi muda yang memprihatinkan, juga sikap vandalisme yang sering dilakukan pada situs-situs sejarah adalah sebuah bukti. Memaknai sejarah dalam kehidupan akan membantu seseorang atau suatu komunitas untuk mengenal sejarah daerahnya, sejarah mentalitasnya, sejarah sosial, sejarah budaya dan sekaligus akan dapat dijadikan pertimbangan dalam rancang bangun peradabannya ke masa depan sebagai nilai luhur warisan pendahulunya. Agar nilai-nilai masa lalu itu dapat terinternalisasi dengan baik oleh generasi saat ini maka diperlukan inovasi baik dalam media maupun strateginya. Salah satu inovasi yang dapat dikembangkan yakni pemetaan situs cagar budaya dan revitalisasi wisata sejarah. Kata Kunci: situs cagar budaya Banyumas, pemetaan situs cagar budaya, wisata sejarah lokal %0 Conference Paper %A Badarudin, Badarudin %A Lalu Murdi, Lalu Murdi %B Sejarah Lokal %D 2016 %F UNY:46209 %K Prosiding %T INTEGRASI SEJARAH LOKAL DALAM PAKET PENGAJARAN SEJARAH NASIONAL %U https://eprints.uny.ac.id/46209/ %X Point of view dari kajian ini beranjak dari kegelisahan adanya kecendrungan siswa yang pada umumnya sering merasa bosan belajar sejarah, hal ini tidak lepas juga dari keberadaan sejarah yang dipelajari sulit dikaitkan dengan lingkungan mereka. Dengan demikian dalam konteks ini adanya pengintegrasian sejarah lokal dalam pengajaran nasional perlu untuk diperhatikan. Paper ini mencoba memformulasikan secara sederhana metode dan pendekatan pengintegrasian pengajaran sejarah yang dimaksud. Kata Kunci: Integrasi, Sejarah Lokal, Pengajaran, Sejarah Nasional. %0 Conference Paper %A Brigida Intan Printina, M.Pd, Brigida Intan Printina, M.Pd %B Pembelajaran sejarah %D 2016 %F UNY:45885 %K Prosising %T IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK MEMBANGUN SEMANGAT INTEGRASI DALAM KEMAJEMUKAN %U https://eprints.uny.ac.id/45885/ %X Kemajemukan bangsa Indonesia terlihat dari keberagaman sosial, etnis, budaya, agama, aspirasi politik, lingkungan budaya, hubungan kekeluargaan dan sebagainya. Kemajemukan ini harus berhadapan dengan satu landasan untuk merekontruksi kembali kebhinekaan yang dapat menjadi integrating force untuk mampu mengikat seluruh kemajemukan bangsa ini. Saat ini, berbagai terobosan berupa strtaegi pembelajaran ditawarkan untuk menjadikan lembaga pendidikan sebagai pusat sosialisasi dan pembudayaan nilai-nilai integrasi, salah satunya terurai dalam pendekatan Pedagogi Reflektif. Pendekatan yang dikenalkan di perguruan tinggi ini hendaknya sampai pada tingkat SD, sehingga Indonesia mampu membentuk bangsa yang terintegrasi dalam semangat kebhinekatunggalikaan. Nilai-nilai ini semestinya perlu diwariskan dan dikembangkan melalui sistem pendidikan yang terpadu dan berkesinambungan. Maka gagasan membangun semangat integrasi dalam kemajemukan dapat dipahami sebagai suatu proses penyadaran terhadap adanya kemajemukan serta kesediaan memberlakukan setiap keragamaan secara egaliter. Dalam rangka itu penulis melakukan kajian terhadap para mahasiswa sebagai calon guru sejarah dalam mata kuliah pengelolaan kelas untuk pembelajaran sejarah, agar mampu mentransformasikan pengalamannya kepada generasi yang akan datang sehingga mampu menyatukan persepsi dalam memperkuat akar integrasi bangsa. Kata Kunci: Pembelajaran sejarah, Pedagogi Reflektif, Integrasi, Kemajemukan %0 Conference Paper %A Diah Ayu Kartikasari, S.Pd, Diah Ayu Kartikasari, S.Pd %B Pembelajaran sejarah %D 2016 %F UNY:45883 %K Prosiding %T Model Group Investigation sebagai Strategi dalam Pembelajaran Sejarah %U https://eprints.uny.ac.id/45883/ %X Membangun daya berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran sejarah merupakan sebuah tantangan. Hal yang perlu ditekankan bahwa sejarah bukanlah tentang pelajaran yang menghafal tahun dan tokoh-tokoh yang sudah tiada. Namun demikian, lebih dari itu pembelajaran sejarah dapat membentuk sikap dan kemampuan berfikir yang lebih kreatif dan kritis. Model group investigation yang digunakan pada saat pembelajaran akan memunculkan kreativitas siswa, baik kreativitas aptitude (berfikir kreatif) dan kreativitas non-aptitude (afektif). Metode ini mengharuskan peserta didik untuk bekerja secara berkelompok, maka kemampuan ataupun keterampilan berkomunikasi diperlukan untuk proses pembelajaran. Selain melihat kemampuan anak yang melaksanakan kegiatan secara kelompok, mereka pun akan dilatih agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir secara mandiri. Kata Kunci: Pembelajaran sejarah, Group Investigation %0 Conference Paper %A EEN SYAPUTRA1, EEN SYAPUTRA1 %B Materi Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:45886 %K Prosiding %T Folklor Sebagai Alternatif dalam Mengembangkan Materi Pembelajaran Sejarah yang Bermakna %U https://eprints.uny.ac.id/45886/ %X Sejarah merupakan mata pelajaran yang memegang peran penting dan posisi strategis dalam pembentukan watak dan karakter bangsa. Outpot yang diharapkan dari pembelajaran sejarah ialah peserta didik yang arif dan bijaksana, baik dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, kehidupan bermasyarakat, ataupun dalam kehidupan beragama. Untuk mewujudkan pembelajaran yang demikian, salah satu elemen penting yang harus diperhatikan ialah materi pembelajaran. Materi pembelajaran yang dipilih haruslah materi yang kaya akan nilai-nilai atau mengandung banyak kearifan. Salah satu alternatif untuk materi tersebut adalah folklor. Oleh karena itu, artikel ini akan berfokus pada pembahasan mengenai foklor sebagai salah satu alternatif dalam upaya mengembangkan materi pembelajaran sejarah yang bermakna. Kata Kunci: Folklor, Materi Pembelajaran Sejarah, Pembelajaran Sejarah %0 Conference Paper %A Eka Jaya PU & Dikki Afriyanda, Eka Jaya PU & Dikki Afriyanda %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:45887 %K Prosiding %T KESENIAN WAYANG GANTUNG TIONGHOA DI SINGKAWANG DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH %U https://eprints.uny.ac.id/45887/ %X Dalam kajian ini membahas mengenai pembelajaran sejarah di sekolah dan mengenalkan kesenian wayang gantung Tionghoa di Singkawang sebagai suplemen untuk menumbuhkan sebuah nilai-nilai lokal. Pembahasan ini merupakan hasil penelitian di SMA Negeri 3 Singkawang. Penelitian menggunakan metode deskriptif analitis dan bentuk studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran sejarah dilakukan guru dengan ceramah bervariasi dan menggunakan media visual sebagai bentuk agar materi yang diajarkan lebih mudah dipahami. Dalam memperkenalkan kesenian wayang gantung Tionghoa, guru menjadikannya sebagai suplemen sejarah lokal yang sangat produktif dalam membangun nilai-nilai budaya dan karakteristik daerah. Dengan demikian peserta didik akan lebih mudah memahami dan senang untuk belajar sejarah. Kesenian wayang gantung Tionghoa meliputi memberikan pemahaman mengenai wujud, cerita, perkembangan, dan manfaat mempelajarinya. Dalam pembelajaran sejarah yang berlangsung, peserta didik terlibat aktif dalam untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Dengan adanya suplemen yang dikembangkan oleh guru sejarah maka tidak ada lagi dan alas an bahwa pelajaran sejarah membosankan dan justru sangat beguna untuk membangun jati diri peserta didik. Kata Kunci : Kesenian Wayang Gantung Tionghoa, Pembelajaran Sejarah %0 Conference Paper %A FIS UNY, FIS UNY %B Kajian dan muatan pendidikan sejarah di kurikulum 2013 %D 2016 %F UNY:46221 %K Prosiding %T Prosiding Seminar Nasional program studi pendidikan sejarah se-Indonesia %U https://eprints.uny.ac.id/46221/ %0 Conference Paper %A Fajar Desca Nugraha, Fajar Desca Nugraha %B Sejarah Lokal %D 2016 %F UNY:45767 %K Prosiding %T KUNJUNGAN SEJARAH LOKAL PENINGGALAN PREANGER STELSEL DI KABUPATEN BANDUNG UNTUK MENINGKATKAN RASA NASIONALISME %U https://eprints.uny.ac.id/45767/ %X Abstrak Makalah ini berjudul “Kunjungan Sejarah Lokal Peninggalan Preanger Stelsel di Kabupaten Bandung untuk Meningkatkan Rasa Nasionalisme”. Makalah ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan kepedulian siswa terhadap rasa nasionalisme melalui peninggalan sejarah yang melimpah berkaitan dengan kebijakan preanger stelsel. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian literature yang diaplikasikan ke dalam action researce pada mata pelajaran sejarah Indonesia kelas XI materi Penjajahan dan Perlawanan Bangsa Barat di SMA Negeri 1 Soreang. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana Sejarah lokal dapat meningkatkan rasa nasionalisme?; 2) Bagaimana penerapan model pembelajaran Kunjungan Sejarah Lokal pada Peninggalan Preanger Stelsel dapat meningkatkan rasa nasionalisme?; 3) Apa saja kendala dalam menerapkan metode Kunjungan Sejarah Lokal Peninggalan Preanger Stelsel pada mata pelajaran sejarah Indonesia untuk meningkatkan rasa nasionalisme?; 4) Bagaimana solusi menerapkan metode Kunjungan Sejarah Lokal pada mata pelajaran sejarah Indonesia untuk meningkatkan rasa nasionalisme secara efektif? Kata Kunci : 1) Kunjungan Sejarah; 2. Sejarah Lokal; 3. Preanger Stelsel3. 4. Nasionalisme) %0 Conference Paper %A Firza Husandra, Firza Husandra %B Pendidikan Sejarah %D 2016 %F UNY:45771 %K Prosiding %T DARI PERSELISIHAN MENUJU KEDAMAIAN : MEMAHAMI NILAI-NILAI RESOLUSI KONFLIK MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH %U https://eprints.uny.ac.id/45771/ %X Abstrak Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari perselisihan. Dampak yang ditimbulkan dari perselisihan mengakibatkan kerugian bagi kedua belah pihak yang terlibat, baik antar individu atau kelompok. Setiap daerah memiliki kearifan lokal dalam menyelesaikan konflik, dan masing-masing daerah memiliki cara tersendiri. Dalam masyarakat Kerinci, resolusi konflik disebut mendawah. Resolusi konflik pada masing-masing daerah memiliki relevansi dengan kehidupan masyarakatnya, dengan demikian perselisihan yang terjadi bisa diselesaikan dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Resolusi konflik tersebut diharapkan bisa menciptakan kedamaian. Salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai lokal adalah dengan pendidikan. Pendidikan sejarah menjadi jembatan penghubung yang tepat dalam menyampaikan nilai-nilai lokal. Salah satu tujuan dari pendidikan sejarah adalah untuk membentuk karakter siswa dan memberikan kesadaran sejarah, khususnya tentang sejarah lokal. Melalui pendidikan nilai-nilai kearifan lokal tetap bisa terjaga eksistensinya. Kata Kunci : Resolusi Konflik, Nilai-Nilai Lokal, Pendidikan Sejarah %0 Conference Paper %A Hany Nurpratiwi, Hany Nurpratiwi %B pembelajaran sejarah %D 2016 %F UNY:46019 %K Prosiding %T PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PROJECT BASED LEARNING %U https://eprints.uny.ac.id/46019/ %X Pembelajaran sejarah idealnya mampu mendorong peserta didik untuk menganalisis, memahami dan menemukan penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Permasalahan yang sering kita jumpai dalam ranah sejarah adalah penulisan sejarah itu sendiri. Adanya berbagai prespektif dalam penulisan suatu peristiwa sejarah akan memberikan kebingungan pada masyarakat awam untuk memahaminya. Sehingga pembelajaran sejarah idealnya mampu menuntun peserta didik untuk menyajikan tulisan sejarah dengan analisis dari berbagai sumber yang mereka dapatkan, dan berguna untuk mengatasi kerancuan peristiwa sejarah yan ada di masyarakat. Project based learning adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk aktif dalam penugasan sebuah proyek yang berfungsi bagi masyarakat dan lingkungannya. Kolaborasi antara beberapa mata kuliah untuk membuat proyek penulisan sejarah sebagai tugas peserta didik akan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Kata kunci: pembelajaran sejarah, project based learning %0 Conference Paper %A Harinaredi, M.Pd, Harinaredi, M.Pd %B Karakter kebangsaan %D 2016 %F UNY:46210 %K Prosiding %T MENUMBUHKAN KARAKTER KEBANGSAAN DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SEJARAH %U https://eprints.uny.ac.id/46210/ %X Pendidikan dan pembelajaran sejarah memiliki peran penting dalam menumbuhkan karakter kebangsaan bagi generasi Indonesia. Peran sejarawan, akhli sejarah dosen dan guru sejarah bersama-sama membangun konsep, kurikulum, metode dan materi pengajaran sejarah agar mudah di pelajari berbasis pendidikan yang menyenagkan dan berkemajuan (progressive fun education) Pengajaran sejarah seharusnya tidak berhenti dimasa lalu tetapi mampu memberi motivasi dan inpirasi bagi pembelajar untuk menghasilkan karya terbaiknya yang dipersembahkan kepada negerinya inilah wujud rasa cinta tanah air dan bangsa. Terwujudnya kerangka nation and character building sehingga menjadi sumber inspirasi dan pangkal tumbuhnya sence of pride (rasa kebanggan) dan sence of obligation (rasa kewajiban) terhadap bangsa dan negaranya adalah tujuan utama dari pendidikan sejarah di ajarkan di sekolah. %0 Conference Paper %A Hendra Kurniawan, Hendra Kurniawan %B sejarah Tionghoa %D 2016 %F UNY:46020 %K Prosiding %T MENEMPATKAN SEJARAH TIONGHOA DALAM RUANG KURIKULUM SEJARAH INDONESIA YANG BERBASIS MULTIKULTURALISME %U https://eprints.uny.ac.id/46020/ %0 Conference Paper %A Heri Susanto, Heri Susanto %B sarjana pendidikan sejarah %D 2016 %F UNY:45909 %K Prosiding %T KOMPETENSI SARJANA PENDIDIKAN SEJARAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM NASIONAL PENDIDIKAN SEJARAH SMA %U https://eprints.uny.ac.id/45909/ %X Kurikulum tidak bisa dilepaskan dari perkembangan zaman yang berubah dari waktu kewaktu. Perubahan memang tidak dapat dipungkiri dalam dunia pendidikan, pengajaran yang baik ialah yang bisa menyesuaikan dengan zaman yang ada sehingga apa yang diajarkan sesuai dengan perkembangan zaman yang ada serta yang akan datang. Sebab itulah kurikulum menjadi komponen penting sebagai penentu arah dan acuan dalam dunia pendidikan. Perubahan kurikulum menjadi hal yang mutlak diperlukan. Permasalahan yang kemudian muncul adalah; apakah perubahan kurikulum tersebut dapat diimplementasikan dengan benar di tingkat satuan pendidikan. Berbagai permasalahan teridentifikasi antara lain adalah ketidak siapan personel yang menjadi ujung tombak implementasi kurikulum, dalam hal ini guru. Sebagai langkah antisipasi dan solusi dari masalah tersebut, calon sarjana pendidikan sejarah hendaknya memiliki kemampuan akademis memadai untuk merespon dan beradaptasi terhadap perubahan kurikulum. Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut penting untuk mengidentifikasi kompetensi apa saja yang diperlukan sarjana pendidikan sejarah dalam implementasi kurikulum nasional pendidikan sejarah di SMA/MA/SMK. Kata kunci: kompetensi, sarjana pendidikan sejarah, kurikulum nasional %0 Conference Paper %A Ismaul Fitroh, Sariyatun, Djono, Ismaul Fitroh, Sariyatun, Djono %B History Learning Achievement %D 2016 %F UNY:45988 %K Prosiding %T PENGARUH PENGGUNAAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI METAKOGNITIF SISWA KELAS XI-IIS SMA NEGERI DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN AJARAN 2014/2015 %U https://eprints.uny.ac.id/45988/ %X The purpose of this study to analyze (1) The influence differences of the use of group investigation and think pair share metods toward history learning achievement (2) The influence differences of the students high and low metakognition toward history learning achievement (3) The influence of interaction between learning methods and students metakognition toward history learning achievement. The population in this study is the students of class XI Social of SMA Negeri in Ponorogo Regency. The Samples of research was the XI Social of SMAN 1 Jetis as control class and the XI Social of SMAN 1 Sampung as experiment class. The sampling technique employed was Multi Stage Cluster Random Sampling. The research method use in this study is an experimental method with 2x2 factorial design. The data obtained from the analysis of the use of group investigation and think pair share metods, students metakognition and history learning achievement is analyzed using two-way Anava at significance level α = 0,05. THe results of this study are: (1) There are differences in the influence of the use of group investigation and think pair share metods toward history learning achievement. The result of Anava test showed Fhitung 5,024 > Ftabel 4,00. Students learning achievement of history using group investigation method is better than student lerning achievement of history using think pair share. Achievement of history using group investigation obtains an average (mean=75,46) and achievement of history using think pair share obtains an average (mean=67,67). (2)There are differentces in the influence of students high and low metakognition toward history learning achievement. The result of Anava test showed Fhitung 4,910 > Ftabel 4,00. Achievement of students learning history with high metakognition is better than with achievement of students learning history with low metakognition. At the hight metakognition obtains an average (mean=75,27) while low metakognition obtains an average (mean=67,62). (3) There is no influence in interaction of learning methods and students metakognition. The result of Anava test showed Fhitung 0,318 < Ftabel 4,00. Keywords: Learning Method, Student Metakognition, History Learning Achievement %0 Conference Paper %A M. Nur Rokhman, M. Nur Rokhman %A Zulkarnain, Zulkarnain %A Lia Yuliana, Lia Yuliana %B Kerajaan Demak. %D 2016 %F UNY:46090 %K Prosiding %T SEJARAH KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGAN KERAJAAN DEMAK BINTORO %U https://eprints.uny.ac.id/46090/ %X Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana sejarah kemunculan dan perkembangan kerajaan Demak.The method utilized by the researcher in this historical writing is historical research method according to Kuntowijoyo. The stages of historical according to Kuntowijoyo has five stages, which are topic selection, heuristic, verification, interpretation and writing. Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. Kesultanan Demak merupakan kesultanan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478 setelah Demak berdiri sendiri terlepas dari Majapahit yang telah hancur. Dalam waktu singkat, Demak berkembang menjadi kerajaan besar. Wilayah kerajaan Demak meliputi Jepara, Semarang, Tegal, serta lembang, jambi, pulau pulau antara kalimantan, dan sumatera, serta beberapa daerah di pulau kalimantan. Masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Trenggana yang memerintah dari tahun 1521-1546 M. Sultan Trenggana berusaha untuk memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Setelah wafatnya Sultan Trenggana terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak. Perebutan ini terjadi antara Pangeran Sekar Seda ing Lepen dan Sunan Prawata yang merupakan putra tunggal Sultan Trenggana. Dengan demikian terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Sunan Prawata kepada Pangeran Sekar Seda ing Lepen. Putra dari Pangeran Sekar Seda ing Lepen yang bernama Arya Penangsang dari Jipang menuntut balas kematian ayahnya dengan membunuh Sunan Prawoto. Salah seorang diantara adipati-adipati yang memerangi Arya Panangsang adalah Joko Tingkir. Ia adalah seorang menantu Sultan Trenggono dan berkuasa di Pajang. Konon, Joko Tingkir masih memiliki garis trah Majapahit, yaitu Brawijaya V yang sempat diusir oleh Girindrawardhana dan mengabdi di Kerajaan Demak Kata Kunci: maket, pemerintahan, dan Kerajaan Demak. %0 Conference Paper %A Mayang Indah, Mayang Indah %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:45797 %K Prosiding %T Reinforcement Nilai-Nilai Lokal dalam Naskah Gelumpai %U https://eprints.uny.ac.id/45797/ %X Abstrak Naskah Gelumpai menceritakan tentang nilai-nilai yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Kedudukan naskah Gelumpai dalam tradisi aksara masyarakat huluan Palembang merupakan representasi sistem budaya. Naskah ini diproduksi oleh Kesultanan Palembang yang menunjukkan akulturasi Jawa dan Lokal Palembang. Naskah Gelumpai menggunakan huruf ka-ga-nga, yang juga digunakan oleh masyarakat Sumatra Selatan. Huruf ka-ga-nga adalah transformasi huruf Pallawa yang berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya. Bahasa yang digunakan adalah kromo inggil (tingkatan tinggi dalam bahasa Jawa), yang biasanya digunakan oleh para arsitorkrat dan raja di istana. Naskah Gelumpai menunjukkan collective memories masyarakat Palembang abad ke-16- 17 Masehi, yang berjejaring dengan masyarakat Jawa, masyarakat setempat serta Islam melayu. Collective memories ini dapat menjadi reinforcement dan enrichment nilai-nilai lokal terhadap pembelajaran sejarah. Keywords : Naskah Gelumpai, Ka-ga-nga, Kesultanan Palembang, collective Memories,reinforccement, Pembelajaran Sejarah, Nilai-nilai lokal %0 Conference Paper %A Miftahul Habib Fachrurozi, Miftahul Habib Fachrurozi %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:45884 %K Prosiding %T PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMK DALAM KONTEKS GLOBALISASI %U https://eprints.uny.ac.id/45884/ %X Pendidikan termasuk pendidikan kejuruan (SMK) memiliki peran strategis dalam perkembangan suatu bangsa. Perkembangan pendidikan kejuruan harus sesuai dengan perkembangan zaman. Proses pembelajaran di pendidikan kejuruan saat ini harus sesuai dengan tuntutan era global. Pendidikan kejuruan harus mampu membentuk karakter peserta didik yang siap dan mampu mengahadapi persaingan di era global. Pembelajaran sejarah di pendidikan kejuruan juga harus mampu membentuk karakter siswa yang sesuai dengan tuntutan tersebut. Pembelajaran sejarah di pendidikan kejuruan harus melingkupi beberapa aspek; 1) Pembelajaran sejarah di pendidikan kejuruan harus menanamkan nilai-nilai serta karakter kepada peserta didik agar siap menghadapi persaingan di era global, 2) Pembelajaran sejarah di sekolah kejuruan harus mampu mengedepankan aspek lokalitas sehingga peserta didik tidak kehilangan jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Untuk mengaplikasikan aspek-aspek tersebut pembelajaran sejarah di pendidikan kejuruan idealnya dikembangkan berdasarkan paradigma konstruktivisme. Pembelajaran sejarah dengan paradigma konstruktivisme memungkinkan siswa untuk menggali pengetahuan sendiri. Selanjutnya siswa diharapkan mampu memahami serta memberi makna dari pengatahuan yang mereka dapatkan. Dengan demikian, pembelajaran sejarah di pendidikan kejuruan harus lebih menekankan pada proses sehingga siswa mampu memiliki pengetahuan serta karakter yang sesuai dengan pengalaman yang dimiliki. Proses pembelajaran inilah yang diharapkan mampu membentuk karakter peserta didik yang siap menghadapi persaingan di era global. Kata kunci: Pembelajaran Sejarah, SMK, Globalisasi %0 Conference Paper %A Moh. Imron Rosidi, Moh. Imron Rosidi %B aktivitas, hasil belajar %D 2016 %F UNY:45991 %K Prosiding %T PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS X-2 SMAN DARUSSHOLAH SINGOJURUH SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2013/2014 %U https://eprints.uny.ac.id/45991/ %X Siswa kelas X-2 di SMA Negeri Darussholah Singojuruh kurang tertarik mengikuti pelajaran sejarah terlihat pada saat pembelajaran sejarah berlangsung. Guru sejarah masih menggunakan metode pembelajaran konvensional dan penugasan sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Guru sejarah jarang sekali menggunakan metode pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam belajar di kelas sehingga timbul perasaan jenuh dan bosan pada siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, dimana karakteristik siswa kelas X-2 di SMA Negeri Darussholah Singojuruh kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran sejarah, siswa merasa cepat jenuh dalam menerima pelajaran, siswa memiliki daya ingat yang lemah, dan siswa malas dalam membaca materi pelajaran. Metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa kelas X-2 terutama dalam mata pelajaran sejarah adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat dari persentase aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa pada pra siklus 61,11%, siklus I mencapai 70,83%, dan siklus II persentase aktivitas belajar siswa mencapai 85,76%. Ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus pada aspek kognitif 68,75%, aspek afektif dan psikomotorik tidak diperoleh, ketuntasan hasil belajar siswa siklus I pada aspek kognitif 75%, aspek afektif 78,12%, dan aspek psikomotorik 75%, sedangkan ketuntasan hasil belajar siklus II pada aspek kognitif 87,5%, aspek afektif 90,62%, dan aspek psikomotorik 87,5%. Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan adanya peningkatan persentase aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal antara pra siklus, siklus I, dan siklus II. Kata kunci: metode pembelajaran kooperatif, Snowball Throwing, aktivitas, hasil belajar %0 Conference Paper %A Moh. Zulham Alsyahdian, S. Hum, Moh. Zulham Alsyahdian, S. Hum %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:45882 %K Prosiding %T MULTIKULTURALISME DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN INTEGRASI SOSIAL %U https://eprints.uny.ac.id/45882/ %X Maraknya konflik yang terjadi di negeri ini, seyogyanya semakin menyadarkan segenap anak bangsa akan arti pentingnya persatuan dan kesatuan, di tengah multikulturalitas kebangsaan dan globalisasi zaman. Masyarakat yang multikultur seharusnya menjadi social capital bagi terciptanya masyarakat yang kreatif, inovatif, dan berperadaban. Bukan malah sebaliknya. Tugas untuk mencari solusi bagi persoalan-persoalan kebangsaan di atas, bukan semata-mata tugas pemerintah an sich. Akan tetapi merupakan tugas bersama anak bangsa, apa pun latar belakang profesinya. Di tambah dengan situasi negara dan dunia hari ini yang oleh karena kemajuan teknologi dan informatika, seakan-akan berada di wilayah “tanpa batas” (borderless). Salah satu medium yang paling efektif bagi persemaian ide-ide multikulturalisme tersebut, adalah melalui proses pendidikan di sekolah-sekolah. Utamanya melalui pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah, diharapkan nilai-nilai multikulturalisme tersebut menjadi bagian inheren dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Dengan ini diharapkan agar terjaga dan terciptanya masyarakat yang terintegrasi, dalam rangka persatuan dan kesatuan bangsa. Kata Kunci : Multikulturalisme, Pembelajaran Sejarah, Integrasi %0 Conference Paper %A Mohamad Ully Purwasatria, Mohamad Ully Purwasatria %B Sejarah Lokal %D 2016 %F UNY:45814 %K Prosiding %T PENGEMBANGAN MATERI SEJARAH LOKAL PADA MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA DALAM KURIKULUM NASIONAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN %U https://eprints.uny.ac.id/45814/ %X Sejak digunakannya kurikulum nasional, porsi mata pelajaran Sejarah Indonesia khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan mengalami perubahan yang cukup signifikan. Terdapat perubahan pada kompetensi dasar dan jenjang kelas yang sebelumnya materi sejarah terdapat di kelas X, XI, dan XII menjadi kelas X, dan XI dengan alasan agar pembelajaran sejarah tidak terjebak pada episode sejarah. Kemudian dalam pengembangan materi sejarah lokal pada sejarah Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan dinilai akan cukup terbatas karena adanya pemadatan materi pada jenjang kelas X dan XI. Hal ini menjadi sebuah tantangan yang cukup besar untuk guru-guru sejarah di Sekolah Menengah Kejuruan untuk mendesain pembelajaran berbasis kepada materi sejarah lokal agar dapat mengembangkan materi sejarah lokal walaupun hanya diberi waktu yang singkat. Dalam mengembangkan materi sejarah lokal, guru dapat merumuskan materi-materi sejarah lokal sesuai dengan kompetensi dasar pada kurikulum nasional. Sehingga terdapat benang merah antara materi sejarah lokal dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Kemudian pada implmentasinya dalam pembelajaran dikelas, guru dapat menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum nasional yaitu dengan pendekatan saintifik dengan metode belajar seperti diskusi, ekskursi dan studi karyawisata. Dengan harapannya adalah agar peserta didik di SMK ini dapat mengetahui peristiwa sejarah lokal yang terdapat di daerahnya, dan timbul rasa kebanggaan dari peserta didik setelah daerahnya dapat dimasukkan kedalam materi sejarah. Kata Kunci: Sejarah Lokal, Kurikulum Nasional, Sekolah Menengah Kejuruan %0 Conference Paper %A Murdiyah Winarti dan Wawan Darmawan, Murdiyah Winarti dan Wawan Darmawan %B SEJARAH LOKAL %D 2016 %F UNY:46000 %K Prosiding %T MEMBANGUN JATI DIRI BANGSA MELALUI SEJARAH LOKAL: PERANAN YOGYAKARTA PADA MASA REVOLUSI KEMERDEKAN TAHUN 1945-1950 %U https://eprints.uny.ac.id/46000/ %X Setiap peristiwa sejarah syarat dengan nilai dan makna karena berhubungan dengan kehidupan manusia, oleh karena itu mengabaikan unsur nilai akan mempersulit proses identifikasi diri dan jatidiri bangsa. Kesadaran akan kesatuan bangsa masih perlu ditingkatkan dan harus disadari bahwa proses nation building dan character building di Indonesia sebenarnya belum selesai dan tidak boleh dianggap telah selesai. Pelajaran sejarah menjadi penting dalam kaitannya untuk melahirkan perasaan yang kuat dalam menanamkan kesadaran tersebut, banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan sebagai contoh bagi generasi muda mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya, seperti yang telah ditorehkan oleh generasi sebelumnya. Dua kebajikan fundamental yang dibutuhkan untuk membentu karakter yakni rasa hormat (respect) dan tanggung jawab (responsibility) dapat digali ketika belajar sejarah. Salah satu topik yang menurut penulis dapat dipelajari oleh generasi muda (siswa), yakni tentang masa revolusi kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945-1950. Peranan dari orang-orang, baik para tokoh lokal, nasional, maupun orang ‘biasa’ yang ikut berjuang pada masa itu tidak dapat diabaikan begitu saja. Beberapa kebajikan yang diperlukan untuk membentuk karakter baik dapat dengan mudah ditemui dalam peristiwa tersebut antara lain seperti: ketabahan, integritas, kerja keras, cinta/kasih, maupun kerendahan hati. Hal tersebut merupakan pengetahuan yang berharga, untuk menghadapi kehidupan yang terus berlanjut, selain juga untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan karakter seperti membentuk pribadi siswa supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, maupun warga negara yang baik, melalui pengetahuan, apresiasi, dan pemahaman tentang perjuangan orang-orang yang berkonstribusi dalam membangun bangsa ini. Sejarah termasuk salah satu di antara ilmu-ilmu sosial yang ikut bertanggung jawab terhadap pembentukan warga negara yang baik. %0 Conference Paper %A Nazirwan Rohmadi, Nazirwan Rohmadi %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:45799 %K Prosiding %T Fraksi Nasional: Multikulturalisme untuk Indonesia Merdeka yang Terpinggirkan dalam Pembelajaran Sejarah %U https://eprints.uny.ac.id/45799/ %X Abstrak Sejarah pergerakan nasional Indonesia terbagi ke dalam tiga buah fase yang jarang diketahui oleh masyarakat. Fase pertama terjadi pada tahun 1900-1920 merupakan periode pembentukan organisasi-organisasi politik kebangsaan. Fase kedua yang disebut sebagai fase radikal terjadi pada tahun 1920-1927. Fase terakhir terjadi pada tahun 1927-1942. Fase terakhir yang juga disebut sebagai fase melunak atau fase pergerakan kooperatif seringkali terpinggirkan dalam pembelajaran sejarah di sekolah maupun di perguruan tinggi. Fase ini merupakan bagian terpenting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang harus tersampaikan. Melalui fase ini, historiografi Indonesia dapat memiliki gambaran yang lebih menarik. Selama ini, historiografi Indonesia didominasi oleh catatan perjuangan kaum nonkooperatif sehingga historiografi Indonesia terkesan melupakan perjuangan kaum kooperatif. Salah satu wadah pergerakan kaum kooperatif yang juga memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di tengah kondisi politik yang adalah Fraksi Nasional yang merupakan bagian dari Volksraad. Fraksi Nasional memiliki 11 orang anggota yang mampu mewakili bangsa Indonesia. Anggota-anggota Fraksi Nasional dipersatukan dengan bahasa Indonesia dan kepentingan politik yang sama meskipun kesebelas orang tersebut berasal dari daerah yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, peserta didik diharapkan mampu mempelajari perbedaan antar fase sejarah pergerakan nasional Indonesia, sehingga diharapkan dapat mengetahui efektivitas dan efesiensi strategi politik tokoh-tokoh pergerakan Indonesia. Kata Kunci: Fraksi Nasional, Multikulturalisme, Pembelajaran Sejarah %0 Conference Paper %A Piki Setri Pernantah, S.Pd, Piki Setri Pernantah, S.Pd %B Multikulturalisme %D 2016 %F UNY:45896 %K Prosiding %T INTERNALISASI NILAI-NILAI MULTIKULTURALISME DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH %U https://eprints.uny.ac.id/45896/ %X Sejarah memberikan pelajaran yang amat berharga. Betapa perbedaan, pertentangan, pertukaran pikiran, dan peristiwa bangsa yang begitu kompleks itulah yang sesungguhnya mengantarkan kita ke gerbang kemerdekaan. Oleh karena itu, pelajaran sejarah disekolah dapat menjadi sesuatu yang amatlah penting. Tantangan saat ini dan ke depannya bagaimana kita mampu memperbaiki segala persoalan yang terjadi selama ini di dalam pembelajaran sejarah. Dan guru juga mampu menginternalisasikan nilai-nilai multikulturalisme kedalam pembelajaran sejarah agar mampu membuat para siswanya menghargai keberagaman dan memiliki kesadaran multikultural. Internalisasi nilai-nilai multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah dapat berfungsi sebagai salah satu upaya membangun pola pikir siswa agar mampu mengakui dan menghargai keberagaman dalam suatu bingkai kesederajatan. Relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang multi kultur dan sejarah Indonesia yang juga dibangun atas perjuangan bersama dari berbagai etnis dan suku bangsa di tanah air. Oleh karenanya tulisan ini dimaksudkan untuk mencoba menguraikan bagaimana kondisi pembelajaran sejarah di sekolah dan menjelaskan tentang bentuk-bentuk internalisasi nilai-nilai multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Kata Kunci : Multikulturalisme, Pembelajaran Sejarah %0 Conference Paper %A R. Suharso, R. Suharso %B Pendekatan Saintifik %D 2016 %F UNY:46087 %K Prosiding %T KAITAN ANTARA IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DENGAN AKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR DI SMA KASUS SEJARAH SOSIAL KOTA KUDUS %U https://eprints.uny.ac.id/46087/ %X Pembelajaran sejarah dalam kurikulum KTSP berpusat pada guru dengan metode ceramah, hal ini membuat siswa menjadi pasif dan daya kritis mereka terbendung sehingga siswa menjadi kurang kreatif, sedangkan tujuan instruksional pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA) menurut S.K. Kochhar (2008) adalah mengembangkan pengetahuan, pemahaman, pemikiran kritis, keterampilan praktis, minat, dan perilaku. Sikap pasif dan daya kritis yang dimiliki siswa inilah yang membuat siswa menjadi kurang kreatif, padahal dengan memiliki kreatifitas, siswa mampu menjadi lebih aktif, mampu menemukan sendiri konsep yang diajarkan, mampu mengembangkan potensinya dan mampu meningkatkan daya kritis pada siswa. Kurikulum 2013 datang membawa perubahan baru, Kurikulum 2013 memusatkan proses pembelajaran kepada siswa dengan pendekatan saintifik yang dirancang sedemikian rupa agar siswa menjadi lebih aktif dan mampu membuat siswa menjadi lebih kreatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Implementasi pendekatan saintifik pembelajaran sejarah kurikulum 2013 di SMA, (2) kreativitas siswa dalam pembelajaran sejarah Kurikulum 2013, (3) Pengaruh pendekatan saintifik dalam pembelajaran sejarah Kurikulum 2013 terhadap tingkat kreativitas siswa. Kata Kunci: Pendekatan Saintifik, Kreativitas, Kurikulum 2013. %0 Conference Paper %A Rizqi, Mu’arif Nur %B Materi Pembelajaran Sejarah Lokal, %D 2016 %F UNY:45993 %K Prosiding %T MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL, ANTARA KEHARUSAN DAN KETERSEDIAAN %U https://eprints.uny.ac.id/45993/ %X Peran sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah dewasa ini semakin dibutuhkan, akan tetapi di beberapa daerah ketersediaan materi pembelajaran sejarah lokal dapat dikatakan masih cukup kurang untuk melengkapi keterkaitan atau benang merah antara sejarah nasional dan sejarah lokal itu sendiri. Kurikulum mengenai pembelajaran sejarah di sekolah yang diberlakukan oleh pemerintah sudah memberikan keleluasan kepada guru untuk mengembangkan materi sejarah lokal berdasarkan lokalitasnya masing-masing namun menjadi tantangan tersendiri bagi guru ketika dihadapkan pada kenyataan kurang memadainya sumber materi pembelajaran sejarah lokal. Di sisi lain, ketersediaan waktu yang kurang, membuat guru sulit mengembangkan materi pembelajaran sejarah lokal, sehingga solusi yang lazim diambil ialah menyisipkan “secuil” materi sejarah lokal ke dalam materi sejarah nasional. Padahal pembelajaran sejarah lokal menjadi vital mengingat identitas kedaerahan Indonesia lah yang membuat negara ini kuat dalam kebinekaannya. Sehingga dibutuhkan kerjasama antara berbagai pihak yakni peneliti sejarah lokal, guru, dan pemerintah %0 Conference Paper %A Rosada, M.Pd, Rosada, M.Pd %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:46002 %K Prosiding %T INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI SMU MUHAMMADYAH DI KOTA MATARAM %U https://eprints.uny.ac.id/46002/ %X “ Berbagai permasalahan yang terjadi pada siswa seperti membolos, melawan guru, kurang tanggungjawab, kurangnya kepatuhan dan lain sebagainya menyebabkan diperlukannya integrasi pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran. Guru sejarah kelas XI SMA Muhammadiyah Mataram dalam hal ini mencoba mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu yang tidak menghasilkan angka-angka statistik, tetapi lebih mengungkapkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dan prilaku dari informan yang diamati. Data penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data. Adapun triangulasi yang digunakan adalah triangulasi metode dan triangulasi sumber. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Milles and Hubermand yang disebut sebagai teknik interaktif, terdiri dari tiga langkah analisis diantaranya reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun data yang ingin dicari dalam penelitian ini adalah bagaimana integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah oleh guru sejarah kelas XI SMA Muhammadiyah Mataram. Subjek penelitian diambil dengan mempergunakan teknik purposive sampling yaitu penunjukkan langsung. Adapun informan dalam penelitian ini antara lain: kepala sekolah, guru, siswa kelas XI SMA Muhammadiyah Mataram, dan warga sekolah lainnya. Hasil dari penelitian ini antara lain: Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, metode pengajaran yang memperhatikan keunikan msing-masing anak, membangun hubungan yang suportive dan penuh perhatian di kelas, model (contoh) prilaku positif. menciptakan peluang bagi siswa untuk menjadi aktif dan penuh makna termasuk dalam kehidupan di kelas dan sekolah. Sekolah harus menjadi lingkungan yang lebih demokratis sekaligus tempat bagi siswa untuk membuat keputusan dan tindakan, serta untuk merefleksi atas hasil tindakannya, mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial, melibatkan siswa dalam wacana moral, isu moral adalah esensi pendidikan anak untuk menjadi prososial, moral manusia, membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk siswa” Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Pembelajaran Sejarah, dan Nilai Moral %0 Conference Paper %A Saefur Rochmat, MIR., Ph.D, Saefur Rochmat, MIR., Ph.D %B budaya nasional %D 2016 %F UNY:46220 %K Prosiding %T KURIKULUM dan RELIGIOUS SKILL %U https://eprints.uny.ac.id/46220/ %X Kurikulum 2013 mencatumkan berbagai ketrampilan yang harus dimiliki oleh guru, yang salah satunya adalah religious skill, namun dalam Revisi Kurikulum 2013 dihapuskan. Saya tidak sependapat dengan penghapusan religious skill karena hal ini hendaknya menjadi suatu metodologi bagi pelaksanaan Pancasila, yang menjadi landasan ideologis bidang pendidikan. Dalam artikel ini saya ingin membahas keterkaitan kurikulum dengan religious skill, yang dikaitkan dengan adanya krisis identitas dalam dunia pendidikan. Pendidikan identitas yang sentralistik dan menekankan nasionalisme saja masih terasa sangat abstrak bagi siswa dari SD sampai SMA. Terlebih nasionalisme yang diadopsi dari peradaban Barat sekuler tidak pernah dimaksudkan sebagai sumber nilai. Oleh karena itu, nasionalisme perlu dikawinkan dengan pendidikan agama agar dapat mengemban misi pendidikan identitas, mengingat agama memang sebagai sumber nilai. Atau, nasionalisme diperkenalkan melalui budaya lokal, yang juga berperan sebagai sumber nilai. Otonomi daerah dan juga KTSP memberikan peluang kepada daerah dan sekolah untuk menyusun kurikulum dan materi pendidikan yang didasarkan pada budaya lokal yang religious, lalu ditransformasikan agar mencakup juga nasionalisme. Pendidikan agama juga diberikan dalam kaitannya dengan permasalahan aktual di daerahnya, sehingga pendekatan normatif perlu digabungkan dengan %0 Conference Paper %A Salvetri, Salvetri %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:45832 %K Prosiding %T Pembelajaran Sejarah: Kontribusinya dalam Membangun Karakter Bangsa %U https://eprints.uny.ac.id/45832/ %X Pembelajaran sejarah di sekolah selain untuk melatih peserta didik berpikir kritis, juga memiliki fungsi pragmatis sebagai pembentukan identitas dan karakter bangsa. Hal ini disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional. Melalui pembelajaran sejarah peserta didik diajak menelaah keterkaitan kehidupan yang dialami oleh diri sendiri, masyarakat dan bangsanya. Sehingga diharapkan nantinya peserta didik tersebut memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsa. Mereka bukan hanya menghapal fakta atau peristiwa sejarah yang merupakan bentuk pengulangan secara lisan dari buku pelajaran dan bukan merupakan ajang latih keterampilan intelektual. Karena eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Hanya bangsa yang memiliki karakter yang kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Kata kunci: Pembelajaran Sejarah, Karakter Bangsa %0 Conference Paper %A Septina Alrianingrum, SS, M.Pd, Septina Alrianingrum, SS, M.Pd %B pembelajaran %D 2016 %F UNY:45995 %K Prosiding %T SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA DI MASA DEPAN %U https://eprints.uny.ac.id/45995/ %X Pembelajaran merupakan proses yang sengaja diolah untuk merespon materi sehingga terjadi proses pembelajaran, pemahaman dan transfer pengetahuan. Pembelajaran sejarah seringkali di sekolah kurang memperoleh tempat dan status yang proporsional. Penyampaian pembelajaran sejarah dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah cenderung hanya memanfaatkan fakta sejarah sebagai materi utama. Perubahan kurikulum di lingkup perguruan tinggi yang berbasis KKNI menjadikan suatu irama baru dalam dunia pendidikan, khususnya di lingkup sekolah menengah. Pengembangan teori dan praktek pembelajaran di sekolah menengah dan perguruan tinggi perlu ada keselarasan. Perancangan pembelajaran menjadi bagian penting atau titik awal perbaikan dan menyelaraskan kurikulum di perguruan tinggi yang berbasis KKNI dengan kurikulum 2013 di sekolah. Bentuk pengajaran sejarah di masa depan yang perlu dikembangkan yaitu (1) pengajaran sejarah global; (2) sejarah keselarasan; dan (3) sejarah berperspektif masa depan. Bentuk pengajaran ini untuk menjelaskan bahwa penekanan sejarah bervisi masa depan untuk membangun semangat moral. Substansi materi sejarah di perguruan tinggi dan di sekolah perlu disesuaikan porsinya. Porsi materi sejarah yang diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi yang berbasis KKNI perlu diselaraskan. Arahan guru sebagai fasilitator dan motivator menjadi penting untuk mengembangkan kemampuan penalaran sejarah peserta didiknya sebagai dasar untuk menumbuhkan kemampuan berfikir aktif sejarah dan sikap sejarah. Kata kunci: sejarah, pembelajaran, masa depan %0 Conference Paper %A Shinta Murti Melida Yasi, Shinta Murti Melida Yasi %B PEMBELAJARAN SEJARAH %D 2016 %F UNY:45899 %K Prosiding %T PENANAMAN NILAI-NILAI MULTIKULTURALISME DAN NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH PERGERAKAN SISWA-SISWA STOVIA %U https://eprints.uny.ac.id/45899/ %X Pembelajaran sejarah memegang peranan penting dalam pembentukan karakter bangsa dan terutama dalam menumbuhkan nasionalisme. Sebagai suatu bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya. multikulturalisme diperlukan untuk menjaga nasionalisme sehingga perpecahan dapat dihindari. Siswa-siswa STOVIA merupakan penggerak bagi awal tumbuhnya nasionalisme bangsa Indonesia. Dari STOVIA inilah peham-paham kedaerahan perlahan-laham mulai berkurang, perdedaan-perbedaan yang ada tidak lagi dijadikan alasan untuk menciptakan pemisah diantara siswa-siswa STOVIA. Kemudian, perlahan-lahan mulai muncul paham baru yaitu Nasionalisme. Maka pembelajaran mengenai perkembangan multikulturalisme dan nasionalisme di kalangan siswa-siswa STOVIA akan memberikan pemahaman terhadap nilai-nilai Nasionalisme dan Multikulturalisme %0 Conference Paper %A Sri Mastuti P dan Corry Liana, Sri Mastuti P dan Corry Liana %B sejarah sosial %D 2016 %F UNY:45997 %K Prosiding %T PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THE POWER OF TWO DAN CIRC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP PENDEKATAN/TEORI SEJARAH SOCIAL GUNA MENENTUKAN KONSTRUKSI TEORI/ PENDEKATAN PADA SUATU KARYA SEJARAH %U https://eprints.uny.ac.id/45997/ %X Salah satu kompetensi profesional yang harus dimiliki seorang guru sejarah adalah penguasaan dalam bidang ilmu sejarah. Dengan demikian guru sejarah dituntut menguasai bidang ilmunya. Penguasaan kompetensi keilmuan sejarah sangat berperan dalam pembelajaran sejarah terutama dalam hal mengkritisi sejarah itu sendiri dan guna membimbing siswa bersikap kritis. Sikap kritis diperoleh dari kajian sejarah dengan pendekatan dan teori ilmu-ilmu sosial sehingga memungkinkan kemunculan pemikiran-pemikiran baru terhadap sejarah. Mata kuliah Sejarah Sosial adalah salah satu mata kuliah yang bertujuan menumbuhkan dan melatih berpikir kritis melalui kajian atas historiografi sejarah sosial. Namun demikian tidak mudah bagi mahasiswa untuk memahami hal tersebut terutama pemahaman atas teori-teori sosial yang membangun suatu historiografi. Kurang memuaskannya hasil evaluasi atas mata kuliah tersebut menjadi indicator lemahnya pemahaman atas teori sosial oleh mahasiswa. Lemahnya pemahaman itu tentu akan berpengaruh kepada kemampuan mahasiswa membelajarkan sejarah di kelasdan menjadikan sejarah kajian yang menarik. Untuk itu diterapkan metode pembelajaran the power of two dan CIRC untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami teori sosial yang akan berdampak pada pemahaman karya sejarah sosial. Penerapan metode pembelajaran tersebut secara signifikan berhasil memudahkan mahasiswa memahami Sejarah Sosial yang dibuktikan dengan peningkatan hasil evaluasi dan perubahan perilaku yaitu peningkatan minat baca dan diskusi. Kata kunci: sejarah sosial, the power of two, CIRC %0 Conference Paper %A Suparman Arif, M.Pd, Suparman Arif, M.Pd %A Drs. Syaiful, M.,M. Si, Drs. Syaiful, M.,M. Si %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:46207 %K Prosiding %T PERTEMPURAN 5 JAM DI KALIANDA %U https://eprints.uny.ac.id/46207/ %0 Conference Paper %A Susilo Setyo Utomo, Susilo Setyo Utomo %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:46017 %K Prosiding %T IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH TERINTEGRASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL %U https://eprints.uny.ac.id/46017/ %X Indonesia adalah negeri yang kaya keberagaman budaya, bahasa, agama, suku, dan etnis. Disorientasi, dislokasi dan krisis sosial-budaya di kalangan masyarakat kita semakin merebak dengan meningkatnya penetrasi dan ekspansi budaya Barat sebagai akibat proses globalisasi yang terus tidak terbendung Pendidikan multikultural telah diperkenalkan oleh para akademisi sebagai solusi dalam menghadapi permasalahan kehidupan berbangsa yang dialami Indonesia. Kekerasan terhadap etnis Tionghoa di Jakarta pada Mei 1998, perang antar agama Islam dan Kristen di Maluku Utara, Ambon, dan Poso, perang antara etnis Dayak dengan Madura merupakan tragedi kemanusiaan yang tidak boleh terulang kembali. Berangkat dari permasalahan tersebut pendidikan sejarah ikut mengambil perannya untuk mengimplementasikan pembelajaran sejarah terintegrasi pendidikan multikultural dalam pembelajarannya. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap implementasi pembelajaran sejarah terintegrasi pendidikan multikultural. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis wacana kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran sejarah terintegrasi pendidikan multikultural dapat dilaksanakan melalui: (1) Pembelajaran sejarah berbasis keunggulan lokal artinya disini terkait dengan sejarah lokal suatu daerah; (2) Mengembangkan strategi pembelajaran sejarah; (3) Relevansi Pendidikan sejarah dengan Dunia nyata Peserta didik. Kata Kunci: Pendidikan Multikultural, Pembelajaran Sejarah, Strategi Pembelajaran %0 Conference Paper %A TUTY MARYATI, TUTY MARYATI %B sumber pembelajaran sejarah %D 2016 %F UNY:45893 %K Prosiding %T FOLKLOR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS NILAI NILAI KARAKTER (STUDI ANALISIS TEKS PADA SATUA BALI) %U https://eprints.uny.ac.id/45893/ %X Bali dikenal dengan berbagai aspek kebudayaan tradisionalnya termasuk berbagai ragam folklor. Selain itu Bali juga dikenal sebagai salah satu pulau penyelamat naskah sastra Nusantara, terutama dari Jawa, Bali, dan Lombok yang tersimpan atau ditulis dalam bentuk buku atau lontar. Salah satu bentuk folklor lisan, yakni satua atau cerita rakyat Bali memiliki banyak fungsi dan peran strategis, antara lain sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya, dan sebagai alat pendidikan (pedagogical device) dan pembelajaran bagi anak, baik di keluarga, masyarakat (kolektif tertentu) maupun lembaga sekolah sebagai media, sumber dan bahan pembelajaran. Dengan pendekatan penelitian kualitatif, kajian teks terhadap tiga satua Bali ditemukan nilai-nilai kearifan lokal yang sangat penting bagi pembangunan karakter peserta didik dan memiliki manfaat strategis sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Kata kunci: folklor, sumber pembelajaran sejarah, nilai-nilai karakter %0 Conference Paper %A Uun Lionar, Uun Lionar %B Guru, Sejarah %D 2016 %F UNY:45818 %K Prosiding %T PERAN GURU SEJARAH DALAM PENDIDIKAN NILAI (SUATU REFLEKSI) %U https://eprints.uny.ac.id/45818/ %X Keberhasilan guru sejarah meyampaikan pesan nilai dari setiap peristiwa sejarah terletak pada kreativitas guru menggunakan metode dan menerjemahkan kurikulum dalam proses pembelajaran. Pesan nilai sejarah sangat penting disampaikan kepada siswa, karena dengan mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam setiap tokoh dan peristiwa sejarah akan merubah kesan pada diri siswa yang selama ini memandang mata pelajaran sejarah sebagai hafalan yang membosankan. Hal demikian terjadi karena pemahaman siswa terhadap masa lalu yang dangkal dan ketidakmampuan guru menerjemahkan kurikulum, sehingga siswa hanya memperoleh sebatas pengetahuan kognitif dalam bentuk hafalan fakta sejarah, konsep, jalan suatu peristiwa, penyebab dan akibat suatu peristiwa. Oleh sebab itu, penggunaan pendekatan moral dalam pembelajaran memungkinkan lebih tepat untuk digunakan. Dengan penggunaan pendekatan ini akan terjadi dinamisasi dalam pembelajaran sejarah. Siswa akan memahami peristiwa masa lalu dengan penuh makna sehingga keterkaitan antara dimensi masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang dipahami oleh siswa. Kata Kunci : Pendidikan Nilai, Kurikulum, Pendekatan, Guru, Sejarah, Kreativitas %0 Conference Paper %A Wisnu Subroto, Wisnu Subroto %B PEMBELAJARAN SEJARAH %D 2016 %F UNY:46021 %K Prosiding %T PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK PENANAMAN NILAI-NILAI LOKAL %U https://eprints.uny.ac.id/46021/ %X Persaingan pada abad ke-21 ini telah dilanda oleh arus egoisme dan sektarianisme. Akibatnya penanaman nilai-nilai lokal melalui pendidikan menjadi kurang mampu dilakukan dengan optimal. Salah satu mata pelajaran yang secara eksplisit bertugas menanamkan nilai-nilai lokal yaitu sejarah, juga kurang mampu menunaikan tugas dengan optimal. Permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini adalah mengapa pelajaran sejarah tidak mampu bekerja optimal? Dari penelusuran terhadap buku teks pelajaran sejarah untuk kurikulum 2013 dan berbagai penelitian yang telah dilakukan, dua permasalahan utama yang menjadi kendala pelajaran sejarah di SMA adalah materi dan proses pembelajarannya. Materi pelajaran sejarah lebih menonjolkan keunggulan bangsa asing dan pengaruhnya terhadap masyarakat Indonesia. Akar permasalahannya adalah terdapatnya unsur neo-kolonialisme dan kepentingan kelompok penguasa yang mempengaruhi konstruksi materi pelajaran sejarah. Di pihak lain, proses pembelajaran sejarah terkendala oleh kapabilitas guru dan metode yang diterapkan %0 Conference Paper %A Yudi Pratama, Yudi Pratama %B Pendidikan Multikultural %D 2016 %F UNY:45904 %K Prosiding %T Perspektif Pendidikan Multikultural: Revitalisasi Nilai-nilai Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Sikap Solidaritas Sosial Pada Pendidikan Sejarah %U https://eprints.uny.ac.id/45904/ %X Artikel ini melihat bagaimana kebutuhan akan revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal pada pembelajaran sejarah dalam hal pembentukan karakter peserta didik pada konsep pendidikan multikulturalisme untuk meningkatkan sikap solidaritas sosial yang merupakan ciri dari masyarakat Indonesia. Masih rendahnya sikap solidaritas sosial di Indonesia tercermin dari tingginya konflik-konflik sosial yang mengatasnamakan perbedaan suku,ras dan agama. Salah satu solusi untuk mencegah konflik sosial ini terjadi lagi maka haruslah ditanamkan sejak dini sebuah pandangan tentang pentingnya sikap solidaritas sosial pada masyarakat dengan menggunakan media pendidikan. Melihat dari realita ini dibutuhkan sebuah perspektif baru untuk mencegah konflik sosial ini terjadi lagi dengan cara menanamkan nilai-nilai kearifan lokal pada materi pelajaran khususnya pada mata pelajaran sejarah dalam konsep pendidikan multikulturalisme. Kata Kunci : Pendidikan Multikultural,Kearifan Lokal,Solidaritas Sosial %0 Conference Paper %A Yulia Sofiani, Yulia Sofiani %B Pembelajaran Sejarah %D 2016 %F UNY:45825 %K Prosiding %T PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS MUATAN KEARIFAN LOKAL SEBAGAI SARANA PESERTA DIDIK MENDAPATKAN HIDDEN VALUE YANG DAPAT DIJADIKAN PELAJARAN DALAM MEMAKNAI KEHIDUPAN SEHARI-HARI %U https://eprints.uny.ac.id/45825/ %X Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan strategi pembelajaran sejarah berbasis muatan kearifan lokal sebagai sarana bagi peserta didik mendapatkan hidden value yang dapat dijadikan pelajaran dalam memaknai kehidupan sehari-hari. Fungsi utama pendidikan di setiap tingkat adalah untuk menyediakan pelatihan cara-cara berpikir mendasar yang terwakili dalam berbagai mata pelajaran yang selama ini berkembang dalam pencairan pengetahuan yang dapat digunakan oleh manusia, perjalanan menggapai pemahaman budaya, dan upaya berkelanjutan untuk meraih kekuatan intelektual. Kearifan lokal dapat menjadi salah satu upaya untuk lebih mendekatkan peserta didik pada pembelajaran sejarah, yaitu dengan memasukkan unsur-unsur kearifan lokal dalam pembelajaran sejarah. Unsur-unsur kearifan lokal terdapat pada sejarah lokal di mana bisa untuk dihubungkan kepada tema yang lebih luas dalam sejarah nasional. Muatan kearifan lokal sebagai bagian dari sejarah lokal dapat digunakan oleh guru untuk membantu mengembangkan keterampilan berpikir sejarah. Pengintegrasian nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran sejarah diharapkan dapat mendorong peserta didik memahami kearifan lokalnya, kemudian mampu menimbulkan kecintaan dan bangga terhadap budayanya yang pada akhirnya dapat memprkuat identitas diri dalam rangka memperkokoh rasa kecintaan terhadap bangsanya %0 Conference Paper %A Yuni Istiani, Yuni Istiani %B Sejarah Lokal %D 2016 %F UNY:45828 %K Prosiding %T KAIN TAPIS DALAM ENRICHMENT MUATAN LOKAL LAMPUNG %U https://eprints.uny.ac.id/45828/ %X Kain Tapis merupakan sebuah pakaian yang berasal dari Lampung. Citra kain tapis di mata masyarakat lampung saat ini mengenal tidak dalam maknanya, hanya dalam pemakainnya . Kondisi aktual tersebut mendorong upaya enrichment muatan sejarah lokal berupa materi kain tapis sebagai bagian dari pelestarian kearifan lokal Lampung. Konsep enrichment atau pengayaan materi pembelajaran adalah bagian penting dari pengembangan muatan sejarah lokal. Enrichment memperluas cakrawala sekaligus menyadarkan masyarakat terhadap peninggalan sejarah dari suatu lokalitas yang menjadi ciri simbol daerah tersebut. Peneliti menemukan bahwa secara histori bahwa peninggalan Kain Tapis ini mempunyai makna dan pesan dalam kehidupan dan dalam fungsi sosial. Dalam aspek sosial dan kultural bahwa ada motif tertentu yang tidak semua kalangan dapat menggenakannya. Salah satu makna dari Kain Tapis adalah saling menghargai dan hubungan dengan pencipta. Makna yang terdapat dalam Kain Tapis dapat digunakan dalam pembelajaran dalam pembentukkan karakter. Muatan sejarah lokal kain tapis mengandung nilai-nilai moral sebagaimana cermin dalam karakter bangsa. Berbagai nilai moral yang ada didalam kearifan lokal dalam Kain Tapis merupakan modal budaya yang dapat dikembangkan %0 Conference Paper %A Zainal Afandi, Zainal Afandi %B keterampilan intelektual sejarah %D 2016 %F UNY:45897 %K Prosiding %T MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL SEJARAH DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL – REACT HISTORI %U https://eprints.uny.ac.id/45897/ %X Pembelajaran sejarah sebenarnya tidak sekedar menjawab pertanyaan what to teach, tetapi juga berkaitan dengan cara membelajarkan dan manfaat pengetahuan sejarah bagi peserta didik. Oleh sebab itu, pembelajaran sejarah harus dilakukan untuk dapat menemukan, menanamkan nilai, dan mentransformasikan pesan di balik realitas sejarah. Dalam proses pembelajaran sejarah, peserta didik tidak sekedar menguasai materi ajar. Pembelajaran sejarah harus diarahkan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan ketrampilan intelektual sejarah. Dalam hal ini peserta didik perlu secara tegas dibiasakan dan diajak untuk bertanya, berpikir, dan merenung terhadap topik yang sedang dipelajari. Dalam pembelajaran sejarah, guru harus melakukan pembelajaran yang efektif. Guru sejarah harus menekankan pentingnya belajar sebagai suatu proses personal, dimana setiap peserta didik membangun pengetahuan dan pengalaman personalnya. Dalam hal ini peserta didik harus diperkenalkan cara menemukan bukti-bukti pendukung peristiwa sejarah yang dipelajari. Peserta didik juga harus diberi kesempatan untuk memberikan intepretasi terhadap bukti yang dianggap relevan dengan peristiwa sejarah yang dipelajari. Jika pembelajaran sejarah dapat dilakukan dengan cara seperti itu maka keterampilan intelektual sejarah sebagaimana dikemukakan oleh Bria Garuey dan Mary Krug dapat dicapai secara optimal. Strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan intelektual sejarah adalah strategi pembelajaran kontekstual. Salah satu strategi pembelajaran kontekstual yang relevan untuk tujuan tersebut adalah strategi pembelajaran kontekstual REACT-Histori. Strategi ini merupakan penggabungan sintaks pembelajaran kontekstual yang dikembangkan oleh Sounders dengan (4) empat langkah dalam proses metode sejarah. REACT adalah sintaks pembelajaran kontekstual yang terdiri atas relating, experiencing, applying, cooperating, and transferring. Sedangkan histori adalah empat tahap proses metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, sumber, intepretasi, dan historiografi. Kata kunci: keterampilan intelektual sejarah, pembelajaran kontekstual, react-histori %0 Conference Paper %A Zulkarnain, M.Pd, Zulkarnain, M.Pd %A Brilliantoro Yusuf Ervanda, Brilliantoro Yusuf Ervanda %B Operasi Seroja, TNI AU %D 2016 %F UNY:45892 %K Prosiding %T PERAN TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN UDARA(TNI-AU) DALAMOPERASI SEROJA DI TIMOR TIMUR TAHUN 1975-1979 %U https://eprints.uny.ac.id/45892/ %X Operasi Seroja merupakan operasi lintas udara terbesar yang pernah dilakukan militer Indonesia. TNI AU berperan sebagai unsur udara yang mendukung Operasi Seroja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) latar belakang dan jalannya Operasi Seroja di Timor Timur, (2) keterlibatan TNI AU dalam Operasi Seroja di Timor Timur tahun 1975-1979, (3) dampak Operasi Seroja di Timor Timur bagi TNI AU. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah oleh Kuntowijoyo yang terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah pemilihan topik. Tahapan kedua adalah pengumpulan sumber baik primer maupun sekunder. Tahap ketiga adalah verifikasi. Tahap keempat adalah interpretasi. Tahap kelima adalah historiografi. Hasil penelitian ini adalah (1) Pelaksanaan Operasi Seroja dilatar belakangi oleh perang saudara yang terjadi di Timor Timur. Operasi ini dimulai pada tanggal 7 Desember 1975 dengan sandi Operasi Seroja. Operasi Seroja melibatkan semua unsur kekuatan militer; (2) Keterlibatan TNI AU dalam Operasi Seroja di Timor Timur tahun 1975-1979 sebagai unsur udara dalam operasi serbuan lintas udara. Unsur udara ini bertujuan untuk melakukan serangan dari udara baik serangan udara langsung ataupun bantuan tembakan udara. Operasi-operasi di Timor timur selalu melibatkan TNI AU baik sebagai unsur kekuatan udara maupun kekuatan darat; (3) Dampak Operasi Seroja di Timor Timur sangat dirasakan oleh TNI AU. TNI AU mulai membangun unsur kekuatan udaranya kembali. Berbagai pembelian pesawat tempur dilakukan oleh TNI AU untuk memperkuat kekuatan udara. Kedatangan pesawat tempur dari Blok Barat selain menambah kekuatan bagi TNI AU juga memperlancar operasi yang dilakukan di Timor Timur. Kata kunci: Operasi Seroja, TNI AU, Timor Timur %0 Conference Paper %A Aria Y, Rhoma Dwi %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27731 %T The Grand Old Man Indonesia: Pers dan Nasionalisme %U https://eprints.uny.ac.id/27731/ %X This research aims to discover the concept of nationalism and education by Agus Salim. Agus Salim is an Indonesian nationalist who bring out the brilliant idea of nationalism. This research uses historical research by Kuntowijoyo. The stages of this research are finding topic, heuristic, source critics, interpreting, and historiography. It results that instruments used by Agus Salim are Neratja and Fadjar Asia. Articles written by Agus Salim was more critical to talk about colonial government regulation and Fadjar Asia was being a camp for Agus Salim. In Agus Salim’s opinion, he found out that mass media was abused since it became a disadvantage instrument. He fought for Indonesia to against colonial government. It could be discovered from his statements in mass media. For instance, he wrote I prefer to burn this island out to give this island for Dutch! His deportment was different from the other nationalists like Abdul Rivai in Bintang Hindia and Wahidi Soedirohusodo in Retnodumilah who were more cooperative with Hindi-Dutch government. Nationalism for Agus Salim is fighting from the bottom. It means nationalism must be built from community which has one purpose to fight for community rights and to develop country as devotion. Keywords: Nasionalisme, Mass Media, dan Agus Salim %0 Conference Paper %A Awaludin, - %A Nordin, - %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27707 %T PELAKSANAAN POLISI PENGASINGAN DAN PENGAWALAN PESAKIT MENTAL DI SEMENANJUNG TANAH MELAYU SEBELUM PERANG DUNIA KEDUA %U https://eprints.uny.ac.id/27707/ %X Kertas kerja ini akan mengupas mengenai pelaksanaan polisi pengasingan dan pengawalan perkhidmatan kesihatan British di Semenanjung Tanah Melayu sepanjang tempoh sebelum Perang Dunia Kedua terutamanya yang melibatkan pesakit-pesakit mental melalui penubuhan beberapa buah ‘asylum’. Pelaksanaan polisi ini berasaskan kepada penguatkuasaan undang-undang yang memperuntukkan bidang kuasa kepada pentadbiran British untuk mengarahkan suatu bentuk pengasingan dan pengawalan dikenakan terhadap pesakit-pesakit mental dan seterusnya menjelaskan kedudukan dan kepentingan ‘asylum’ dalam pentadbiran kesihatan British. Justeru, kajian mengupas dengan lebih terperinci mengenai aspek perundangan yang membolehkan polisi ini dilaksanakan. Selain itu, kajian juga menjelaskan mengenai perkembangan beberapa buah ‘asylum’ serta bilangan pesakit mental yang tertakluk di bawah polisi pengasingan dan pengawalan ini. Kajian ini berbentuk kualitatif melalui kaedah rujukan terhadap dokumen-dokumen arkib selain penyelidikan lapangan di Hospital Bahagia Ulu Kinta Perak dan Hospital Permai Johor Bahru. Kajian mendapati bahawa terdapat beberapa undang-undang yang telah dikuatkuasakan bagi memastikan polisi tersebut dapat dilaksanakan secara berterusan. Selain itu, pelaksanaan polisi ini mempunyai kaitan dengan kepentingan sosioekonomi British di Semenanjung Tanah Melayu selain membuktikan kepentingan penubuhan ‘asylum’ sebagai lokasi pengasingan dan pengawalan bagi pesakit-pesakit mental. Kajian mendapati juga terdapat pelbagai pandangan dalam kalangan masyarakat mengenai masalah penyakit mental selain mengenalpasti reaksi masyarakat di Semenanjung Tanah Melayu mengenai polisi yang dilaksanakan terhadap pesakit-pesakit mental. Keseluruhannya, kajian ini penting bagi memahami kepentingan aspek perundangan dalam pelaksanaan polisi pengasingan dan pengawalan sebagai salah satu bentuk pembaharuan perkhidmatan kesihatan British di Semenanjung Tanah Melayu terutamanya sebelum Perang Dunia Kedua. Kata kunci : Polisi awam ; undang-undang; penyakit mental ; asylum ; sejarah Tema : ‘Keharmonian Dalam Kepelbagaian ; Membina Komuniti ASEAN 2015’ Sub-Tema : Public Policy and Governance %0 Conference Paper %A Baharudin, Aiza Maslan %A Yaacob, Norazlan Hadi %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relation (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27704 %T Masyarakat Banjar di Daerah Kerian: Tradisi Madam dan Penglibatan Dalam Institusi Haji %U https://eprints.uny.ac.id/27704/ %X Tradisi madam cukup sinonim dengan masyarakat Banjar, sekali gus membuktikan bahawa mereka sememangnya mempunyai kecenderungan yang kuat untuk merantau. Budaya madam atau merantau untuk memperbaiki taraf hidup dan menimba ilmu merupakan amalan yang lumrah bagi masyarakat alamMelayu. Beberapa kajian yang telah dilakukan terhadap masyarakat Banjar di daerah Kerian memaparkan bahawa mereka mempunyai kecenderungan yang tinggi terhadap aktiviti keagamaan, khususnya melibatkan institusi haji dan kecenderungan tersebut masih tegar sehingga kini. Maka tidak mustahil salah satu perkara yang menjadi faktor pendorong penghijrahan mereka ke Tanah Melayu suatu ketika dahulu adalah untuk mengumpul wang bagi mengerjakan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah. Penelitian terhadap sejarah pengerjaan haji di Malaysia jelas menunjukkan bahawa masyarakat Banjar merupakan antara kelompok terbesar jemaah haji yang mengerjakan ibadah tersebut saban tahun. Penglibatan mereka bukan hanya sebagai jemaah haji, tetapi sebahagian daripada mereka turut terlibat sebagai sheikh haji yang merupakan penggerak utama industri berkenaan sebelum tertubuhnya Sistem Muassasah. Perkara tersebut secara tidak langsung menunjukkan peri pentingnya peranan yang dimainkan oleh masyarakat Banjar dalam sejarah haji di Malaysia. Kata kunci: Haji, masyarakat Banjar, tradisi madam, daerah Kerian. %0 Conference Paper %A Dar, Ku Boon %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27708 %T CITRA PEGAWAI-PEGAWAI ISTANA VIETNAM TERHADAP SOSIO EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT DI NUSANTARA ABAD KE-19 %U https://eprints.uny.ac.id/27708/ %X Gelora perebutan kuasa dan pertindihan geopolitik yang berlingkar antara kuasa-kuasa Barat di Selat Melaka dan Laut China Selatan pada abad ke-19 amat merimaskan istana Vietnam. Minh Mang (1820-1841), Maharaja Vietnam menyedari bahawa negaranya perlu mengambil iktibar atas kelicikan kuasa-kuasa Barat sehingga berjaya menjarah dan menguruskan sebahagian tanah-tanah jajahan mereka di Nusantara. Natijahnya, sejumlah pegawai istana telah diutuskan oleh Maharaja Minh Mang bertujuan merisik dan memperolehi maklumat mengenai sosio ekonomi dan budaya masyarakat di Nusantara. Justeru, kertas kerja ini cuba mengkaji catatan pegawai-pegawai istana tersebut seperti Le Quy Don, Phan Huy Chu, Cao Ba Quat dan Ly Van Phuc hasil kunjungan mereka ke Nusantara. Tumpuan kajian negeri-negeri di Nusantara ialah Giang-luu-la [Batavia], Tan-gia-ba [Singapura] dan Tan-lang-du [Pulau Pinang]. Kajian ini signifikan dalam proses dekoloniasasi historiografi Asia Tenggara agar rantau Nusantara dapat dinilai dari sudut pandangan dalam rantau itu sendiri. Kata kunci: Nusantara, Sosio ekonomi, Budaya, Vietnam, Malaysia-Indonesia %0 Conference Paper %A Deraman, Murni %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27730 %T PERJUANGAN MEMARTABATKAN BAHASA KEBANGSAAN; 1957-1969 %U https://eprints.uny.ac.id/27730/ %X Menjelang kemerdekaan bahasa Melayu terus dinobatkan sebagai bahasa kebangsaan dan sedekad kemudian sebagai bahasa ilmu tunggal, bahasa Melayu telah memungkinkan berlangsungnya pendemokrasian pendidikan apabila sejumlah besar generasi muda mendapat peluang belajar dalam bahasa kebangsaan, tanpa kekangan faktor taraf sosioekonomi dan pengasingan etnik serta keeklusifan bahasa pengantar ilmu yang dahulunya didominasi oleh bahasa Inggeris. Sepatutnya dengan kedudukan yang sedemikian selain daripada menjadi bahasa rasmi di negara-negara Asia Tenggara, bahasa Melayu boleh menjadi bahasa antarabangsa dan sekaligus bahasa pengucapan pelbagai ilmu. Bahasa kebangsaan kita memiliki kehebatan dan keunikan tersendiri dan kita sebagai rakyat Malaysia sepatutnya mengetahui latar belakang dan sejarah bahasa Melayu serta susur galur perjuangan bahasa yang bermula sebelum merdeka lagi. Oleh yang demikian kajian terperinci tentang perjuangan memartabatkan bahasa kebangsaan perlu dilakukan untuk melihat sejarah perjuangan mereka terdahulu yang bermati-matian memperjuangankan kedudukan bahasa kebangsaan demi memberi kesedaran kepada generasi sekarang. Perjuangan mereka adalah berlandaskan kepada kehebatan dan keagungan yang ada pada bahasa Melayu yang mungkin generasi sekarang tidak mengetahui atau tidak menyedarinya. Generasi sekarang harus diberi kefahaman kenapa para pejuang bahasa dahulu bersungguh-sungguh memperjuangkan kedudukan bahasa ini. Dengan cara memahami sejarah perjuangan memartabatkan bahasa semoga kita dapat mengambil iktibar daripadanya untuk kita lebih mempelajari, menggunakan dan menghormati bahasa ini. %0 Conference Paper %A Hassan, Asmadi %A Paidi, Rohayati %A Huda, Mohd Ikbal Mohd %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27773 %T PINJAMAN YEN KEPADA PROJEK KLIA: KESAN SOSIOEKONOMI DAN PENGAJARAN KEPADA MALAYSIA-INDONESIA %U https://eprints.uny.ac.id/27773/ %X Pada tahun 1994, Kerajaan Malaysia telah menerima 61.518 juta yen untuk memulakan projek Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Lumpur (KLIA). Lapangan terbang ini terletak di daerah Sepang, Selangor, yang asalnya merupakan ladang kelapa sawit dan kampung-kampung kecil. Projek pembinaan berjaya disiapkan dan mula digunakan pada tahun 1998. Kertas kerja ini dibahagikan kepada dua bahagian iaitu untuk mengkaji kesan pinjaman yen yang merupakan sebahagian dari bantuan seberang laut (ODA) Jepun kepada sosioekonomi kawasan sekitarnya dan kedua, pengajaran yang boleh dipelajari dari pengalaman projek tersebut kepada Malaysia dan Indonesia. Dari segi kesan sosioekonomi, terdapat pembangunan pesat di kawasan sekitar KLIA seperti pertumbuhan bandar baru seperti Bandar Baru Salak Tinggi, Bandar Baru Nilai, Banting, Bandar Enstek dan Cyber Jaya. Begitu juga perumahan baru, sekolah, kompleks membeli-belah serta kemudahan lain seperti Litar Antarabangsa Sepang dan Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) dibina. Jalan-jalan baru yang menghubungkan dengan lapangan terbang turut melengkapkan pembangunan bandar-bandar sekitar KLIA. Dari segi peluang pekerjaan pula, jika sebelum ini penduduk sekitarnya bergantung kepada pertanian kini berubah kepada perniagaan, hospitaliti, perkhidmatan, pengangkutan dan lain-lain. Manakala bahagian kedua tentang pengajaran yang boleh diperolehi dari projek ini mencakupi bagaimana hasil pelaburan yang besar ke atas projek KLIA memberi kesan signifikan kepada penduduk sekitarnya sehingga melahirkan perbandaran moden, pusat perniagaan, pendidikan dan sumber pendapatan baru yang boleh dipelajari oleh kedua-dua buah negara %0 Conference Paper %A Jaafar, Sharipah Aini %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27736 %T PELAKSANAAN PENDIDIKAN SEJARAH DI MALAYSIA 1957 – 1989 %U https://eprints.uny.ac.id/27736/ %X Pendidikan Sejarah mula dikenali sebagai mata pelajaran Tawarikh seawal tahun 1918 sehingga tahun 1978 dan kemudiannya dikenali sebagai mata pelajaran Sejarah sehingga kini. Sepanjang tempoh tersebut, pelbagai perubahan telah dilakukan yang mana pada tahun 1989 pendidikan Sejarah telah diangkat sebagai subjek teras di sekolah menengah. Dalam tempoh hampir 32 tahun, pelbagai cabaran telah dihadapi dalam usaha memantapkan pendidikan Sejarah. Oleh yang demikian, kertas kerja ini akan memfokuskan pelbagai sudut cabaran sepanjang pelaksanaan pendidikan Sejarah dari tahun 1957 sehingga 1989. Aspek yang difokuskan adalah cabaran dan langkah pelaksanaan pendidikan Sejarah terutama berkaitan perubahan dasar, halangan dalam pelaksanaan dasar, perubahan kurikulum dan sukatan pendidikan Sejarah, serta persoalan yang melibatkan buku teks. Justeru, aspek-aspek cabaran dalam pelaksanaan pendidikan Sejarah ini yang akan difokus dalam kertas kerja ini untuk memastikan setiap warganya dapat memupuk dan memperkukuh semangat perpaduan serta kesetiaan terhadap negara. Kata Kunci : Pendidikan Sejarah, Kurikulum, Sukatan Pelajaran, Cabaran, Buku Teks %0 Conference Paper %A Jaffri, Ahmad %A Mohd, - %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27703 %T ASAL USUL PERKHIDMATAN AWAM DAN SISTEM PENTADBIRAN DI TANAH MELAYU : KAJIAN TERHADAP PERKEMBANGAN AWAL DI PULAU PINANG %U https://eprints.uny.ac.id/27703/ %X Sistem pentadbiran moden dan perkhidmatan awam di Malaysia bermula pada abad ke-19 melalui penjajahan kolonial British. Sebagaimana negara-negara bekas jajahan British yang mencapai kemerdekaan mulai pertengahan abad ke-20 dan sekitar selepas Perang Dunia Kedua, sistem tersebut telah diserap menjadi sebahagian daripada corak tadbir urus kerajaan sejak tercapainya kemerdekaan sehingga ke hari ini. Sesuai dengan kedudukannya sebagai sistem yang berasal dari Britain, sistem yang diwarisi itu tidak bersifat lahir dari jati diri Asia Tenggara amnya dan Tanah Melayu khususnya. Sebaliknya ciri-ciri sistem tadbir urus dan perkhidmatan awam itu sarat dengan ciri-ciri Barat. Kertas ini akan membincangkan asal usul dan perkembangan awal sistem pentadbiran dan institusi perkhidmatan awam di Tanah Melayu dan kesannya ke atas negeri-negeri Melayu. Antara perkara yang dikaji ialah sejauhmana kepentingan dasar penjajahan dan penguasaan ekonomi Tanah Melayu telah mempengaruhi perkembangan awal sistem pentadbiran di Tanah Melayu. Katakunci : Perkhidmatan awam, tadbir urus, pentadbiran, Malaysia, Malaya Tema: Sejarah Pentadbiran dan Perkhidmatan Awam %0 Conference Paper %A Josuh, Adnan %A Ramli, Zuliskandar %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27702 %T MOTIF DAN SIMBOLISME DALAM KONTEKS UNTUK MEMAHAMI SOSIOBUDAYA MASYARAKAT NUSANTARA PADA ZAMAN PRASEJARAH DAN PROTOSEJARAH %U https://eprints.uny.ac.id/27702/ %X Kertas kerja ini akan menfokuskan tentang lakaran motif dan simbolisme yang dipaparkan pada beberapa material culture (budaya kebendaan) di Nusantara. Tiga jenis material culture yang diteliti adalah berupa artifak ditemui yang di Malaysia mewakili zaman prasejarah dan protosejarah iaitu makara, votive tablet (kalam semah) dan gendang gangsa. Namun apa yang lebih menarik objek jenis ini turut ditemui di beberapa tapak arkeologi di Nusantara sama ada di Jawa, Borneo, Sumatera, Pulau Roti, Serum dan sebagainya. Objektif kertas kerja ini adalah untuk melihat sejauhmana hubungkait motif dan simbolisme yang dipaparkan dan bentuk fizikal pada material culture ini dalam usaha untuk memahami sosiobudaya masyarakat di Nusantara dari zaman prasejarah hingga zaman protosejarah. Justeru itu, untuk menjawab permasalahan tersebut maka kertas kerja ini akan menggunakan kaedah perpustakaan dan kaedah tipologi. Hasil kajian mendapati ketiga-tiga jenis material culture tersebut sangat penting di dalam memberikan maklumat tentang bentuk kepercayaan masyarakat di Nusantara. Misalnya, makara adalah dikaitkan dengan pengaruh dan bentuk kepercayaan masyarakat di Nusantara adalah berasaskan agama dari India iaitu Hindu dan Buddha. Sungguhpun begitu, hasil kajian menunjukkan makara dihasilkan oleh masyarakat tempatan dengan mengunakan batu granit dan diukir dengan pelbagai motif hiasan berupa binatang atau dewa. Hasil kajian juga mendapati votive tablet juga memaparkan pengaruh keagamaan dari India tetapi imej yang dipaparkan jelas menunjukkan ia adalah mewakili agama Buddha. Sungguhpun begitu, penemuan gendang gangsa di Pulau Timbang Dayang, Pulau Banggi, Kudat, Sabah tidak dapat dikaitkan dengan inspirasi agama. Sebaliknya objek ini seringkali dikaitkan dengan aktiviti perdagangan sungguhpun ia memaparkan motif dan simbolisme yang sangat sinonim dengan aspek ritual dan kepercayaan. Pendekkata, ketiga-tiga jenis material culture yang diteliti membawa satu maksud tersirat yang lebih besar iaitu, agama dan kepercayaan bukan hanya membentuk ragam di dalam sosiobudaya tetapi ia juga membawa satu misi yang jelas dalam menyatukan rumpun Melayu. Kata kunci: Simbolisme, motif, makara, votive tablet, gendang gangsa %0 Conference Paper %A Karim, Haryati Abdul %A Jumrah, Mohd Hanafi %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27771 %T POLA PENONTONAN DRAMA INDONESIA & PEMBENTUKAN IDENTITI DI KALANGAN BELIA DIASPORA BUGIS-MALAYSIA SABAH %U https://eprints.uny.ac.id/27771/ %X Kertas kerja ini mengetengahkan pola penontonan drama Indonesia dan peranannya terhadap pembentukan identiti sekelompok belia diaspora etnik Bugis-Malaysia di Pantai Timur, Sabah. Dalam kajian yang dijalankan terhadap penggunaan media di kalangan belia luar bandar dan pembentukan identiti dan gaya hidup mereka, kajian ini mendapati identiti golongan belia diaspora Bugis-Malaysia ini adalah gabungan antara identiti etnik-warganegara-Timur-agama. Gaya hidup mereka menampakkan kecenderungan ke arah adat ketimuran dan tidak kepada pemupukan semangat transnasionalime meskipun sering menonton program dari Indonesia. Melalui temubual mendalam dengan 19 responden ini, didapati drama Indonesia memainkan peranan budaya buat mereka di mana ia membantu mereka mengenali budaya keturunan mereka seperti cara orang Indonesia dengan betul serta gaya hidup orang Indonesia. Apa yang penting di sini ialah drama Indonesia bagi belia diaspora Bugis-Malaysia ialah hanyalah untuk membolehkan mereka mengenali budaya Indonesia. %0 Conference Paper %A Kasmurie, Awg %A Noor, Arba’iyah Mohd %A Mansor, Suffian %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27706 %T BUDAYA KEPIMPINAN MELAYU SARAWAK : PENILAIANNYA DARI PERSPEKTIF ABANG YUSUF PUTEH %U https://eprints.uny.ac.id/27706/ %X Kertas kerja ini berkaitan dengan penilaian Abang Yusuf Puteh terhadap budaya kepimpinan masyarakat Melayu Sarawak. Abang Yusuf Puteh pernah menjadi wakil rakyat dalam tempoh satu penggal bermula pada tahun 1987 sehingga 1991. Selain itu, beliau juga pernah bertugas dalam perkhidmatan awam negeri untuk dua zaman pentadbiran yang berbeza, iaitu semasa pentadbiran Koloni British (1959-1963) dan setelah pembentukan Malaysia (1963-1985). Pengalaman sepanjang menjalankan tugas-tugas tersebut, telah memberi ruang dan membekalkan maklumat yang berharga kepada beliau untuk menilai budaya kepimpinan dalam kalangan pemimpin Melayu Sarawak dari peringkat kampung sehingga ke peringkat yang lebih tinggi. Pengalaman ini juga telah memberi peluang kepada beliau untuk memperincikan sikap dan corak pentadbiran pemimpin-pemimpin Melayu Sarawak. Budaya kepimpinan yang pincang telah memberi impak terhadap kemajuan masyarakat Melayu Sarawak dan menimbulkan perasaan tidak puas hati di pihak beliau. Kajian berlandaskan buku The Malay Mind, River of Dry Tears, Malay Politics & Perabangan dan sumber daripada akhbar Sarawak Tribune. Justeru, objektif kajian ini adalah untuk menjelaskan budaya kepimpinan dalam kalangan pemimpin Melayu Sarawak dari perspektif pemikiran Abang Yusuf Puteh. Hasil kajian ini mendapati bahawa budaya kepimpinan yang diamalkan oleh pemimpin Melayu di Sarawak ternyata tergelincir daripada budaya dan ciri-ciri kepimpinan yang dituntut untuk kemakmuran rakyat. Sikap, cara dan corak kepimpinan mereka secara langsung tidak membantu dalam memajukan masyarakat Melayu di Sarawak malah menonjolkan ketidakjujuran dan sikap mementingkan kebendaan. Budaya kepimpinan yang pincang ini menjadi pemangkin kepada ‘ondor rarat’ yang seterusnya telah mengakibatkan kemajuan sukar dicapai sehingga kemiskinan terus mewarnai kehidupan masyarakat Melayu Sarawak. Kesimpulannya, kritikan Abang Yusuf Puteh terhadap budaya kepimpinan Melayu Sarawak, memberikan sumbangan ke arah perubahan dan pembentukan budaya kepimpinan yang positif demi kemajuan rakyat. Kata kunci : Budaya Kepimpinan, Melayu Sarawak, Penilaian, Pemikiran, Perspektif %0 Conference Paper %A Nur, Muhammad %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27775 %T "BALIMAU" ABS-SBK IRREGULARITIES IN THE CIVIL SOCIETY IN WEST SUMATRA %U https://eprints.uny.ac.id/27775/ %X Masyarakat Minangkabau di Sumatra Barat memiliki adat yang kuat dan agama yang kokoh. Ketika agama Islam masuk di Minangkabau dibuat kesepakatan antara Kaum penghulu dan Kaum Agama supaya adat dan agama saling menyesuaikan sehingga muncul pepatah “Adat Basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah”. Namun dalam perjalanannya ternyata tradisi lama yang bernuansa Hindu Budha masih diterapkan, karena masih terjadi praktek lama yang bertentangan dengan Islam. Balimau adalah suatu kepercayaan masyarakat Minangkabau terhadap pensucian diri. Ketika akan memasuki bulan Ramadhan, masyarakat mendatangi sungai-sungai untuk membersihkan diri. Mereka percaya bahwa mandi di sungai dapat mensucikan diri secara lahir dan batin. Pada mulanya peralatan mandi dibawa adalah jeruk nipis (limau) yang berfungsi untuk membersihkan rambut. Walaupun limau sudah digantikan oleh shampo, namun namanya masih “Mandi Balimau”. Masyarakat masih percaya bahwa pensucian diri harus dilakukan dalam sungai, dan tidak di lakukan di tempat lain. Para ulama di Sumatra Barat mengecam pelaksanaan “Mandi Balimau” tersebut, karena dianggap menyimpang dari ajaran Islam. Agama Islam memerlukan suatu ajaran yang murni sesuai dengan ajaran Al Quran dan Hadis. Ceramah dan khotbah para ulama dalam menentangnya disampaikan pada saat malam Ramadhan atau Shalat Jumat. Namun kegiatan itu tetap dilakukan masyarakat Sumatra Barat. Aspek negatifnya adalah bahwa pada saat mandi balimau lebih didominasi oleh para remaja yang memiliki tujuan berbeda, seperti memadu kasih, berpacaran, dan sebagainya. Himbauan para ulama kepada mereka tidak dihiraukan. Tradisi itu tetap mereka lakukan setiap tahun ketika akan memasuki bulan Ramadhan. “Adat Basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah” secara murni belum bisa dijalankan dalam masyarakat Sumatra Barat yang dominan suku bangsa Minangkabau. %0 Conference Paper %A Pratiwi, Naning %A Wulandari, Mega Ayu %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27720 %T CROSS CULTURAL UNDERSTANDING: What Every Elementary School Teacher Should Know %U https://eprints.uny.ac.id/27720/ %X Indonesia is one of the multicultural country in the world. As the consequence Indonesia has responsibility to preserve its culture. More than that, Indonesia also has responsibility to embed mutual respect among these cultures, not only mutual respect among local cultures but also mutual respect for the cultures of other nations. The way to embed mutual respect among different cultures should be implemented since early age. Children age is the basic period to build human character. Social science, as the study of society and manner on how people behave and influence other people, has power to build its mutual respect. But the problem is that the intensions to plant mutual respect often fall short due to teachers have inadequate knowledge about cultures, the target of the culture and the way to integrate culture in primary school education. This paper provides an overview on some basic concept of Cross Cultural Understanding (CCU) and offers practical ways to Integrate Cross Cultural Understanding (CCU) into social science in primary school. Keywords: Cross Cultural Understanding, Social Science, Elementary School Theme: Multicultural Education %0 Conference Paper %A Rahman, Norhayati Ab %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27718 %T Peranan Sastera Dalam Hubungan Dua Hala Malaysia- Indonesia: Analisis Keberkesanannya %U https://eprints.uny.ac.id/27718/ %X Hubungan Malaysia-Indonesia merupakan satu hubungan tradisi yang diasaskan kepada nilai sepunya dari sudut rumpun bangsa yang sama, persamaan budaya dan agama. Dari segi sejarah, tamadun Melayu yang telah wujud di rantau ini merupakan kesinambungan tamadun-tamadun yang telah terbentuk di kedua-dua buah negara. Kegemilangan kerajaan-kerajaan Melayu seperti kerajaan Srivijaya, Majapahit, Melaka, Johor Lama, Perlak dan Pasai menjadi penanda aras penting bagi menilai pencapaian dan kegemilangan tamadun Melayu pada zaman tersebut. Namun demikian penyatuan ini telah ‘retak’ berikutan termeterainya Perjanjian Inggeris-Belanda pada tahun 1824 yang sekaligus memisahkan tamadun Melayu menjadi entiti politik yang berbeza akibat perencanaan dua kuasa penjajah. Strategi yang dilaksanakan oleh pihak British dan Belanda ke atas Malaysia dan Indonesia adalah berasaskan kepentingan ekonomi dan geo-strategik mereka. Perjanjian ini juga merupakan sebahagian daripada agenda “pecah dan perintah” (divide and rule) pihak Barat ke atas alam Melayu ini. Sebagai bangsa serumpun yang mempunyai banyak persamaan budaya dan bahasa, negara serumpun seperti Malaysia-Indonesia, memiliki ikatan pesaudaraan yang sangat erat sejak sekian lama. Walau bagaimanapun, hubungan kedua negara ini seringkali pula menjadi kompleks dan ditanggapi serta difahami secara emosional. Hal ini terjadi disebabkan sikap kebanyakan masyarakat yang lebih banyak dipengaruhi oleh pemahaman lama yang statik tentang Malaysia-Indonesia sebagai negara serumpun yang memiliki banyak persamaan nilai-nilai, khususnya dari segi bahasa dan budaya. Juga terkait dengan situasi semasa di Malaysia yang berhubungan dengan isu-isu sosio-politik yang berlarutan. Dari segi homogeneous, identiti kolektik Malaysia dan Indonesia adalah paling relevan dan teguh. Kedua negara memiliki sejarah, budaya, hubungan kekerabatan dan famili yang cukup kuat. Justeru, Joseph Chianyong Liow dalam bukunya The Politics of Indonesia-Malaysia Relations: One Kin, Two Nations (2004) merujuk kedua negara dengan istilah ‘One Kin, Two Nations’. Kesamaan yang ada itu menyebabkan hubungan kedua negara sering disebut dengan frasa “hubungan dua negara serumpun”, “hubungan abang-adik” dan “hubungan dalam suka dan duka”. Kedua-dua negara mempunyai akar sejarah kerajaan yang sama, kemudian karya-karya sastera yang juga hampir sama. Persamaan budaya antara orang Melayu di kedua-dua negara paling terasa di hampir semua daerah Melayu, dan di daerah-daerah Indonesia seperti yang dapat dikesan di Sumatera, Riau, Sulawesi, Kalimantan dan daerah-daerah lain di Indonesia. Masyarakat Malaysia berketurunan Indonesia juga ramai yang menjadi warga negara dan menjadi orang penting di Malaysia. Dalam bidang sastera, hal ini tidak dapat disangkal, malahan tampak jelas akan adanya keterikatan tersebut. Sastera, sebagai sebahagian daripada produk budaya suatu bangsa, dilihat memiliki peranan paling unik dalam hubungan dua serumpun itu. Meskipun jalur perkembangan kesusasteraan di dua negara serumpun itu tidak sama, namun tautan budaya tidak dapat dielakkan sama sekali. Hikayat-hikayat lama juga menceritakan satu kawasan Melayu yang meliputi Malaysia dan sebahagian Indonesia seperti yang dipaparkan dalam teks Sulalatus Salatin, Hikayat Raja-Raja Pasai, Salasilah Melayu dan Bugis, Hikayat Hang Tuah dan sebagainya. Karya-karya beberapa sasterawan Indonesia misalnya, sudah tidak asing lagi di Malaysia. Malah sebahagian daripada teks-teks sastera dari negara Indonesia dijadikan sebagai teks utama dalam pengajaran di peringkat sekolah menengah, sekolah tinggi dan pengajian tinggi di Malaysia. Begitu juga dengan peranan individu, institusi kerajaan, swasta, pertubuhan bukan kerajaan (NGO) dan seumpamanya yang bergerak aktif ke arah memperteguhkan ikatan negara serumpun yang sedia terjalin sejak ratusan tahun yang lalu. Antara lain, peranan sastera tersebut digerakkan oleh banyak pihak, termasuk melalui pemufakatan kerjasama kerajaan (G2G), sistem pendidikan, media massa, para penerbit, badan-badan bukan kerajaan (NGO), individu, kumpulan tertentu dan sebagainya. %0 Conference Paper %A Rasidi, Shuwaibah %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27734 %T Konsep Sempadan Negeri-negeri Melayu Sebelum dan Selepas Kedatangan British %U https://eprints.uny.ac.id/27734/ %X Konsep sempadan di rantau Asia Tenggara termasuk Negeri-negeri Melayu (NNM) berbeza dengan konsep sempadan menurut pandangan Barat. Dari sudut bahasa perkataan sempadan merujuk kepada batas, garisan, takat dan had yang membabitkan daerah, negeri, kawasan dan lain-lain. Hasil kajian mendapati bahawa sebelum abad ke 19 didapati tiada garis sempadan yang bersifat tetap dan nyata di NNM. Sempadan sesebuah negeri atau kerajaan lazimnya boleh berkembang dan menguncup bergantung kepada kekuatan dan kelemahan negeri atau kerajaan itu sendiri. Misalnya sesebuah negeri atau kerajaan berkembang apabila pemerintah berupaya menguasai kaum kerabat, para pembesar, rakyat jelata, hasil mahsul negeri dan laluan perdagangan. Namun konsep tradisional ini ternyata amat berbeza dengan pendekatan yang diambil oleh barat. Sehubungan itu kajian ini bertujuan meninjau sejauhmana perbezaan konsep sempadan negeri di NNM sebelum dan selepas kedatangan British. Untuk mencapai tujuan tersebut, kajian ini akan melihat konsep sempadan negeri dari sudut pandangan tradisional dan kaca mata barat. Seterusnya kajian ini juga akan menilai sejauh mana campur tangan British di NNM memberi kesan dalam penetapan sempadan antara negeri melalui konsep sempadan yang diketengahkan oleh British. Kajian ini adalah bersifat kualitatif dengan merujuk kepada sumber-sumber dari medium perpustakaan seperti penelitian terhadap sumber pertama daripada rekod-rekod British dalam bentuk mikrofilem, fail serta naskah-naskah Melayu. Manakala sumber kedua pula terdiri daripada buku, jurnal, makalah ilmiah, tesis dan kumpulan kertas kerja pembentangan. Kajian ini merupakan satu kajian asli yang akan menyumbang kepada kajian-kajian akan datang terutama merujuk kepada persoalan sempadan. Kata Kunci: Konsep, sempadan , negeri, NNM, British. %0 Conference Paper %A Rasidi, Shuwaibah %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27735 %T Konsep Sempadan Negeri-negeri Melayu Sebelum dan Selepas Kedatangan British %U https://eprints.uny.ac.id/27735/ %X Konsep sempadan di rantau Asia Tenggara termasuk Negeri-negeri Melayu (NNM) berbeza dengan konsep sempadan menurut pandangan Barat. Dari sudut bahasa perkataan sempadan merujuk kepada batas, garisan, takat dan had yang membabitkan daerah, negeri, kawasan dan lain-lain. Hasil kajian mendapati bahawa sebelum abad ke 19 didapati tiada garis sempadan yang bersifat tetap dan nyata di NNM. Sempadan sesebuah negeri atau kerajaan lazimnya boleh berkembang dan menguncup bergantung kepada kekuatan dan kelemahan negeri atau kerajaan itu sendiri. Misalnya sesebuah negeri atau kerajaan berkembang apabila pemerintah berupaya menguasai kaum kerabat, para pembesar, rakyat jelata, hasil mahsul negeri dan laluan perdagangan. Namun konsep tradisional ini ternyata amat berbeza dengan pendekatan yang diambil oleh barat. Sehubungan itu kajian ini bertujuan meninjau sejauhmana perbezaan konsep sempadan negeri di NNM sebelum dan selepas kedatangan British. Untuk mencapai tujuan tersebut, kajian ini akan melihat konsep sempadan negeri dari sudut pandangan tradisional dan kaca mata barat. Seterusnya kajian ini juga akan menilai sejauh mana campur tangan British di NNM memberi kesan dalam penetapan sempadan antara negeri melalui konsep sempadan yang diketengahkan oleh British. Kajian ini adalah bersifat kualitatif dengan merujuk kepada sumber-sumber dari medium perpustakaan seperti penelitian terhadap sumber pertama daripada rekod-rekod British dalam bentuk mikrofilem, fail serta naskah-naskah Melayu. Manakala sumber kedua pula terdiri daripada buku, jurnal, makalah ilmiah, tesis dan kumpulan kertas kerja pembentangan. Kajian ini merupakan satu kajian asli yang akan menyumbang kepada kajian-kajian akan datang terutama merujuk kepada persoalan sempadan. Kata Kunci: Konsep, sempadan , negeri, NNM, British %0 Conference Paper %A Rustinsyah, - %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27776 %T The Integration System of Livelihood and Agro-ecosystem through Cocoa Planting Program in Dryland Areas Prone to Disaster: Preliminary Study %U https://eprints.uny.ac.id/27776/ %X Most of the villagers Besowo are in dry land farming. Dry land farming produces a combination of crops, vegetables, fodder crops, medicinal plants, trees, and others. For that we need management to increase productivity through diversification, intensification of agriculture in order to improve the welfare of rural households in a sustainable manner. The main constraints in dry land farming system is the biophysical conditions such as limited natural resources, land degradation, water scarcity, climate conditions are not stable, market access and others. Likewise dry land in the area of coffee plantations Besowo village has existed since the Dutch era when it's coffee crop and other crops as a protector. But now the area changed the face of only approximately 30% is planted with perennials and the rest are seasonal horticultural crops. One of the programs to restore the cropping pattern in the coffee plantation area people are planting cocoa. In biophysical cocoa plants are considered suitable for the area, thus providing good income expectations for the villagers and as soil conservation. The program supported by the government through the Department of Plantation by providing assistance and training. However, only one-third owner of coffee plantation area people who want to plant cocoa. There are factors inhibiting the ownership of agricultural land is narrow, the availability of family labor, there is no other source of income. As some of the supporting factors are biophysical conditions suitable for growing cacao, easy sale because there are co-operative in the village, the production cost is lower than horticultural crops, get guidance and assistance of the Department of Plantation, earn extra income source of shade trees. Keywords: livelihood, planting cocoa, empowerment of local communities, the area of dry land. %0 Conference Paper %A Saupi, Mohd Aiman Bin Mohd %A Bin Samsudin, Mohd %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27782 %T Kelestarian Komuniti Nelayan Di Mersing, Johor (1970-1980) %U https://eprints.uny.ac.id/27782/ %X Kertas ini bertujuan membincangkan kelestarian komuniti nelayan di Mersing, Johor. Mersing merupakan salah satu kawasan terpenting kegiatan perikanan di Johor. Hal ini kerana bilangan nelayan yang menjalankan aktiviti penangkapan ikan semakin meningkat di mana pada tahun 1970, bilangan nelayan mencatat 2,719 orang dan telah meningkat bilangannya pada tahun 1980 dengan bilangan 3,010 nelayan di Mersing. Manakala dari segi pendaratan ikan pula mencatat 465,838 pikul pada tahun 1970 dan telah meningkat pada tahun 1980 iaitu 501,154 pikul di Johor Timur terdiri daripada Mersing dan Kota Tinggi. Kertas ini berusaha meneliti penglibatan komuniti nelayan dalam aktiviti perikanan di Mersing yang menjadi sumber ekonomi utama. Tujuannya ialah mengesan sejauhmana kelestarian komuniti nelayan menghadapi perubahan atau perkembangan semasa dalam menjalankan aktiviti perikanan di Mersing. Kajian ini menggunakan sumber dokumen seperti data dan laporan yang diperolehi daripada Arkib negara Malaysia Cawangan Johor Bahru, Jabatan Perikanan dan Lembaga Kemajuan Ikan Malaysia sebagai rujukan artikel ini. Kajian mendapati masyarakat daerah Mersing menjalankan aktiviti perikanan sebelum tahun 1970 hingga ke hari ini dengan penambahan bilangan nelayan dan juga jumlah pendaratan ikan untuk kelangsungan hidup sebagai pekerjaannya sama seperti konsep kelestarian. Kata kunci: Kelestarian, nelayan, Mersing, Johor. %0 Conference Paper %A Sharif, Shapiza Binti %A Noor, Arba’iyah Binti Mohd %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27737 %T THE MANDAILING AND MINANGKABAU COMMUNITIES IN KUALA LUMPUR DURING THE 19TH CENTURY %U https://eprints.uny.ac.id/27737/ %X A bilateral relationship had existed between Malaysia and Indonesia ever since the Malacca Sultanate. The presence of the Javanese in Malacca was recorded in history in the 15th century. Whereas, the Bugis and Minangkabaus in Johor and Selangor, and the Mandailing were documented in the later centuries playing various roles in various aspects. The purpose of this study is to discuss the presence of the Mandailing and Minangkabau community in Kuala Lumpur during the 19th century. The discussion revolves around the history of their migration to Kuala Lumpur. This study will also observe the significant role they played in the economic aspects in Kuala Lumpur. Focus is given to the 19th century as the British Colonial policy at that time was to encourage and welcome the Mandailing and Minangkabau community to Malaya to assist in the growth of the tin mining industry especially in Kuala Lumpur. This study also looks at the roles in the aspect of business, agriculture and subsistence economy practiced by the Mandailing and Minangkabau community. Keywords: Mandailing community, Minangkabau community, Kuala Lumpur, economy, tin mining %0 Conference Paper %A Sugiura, Naoko %A bin Samsudin, Mohd %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27719 %T Perkembangan Dasar Warisan Negara dan Kesan ke atas Pemeliharaan Warisan di Malaysia (1957-2005) %U https://eprints.uny.ac.id/27719/ %X Warisan adalah identiti yang amat berharga bagi sesebuah negara. Kepentingan warisan menyebabkan semua negara di dunia berusaha memulihara dan memelihara bahan-bahan berkaitan warisan. Bagi menjaga dan memelihara warisan tersebut perlulah ada usaha yang berterusan supaya nilai warisan tersebut dapat dikekalkan kepada generasi yang akan datang. Kertas ini akan membincangkan pembentukan dasar warisan negara di Malaysia bermula dengan Akta Harta Karun 1957, Akta Benda Purba 1976 dan Akta Warisan kebangsaan 2005. Kajian terarah untuk menganalisis cabaran dalam merealisasikan usaha tersebut. Seterusnya kajian dibuat terhadap keberkesanan akta-akta tersebut dalam usaha pemeliharaan warisan di Malaysia. Dalam masa yang sama dasar warisan negara juga penting bagi merangka usaha yang teratur bagi sumbangan warisan dalam pembangunan sosioekonomi Malaysia. Hasil awal kajian mendapati penggubalan akta berkaitan memelihara warisan adalah seiring dengan dasar kerajaan yang mahu menjaga kepentingan masa depan warisan negara. Malahan dengan adanya dasar warisan negara, ianya memberi manfaat dalam pemeliharaan warisan di negeri-negeri di Malaysia Kata kunci: Memulihara, memelihara, pembentukan dasar, sosioekonomi dan kepentingan. %0 Conference Paper %A Suryani, Adi %A Soedarso, Soedarso %A Muhibbin, Zainul %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27772 %T MEDIA, SOCIAL LEARNING AND CULTURAL TRANSMISSION: PARENTS RESISTANCE ON CHILDREN’S MEDIA: CHILDREN’S RIGHT OR PARENTS’ AUTHORITY? %U https://eprints.uny.ac.id/27772/ %X Recently, the arrival and flourish of digital media increase variation of children’s media and broaden children’s access to enter wider world. Many adults may see these contemporary media are just playing tools for children, but there is something significant behind children interaction with their media. They are not just having fun with their favorite media, but unconsciously, children construct their self identity, explore their childhood world, express their self, engage with their external environment beyond the context of here and now, create their own world and learn cultural values. Within this process, they construct their knowledge and who they are. However, this self formation is frequently restricted by their parents. Parents may feel that they should protect their children since unconsciously children can be victim of media. Parents have obligation to redirect their children, enforce which values they should internalize or they should drop. However, children may have their own way to accept and interpret cultural values from their media. This emerges an issue relating to children’s right to enjoy their media and parents’ authority to shape children’s behaviour. Thus, this study aims to explore how do parents respond to their children’s media, how do these media affect children’s behaviour and do children develop their own thinking and feeling which are different from their parents? This study adopts qualitative-case study by conducting in-depth interview and reflection notes on parents’ experiences. This study is grounded on social cognitive and constructivism perspectives. The data show that parents restrictive behaviour is grounded on their expectation for their children to develop self-control, self-discipline, grow social awareness and create proper self social relationship (social self construction). Differently, children want to have sense of freedom to play, explore their world, construct their own problem solving, and see their real environment in their fun way. Keywords: media, childhood, self construction, identity, parents’ authority, children’s right, cultural transmission Theme : Media and Culture %0 Conference Paper %A Tahir, Azian Hj %A Noor, Arba'iyah Mohd %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27705 %T Visual Peristiwa Tawanan Kapal S.S. Nisero British di Aceh Menerusi Akhbar ‘The Illustrated London News’ %U https://eprints.uny.ac.id/27705/ %X Abstrak Kertas kerja ini akan meneliti mengenai laporan visual mengenai peristiwa kapal S.S. Nisero yang tersadai dan ditawan di Aceh. Dalam meneliti hal tersebut, akhbar terkenal ketika itu iaitu ‘The Illustrated London News’ akan digunakan. Fokus perbincangan adalah terhadap Kapal S.S. Nisero yang belayar di bawah bendera British dari Surabaya telah mengalami kerosakan dan tersadai di perairan Sumatera pada 8 November 1885. Hal ini menyebabkan kapal ini telah ditahan di Teunom dan pihak Aceh telah menuntut wang tebusan kerana peristiwa tersebut dikatakan telah mencabuli kedaulatan mereka. Selain itu, kertas ini juga akan membincangkan tentang komplikasi politik yang serius berlaku akibat peristiwa ini terutama hubungan di antara British dengan Belanda sehingga pembebasan tawanan berakhir selepas 10 bulan berikutnya dengan bayaran oleh pihak British. Dengan pembebasan tersebut akhbar ‘The Illustrated London News’ telah memuatkan laporan visual khas mengenai peristiwa tersebut. Sebanyak dua halaman akhbar telah disediakan bagi memberi maklumat kepada masyarakat umum di England. Berita visual ini merangkumi laporan kejadian dari awal sehingga anak kapal tersebut berjaya dibawa pulang ke Pulau Pinang %0 Conference Paper %A Teng, Muhammad Bahar Akkase %B 9th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations (PAHMI 9) Faculty Of Social Sciences Yogyakarta State University %D 2015 %F UNY:27717 %T Islam dan Peradaban di Wilayah Tanah Buton (Sulawesi Tenggara) dalam Perspektif Sejarah %U https://eprints.uny.ac.id/27717/ %X Dalam makalah ini akan dibahas mengenai perkembangan Islam dan peradaban, adat dan mitos di Wilayah Buton dalam perspektif Sejarah. Islam di Sulawesi Tenggara (Sultra) adalah agama mayoritas yang dianut oleh sekitar 95% penduduk provinsi ini. Adat suatu aturan, kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi masyarakat pendukungnya; Ada tiga adat di Sulawesi Tenggara khusus di wilayah Buton, yang masih dipertahankan oleh masyarakat Buton sampai sekarang; a) Posuo, b) Pahalata, c) Pomaloa Masuknya agama Islam di Sulawesi Tenggara, di Kepulauan Buton dibawah oleh para pedagang muslim dari Gujarat, dan kaum muslim berkebangsaan Arab. Penerimaan Islam di Wilayah ini bergelombang, (a).Islam diterima secara formal di Buton dan Muna. Ini dimulai sejak masuknya Islam raja Buton yang ke VI yang bernama La Kilaponto.(perobahn raja menjadi sultan) (b). meskipun Islam telah menjadi agama resmi, namun penataan kerajaan berdasarkan nilai-nilai Islam baru lahir pada masa sultan ke IV Dayanu Ikhsanuddin.(c) Gerakan Islamisasi kerajaan Buton gelombang ketiga terjadi pada era Sultan ke V.. Peradaban Islam. a)Etnik/Suku Buton, memiliki 4 bahasa yang digunakan oleh 4 kelompok/etnik, yakni Bahasa Pancana, Cia-Cia, Pulo (Wakatobi), dan Moronene. b)Bidang Pertahanan Keamanan memiliki falsafah perjuangan yaitu (Harta rela dikorbankan demi keselamatan diri) (Diri reladikorbankan demi keselamatan negeri)(Negeri rela dikorbankan demi keselamatan pemerintah)(Pemerintah rela dikorbankan demi keselamatan agama) c)Masjid Agung Keraton Buton di Sultra, merupakan peninggalan Kerajaan Islam Buton. Masjid ini punya kisah mengenai 'lubang yang menuju Mekkah'. d) Huruf Arab. Semua perundangan ditulis dalam bahasa Walio menggunakan huruf Arab, yang dinamakan Buru Wolio seperti kerajaan-kerajaan Melayu menggunakan bahasa Melayu tulisan Melayu/Jawi. Huruf dan bahasa tersebut selain digunakan untuk perundangan, juga digunakan dalam penulisan salasilah kesultanan, naskhah-naskhah dan lain-lain. Kata Kunci : Islam, peradaban, adat dan sejarah %0 Conference Paper %A Ma’arif, Syafii %B PIDATO ILMIAH DIES NATALIS FISE KE-40 %D 2004 %F UNY:28314 %T PENDIDIKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS MORAL BANGSA %U https://eprints.uny.ac.id/28314/ %X Pendidikan dan moral adalah dua pilar yang sangat penting bagi teguh dan kokohnya suatu bangsa. Dua pilar ini menuntut untuk dicerna dan dicermati dengan arif oleh segenap anak bangsa. Dalam suatu negara yang sedang berusaha lepas dari badai krisis, sangatlah tepat apabila kita mencoba untuk melihat kembali posisi dan interrelasi dua pilar ini bagi bangsa Indonesia. Uraian berikut akan mencoba menelusuri posisi pendidikan dan moral dalam bingkai kehidupan kebangsaan kita. Dengan menempatkannya pada posisi yang tepat, diharapkan bisa mengantarkan kita untuk menemukan jalan yang lurus, shirat al-mustaqim. Jalan yang akan dapat membuka mata hati dan kesadaran kemanusiaan kita sebagai anak-¬anak bangsa. Sehingga krisis yang hampir saja menghempaskan kita ke jurang kebangkrutan dan kehancuran, dengan segera dapat dilalui dan cepat berlalu. %0 Conference Paper %A Debi Setiawati, S.Pd, M.Pd dan Kevin Indriana, Debi Setiawati, S.Pd, M.Pd dan Kevin Indriana %B Pembelajaran Sejarah %F UNY:45889 %K Prosiding %T Penanaman Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Sejarah Melalui Ceritera Fabel di Relief Candi Jago %U https://eprints.uny.ac.id/45889/ %X Ceritera fabel dalam relief candi jago mengandung makna historis sangat tinggi. Ada pesan moral yang ingin disampaikan, baik itu berupa nilai religius maupun nilai moral. Cerita binatang dalam relief candi jago terdiri dari tujuh bagian yang memiliki alur berbeda. Menceriterakan tentang kejadian – kejadian nyata dalam kehidupan manusia. Untuk itu memiliki relevansi dengan kondisi kehidupan saat ini serta dapat digunakan sebagai sarana penanaman nilai karakter dalam pembelajaran sejarah. Kata Kunci : Nilai Karakter, Pembelajaran Sejarah, Ceritera Fabel %0 Conference Paper %A Sardiman AM, - %B UNY %F UNY:1030 %T PEMBELAJARAN SEJARAH DAN NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN %U https://eprints.uny.ac.id/1030/ %0 Conference Paper %A Wahyu Pambudi, S.Pd., Wahyu Pambudi, S.Pd. %A Prof. Dr. Sariyatun, M.Pd., M.Hum, Prof. Dr. Sariyatun, M.Pd., M.Hum %A Dr. Akhmad Arif Musadad, M.Pd, Dr. Akhmad Arif Musadad, M.Pd %B pembelajaran sejarah %F UNY:46211 %K prosiding %T Meningkatkan Rasa Solidaritas Kebangsaan Siswa melalui Pendekatan Relasi Antar Etnis dalam Pembelajaran Sejarah %U https://eprints.uny.ac.id/46211/ %X Nasionalisme atau rasa kebangsaan adalah motif utama mengajarkan mata pelajaran sejarah Indonesia di sekolah, namun tidak jarang tujuan itu tidak nampak secara jelas diusahakan secara sadar dan terencana sebagai tujuan intruksional dalam pembelajaran sejarah Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model pembelajaran sejarah Indonesia berbasis relasi antar etnis yang didesain untuk meningkatkan rasa solidaritas kebangsaan siswa. Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development) dan diuji-cobakan pada siswa SMAN 1 Kota Kediri. Pada tahap uji efektifitas model, hasil uji-t antar kelompok (independent samples t-test) terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan t. 2,398, dengan sig. 0,019. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran sejarah Indonesia berbasis relasi antar etnis efektif untuk meningkatkan rasa solidaritas kebangsaan siswa. Kata Kunci: pembelajaran sejarah, relasi antar etnis, solidaritas kebangsaan siswa