Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-19T01:10:19ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2024-03-14T06:12:59Z2024-03-14T06:12:59Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/81367This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/813672024-03-14T06:12:59ZEstetika Pragmatis Tenun Rongkong: Kesadaran Estetik Sebagai Penunjang Pengembang Kebijakan Seni Budaya Di Luwu Utara.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1) Pandangan dan pemaknaan masyarakat Rongkong terhadap tenun Rongkong. (2) Makna, nilai estetika, dan nilai pragmatis dari motif simbol tenun Rongkong. (3) Proses pendidikan di masyarakat Rongkong untuk melestarikan budaya tenun. (4) Refleksi dan proyeksi dari estetika pragmatis tenunan Rongkong bagi masyarakat (kalangan pemerintah) dan sebagai bentuk pemajuan kebudayaan Rongkong.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnofenomenologi. Sumber data terbagi sumber primer yaitu pelaku tenun, pihak lembaga adat, budayawan, dan pihak pemerintah Luwu Utara yang dipilih secara purposive sampling. Sumber data sekunder yaitu kain tenun Rongkong beserta fenomena keberadaan tenun Rongkong di masyarakat. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan kajian pustaka. Proses analisis data meliputi pengidentifikasian, pengolahan, dan penafsiran, termasuk di dalamnya bracketing, horizonalizing, cluster of meaning, dan deskripsi makna.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Masyarakat Rongkong memaknai tenun Rongkong sebagai identitas budaya yang perlu dilestarikan dan sebagai tujuan finansial yang dapat membantu perekonomian para penenun, serta modal budaya dalam upaya membangun daerah berbasis budaya lokal (city branding). (2) Motif tenun Rongkong mengalami perubahan dari ideosentrik menjadi visiosentrik. Visualisasi motif mengandung nilai estetika, nilai pragmatis dan makna yang ditransformasikan sebagai upaya pelestarian tenun Rongkong. (3) Pendidikan budaya tenun Rongkong di kalangan penenun dilakukan melalui metode vernakular dalam pendekatan pendidikan dalam keluarga. Proses pembelajaran dalam budaya tenun melibatkan habituasi budaya kerja dan repitisi. Aspek nilai budaya, seperti pengabdian, bakti kepada orang tua, kepatuhan dan etika menjadi sebuah siklus yang mendorong keberlangsungan pendidikan dalam budaya tenun Rongkong. Kalangan pemangku adat/budayawan memiliki peran dalam mentransfer
pengetahuan filosofi tenun melalui berbagai macam media dan pemerintah sebagai fasilitator dalam upaya transfer pegetahuan tenun Rongkong. (4) Refleksi dari program yang sudah ada menunjukkan pemerintah berhasil mengaktifasi budaya tenun rongkong namun belum sepenuhnya terbebas dari ancaman kepunahan, sehingga proyeksi dari estetika pragmatis dirancang sebagai bentuk pola pewarisan pengetahuan melalui aspek pendidikan formal, nonformal dan informal guna merangsang minat belajar, membentuk identitas kultural dan memajukan kebudayaan Luwu Utara melalui branding budaya dan Pariwisata.Jenny Ratna Ika SetiawatiSuminto A Sayuti2024-03-13T03:06:11Z2024-03-13T03:06:11Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/80301This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/803012024-03-13T03:06:11ZStudi Etnografi Pendidikan dalam Komunitas Adat Terpencil di Kabupaten Sumbawa, NTB.Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengeksplorasi dan menjelaskan secara mendalam mengenai aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh Komunitas Adat Terpencil (KAT) Cek Bocek Selesek Rensury (CBSR) di kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan (2) mengeksplorasi dan menemukan nilai dan makna pendidikan dalam budaya dan tradisi warga komunitas adat Cek Bocek Selesek Rensury. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berkontribusi positif pada usaha peningkatan kualitas pendidikan di daerah pinggiran terutama yang masuk dalam katagori daerah 3T; Tertinggal, Terdepan, dan Terluar,.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian dilaksanakan di Desa Lawin, Kecamatan Ropang, Kabupaten Sumbawa yang merupakan daerah tempat tinggal KAT Cek Bocek Selesek Rensuri. Partisipan dalam penelitian ini antara lain ketua majelis adat KAT CBSR, tokoh masyarakat, Guru, Orang Tua dan siswa sekolah dasar di dalam KAT CBSR. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi partisipatif ke wilayah KAT CBSR, merekam, memotret, dan memahami segala seseuatu yang berkaitan dengan pendidikan, khususnya di komunitas Cek Bocek Selesek Rensury. Adapun analisis data menggunakan analisis data kualitatif dengan proses mendisplay dan reduksi data, mengelompokkan makna dan aktivitas, menjelaskan esensi makna dan aktivitas dan menyimpulkan.
Hasil penelitian ini menemukan dua bentuk aktivitas pendidikan dalam KAT CBSR yaitu 1) Aktivitas pendidikan informal yang dilakukan dalam keluarga dan komunitas berupa penanaman nilai-nilai dan falsafah kehidupan KAT CBSR. Aktivitas pendidikan informal ini dilakukan di dalam rumah dan balai adat KAT CBSR. Temuan selanjutnya dalam penelitian ini adalah masyarakat adat CBSR masih melakukan tradisi dan adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun seperti Sedekah Zakat, Jango Kuber (Ziarah Kubur), Eneng Uran, dan Barajak Nganyang. Setiap tradisi dan budaya tersebut mengandung makna pendidikan seperti makna religius, gotong royong, dan saling menghormati. Dengan demikian, meskipun komunitas Cek Bocek Selesek Rensury belum mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak dari pemerintah, sistem sistem nilai kepercayaan, kebudayaan, dan tradisi, selalu menjadi bagian yang terelakkan dalam proses pendidikan generasi penerus komunitas Cek Bocek Selesek Rensury, Sumbawa.Ilham HandikaSerafin Wisni Septiarti2023-04-24T06:03:13Z2023-04-24T06:03:13Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/77592This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/775922023-04-24T06:03:13ZTurn-Holding Cues in Multi-Participant Conversations in Downton Abbey Television SeriesThis study aimed to identify the turn-holding cues in Downton Abbey television series and describe the factors contributing to the effective use of them. This study used a descriptive qualitative method. The data were multi-participant conversations in the television series, specifically the first three episodes of the first season. The procedures for conducting the study were collecting the data, completing them with their context, setting, and then analyzing them. The result shows that to hold a turn, speakers use cues such as filled pause, verbal filler, tactically placed silent pause, new start, grammatical incompleteness,
and rush-through. The speakers’ attempt to hold the turn are successfully accomplished as they can continue finishing their utterances without any interruption from other participants. The factors contributing to the effective use of turn-holding cues are putting the cues at strategic places, and most importantly, cooperation among participants.
Keywords: turn-holding cues, multi-participant conversation, Downton AbbeyTitik Sudartinahtitiksudartinah@uny.ac.idEmi Nursanti2023-04-24T06:03:03Z2023-04-24T06:03:03Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/77591This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/775912023-04-24T06:03:03ZRepetition as an Involvement Strategy in Oprah Winfrey's Harvard Commencement Address 2013Oprah Winfrey is famous for her long-lasting talk show, the Oprah Winfrey show, which was broadcasted for 24 years from 1987 to 2011. The show is one of the most influential talk shows in the world. On May 30 this year, she was invited to speak in front of graduates of Harvard University. The speech is interesting to be analyzed since it is delivered by a very famous person to graduates of the most prestigious university in USA. This unique context surely influences the design, structure, and goal of the speech as well as the way it is delivered. One of the characteristics apparent in Winfrey's speech is her particular use of certain involvement strategies to interact with her audience. Among the strategies, repetition is the most obviously used. As an involvement strategy, the repetition used by Winfrey is effective in making her speech more powerful. There are three forms of repetition that Winfrey uses in her speech, i.e. exact repetition, repetition with variation, and paraphrase. Meanwhile, four functions of repetition are represented in her speech, i.e. production, comprehension, connection, and interaction. Repetitions enable Winfrey to produce a more efficient and powerful speech which is easily comprehended by its audience. Winfrey also uses repetitions to relate her ideas with others' by giving examples and stating her standpoint. Besides, Winfrey repeats certain verbal expressions to serve some interactional purposes, such as for getting or keeping the floor, providing back-channel response, gearing up the audience to answer or speak, showing appreciation, and linking her ideas to another's ratifying another's contributions.
Keywords: repetition, involvement strategy, Oprah Winfrey, Harvard commencement, speechTitik Sudartinahtitiksudartinah@uny.ac.id2023-04-14T04:12:59Z2023-04-14T04:12:59Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/77515This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/775152023-04-14T04:12:59ZEvaluasi Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Rentan Turun ke Jalan.Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengevaluasi keefektifan Program Kesejahteraan Sosial Anak yang rentan turun ke jalan di provinsi DIY; (2) Menemukan pola hubungan antar faktor determinan yang mempengaruhi kamandirian anak turun ke jalan pada lingkup terbatas; (3) Menghasilkan model struktural kemandirian anak yang rentan turun ke jalan; dan (4) Menghasilkan instrumen yang valid dan reliabel untuk penilaian kemandirian anak yang rentan turun ke jalan.
Metode penelitian evaluasi ini menggunakan mix method sequential exploratory dari Creswell (2015) dengan pendekatan kualitatif terlebih dahulu kemudian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan model evaluasi partisipatif, observasi, dan wawancara mendalam dengan informan primer dan skunder yaitu anak rentan turun ke jalan yang diakomodasi oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang ada di Provinsi DIY sejumlah 38 anak, 8 orang pengelola LKSA, 3 orang Pekerja Sosial, serta 3 orang dari Dinas Sosial DIY. Penelitian kualitatif ini untuk menemukan pola hubungan antar faktor determinan kemandirian yang mempengaruhi anak turun ke jalan dengan analisis data menggunakan triangulasi dan strukturalisme. Keberhasilan program ditentukan dengan kesesuaian program dengan regulasi, jumlah anak jalanan, dan pemetaan kebutuhan PKSA. Berdasarkan temuan kualitatif disusunlah instrumen untuk mengukur faktor-faktor determinan yang mempengaruhi kemandirian dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi dengan jumlah responden sebanyak 242 anak yang tersebar di enam LKSA di provinsi DIY. Analisis data kuantitatif menggunakan SEM dengan bantuan aplikasi smartPLS ver.3.
Penelitian kualitatif menemukan bahwa (1) Program Kesejahteraan Sosial Anak untuk penanganan Anak yang rentan turun ke jalan di DIY secara makro sudah berjalan efektif berdasarkan beberapa indikator diantaranya; (a), negara hadir dalam penanganan anak jalanan melalui berbagai kebijakan yang berpihak pada anak, untuk provinsi DIY salah satunya dengan implementasi Perda. Nomor 5 tahun 2011 tentang Perlindungan Anak yang Hidup di Jalan, (b) PKSA telah dijalankan sesuai regulasi yang ada, (c) menurunnya jumlah anak jalanan di DIY dari tahun ke tahun, (d) hasil pemetaan dan pembinaan PKSA berjalan baik; (2) Adapun faktor determinan dan pola hubungan variabel kemandirian anak yang rentan turun ke jalan adalah ekonomi, keluarga, manajemen diri, dan kontrol diri, Kontrol diri dipengaruhi oleh manajemen diri dan ekonomi, Keluarga dipengaruhi oleh ekonomi dan manajemen diri; (3) Hasil penelitian model struktural secara kuantitatif skala luas menunjukan faktor determinan dan pola hubungan yang sama dengan uji skala terbatas yang diukur dengan instrumen validitas isi menggunakan CVI Aiken’s sebesar 0,846 (high) dan validitas konstruk dibuktikan dengan analisis faktor eksploratori dan hasilnya fit, sementara itu reliabilitas pada uji skala kecil sebesar 0,770 dan uji skala luas sebesar 0,765. Adapun koefisien jalur dari variabel ekonomi-keluarga (0,151), ekonomi-kemandirian (0,143), ekonomi-kontrol diri (0,156), ekonomi-manajemen diri (0,184), keluarga-kemandirian (0,477), kontrol diri-kemandirian (0,603), manajemen diri-keluarga (0,657), manajemen diri- kemandirian, (0,676), dan manajemen diri-kontrol diri (0,638); dan (4) dihasilkan instrumen yang valid dan reliabel untuk penilaian kemandirian anak yang rentan turun ke jalan.Faridl MusyadadHeri Retnawati2023-03-28T03:15:01Z2023-03-28T03:15:01Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/77227This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/772272023-03-28T03:15:01ZInternalisasi Nilai-nilai Budaya melalui Pembelajaran Adat dalam Masyarakat Suku Kerinci Provinsi Jambi.Penelitian ini bertujuan menemukan: (1) pola internalisasi nilai-nilai budaya melalui pembelajaran adat yang ada saat ini dalam masyarakat suku Kerinci Provinsi Jambi; (2) menemukan pola negosiasi antara budaya tradisional dan budaya modern dalam internalisasi nilai-nilai budaya melalui pembelajaran adat pada masyarakat suku Kerinci Provinsi Jambi; (3) menemukan pola yang paling sesuai untuk internalisasi nilai- nilai budaya melalui pembelajaran adat dalam masyarakat suku Kerinci Provinsi Jambi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Tempat penelitian di Lima Desa Tanjung Pauh Mudik Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Pelaksanaan penelitian mengacu kepada langkah- langkah penelitian etnografi Spradley (2007:195) dengan “alur penelitian maju bertahap”. Instrumen pengumpulan data adalah peneliti sendiri. Pemilihan Informan ditetapkan dengan teknik bola salju, informan terpilih terdiri dari: Depati Anum, Ninik Mamak, Orang Tuo Cerdik Pandai dan Hulubalang serta masyarakat yang terlibat aktif dalam kegiatan internalisasi nilai-nilai budaya. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari: data primer yaitu data yang diperoleh dari informan dan data sekunder merupakan data pendukung. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik menjamin keabsahan data mengacu pada Moleong (2010:324) terdiri dari: credibility, transferability, dependability dan konfirmability. Data penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan langkah- langkah yang dikemukakan Spradley (2007:151-265) terdiri dari: analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen dan analisis tema budaya.
Penelitian ini menghasilkan tiga temuan. Pertama, pola internalisasi nilai-nilai budaya melalui pembelajaran adat yang dilakukan saat ini dalam masyarakat suku Kerinci Provinsi Jambi ditemukan dua pola: pertama, pola internalisasi nilai-nilai budaya melalui kegiatan belajar dan pelatihan adat. Kedua, pola internalisasi nilai-nilai budaya melalui kegiatan budaya upacara kenduri sko. Nilai-nilai budaya yang di internalisasikan melalui dua pola tersebut di atas adalah nilai-nilai budaya yang terdapat dalam filosofi adat “adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah”, yang terdiri dari: nilai keagamaan, nilai kemanusiaan, nilai demokrasi dan musyawarah, serta nilai sosial kemasyarakatan (gotong royong). Proses internalisasi nilai-nilai budaya dilakukan melalui tiga tahap, yakni: pertama tahap transformasi nilai, kedua, tahap transaksi nilai, ketiga tahap trans-internalisasi nilai. Kedua, pola negosiasi antara budaya tradisional dan budaya modern dalam internalisasi nilai-nilai budaya melalui pembelajaran adat dalam masyarakat suku Kerinci Provinsi Jambi dilakukan dengan “pola penyesuaian” Adapun bentuk-bentuk penyesuaian yang dilakukan seperti penyesuaian pada: (1) sistem perkawinan, (2) lembaga adat. (3) sistem warisan, (4) aturan-aturan bagi generasi muda. Ketiga, pola yang paling sesuai untuk internalisasi nilai-nilai budaya melalui pembelajaran adat dalam masyarakat suku Kerinci adalah dengan “pola dialog adat”. Pola dialog adat diperoleh berdasarkan hasil analisis pada: pertama kegiatan sosial, terdiri dari: 1) saling mengunjungi (bertamu/bersilaturahmi), 2) tahlilan, 3) arisan. Kedua, kegiatan adat, yang terdiri dari: 1) ajun arah, 2) kenduri skoMiddya BotyAchmad Dardiri2022-03-02T04:05:23Z2022-03-02T04:29:44Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/72477This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/724772022-03-02T04:05:23ZDRAMATURGI SUGAR BABY
(Studi Fenomenologi Pada Mahasiswa Sebagai Sugar Baby di Yogyakarta)Penelitian ini berfokus pada Dramaturgi Erving Goffman mengenai Front Stage dan Back Stage dari mahasiswa Sugar Baby di Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1)Bagaimana model dramaturgi mahasiswa Sugar Baby di Yogyakarta; (2) Bagaimana Mahasiswa Sugar Baby mengelola panggung depan dan panggung belakang.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumplan data menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Dalam penentuan sampel, teknik yang digunakan adalah Snowball Sampling, yang dihasilkan berupa 2 Informan utama dan 1 Informan Pendukung. Teknik keabsahan data menggunakan Teknik triangulasi sumber sedangkan, teknik analisis data menggunakan meodel Miles and Hubberman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kebutuhan ekonomi dan latar belakang keluarga menjadi motif bagi mahasiswa untuk menjadi sugar baby. Selain itu bahwa Front Stage dari kedua informan utama ini di bagi menjadi tiga bagian yakni, lingkungan keluarga, kampus dan sugar baby. Pada Front stage ini mahasiswa memanipulasi dari cara berpenampilan, berpakaian, sikap hingga perilakunya menyesuaikan dengan tempat kedunya berinteraksi. Seperti ketika berada di lingkungan keluarga, mahasiswa akan bersikap selayaknya anak yang sopan dan berbakti kepada orang tua sebaliknya, ketika berada di lingkungan sugar baby, mahasiswa akan bersikap manja kepada sugar daddynya. Sedangkan Back Stage dibagi menjadi dua yakni back region dan off region. Pada Back Region, Mahasiswa memiliki kerabat yang dapat dipercaya untuk diceritakan kehidupannya sebagai sugar baby. Sedangkan Off Region, mahasiswa mempersiapkan, mempertimbangkan hal hal yang akan di bawa ke panggung depan serta mahasiswa akan mengekspresikan perasaannya yang tidak dapat ditunjukan ketika berada di Front Stage.
Kata Kunci : Dramaturgi, Fenomenologi, Sugar Baby, Panggung Depan, Panggung Belakang.Daffa Maulana Muhammaddaffamaul11@gmail.com2020-03-19T10:45:16Z2020-03-19T10:49:39Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/67930This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/679302020-03-19T10:45:16ZSeri Bunga Rampai : Kontribusi Pendidikan Ilmu Sosial dalam Membangun Keindonesiaan - Indigenisasi Ilmu-Ilmu Sosial Di Indonesia : Langkah Yang Masih TerseokIlmu dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Di satu sisi, ilmu harus ditransfer kepada generasi berikutnya memalui pendidikan,agar mereka mampu menjelaskan berba~ai fenomena yang ada. Ilmu sosia! akan memberikan narasi yang menjelaskan hubungan kausalitas dari berbagai fenomena yang ada melalui teori-teori yang dihasilkan oleh para ilmuwan. Dengan berbekal ilmu, khususnya ilmu sosial, seseorang diharapkan mampu menjelaskan realitas sosial dan sekaligus mampu memprediksi apa yang akan terjadi. Di sisi lain, pendidikan juga menjadi sarana untuk membantu seseorang mengembangkan dan sekaligUs melakukan perubahan cara berpikir, sikap, dan perilaku. Dengan bahan ilmu sosial,Pendidikan ilmu sosial diharapkan mamp\l merubah seseorang menjadi semakin bijak dalam bersikap dan bertindak.
Dalam konteks ini, kerjasama antara ilmu sosial dan pendidikan ilmu sosial sangat dibutuhkan dalam pembangunan bangsa Indonesia ke depan. Ilmu sosial akanan terus mensuplai bahan yang dibutuhkan oleh pendidikan ilmu sosial, dan sekaligus menginformasikan perkembangan teori sebagai hasil abstraksi dan refleksi atas realitas sosia1. Sedangkan pendidikan ilmu so sial yang membenmk karakter sesorang melaluisuatu proses pemahaman dan penyadaran atas apa akibat yang terjadi jika suatu sikap dan tindakan dilakukan.
Dalam konteks Indonesia, pendidikan ilmu sosial diharapkan mampu memahamkan dan menyadarkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultur, dengan sumber daya alam yang kaya dan melimpah sebagai modal kemajuan. Me8kipun demikian, jika karakter bangsa ini tidak baik, modal tersebut bisa menjadi sumber kehancuran. Perilaku korup yang dilakukan oleh para elit bisa menjadi penghambat pembangunan dan kerriajuan bangsa; Ketidakpahaman dan ketidaksadaran rakyat atas sistem demokrasitemyata bisa menjadi penyebab perilaku korupsi.
Sebagai bangsa yang majemuk dengan· multikultumya, diperlukan sikap toleran dan menemp'ltkan kesederajatan dalam perbedaan. Jika sikap tersebut tidak dimiliki, kemajemukan dan multikultur akan menjadi sumber konflik sosial maupun politik. Di sisi lain, kekayaan alam yang melimpah jika tidak dikelola dengan baik juga akan menjadi bumerang bagi penghuninya. EkspLoitasi yang berlebihan terhadap alam, akan menyebabkan alam menjadi semakin "garang" terhadap kita. Diperlukan kearifan dalam mengelola lingkungan, sehingga kelestarian fungsinya dalam mendukung kehidupan bisa terus terpelihara dan terjaga. Oleh karena itu, pendidikan ilmu sosial menjadi hal yang perlu digandeng dalam pembangunan bangsa, untuk membangun karakter wisdom.
Buku ini hadir sebagai bagian dari kepedulian para ilmuwan sosial dan para pendidik ilmu sosial atas kondisi bangsa. Buku ini menyadarkan bahwa masih banyak masalah sosial yang harus ditangani, agar pembangunan bangsa tidak terhambat oleh berbagai konflik sosial dan karakter buruk. Pembangunan infrastruktur yang bersifat fisik, memang diperlukan, tetapi jika sampai terjadi konflik sosial, semua akan rusak dan sia-sia. Semoga kehadiran buku ini memberi manfaat bagi pembacanya.Ajat Sudrajat2019-09-24T04:44:46Z2019-09-24T04:44:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/65989This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/659892019-09-24T04:44:46ZKumpulan Artikel Jurnal dan Prosiding Terindeks Internasional (Dosen FIS UNY)Tujuan penyusunan Kumpulan Artikel Jurnal dan Prosiding Terindeks Internasional ini adalah sebagai media mempermudah pembaca untuk mencari referensi jurnal dosen Fakultas Ilmu Sosial yang telah terindeks Internasional.2018-10-11T00:03:50Z2019-01-30T17:19:29Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/60464This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/604642018-10-11T00:03:50ZKESENJANGAN SOSIAL DALAM IKLAN MEIKARTA VERSI “AKU INGIN PINDAH KE MEIKARTA” (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan 1) makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam iklan Mekarta versi “Aku Ingin Pindah ke Meikarta” 2) representasi kesenjangan sosial dalam iklan Mekarta versi “Aku Ingin Pindah ke Meikarta”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis semiotika model Roland Barthes. Subyek penelitian ini adalah iklan Meikarta versi “Aku ingin pindah ke Meikarta” yang ditayangkan di televisi pada tahun 2017. Objek penelitian ini adalah 1) makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam iklan 2) simbol-simbol yang merepresentasikan kesenjangan sosial. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan studi pustaka. Validitas data yang diperoleh diuji dengan validitas teknik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) iklan Meikarta bukan hanya menawarkan produknya tapi mengandung makna representasi realitas sosial pada setiap scene-nya. Makna denotasi ditampilkan pada gambar, tagline, dan dialognya. Makna konotasi ditampilkan pada kesan dan makna yang terdapat pada iklan. 2) Iklan Meikarta menampilkan realitas masyarakat yang hidup dikota Jakarta dengan gambaran dua kondisi yang berbeda yang saling bertolakbelakang. gambaran dari scene yang ditampilkan tersebut menunjukan adanya ketidakmerataan dalam sektor pembagunan tempat tinggal masyarakat.
Kata Kunci: Semiotika Roland Barthes, Analisis Iklan, Kesenjangan Sosial, Lippo Group, dan MeikartaFakhri Uzair2018-10-09T00:22:56Z2019-01-30T17:17:57Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/60397This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/603972018-10-09T00:22:56ZPenerapan Metode Take and Give untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Sosiologi Kelas X IIS2 SMA N 1 KretekPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
keaktifan siswa
dalam
pembelajaran Sosiologi di kelas X IIS 2 SMAN 1 Kretek
.
Keaktifan siswa
dalam pembelajaran sangat diperlukan. Siswa yang aktif dan terlibat dalam
pembelajaran dapat mendorong motivasi siswa, memberikan
rasa senang,
semangat me
ngikuti pembelajaran, dan dapat
membantu siswa mengembangkan
potensi yang dimilikinya
.
K
eaktifan dan kreativitasan siswa
ditunjang oleh
p
e
nggunaan
metode
pembelajaran
, karena keberhasilan s
trategi pembelajaran
hanya dapat diimplementasikan melalui
penggunaan metode pembelajaran
.
Terdapat m
etode pembelajaran
take and give
yang
dapat meningkatkan keaktifan
siswa
.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (
classroom action
research)
dengan desain model Kemmis & Mc Taggart. Penelitian yang dilakukan
terdiri atas dua
siklus dimana setiap siklus meliputi perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi
.
S
ubyek
dalam
penelitian
ini
yaitu siswa kelas X IIS 2
SMA Negeri 1 Kretek yang berjumlah 25 siswa. Obyek dalam penelitian ini yaitu
peningkatan keaktifan siswa pada mata p
elajaran Sosiologi pada
materi penelitian
sosial. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, dan
dokumentasi. Metode yang digunakan dalam analisis data yaitu metode analisis
deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif.
Hasil
dari
penelitian
ini
menunjukkan bahwa persentase keaktifan siswa
berdasarkan hasil observasi pada siklus I sebesar 69,60%. Persentase keaktifan
tersebut meningkat pada siklus II menjadi sebesar 81,77%. Selain itu, persentase
keaktifan siswa berdasarkan hasil an
gket pada siklus awal siklus sebesar 57,85%.
Persentase keaktifan tersebut meningkat pada siklus I menjadi sebesar 69,77%,
dan pada akhir siklus (siklus II) sebesar 83,19%. Berdasarkan analisis hasil
observasi dan angket per indicator, masing
-
masing
mengal
ami peningkatan dari
69%
dan 70% pada siklus I menjadi 78
%
dan 84%
pada siklus II. Berdasarkan
uraian di atas, maka disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran
take
and give
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sosiologi di
Kelas X II
S 2 SMAN 1 Kretek.
Kata kunci:
Metode Take and Give, Keaktifan
, Pembelajaran SosiologiAprilia Dwi Astuti2018-10-09T00:18:33Z2019-01-30T17:17:55Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/60396This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/603962018-10-09T00:18:33ZPeran Program Selamat Pagi Pada Yayasan Kampung Halaman Bagi Remaja di YogyakartaPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
peran program
Selamat
Pagi pada Yayasan Kampung Halaman bagi r
emaj
a d
i Yogyakarta
, faktor
pendukung dan faktor penghambat pada program Selamat Pagi
bagi
remaja serta
dampak dari program Selamat Pagi
bagi
remaja.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk
mendeskripsikan
peran program
Selamat Pagi pada Yayasan Kampung Halaman
bagi r
emaj
a
. Informan penelitian berjumlah 7 orang yang dipilih dengan
menggunakan teknik
purposive sampling
de
ngan kriteria pengurus serta remaja
yang terlibat aktif dalam program pemberdayaan. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara observasi partisipatif, wawancara dan
dokumentasi.
Validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi denga
n
sumber
untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi
yang diperoleh
.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
model interaktif Miles dan Huberman
yang meliputi
pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, d
an penarikan kesimpulan.
Dalam penelitian ini, p
emberdayaan remaja menekankan pada remaja yang
mampu membangun dirinya dan memperbaiki kehidupannya sendiri, mampu
dalam artian berdaya, paham, termotivasi, memiliki kesempatan, melihat dan
memanfaatkan
peluang, berenergi, mampu bekerjasama, mampu mengambil
keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi,
serta mampu bertindak sesuai inisiatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peran
program
Selamat Pagi pada Yayasan Kampung Hal
aman bagi r
emaj
a adalah
sebagai inisiator, fasilitator, dan evaluator. Faktor pendukung
pada
program
Selamat Pagi bagi
remaja meliputi SDM yang berkompeten,
partisipasi remaja
yang tinggi, publikasi dan dukungan masyarakat. Sedangkan faktor
penghambatnya a
dalah adanya miskomunikasi.
D
ampak dari
program Selamat
Pagi
mencakup dampak internal dan dampak eksternal. Dampak internal meliputi
menambah kepercayaan diri remaja, menambah relasi remaja, menambah
wawasan. Sedangkan dampak eksternal meliputi perubahan c
ara pandang
masyarakat dan adanya perputaran ekonomi di lingkungan masyarakat
.
Kata Kunci : Pemberdayaan Remaja, Yayasan Kampung Halaman, Peran.Widi Astuti2017-07-17T00:22:09Z2017-07-17T00:22:09Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/50759This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/507592017-07-17T00:22:09ZKajian Sosiologi Makna Pendidikan Bagi Penanaman Nilai-Nilai Budaya BangsaSudrajat AjatBASROWI, M.Pd. BASROWI2015-05-22T00:27:05Z2019-01-29T22:35:25Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/19014This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/190142015-05-22T00:27:05ZJUDI SEPAK BOLA DI TURNAMEN KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA CUP KECAMATAN BANJARHARJO KABUPATEN BREBESKNPI CUP I adalah sebuah turnamen sepak bola yang diadakan di desa Banjarharjo yang didalamnya terdapat proses perjudian yang diselenggarakan pada setiap pertandingan yang digelar di turnamen tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perjudian di turnamen KNPI CUP I. 2) untuk mengetahui bagaimana reaksi dari masyarakat desa Banjarharjo terhadap keberadaan perjudian yang muncul di turnamen KNPI CUP I.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mengetahui dan mendeskripsikan berbagai sikap dan fenomena yang ada. Informan dalam penelitian ini adalah para pelaku perjudian dimana didalamnya terdiri dari bandar judi dan para pemain judi lainnya yang bukan bandar, dan masyarakat desa Banjarhajo tempat perjudian tersebut muncul. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen dalam penelitian kualitatif ini adalah penelitian itu sendiri yang dibantu dengan pedoman observasi dan wawancara. Uji validitas data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis menggunakan teknik analisis interaktif Milles dan Huberman.
Hasil penelitian tentang Judi Sepak bola di turnamen KNPI CUP I adalah bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi munculnya perjudian di turnamen KNPI CUP I secara garis besar terbagi menjadi empat faktor yaitu 1) faktor ekonomi yang didasarkan atas dua kebutuhan manusia yaitu kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup serta kebutuhan untuk memperjuangkan status sosial. 2) Faktor situasional tekanan dari teman-teman atau kelompok atau lingkungan untuk berpartisipasi dalam perjudian dan metode-metode pemasaran yang dilakukan oleh pengelola perjudian. 3) Faktor kontrol sosial, dimana tidak berjalannya kontrol sosial masyarakat desa Banjarharjo membuat para penjudi semakin leluasa dalam menjalanakan kebiasaan mereka untuk berjudi. 4) Faktor psikofisiologis anggapan bahwa ajang perjudian merupakan hal menyenangkan dan menarik bagi sejumlah orang guna mendapatkan perasaan yang lebih nyaman dan menyenangkan. Ajang perjudian dianggap sebagai hal yang sangat menantang dan apabila berhasil memenangkan ajang pertaruhan tersebut, maka ada rasa kepuasan tersendiri bagi sang pelaku. Sedangkan reaksi dari masyarakat desa Banjarharjo terhadap adanya perjudian disekitar mereka cenderung acuh sambil melindungi diri dan keluarga supaya tidak terlibat perjudian dan melemparkan tanggung jawab kepada pihak lain yang dianggap lebih bertanggung jawab untuk mengatasi masalah perjudian yang ada di turnamen KNPI CUP I.
Kata kunci: Sepak Bola, Perjudian, MasyarakatDwi Saputra Nugraha2015-05-21T03:09:49Z2019-01-29T22:34:27Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18968This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/189682015-05-21T03:09:49ZBENTUK INTERAKSI SOSIAL ANTARA PENGANUT ALIRAN TRI
SILA WEDHA DENGAN MASYARAKAT SEKITAR PANTAI SEMBUKAN, KECAMATAN PARANGGUPITO KABUPATEN WONOGIRI JAWA TENGAHAliran Tri Sila Wedha merupakan Aliran Penghayat yang menganut filosofi Kejawen. Setiap ritual kegiatan yang dilakukan Aliran Tri Sila mengedepankan unsur Jawa sebagai dasar-dasar ajaranya. Aliran Tri Sila Wedha
dalam melaksanakan ritualnya bertempat di pantai Selatan yaitu pantai Sembukan.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan bentuk interaksi dan dampak interaksi sosial antara masyarakat sekitar pantai Sembukan dengan
pengikut aliran paguyuban penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME “Tri Sila Wedha” di Wonogiri Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan sumber
data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur, observasi partisipan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber, dan analisis datanya menggunakan analisis model interaktif Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Anggota Tri Sila Wedha yang disebut Warga Kusuma Hayu berpedoman pada Manunggaling Kawula Gusti. Terjadinya interaksi sosial antara Warga Kusuma Hayu (Tri Sila Wedha) dengan
masyarakat sekitar pantai Sembukan berawal dari komunikasi antar personal yang akhirnya berkembang menjadi komunikasi antar kelompok yang akhirnya
menimbulkan kerja sama antar Warga Kusuma Hayu dengan masyarakat sekitar Pantai Sembukan. Bentuk interaksi sosial antara Warga Kusuma Hayu (Tri Sila Wedha) yaitu berupa kerja sama yaitu gotong royong dalam kegiatan dan
akomodasi dalam menyelesaikan perbedaan pendapat. Selain itu juga ada persaingan dalam perebutan wahyu, kontrovensi dan konflik akibat perbedaan pendapat. Dampak yang ditimbulkan ada positif dan negatif. Dampak positif
yaitu kerja sama berupa gotong royong. Dampak negatif yaitu perbedaan pandangan berupa pandangan miring tentang aliran kepercayaan Tri Sila wedha yang beranggapan bahwa aliran Tri Sila Wedha tersebut membawa unsur musyrik
yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Kata kunci : Tri Sila Wedha, interaksi sosial, masyarakatChristian Salvatore Claudius Hans2015-05-21T03:09:40Z2019-01-29T22:34:22Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18964This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/189642015-05-21T03:09:40ZEKSISTENSI KOMUNITAS ISLAM ABOGE DI DESA CIKAKAK
KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMASKomunitas Islam Aboge di Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas pada zaman dahulu terhitung banyak jumlahnya, akan tetapi saat ini jumlahnya semakin menurun. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk
mendeskripsikan bagaimana pertumbuhan dan perkembangan komunitas Islam Aboge di Desa Cikakak, eksistensi komunitas Islam Aboge di Desa Cikakak, serta interaksi sosial komunitas Islam Aboge dengan masyarakat pada umumnya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh melalui wawancara kepada tokoh masyarakat Islam Aboge, para anggota Islam Aboge, pemuda/pemudi Islam Aboge dan masyarakat umum yag
tinggal di sekitar lingkungan komunitas Aboge yang didukung oleh data hasil dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data menggunakan
model analisis interakif Miles dan Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa komunitas Islam Aboge di Desa Cikakak merupakan suatu masyarakat Islam yang masih menggunakan dan mengamalkan kalender Jawa. Penyebar agama Islam Aboge di Desa Cikakak dipercaya bernama adalah Mbah Tolih. Untuk menjaga eksistensi masyarakat Aboge agar tetap eksis ada beberapa strategi bertahan yang dilakukan masyarakat Abogedi Desa Cikakak yaitu tetap menjaga solidaritas dan kekompakan sesama
warga Aboge. Taat mengikuti petuah para orang tua dan yang dituakan dari dulu sampai sekarang. Adanya dawuh pangandiko yaitu proses regenerasi pengajaran
ajaran Islam Aboge yang ditularkan secara turun-temurun. Identitas sebagai orang Aboge sudah tertanam sangat kuat di dalam jiwa masing-masing orang Aboge, sehingga biasanya mereka tidak akan berpindah haluan sampai kapanpun. Proses interaksi sosial diantara orang Aboge dengan masyarakat sekitar bersifat asosiatif. Eksistensi komunitas Islam Aboge di Desa Cikakak, diprediksi semakin lama semakin menurun, meskipun perubahan yang terjadi tidak secara signifikan
Kata kunci: Islam, Aboge, eksistensiBarokah Oleh: Siska Laelatul2015-05-21T02:24:35Z2019-01-29T22:34:16Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18959This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/189592015-05-21T02:24:35ZEKSISTENSI KOMUNITAS ISLAM ABOGE DI DESA CIKAKAK
KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMASKomunitas Islam Aboge di Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas pada zaman dahulu terhitung banyak jumlahnya, akan tetapi saat ini jumlahnya semakin menurun. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk
mendeskripsikan bagaimana pertumbuhan dan perkembangan komunitas Islam Aboge di Desa Cikakak, eksistensi komunitas Islam Aboge di Desa Cikakak, serta
interaksi sosial komunitas Islam Aboge dengan masyarakat pada umumnya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh melalui wawancara kepada tokoh masyarakat Islam Aboge, para anggota Islam Aboge, pemuda/pemudi Islam Aboge dan masyarakat umum yag
tinggal di sekitar lingkungan komunitas Aboge yang didukung oleh data hasil dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data menggunakan
model analisis interakif Miles dan Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa komunitas Islam Aboge di Desa Cikakak merupakan suatu masyarakat Islam yang masih menggunakan dan mengamalkan kalender Jawa. Penyebar agama Islam Aboge di Desa Cikakak dipercaya bernama adalah Mbah Tolih. Untuk menjaga eksistensi masyarakat Aboge agar tetap eksis ada beberapa strategi bertahan yang dilakukan masyarakat Abogedi Desa Cikakak yaitu tetap menjaga solidaritas dan kekompakan sesama
warga Aboge. Taat mengikuti petuah para orang tua dan yang dituakan dari dulu sampai sekarang. Adanya dawuh pangandiko yaitu proses regenerasi pengajaran
ajaran Islam Aboge yang ditularkan secara turun-temurun. Identitas sebagai orang Aboge sudah tertanam sangat kuat di dalam jiwa masing-masing orang Aboge, sehingga biasanya mereka tidak akan berpindah haluan sampai kapanpun. Proses interaksi sosial diantara orang Aboge dengan masyarakat sekitar bersifat asosiatif.Eksistensi komunitas Islam Aboge di Desa Cikakak, diprediksi semakin lama semakin menurun, meskipun perubahan yang terjadi tidak secara signifikan
Kata kunci: Islam, Aboge, eksistensiBarokah Siska Laelatul2015-05-21T02:22:59Z2019-01-29T22:32:43Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18913This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/189132015-05-21T02:22:59ZSIMBOL DAN MAKNA TRADISI PENANAMAN PADI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA YOSOMULYO (Kajian Sosiologis Di Desa Yosomulyo, Kabupaten Banyuwangi)Masyarakat Desa Yosomulyo memiliki tradisi penanaman padi. Disetiap prosesi tradisi penanaman padi terdapat pemberian sesaji, sesaji tersebut memuat simbol dan makna yang menjadi kearifan lokal masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prosesi tradisi penanaman padi, simbol dan makna tradisi penanaman padi sebagai kearifan lokal masyarakat Desa Yosomulyo, serta partisipasi masyarakat Desa Yosomulyo dalam pelaksanaan tradisi penanaman padi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif.Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari pelaku tradisi penanaman padi, dukun
methik, dan penjual sesaji. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi, wawancara semi struktur, dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Teknik validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan analisis datanya menggunakan analisis interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi penanaman padi memiliki empat prosesi yaitu, tiris, mbuntoni, ngrujak’i, dan methik. Simbol tradisi penanaman padi terdiri dari cok bakal sebagai persembahan untuk penunggu sawah, sego legi bertujuan agar buah padinya manis, buceng bertujuan agar permohonan cepat dikabulkan, jenang sumsum bertujuan memulihkan sumsum pengolah sawah, rujak dipersembahkan untuk Dewi Sri yang sedang mengandung buah padi, kembang sekar arum sebagai siramannya Dewi Sri, ingkung sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, tumpeng sebagai simbol memboyong padi, sambal goreng, mie, rempeyek merupakan kelengkapan kenduri, sayur kluwih dimaksudkan agar rezekinya lebih, janur sebagai benteng atau pagar, dan daun dhadhap serep simbol ketentraman. Makna tradisi penanaman padi adalah agar tanaman padi diberkahi, selamat dari hama, hasil panennya melimpah, awet untuk dikonsumsi, tidak ada gangguan dalam mengolah sawah, sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan, serta sebagai ketentraman dalam bertani. Dalam pelaksanaan tradisi penanaman padi yang berpartisipasi adalah tetangga, sanak saudara, dukun methik, dan penjual sesaji.
Kata kunci : Simbol, Makna, Tradisi penanaman padi, Kearifan lokal
viiWidiyawati Ari Budhiarno2015-05-20T00:39:20Z2019-01-29T22:29:43Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18842This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/188422015-05-20T00:39:20ZPENGGUNAAN PRODUK DISTRO SEBAGAI BENTUK PENEGASAN
IDENTITAS DIRI DI KALANGAN SISWA SMA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan maraknya gerai distro bermunculan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi pola konsumsi terhadap kebutuhan berpakaian dikalangan remaja khusunya pelajar SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tindakan konsumsi akan barang-barang distro
dikalangan siswa SMA di Yogyakarta lebih bersifat gaya hidup dan juga membentuk identitas diri.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu pengunjung distro, owner distro, manajer distro, shopkeeper distro. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Validitas data pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan model analisis interaktif yang menggunakan empat hal utama yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan distro di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini tidak hanya sebuah outlet untuk sebuah komunitas, namun distro saat ini memenuhi persoalan dan kebutuhan fashion remaja SMA. Distro menjadi sebuah life style baru bagi remaja SMA. Gaya bagi remaja adalah segala-galanya dan setiap individu ingin tampil beda dengan harapan mendapatkan identitas diri dan
pengakuan akan dirinya. Dalam proses pencapaian identitas diri dan pengakuan akan dirinya, faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas diri remaja SMA yaitu kreativitas, ideologi kelompok, status sosial, media massa, dan kesenangan. Selain faktor-faktor pembentuk tersebut faktor imitasi atau contoh figur juga mempengaruhi remaja SMA dalam pembentukan identitas diri mereka. Untuk
memenuhi kebutuhan fashion remaja SMA menggunakan produk distro sebagai bentukan identitas diri, prestise dan membuat mereka merasa percaya diri. Produk dari distro memiliki logo, merk, dan simbol tersendiri yang membedakan distro dengan outlet lainnya. Produk dan merk sendiri ditempatkan sebagai simbol status untuk pemakainya. Produk distro juga menjadi simbol anak muda modern, simbol suatu kelompok, sarana untuk mengekspresikan perasaan. Serta sebagai alat untuk
mencitrakan dan menguatkan eksistensi mereka dilingkungan mereka. Pakaian distro dikalangan remaja tidak hanya sekedar berfungsi sebagai pakaian penutup
badan, melainkan juga sebagai simbol terhadap kelompok dan status dirinya sebagai manusia modern.
Kata Kunci : Distro, Identitas diri, Remaja SMA.Kusuma Ningrum Wahyu2015-05-20T00:39:19Z2019-01-29T22:29:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18843This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/188432015-05-20T00:39:19ZSOSIALISASI KELUARGA DALAM KESETARAAN GENDER PADAMASYARAKAT DESA SIKUMPUL KECAMATAN KALIBENING
KABUPATEN BANJARNEGARAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sosialisasi keluarga dalam kesetaraan gender pada masyarakat Desa Sikumpul Kecamatan Kalibening
Kabupaten Banjarnegara, serta untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat pada masyarakat Desa Sikumpul Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara dalam melakukan sosialisasi gender. Penelitian mengenai Sosialisasi Keluarga dalam Kesetaraan Gender pada
Masyarakat Desa Sikumpul Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu masyarakat yang mempunyai anak perempuan dan laki-laki. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Validitas data pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan empat hal
utama yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat di Desa Sikumpul dalam pola sosialisasi telah mampu menerapkan kesetaraan gender dengan cukup baik di beberapa aspek kehidupan seperti cara berkomunikasi dengan anak, pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin tertentu, harapan orang tua pada anak terkait masa depan, serta dukungan orang tua terhadap pendidikan formal anak. Masyarakat Desa Sikumpul sudah mampu menanamkan kesetaraan gender dengan baik di beberapa aspek, namun tidak dapat dipungkiri masih ada
beberapa aspek kehidupan yang masih menunjukkan adanya bias gender yaitu pemberian permainan khusus pada jenis kelamin tertentu, pembagian pekerjaan rumah tangga yang lebih banyak dibebankan pada perempuan (anak peremuan dan
istri), serta arahan orangtua secara kultural yaitu anak laki-laki diharapkan menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab, dan perempuan yang lebih diharapkan
untuk dapat mendidik anak dengan baik.
Kata Kunci : Keluarga, sosialisasi, kesetaraan genderApriantika Sasiana Gilar2015-05-13T00:24:57Z2019-01-29T22:13:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18427This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/184272015-05-13T00:24:57ZPARTISIPASI MASYARAKAT PADA PELESTARIAN TRADISI
SURAN MBAH DEMANG SEBAGAI KEARIFAN LOKAL DI MODINAN, BANYURADEN, GAMPING, SLEMANSetiap masyarakat mempunyai kearifan lokal sendiri-sendiri. Kearifan lokal terwujud dalam berbagai adanya nilai-nilai budaya, tradisi, dan kehidupan mereka sendiri. Seperti halnya tradisi Suran Mbah Demang yang sampai saat ini masih kuat kearifan lokalnya. Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan 1) untuk mengetahui
prosesi acara tradisi Suran Mbah Demang, 2) untuk mengetahui kearifan lokal yang ada dalam tradisi Suran Mbah Demang, 3) untuk mengetahui partisipasi masyarakat pada prosesi tradisi Suran Mbah Demang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif dengan sumber data dalam penelitian ini dari keturunan Mbah Demang, Lurah Desa, dan masyarakat. Tahapan-tahapan yang memerlukan beberapa unsur metodis, antara lain: teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, wawancara terstruktur, dan tidak terstruktur, dokumentasi, dan kepustakaan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Teknik validitas data menggunakan triangulasi, ketentuan pengamatan dan diskusi dengan teman. Kemudian analisis datanya menggunakan analisis interaktif dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Penelitian ini menghasilkan beberapa penemuan penting. Pertama, prosesi tradisi Suran Mbah Demang diawali dengan tahlilan dari tanggal 1 Muharram (Sura) sampai 7 Muharram (Sura), malam harinya tanggal 7 Muharram (Sura) kirab budaya, sholawatan, yang terakhir mandi di Sumur Tobat Maring Allah. Kedua, Tradisi Suran Mbah Demang adalah kearifan lokal yang ada di Desa Banyuraden. Kearifan lokal terlihat pada 1) Trah keturunan Mbah Demang yang
masih menjadikan Kitab Bendhe sebagai pedoman hidup, 2) pelestarian Sumur Tobat Maring Allah sehingga airnya selalu asri. Ketiga, adanya partisipasi.
Partisipasi tersebut berupa uang dari Trah Mbah Demang, infak, dan anggaran dari Dinas Kebudayaan. Partisipasi harta yaitu segala sarana dan prasarana penunjang acara tradisi Suran Mbah Demang. Partisipasi tenaga dari seluruh masyarakat, trah Mbah Demang, dan masyarakat pendatang baik dari awal maupun akhir. Kemudian yang terakhir partisipasi keterampilan itu terlihat pada
Kirab Budaya yang didalamnya terdapat kesenian-kesenian yang merupakan kreatifitas dari warga masyarakat Banyuraden. Seperti adanya jathilan, wayangan,
tari-tarian, hadroh, ogoh-ogoh dan lainnya.
Kata Kunci: Partisipasi, Kearifan Lokal, Tradisi Suran Mbah Demang.Sulistyowati Listiana2015-04-14T08:02:57Z2019-01-29T21:01:29Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16466This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/164662015-04-14T08:02:57ZUPAYA PELESTARIAN BUDAYA LOKAL INDONESIA MELALUI PELATIHAN TARI TRADISIONAL USIA DINI (Studi Deskriptif di Sanggar Tari Kembang Sore Dusun Sorogenen II Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)Sanggar Tari Kembang Sore adalah sebuah sanggar tari yang tariannya merupakan tari kreasi baru. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan proses berlangsungnya pelatihan tari tradisional usia dini di Sanggar Tari Kembang Sore. 2) Mengetahui faktor pendorong dan penghambat pelatihan tari tradisional usia dini. 3) Mengetahui dampak dari pelatihan tari tradisional bagi anak-anak yang dilaksanakan oleh Sanggar Tari Kembang Sore.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling atau sampel bertujuan. Validitas data penelitian menggunakan tiga cara yaitu triangulasi data, ketekunan pengamatan, dan pemeriksaan melalui diskusi dengan rekan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipan, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi. Peneliti merupakan pelaku utama dalam melakukan penelitian disertai pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah model analisis interaktif Miles dan Hubberman meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:1) Terjadinya interaksi sosial dalam proses pelatihan tari tradisional baik antar pihak sanggar maupun pihak sanggar dengan pihak di luar sanggar. Fungsi struktur di Sanggar Tari Kembang Sore ditandai dengan pembagian kerja di setiap kegiatan. Kegiatan yang dilasanakan oleh Sanggar Tari Kembang Sore merupakan tindakan sosial yang rasional seperti yang dikatakan oleh Weber dikarenakan memiliki tujuan yakni melestarikan budaya Indonesia. 2) Faktor pendorongpelatihan tari yaitu tingginya motivasi warga sanggar, pudarnya kebudayaan lokal, dukungan positif dari wali, minat dan bakat anak, lokasi sanggar strategis. 3) Faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran budaya, kurangnya minat terhadap tari tradisional, kinerja pengurus kurang, dan cuaca tidak menentu. 4) Dampak positif pelatihan tari yaitu keterampilan bertambah, mengenal tari dan musik tradisional, nilai moral, terciptanya generasi pewaris budaya, menambah kegiatan positif. 5) Dampak negatifnya yaitu jam istirahat warga berkurang, beban materi yang diterima warga menjadi lebih banyak, lemahnya kontrol sosial orang tua pada anak, waktu wali warga tersita, dan timbulnya persaingan sanggar di masyarakat.
Kata Kunci: Sanggar Tari Kembang Sore, Tari Tradisional, Kebudayaan, Pelestarian, Pelatihan.Windi Resmiyati2015-04-14T07:56:26Z2019-01-29T21:01:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16464This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/164642015-04-14T07:56:26ZInteraksi Sosial Sedulur Sikep dengan Masyarakat Sekitar di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Jawa TengahPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses serta bentuk interaksi sosial yang terjalin antara Sedulur Sikep dengan masyarakat sekitar di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Selain itu juga untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya interaksi tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Informan penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yang meliputi tokoh Sedulur Sikep, masyarakat Sedulur Sikep dan masyarakat sekitar. Sumber data diperoleh melalui kata-kata dan tindakan, sumber tertulis dan foto. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi pustaka. Validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber. Proses analisis data menggunakan analisis model interaktif Miles dan Huberman, mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data hingga proses penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi sosial Sedulur Sikep dengan masyarakat sekitar di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, terjadi melalui proses assosiatif dan proses dissosiatif. Interaksi sosial melalui proses assosiatif meliputi kerjasama dalam berbagai pembangunan misalnya pembangunan jalan, pendopo, rumah warga, jembatan dan lain-lain. Selain kerjasama, proses assosiatif juga terwujud dalam akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Sedangkan interaksi sosial melalui proses dissosiatif meliputi konflik internal antara anggota Sedulur Sikep dan kontravensi. Beberapa faktor yang mendorong interaksi sosial tersebut salah satunya karena ketokohan sesepuh Sedulur Sikep yaitu Mbah Lasio yang mudah bergaul dan sangat dihormati oleh masyarakat. Interaksi antara Sedulur Sikep dengan masyarakat sekitar di Desa Klopoduwur juga menimbulkan beberapa dampak bagi kedua pihak. Namun dampak tersebut cenderung kearah positif, salah satunya yaitu adanya sikap saling menghargai dan menghormati sebagai masyarakat yang hidup berdampingan. Ajaran Sedulur Sikep mengenai seduluran yang memandang bahwa masyarakat di luar komunitasnya merupakan saudara menjadikan kedua pihak dapat berhubungan baik dalam kehidupan bermasyarakat.
Kata kunci: interaksi, sedulur sikep, masyarakatAyu Alfa Nabela NF2015-04-14T07:52:34Z2019-01-29T21:01:19Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16462This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/164622015-04-14T07:52:34ZKesetaraan Gender Pada Pembalap Drag Bike Perempuan (Studi Kasus Di Monita Fans Club, Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan Bantul, Yogyakarta)Monita Fans Club merupakan komunitas yang dibentuk secara tidak formal. MFC merupakan komunitas balap drag bike perempuan pertama di Indonesia. Komunitas ini menjadi wadah bagi para perempuan yang ingin menggeluti dunia balap. Di komunitas ini, para perempuan akan memperoleh pelatihan balap dan akan diturunkan di event. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui proses kesetaraan gender pembalap drag bike perempuan di Monita Fans Club, 2) Untuk mengetahui faktor pendorong perempuan bergabung di Monita Fans Club dan 3) Untuk mengetahui dampak perempuan bergabung di Monita Fans Club terhadap kesetaraan gender di balap drag bike.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang disesuaikan dengan tujuan penelitian berupa ingin mengetahui sejauh mana kesetaraan gender yang terdapat di komunitas. Sumber data terdiri dari dua macam, 1) sumber data primer, yang diperoleh dari wawancara secara langsung kepada pengurus dan anggota MFC, 2) sumber data sekunder, diperoleh melalui studi dokumentasi seperti foto. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh. Triangulasi data yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan metode. Teknik analisa data yang digunakan yakni dengan menggunakan deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, adanya kesetaraan gender di dalam komunitas MFC. Aplikasi kesetaraan gender bermula dari dibukanya komunitas MFC sebagai komunitas perempuan, pemberian pelatihan balap kepada perempuan, tidak membedakan kelas dalam pelatihan, memberikan materi teori dan praktek balap yang sama, mendaftarkan perempuan di balap resmi dan memberikan pendidikan karakter dan perilaku kesetaraan gender. Para perempuan bergabung di MFC karena memiliki hobi balap drag bike, ingin menjadi pembalap yang profesional, pelatihan di MFC tidak dipungut biaya, dilatih oleh pembalap profesional, diberikan beberapa fasilitas pendukung, MFC telah mengantongi izin dari pemerintah dan kepolisian serta orang tua peserta. Dampak yang dirasakan yakni perempuan dapat menaiki motor balap, menambah wawasan balap, dapat mengikuti event balap resmi, rasa solidaritas kelompok tinggi dan memperoleh kesetaraan gender selain itu juga berdampak negatif dalam pengutamaan balap daripada pendidika sekolahnya dan perbedaan sosialisasi antara peserta yang masih kecil dengan yang remaja sehingga terjadi kesalahan pemasukan nilai seperti candaan pacaran.
Kata kunci: Kesetaraan Gender, Monita Fans Club, Drag BikeAhmad Fatchur Rahman2015-04-14T07:35:41Z2019-01-29T21:01:09Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16456This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/164562015-04-14T07:35:41ZHIJABERS COMMUNITY YOGYAKARTA (HCY) SEBAGAI BUDAYA POPULER: KEANGGOTAAN DAN MASA DEPANNYAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena Hijabers Community Yogyakarta sebagai bentuk budaya populer Islam dan menginvestigasi perkembangan Hijabers Community Yogyakarta di masyarakat. Selain hal tersebut, peneliti juga ingin mengeksplorasi proses keanggotaan dan masa depan komunitas ini.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan sumber data berupa kata-kata dan tindakan, sumber tertulis dan foto/dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan analisis datanya menggunakan analisis model interaktif Miles dan Huberman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa HCY sebagai budaya populer karena tiga hal utama yaitu: Pertama, Hijbers memiliki daya tarik tersendiri yang cukup besar kepada masyarakat muslim khususnya para muslimah muda yang memiliki ketertarikan terhadap fashion jilbab. Kedua, komunitas Hijabers mampu menarik masyarakat untuk bergabung dan secara tidak langsung akan mampu mempengaruhi masyarakat terhadap perkembangan yang dialami komunitas Hijabers. Sehingga banyak masyarakat yang mengikuti progress dan gaya komunitas Hijabers. Ketiga, media yang dimanfaatkan komunitas Hijabers mampu menarik masyarakat untuk mengikuti komunitas ini. Berdirinya komunitas ini memiliki manfaat tersendiri bagi golongan tertentu dalam mengembangkan bisnisnya. Proses rekruitmen anggota baru HCY dilakukan dengan dua cara yaitu formal dan informal. Rekruitmen secara formal adalah perekrutan yang memanfaatkan anggota untuk mengajak teman-temannya bergabung dengan HCY dan memanfaatkan kegiatan-kegiatan HCY untuk mempromosikan HCY. Sedangkan informal, memanfaatkan media sosial seperti whats App, face book, twitter dan blog untuk mendapatkan anggota baru, terutama anggota yang setia untuk mengikuti acara-acara yang dilaksanakan HCY.
Kata kunci : Jaringan sosial, Hijabers Community Yogyakarta, rekrutmen anggota baru, Budaya Populer.Pipit Ervina2015-04-14T07:32:15Z2019-01-29T21:00:53Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16450This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/164502015-04-14T07:32:15Zstrategi bertahan hidup pedagang barang loak di pasar senthir yogyakartaJaman yang semakin modern ini semakin banyak minimarket dan mall di kota-kota besar hal itu memberi kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan suatu barang yang diinginkan, namun hal ini membuat suatu sektor ekonomi tertentu seakan menjadi tersisih di mata masyarakat yang semakin lama mempunyai cara berfikir mengikuti jaman misalnya saja para pedagang barang loak atau bekas di pasar senthir Yogyakarta. Saat ini pasar barang loak semakin terancam keberadaannya hal itu dibuktikan dengan semakin sulitnya kita temui. Dari hal tersebut tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi bertahan hidup pedagang barang loak di Pasar Senthir Yogyakarta dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif , dalam pengumpulan datanya. Subyek penelitian ini adalah pedagang barang loak. Dilakukan secara langsung yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan penelitian adalah para pedagang barang loak yang diambil secara purposive sampling. Peneliti menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara. Teknik yang digunakan dalam validitas data adalah trianggulasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik model analisis interaktif Miles dan Hubberman
Pedagang barang loak yang ada di Pasar Senthir Yogyakarta tetap mampu bertahan hidup sampai saat ini dikarenakan mereka selalu menyimpan cadangan uang atau babon, mereka selalu berdagang saat cuaca baik dan mempunyai barang dagangan yang bagus. Dalam upaya ada berbagai faktor pendukung agar tetap bertahan hidup yaitu adanya lahan untuk berjualan dan banyaknya teman seprofesi. Sementara itu untuk faktor penghambat untuk bertahan hidup antara lain masuknya barang dengan kondisi baru ke dalam pasar yang nantinya membuat pedagang barang loak semakin sulit untuk bertahan hidup, barang dagangan yang sulit diperoleh, pemasok barang ikut berjualan di dalam pasar dan cuaca buruk. Solusi untuk mengatasi faktor penghambat bertahan hidup tersebut antara lain libur saat cuaca buruk, mencari barang dagangan dari rumah kerumah dan melapor ke pengurus pasar jika ada pedagang illegal didalam pasar. Berbagai macam dampak yang muncul setelah mereka menjalani profesi ini. Dampak positif yaitu tidak lagi menjadi pengangguran, mempunyai pendapatan untuk menghidupi anak istri dan memperluas pergaulan. Sementara itu dampak negatif dari mereka yang menjalani profesi ini adalah seringnya mereka diremehkan orang tentang pekerjaan yang mereka jalani
Kata Kunci : Strategi bertahan hidup dan pedagang barang loakEdhum Pramuwardana2015-04-14T07:19:45Z2019-01-29T21:00:41Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16445This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/164452015-04-14T07:19:45ZSosialisasi Pendidikan Karakter terhadap Santri di Taman Pendidikan Al-Quran Al-Falaah, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, YogyakartaKemajuan IPTEK di era globalisasi membawa dampak negatif berupa tindak penyimpangan yang dilakukan remaja seperti pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, dan perkelahian antar pelajar. Tindak penyimpangan yang dilakukan oleh remaja menunjukkan belum optimalnya lembaga pendidikan formal dalam melaksanakan transfer of knowledge dan transfer of value secara seimbang. Taman Pendidikan Al-Quran Al-Falaah merupakan lembaga pendidikan non formal yang turut menjalankan fungsi sosialisasi pendidikan karakter guna mendukung pelaksanaan pendidikan karakter yang mayoritas masih terlaksana pada tataran teori saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses sosialisasi pendidikan karakter, faktor pendukung dan penghambatnya, dan hasil dari proses sosialisasi pendidikan karakter terhadap santri di TPA Al-Falaah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan memilih lokasi Taman Pendidikan Al-Quran Al-Falaah, Depok, Sleman, Yogyakarta. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan sebagai sumber data yaitu dari Ketua Takmir Masjid Al-Falaah, Ustad/ustadzah dan orang tua santri TPA Al-Falaah. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan yaitu model analisis interaktif Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan ada tiga cara yang dilakukan TPA Al-Falaah dalam melaksanakan sosialisasi pendidikan karakter, yaitu melalui materi pelajaran, interaksi antara ustad/ustadzah dengan santri, dan melalui proses KBM. Faktor pendukung sosialisasi pendidikan karakter terhadap santri di TPA Al-Falaah yaitu adanya dukungan dan keterlibatan orang tua santri, visi misi TPA yang memuat pendidikan karakter, koordinasi dan evaluasi rutin oleh pengurus dan pengajar, komitmen yang baik dari ustad/ustadzah, kedekatan personal dan interaksi yang intensif antara ustad/ustadzah dengan santri, adanya santri yang menjadi panutan, kurikulum TPA yang disesuaikan dengan kebutuhan, dukungan pihak takmir masjid, dan seluruh aktifitas santri yang dipusatkan di masjid. Faktor penghambatnya yaitu adanya orang tua yang kurang mendukung santri untuk mengikuti kegiatan TPA, adanya santri yang kurang motivasi dalam mengikuti kegiatan TPA, adanya ustad/ustadzah yang kadang tidak hadir, dan karakter yang berbeda antar santri. Hasil dari proses sosialisasi pendidikan karakter terhadap santri yaitu terbentuk karakter cinta kepada Tuhan, hormat dan santun, mandiri, percaya diri, toleransi, peduli, baik dan rendah hati, kreatif, jujur, disiplin, kasih sayang, keadilan dan kepemimpinan, kerjasama, persatuan , dan cinta damai.
Kata Kunci: TPA Al-Falaah, Santri, Sosialisasi Pendidikan Karakter.Budi Sulaiman2015-04-14T07:10:05Z2019-01-29T21:00:33Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16441This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/164412015-04-14T07:10:05ZJARINGAN GUSDURIAN YOGYAKARTA: GERAKAN PENERUS PEMIKIRAN DAN PERJUANGAN ABDURRAHMAN WAHIDPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemikiran Abdurrahman Wahid dalam jaringan Gusdurian Yogyakarta serta aktifitas yang dilakukan untuk meneruskan pemikiran dan perjuangan dari Gus Dur. Selain itu juga untuk mengetahui bentuk dari gerakan sosial Islam jaringan Gusdurian Yogyakarta.
Kajian tentang gerakan sosial Islam di Jaringan Gusdurian Yogyakarta ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Informan penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan beberapa kriteria yaitu menjadi anggota dari jaringan Gusdurian Yogyakarta, mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh jaringan Gusdurian Yogyakarta, serta memahami pengaruh dari pemikiran Gus Dur terhadap jaringan Gusdurian Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Proses analisis data penelitian ini menggunakan analisis model interaktif Miles dan Hubberman, mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, hingga proses penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jaringan Gusdurian Yogyakarta memiliki tiga bentuk yaitu Gusdurian Individu, Gusdurian komunitas dan Gusdurian lembaga. Proses pembentukan jaringan Gusdurian Yogykarta bermula dari adanya pengaruh pemikiran dan gerakan dari Gus Dur yang menginspirasi para pengikutnya (Gusdurian) untuk melakukan gerakan. Gusdurian memiliki gagasan dasar berupa sembilan nilai utama Gus Dur yang terdiri dari ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatriaan, dan kearifan lokal. Fondasi dari sembilan nilai utama Gus Dur adalah ketauhidan yaitu Islam yang rahmatan lil alamin. Jaringan Gusdurian Yogyakarta memiliki beberapa bentuk kegiatan yaitu kegiatan rutin, kegiatan kampanye berdasarkan peristiwa, kegiatan pendampingan atau insidental, serta kegiatan yang bersinergi antar Gusdurian dalam jaringan di Yogyakarta. Jaringan Gusdurian Yogyakarta merupakan bentuk dari gerakan sosial Islam rasional-inklusif dimana gerakan dari jaringan ini bersumber dari ajaran Islam yang memberikan rahmat bagi semua alam.
Kata kunci: Jaringan Gusdurian, Gus Dur, Gerakan Sosial IslamYayank Noerita2015-04-14T04:04:59Z2019-01-29T20:58:27Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16387This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/163872015-04-14T04:04:59ZPartisipasi Masyarakat Koto Padang Ranah dalam Melestarikan Rumah GadangRumah Gadang adalah simbol kebudayaan Minangkabau yang harus dilestarikan sehingga butuh partisipasi semua masyarakat untuk menjaganya. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui partisipasi masyarakat dalam melestarikan rumah gadang di Koto Padang Ranah, 2) Mengetahui kendala yang dihadapi masyarakat dalam upaya pelestarian rumah gadang di Koto Padang Ranah, dan 3) Mengetahui dampak yang diperoleh dari adanya partisipasi masyarakat dalam melestarikan rumah gadang di Koto Padang Ranah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif dengan sumber data dalam penelitian ini dari masyarakat Koto Padang Ranah, tokoh masyarakat dan pemerintah kabupaten Sijunjung. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Uji validitas data yang digunakan dengan triangulasi data. Teknik analisis data dalam menganalisis hasil penelitian ini adalah model Miles dan Huberman yaitu analisis interaktif dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: partisipasi masyarakat Koto Padang Ranah dalam melestarikan rumah gadang memiliki beberapa bentuk partisipasi yaitu 1) Partisipasi Emosional, masyarakat melestarikan rumah gadang dengan kesadaran mereka sendiri tanpa adanya paksaan, 2) Partisipasi Materi, yaitu masyarakat mengumpulkan berupa uang/barang yang nantinya digunakan untuk biaya pendirian atau perbaikan rumah gadang, 3) Partisipasi Tenaga, masyarakat secara gotong royong membersihkan, merawat dan memelihara rumah gadang. Ada beberapa kendala yang dihadapi masyarakat dalam melestarikan rumah gadang yaitu peran Ninik Mamak yang belum maksimal di kaum atau sukunya, kebiasaan orang Minang merantau ke luar daerah, biaya pembangunan dan renovasi rumah gadang yang sangat mahal, bahan bangunan rumah gadang yang susah didapatkan, belum adanya peraturan tertulis tentang pendirian rumah baru di kawasan Padang Ranah, dan belum ada dana atau anggaran dari pemerintah. Dampak yang diperoleh dengan adanya pelestarian rumah gadang yaitu 1) Dampak Positif: mulai adanya perhatian penuh pemerintah, masyarakat merasa keberadaannya sangat dihargai, rumah gadang menjadi ikon Sijunjung, dan ada penambahan pemasukan bagi masyarakat, 2) Dampak negatif: masyarakat sedikit disibukkan dengan banyaknya program yang masuk ke Padang Ranah.
Kata Kunci: Rumah Gadang, Partisipasi, Kendala yang dihadapi, DampakAlmira Sari2015-04-14T00:51:31Z2019-01-29T20:52:42Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16240This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/162402015-04-14T00:51:31ZProstitusi di Sosrowijayan Yogyakarta Tahun 1954-1976Prostitusi di Sosrowijayan berkembang pesat sejak dekade 1950-an. Banyaknya pendatang yang menjadi pekerja seks semakin mendukung perkembangan tersebut. Kegiatan prostitusi di Sosrowijayan semakin meresahkan pemerintah kota karena peraturan yang diterbitkan tidak pernah efektif untuk mengatasi prostitusi. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui penyebab pesatnya perkembangan prostitusi di Sosrowijayan, kebijakan pemerintah, dan dampak dari prostitusi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah kritis. Pertama, herusitik yang merupakan tahap pengumpulan data atau sumber-sumber sejarah yang relevan. Kedua, kritik sumber merupakan tahap pengkajian terhadap otentisitas dan kredibilitas sumber-sumber yang diperoleh yaitu dari segi fisik dan isi sumber. Ketiga, interpretasi yaitu dengan mencari keterkaitan makna yang berhubungan antara fakta-fakta yang telah diperoleh sehingga lebih bermakna. Keempat, historiografi atau penulisan yaitu penyampaian sintesis dalam bentuk karya sejarah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan prostitusi di Kota Sosrowijayan adalah akibat dari ramainya pendatang dari berbagai daerah seperti Tegal, Purwokerto, Kebumen, Semarang, Jepara, dan Wonogiri yang menjadi pekerja seks serta akibat inkonsistensi pelaksanaan peraturan oleh pemerintah. Mayoritas pekerja seks tersebut berasal dari Wonogiri, karena sulitnya lapangan kerja non pertanian tempat asal, tingginya pengangguran dan kemiskinan, serta rendahnya pendapatan rata-rata warga Wonogiri. Pemerintah sebenarnya telah berusaha menutup lokasi prostitusi sejak 1954 dengan mengeluarkan undang-undang larangan prostitusi, namun peraturan tersebut tidak dijalankan secara maksimal sehingga prostitusi tetap berkembang di Sosrowijayan. Kebijakan pemerintah yang lain adalah dengan memberikan pelatihan memasak, menjahit, seni ketoprak, dan pemberian fasilitas kesehatan yang bertujuan untuk mengatasi prostitusi secara halus. Pada 1976 akibat maraknya prostitusi di Kota Yogyakarta, pemerintah Kota Yogyakarta melakukan langkah tegas dengan memindahkan seluruh pekerja seks beserta germonya termasuk dari Sosrowijayan ke satu titik yaitu di Sanggrahan, Umbulharjo dengan diberikan hak pakai tanah dan bangunan di atasnya.
Kata kunci: Prostitusi, Sosrowijayan, Yogyakarta.Khoirul Rifai2015-04-13T07:00:39Z2019-01-29T20:50:01Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16168This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/161682015-04-13T07:00:39ZPERAN MODAL SOSIAL DALAM STRATEGI INDUSTRI KERIPIK SINGKONG DI KECAMATAN MUNGKID KABUPATEN MAGELANGModal sosial dalam strategi industri keripik singkong merupakan strategi non ekonomi yang berdampak secara tidak langsung pada sisi ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui modal sosial, strategi industri dan peran modal sosial dalam strategi industri keripik singkong di Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur, observasi partisipan dan non partisipan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode, analisis datanya menggunakan analisis model interaktif Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial memiliki peran cukup penting dalam perjalanan industri keripik singkong di Kecamatan Mungkid khususnya di desa Rambeanak dan Kalangan. Modal sosial dalam industri keripik singkong terdapat pada aktivitas industri baik dalam hal perekrutan tenaga kerja, proses produksi, distribusi maupun promosi serta penentuan harga. Strategi pada masing-masing industri berbeda-beda, namun pada intinya mereka menerapkan strategi yang ada (strategi produk, harga, distribusi dan promosi). Pada industri keripik singkong yang berskala kecil, strategi belum dibuat secara tertulis dan terkonsep dengan jelas. Pada industri berskala menengah, strategi industri sudah tertulis dan dijalankan namun belum maksimal karena struktur organisasi yang masih tumpang tindih. Industri yang sudah menerapkan dengan baik adalah pada industri bersakala besar. Modal sosial memiliki peran cukup penting dalam industri keripik singkong di Kecamatan Mungkid. Kepercayaan, jaringan sosial dan norma sosial yang terjalin dalam proses interaksi antar komponen industri seperti hubungan antara pemilik industri dengan karyawan, pemilik dengan para pemasok singkong, dengan para konsumen. Menjadi sebuah hubungan yang saling menguntungkan dan timbal balik. Didasari rasa kepercayaan, sehingga membentuk sebuah jaringan sosial yang kuat. Jaringan sosial memberikan kemudahan dalam memperoleh pasar dan berbagai kemudahan lain. Interakasi sosial yang terus menerus akhirnya membentuk sebuah norma sosial, yang dapat mempermudah kerjasama yang ada.
Kata kunci : modal sosial, strategi, industriMaulida Masyitoh2015-04-13T01:28:57Z2019-01-29T20:42:55Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15980This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159802015-04-13T01:28:57Zkonflik sosial pada pemilihan kepala desa di desa Sumberwulan, kecamatan selomerto, kabupaten wonosoboPemilihan kepala desa (Pilkades) sebagai proses peralihan pemerintahan desa dan sebagai ajang pesta demokrasi masyarakat desa, tidak jarang diwarnai oleh konflik dan pertentangan diantara masyarakat desa, baik konflik individu maupun konflik sosial. Tidak lain halnya dengan pemilihan kepala desa di Sumberwulan yang tidak luput dari konflik dan pertentangan diantara masyarakat Sumberwulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konflik pemilihan kepala desa di Sumberwulan dan faktor-faktor penyebab terjadinya konflik pilkades di Sumberwulan. Penelitian ini dilakukan di Desa Sumberwulan, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dan dijabarkan secara deskriptif dengan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari kedua calon kepala desa, beberapa pendukung dari kedua calon. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Adapun validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan analisis data menggunakan interaktif Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada pemilihan kepala desa di Sumberwulan yang seharusnya menjadi ajang demokrasi justru diwarnai dengan adanya konflik. Konflik berawal dari adu mulut antara salah satu calon kepala desa dengan salah satu pendukung lawan, dan beberapa hari sebelum pemilihan kepala desa terjadi kerusuhan yang melibatkan calon kepala desa yaitu perusakan mobil terhadap pihak lawan. Konflik tersebut di sebabkan karena beberapa faktor antara lain adanya dendam pribadi diantara kedua calon karena awalnya adalah suami istri yang sudah bercerai, fanatisme masing-masing pendukung yang menginginkan calon yang didukung menang, dan konflik pilkades di Sumberwulan ditunggangi oleh kepentingan lain, ada pihak yang tidak suka dengan salah satu calon kepala desa. Bentuk konflik yang terjadi di desa Sumberwulan yaitu konflik laten yang memang sudah ada antara kedua calon kepala desa, konflik manifest yaitu kerusuhan berupa perusakan mobil, ada juga konflik vertikal antara salah satu calon dengan pendukung pihak lawan dan juga konflik horisontal yaitu antar pendukung.
Kata Kunci: Perebutan Jabatan, Konflik, Pilkadesniki nursita2015-04-13T01:22:35Z2019-01-29T20:42:37Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15973This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159732015-04-13T01:22:35ZEKSISTENSI JEMAAH AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI YOGYAKARTA PASCA SKB 3 MENTERI TAHUN 2008 TENTANG AHMADIYAHPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Yogyakarta pasca dikeluarkannya SKB 3 Menteri tahun 2008 tentang Ahmadiyah, dan interaksinya dengan masyarakat. JAI adalah gerakan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad yang secara singkat ajarannya sedikit berbeda dengan Islam pada umumnya, seperti tafsir istilah nabi. Keberadaan JAI menimbulkan kontroversi dalam masyarakat muslim, sehingga akhirnya pemerintah mengeluarkan SKB 3 Menteri tahun 2008 tentang Ahmadiyah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode indepth interview (wawancara mendalam). Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, yakni pengambilan data dari informan yang telah dikriteriakan sebelumnya. Kriteria tersebut adalah para pengurus JAI dan anggotanya serta masyarakat non JAI yang tinggal di lingkungan JAI Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang dilakukan secara partisipan, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Teknik validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menyatakan, bahwa (1) eksistensi atau keberadaan JAI di Indonesia sudah ada sejak tahun 1926 dan telah mempunyai badan hukum yang sah. Sedangkan eksistensi JAI Yogyakarta pasca dikeluarkannya SKB 3 Menteri tahun 2008 tentang Ahmadiyah adalah stagnan tak ada perubahan yang signifikan. Strategi bertahan yang diterapkan dalam menjaga eksistensi tersebut adalah dengan mengoptimalisasikan system organisasi dalam JAI. Sistem tersebut terbagi dalam dua lajur, yang pertama lajur manajemen yang mengatur jalannya berbagai kegiatan dalam JAI. Kedua, lajur kemubalighan yang berperan dalam penguatan keimanan agar tetap terjaga dalam JAI. (2) Interaksi yang berlangsung di antara penganut JAI dengan masyarakat masih kurang, karena mereka hanya melakukan kegiatan bersama pada saat momen-momen tertentu saja. Masyarakat sekitar juga cenderung tak terlalu memperdulikan keberadaan JAI.
Kata Kunci: JAI, SKB 3 Menteri 2008, Yogyakarta.Pratina Ikhtiyarini2015-04-13T01:08:44Z2019-01-29T20:42:04Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15958This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159582015-04-13T01:08:44ZKONSTRUKSI BUDAYA ATAS TREND KECANTIKAN PADA PENGGUNAAN LENSA KONTAK DI KALANGAN MAHASISWI DI YOGYAKARTALensa kontak awalnya diciptakan untuk menggantikan fungsi kacamata agar lebih praktis, namun seiring perkembangan zaman lensa kontak dipakai untuk fashion dan penunjang penampilan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui: 1. konstruksi budaya penggunaan lensa kontak bagi pengguna lensa kontak oleh mahasiswi. 2. faktor-faktor yang menyebabkan menjamurnya penggunaan lensa kontak oleh mahasiswi. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif yaitu penelitian dengan pengumpulan data-data bukan angka. Data dalam penelitian diperoleh melalui sumber data dari narasumber langsung yaitu mahasiswi dari UNY, UII, Amikom Yogyakarta, UPN “Veteran” serta mahasiswi UGM yang menggunakan lensa kontak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2012. Teknik pengambilan data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Pengujian validitas menggunakan triangulasi pengumpulan data dan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan model analisis Miles dan Hubberman, meliputi:reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lensa kontak sebagai konstruksi budaya di kalangan mahasiswi di Yogyakarta telah mengkonstruksi budaya masyarakat tentang kecantikan. Proses konstruksi budaya pada penggunaan lensa kontak terjadi pada saat proses dimulainya mahasiswi mengenal lensa kontak sejak masuk kuliah. Berikutnya mahasiswi mencari informasi dari melihat teman yang sudah menggunakan lensa kontak atau iklan di TV, majalah, internet maka kemudian mereka mulai mencoba memakai. Mahsiswi juga terlebih dahulu mencari berbagai informasi terkait lensa kontak dari berbagai sumber. Kemudian mereka mulai memakai dan merasa nyaman serta hal itu menambah kepercayaan diri mereka. Mereka dan teman-teman mengakui lebih cantik saat memakai lensa kontak. Pengakuan tersebut membuat pemakai ingin terus memakai lensa kontak, sehingga menjadi budaya baru dalam berpenampilan. Sebagian mahasiwi tersebut juga mengungkapkan bahwa kecantikan tidak dilihat dari segi fisik saja melainkan dari dalam dirinya (inner beuty). Faktor-faktor yang menyebabkan pengunaan lensa kontak oleh mahasiswi di Yogyakarta adalah kesehatan, adanya inovasi lensa kontak di sekitar mahasiswi dengan harga terjangkau, konsep diri tentang cantik, pengaruh dari budaya lain melalui tayangan film asing di TV dan turis mancanegara yang datang ke Yogyakarta. Kata kunci: konstruksi budaya, lensa kontak, mahasiswiDina Permitasiwi2015-03-26T01:13:06Z2019-01-29T19:35:40Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14181This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/141812015-03-26T01:13:06ZTingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Salak Pondoh di Desa Bangunkerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman YogyakartaPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Karakteristik rumah tangga petani salak pondoh. 2) Pendapatan petani dari usahatani salak pondoh dan non salak pondoh. 3) Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani salak pondoh di Desa Bangunkerto.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, populasi dalam penelitian ini berjumlah 376 kepala rumah tangga petani salak pondoh di Desa Bangunkerto yang tersebar di 12 Dusun yaitu, Dusun Wonosari, Gadung, Ganggong, Bangunsari, Kendal, Jurugan, Kawedan, Karangwuni, Bangunharjo, Ngentak, Kelor, dan Rejodadi. Teknik pengambilan sampel menggunakan propotional random sampling dengan menggunakan rumus formula slovin, sehingga di dapat sampel sebesar 99 kepala rumah tangga. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Teknik pengolahan data yang dilakukan yaitu editing, koding dan tabulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Karakteristik rumah tangga petani salak pondoh, memiliki kelompok umur paling banyak pada umur 45-49 tahun, sebesar 34,34%. Pendidikan responden paling banyak tamatan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 52,52%. Anggota rumah tangga responden 3-4 jiwa yaitu sebesar 58,58%. Luas lahan responden 4.001-5000 m2 sebesar 30,30%. 2) Pendapatan responden berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 59,59%, dengan nominal Rp. 18.270.001-30.140.000. Pendapatan pertanian non salak berada pada kategori tinggi sebanyak 50,00%, dengan nominal Rp. 1.500.001-2.000.000. Pendapatan non pertanian termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 43,43%, dengan nominal Rp. 17.260.001-25.000.000. Total pendapatan rumah tangga petani salak pondoh termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 46,46%, dengan nominal Rp. 24.000.001-38.000.000. 3) Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani salak pondoh di Desa Bangunkerto berada pada tingkat kesejahteraan tahap III yaitu sebanyak 44,44% responden.
Kata kunci: Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani. Ariyesman2015-03-26T01:08:48Z2019-01-29T19:35:35Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14179This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/141792015-03-26T01:08:48Zperan wanita kelompok tani dalam pengentasan kemiskinan di kecamatan kajoran kabupaten magelangPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kegiatan Wanita Kelompok Tani di Kecamatan Kajoran; 2) Peran Wanita Kelompok Tani di Kecamatan Kajoran.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini yaitu 207 wanita tani yang tersebar dalam 10 Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kecamatan Kajoran. Sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 48 wanita tani dengan persentase 23,19% yang diambil dari 2 kelompok wanita tani yaitu KWT Melati dan KWT Wajahra. Pengambilan 2 kelompok wanita tani ini berdasarkan pertimbangan aksesibilitas yang ditentukan dengan teknik Purposive Sampling. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, wawancara, dan angket (kuesioner). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan tabel frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) kegiatan wanita kelompok tani meliputi a) Kegiatan sehari-hari yang dilakukan wanita kelompok tani dalam masyarakat antara lain PKK, Posyandu, bakti sosial, arisan, kondangan/hajatan, melayat/takziah, pengajian, menjenguk orang sakit, dan lain-lain. b) Kegiatan KWT meliputi simpan pinjam dan kas kelompok , kegiatan optimalisasi lahan pekarangan, kegiatan produksi baglog jamur tiram, kegiatan olahan tangan dan keragamanya, kegiatan pemeliharaan ternak, dan kegiatan pemasaran produk olahan. Kegiatan KWT berhasil meningkatkan peran wanita tani dalam pengentasan kemiskinan, melalui peningkatan pendapatan 2) Peran yang dilakukan wanita tani adalah diversifikasi usaha, menambah pendapatan rumah tangga, menghemat pengeluaran, dan mencari pinjaman untuk mencukupi kebutuhan. Peran wanita tani dapat dilihat dari curahan jam kerja wanita baik dari sektor pertanian maupun non pertanian. Pendapatan wanita tani berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga, semakin besar pendapatan yang diperoleh semakin kecil tingkat kemiskinan rumah tangga.
Kata kunci: peran, wanita, tani, kemiskinanSeptiani Nur Hidayati2015-03-26T00:58:24Z2019-01-29T19:35:14Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14171This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/141712015-03-26T00:58:24ZPERANAN KULTUR SEKOLAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL PADA TAHUN AJARAN 2013/2014SMA Negeri 1 Sedayu Bantul merupakan salah satu sekolah menengah atas negeri di wilayah Kabupaten Bantul yang pada tahun ajaran 2013/2014 sudah melaksanakan Kurikulum 2013. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian mengenai peranan kultur sekolah dalam mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul pada tahun ajaran 2013/2014 bertujuan untuk mengetahui kultur sekolah di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul, pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul pada tahun ajaran 2013/2014, dan peranan kultur sekolah dalam mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul pada tahun ajaran 2013/2014.
Penelitian mengenai peranan kultur sekolah dalam mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul pada tahun ajaran 2013/2014 menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Subyek penelitian pada penelitian ini meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah urusan kurikulum, guru, karyawan, dan siswa SMA Negeri 1 Sedayu Bantul yang secara keseluruhan dipilih dan ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data-data penelitian meliputi catatan lapangan, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian, peneliti menggunakan teknik triangulasi data untuk memvalidkan data-data penelitian yang diperoleh. Adapun model analisis data interaktif Miles dan Huberman digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data-data penelitian.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kultur sekolah yang sudah lama terbentuk di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul meliputi kultur religius, kultur bersahabat atau komunikatif, dan kultur peduli lingkungan. Kemudian, berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul pada tahun ajaran 2013/2014, siswa-siswa di kelas reguler melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai dengan Dokumen Kurikulum 2013, sedangkan siswa-siswa di kelas layanan cerdas istimewa (CI) mendapat eskalasi dari pihak sekolah, terutama dalam hal kedalaman materi pembelajaran dan ranah berpikir siswa. Selanjutnya, keberadaan kultur religius, kultur bersahabat atau komunikatif, dan kultur peduli lingkungan di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul, mampu mendukung pencapaian KI-1 berupa sikap spiritual dan KI-2 berupa sikap sosial sebagai bagian dari pelaksanaan Kurikulum 2013. Adapun peranan yang dimaksud yaitu mampu meningkatkan sikap religius dan sikap sosial para siswa.
Kata Kunci : Kultur Sekolah, Kurikulum 2013Riska Wahyu R2015-03-26T00:53:31Z2019-01-29T19:35:06Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14168This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/141682015-03-26T00:53:31ZResiprositas Dalam Tradisi Buwuh (Studi Kasus di Desa Kaliaman, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara)Tradisi Buwuh Merupakan kegiatan menyumbang barang dalam hajatan yang bertujuan untuk membantu seseorang yang sedang memiliki beban menyelenggarakan hajatan. Dalam tradisi Buwuh, bantuan yang diberikan dianggap sebagai suatu kebaikan yang harus dibalas dengan kebaikan yang sama. Seseorang selalu berusaha memberikan, menerima, dan mengembalikan Buwuh sebagai upaya menjaga hubungan baik diantara pihak yang terlibat dalam tradisi Buwuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses resiprositas serta dinamika yang terjadi dalam pelaksanaan tradisi Buwuh di Desa Kaliaman.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dan dijabarkan secara deskriptif dengan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa warga yang masih menjalankan tradisi Buwuh yang memiliki perbedaan jumlah penyelenggaraan hajatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Adapun validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan analisis datanya menggunakan analisis interaktif Miles dan Huberman.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa masyarakat Desa Kaliaman selalu berusaha melakukan pertukaran pemberian Buwuh secara seimbang. Proses pencatatan Buwuh dalam acara hajatan dilakukan untuk meminimalisir adanya pertukaran pemberian Buwuh yang tidak seimbang. Pertukaran yang belum seimbang membuat orang yang belum mengembalikan Buwuh memiliki tanggungan potangan yang diartikan sebagai hutang yang harus dibayarkan. Perbedaan intensitas dalam menyelenggarakan hajatan, disikapi oleh para pelaku tradisi Buwuh dengan memperkirakan kesempatan menyelenggarakan hajatan yang dimiliki oleh masing- masing individu berdasarkan jumlah anak yang dimiliki. Hajatan terkahir yang dilakukan seseorang, digunakan warga sebagai kesempatan terkahir mengembalikan semua Buwuh yang pernah diterima dari orang tersebut. Tradisi Buwuh berperan dalam meringankan beban seseorang yang sedang menyelenggarakan hajatan, namun di sisi lain tradisi Buwuh juga menambah kebutuhan hidup baru bagi para pelakunya yaitu kebutuhan untuk memberikan Buwuh dalam hajatan. Dalam proses perkembangannya, terdapat beberapa perubahan dalam tradisi Buwuh yaitu pergeseran makna memberikan Buwuh yang sekarang ini telah berisikan pamrih, perubahan bentuk barang yang diberikan sebagai Buwuh, serta semakin sempitnya lingkup seseorang dalam memberikan Buwuh.
Kata kunci: Tradisi Buwuh, Resiprositas, DinamikaBasid Ridhowan2015-03-26T00:47:37Z2019-01-29T19:22:00Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13828This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/138282015-03-26T00:47:37ZSEPEDA FIXED GEAR SEBAGAI IDENTITAS KELOMPOK
CYCLEBANDIDOS DI YOGYAKARTAKeberadaan sebuah kelompok agar dapat dibedakan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain adalah dengan adanya identitas sosial dari kelompok tersebut. Kelompok Cyclebandidos sendiri merupakan salah satu kelompok dari sekian banyaknya kelompok sosial yang ada di Yogyakarta. Kelompok Cyclebandidos adalah salah satu kelompok sepeda fixed gear yang ada di Yogyakarta. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konstruksi identitas kelompok Cyclebandidos dan mendeskripsikan eksistensi kelompok Cyclebandidos dalam subkultur sepeda fixed gear di Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif analisis deskriptif. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara yang didukung oleh data hasil dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini adalah penanggung jawab dan beberapa anggota kelompok Cyclebandidos. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan subyek dalam penelitian ini adalah snowball sampling. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini secara interaktif melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok Cyclebandidos memiliki identitas sosial berupa sepeda fixed gear. Konstruksi identitas kelompok Cyclebandidos melalui proses pelembagaan dan intenalisasi. Sepeda fixed gear yang menjadi identitas kelompok Cyclebandidos merupakan sepeda fixed gear hasil dari kreatifitas anggota dalam merakit sepeda. Berawal dari sepeda balap lama kemudian mereka modifikasi sedemikian rupa seperti mengelas gear belakang hingga terbentuk sebuah sepeda fixed gear. Kelompok Cyclebandidos memiliki peran dalam perkembangan subkultur sepeda fixed gear di Yogyakarta. Ketika masyarakat masih mengesampingkan sepeda sebagai sarana transportasi, kelompok Cyclebandidos sudah melakukan kampanye penggunaan sepeda fixed gear melalui gambar-gambar di fasilitas umum dengan tema kelompok Cyclebandidos dan sepeda fixed gear. Ada juga kampanye penggunaan sepeda fixed gear dengan cara penggunaan sepeda fixed gear dalam aktivitasnya dan melakukan kampanye berkeliling kota dengan mengendarai sepeda fixed gear. Keberhasilan kelompok Cyclebandidos dalam subkultur sepeda fixed gear di Yogyakarta adalah ketika sepeda ini populer di kalangan masyarakat Yogyakarta. Kelompok Cyclebandidos pada saat sepeda fixed gear populer berpartisipasi dengan cara mengadakan acara yang berkaitan dengan sepeda fixed gear.
Kata kunci: Sepeda Fixed Gear, Identitas, Kelompok CyclebandidosArdi Guardina2015-03-26T00:31:52Z2019-01-29T19:31:56Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14083This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/140832015-03-26T00:31:52ZPERGESERAN TRADISI TABOT DI PROVINSI BENGKULU PADA MASA ORDE BARU DAN REFORMASIUpacara Tabot di Bengkulu merupakan tradisi Asyura yang lahir dari komunitas Syi’ah. Budaya tabot masih berlangsung hingga saat ini sehingga menjadi topik kajian yang menarik untuk ditulis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana asal mula munculnya tradisi Tabot di Bengkulu, bagaimana proses ritual tradisi Tabot di Bengkulu, bagaimana simbolisasi perlengkapan dan pelaksanaan upacara Tabot di Bengkulu, bagaimana ritual upacara Tabot masa orde baru, bagaimana ritual upacara Tabot masa reformasi, serta bagaimana pergeseran upacara Tabot pada tradisi upacara Tabot tersebut.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah kritis melalui studi pustaka dengan menggunakan metode penelitian menurut Kuntowidjoyo. Metode yang digunakan melalui langkah-langkah sebagai berikut. 1) pemilihan topik yaitu menentukan topik penulisan dari beberapa permasalahan yang diperoleh. 2)heuristik yaitu menghimpun jejak-jejak masa lampau yang dikenal dengan data sejarah. 3) verifikasi yaitu kegiatan meneliti sumber-sumber sejarah baik secara eksternal maupun internal. 4) interpretasi yaitu langkah menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta sejarah yang diperoleh setelah diterapkannya kritik intern dan ekstern dari data-data yang berhasil dikumpulkan. 5) penulisan yaitu penyampaian semua fakta yang diperoleh dalam bentuk karya sejarah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upacara Tabot dirayakan setiap tanggal 1-10 Muharram setiap tahunnya dengan tujuan memperingati gugurnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad saw dalam peperangan di Karbala pada tahun 61 Hijriah. Proses ritual tabot yaitu adanya kelengkapan alat membuat tabot, kenduri dan sesaji,perlengkapan musik tabot dan melengkapi kelengkapan tabot. Pelaksanaan ritual Tabot yaitu mengambik tanah, duduk penja, menjara, meradai, arak penja, arak sorban, gam, arak gendang dan Tabot tebuang. Ritual Tabot masa orde baru bersifat semi ritual(sakral) dan semi sekuler (tontonan) dan hanya orang-orang dari keluarga keturunan Tabot yang merayakannya.Sedangkan ritual Tabotsaat reformasi tidak sepenuhnya sakral dapat dilihat dari munculnya Tabot pembangunan sehingga mengakibatkan perayaan Tabot menjadi festival kebudayaan Bengkulu. Dengan adanya Tabot pembangunan, setiap daerah dan instansipemerintah Bengkulu mendukung acara tersebut sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap daerah Bengkulu meningkat. Namun, disisi lain mengakibatkan nilai sakral Tabot menurun.
Kata Kunci : Tabot Bengkulu, Orde baru, ReformasiLazmihfa2015-03-25T05:07:53Z2019-01-29T19:21:51Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13825This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/138252015-03-25T05:07:53ZPERMAINAN TRADISIONAL PASAR-PASARAN SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI GENDER UNTUK ANAK (Studi Kasus
Peer Group di SD N Mangir Lor Sendangsari
Pajangan Bantul)Permainan tradisional pasar-pasaran, merupakan permainan yang menirukan peran orang dewasa seperti berbelanja sayur di pasar, memasak, berhias, dan sebagainya. Penelitian ini menerapkan permainan tradisional pasar-pasaran sebagai media sosialisasi gender untuk anak di SD N Mangir Lor Sendangsari Pajangan Bantul. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan permainan tradisional pasar-pasaran sebagai media sosialisasi gender untuk anak di SD N Mangir Lor Sendangsari Pajangan Bantul.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan memberikan stimulus berupa dua tindakan yaitu tindakan pertama permainan tradisional pasar-pasaran, dan tindakan kedua yaitu lomba memasak Nasi Goreng Berselimut. Subjek penelitian yakni siswa SD N Mangir Lor Sendangsari Pajangan Bantul yang merupakan partisipan pelaksanaan tindakan dengan subjek pendukung yaitu ibu dari setiap partisipan. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Validitas data menggunakan triangulasi sumber, sedangkan teknik analisa data menggunakan teknik analisa data deskriptif kualitatif dari Miles dan Huberman, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan pelaksanaan penelitian diperoleh hasil permainan tradisional pasar-pasaran dapat digunakan sebagai media sosialisasi peran gender untuk anak di SD N Mangir Lor Sendangsari Pajangan Bantul dalam kurun waktu yang relatif lama dan intensif, sedangkan bila dalam waktu cepat belum terlihat hasil yang menggambarkan minat anak laki-laki terhadap permainan tersebut. Hal ini disebabkan oleh proses minat tidak lepas dari proses sosialisasi yang ditanamkan secara bertahap. Efektivitas permainan tradisional pasar-pasaran dipengaruhi oleh agen sosialisasi gender terutama keluarga. Bila media sosialisasi itu langsung pada penerapan yang sesungguhnya (praktek memasak dengan lomba) ternyata minat tersebut lebih mudah dan cepat diinternalisasi siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mengajak anak laki-laki dan perempuan terlibat langsung pada praktek memasak dapat digunakan sebagai sarana sosialisasi peran gender yang cepat.
Kata kunci: Permainan tradisional pasar-pasaran, sosialisasi gender, media sosialisasi.Yuli Rahmawati Hajar2015-03-25T04:12:42Z2019-01-29T19:31:41Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14077This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/140772015-03-25T04:12:42ZKOMODIFIKASI BUDAYA (Studi di Kampung Wisata Dipowinatan Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta)Kampung Wisata Dipowinatan secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Kotamadya Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui bagaimana kebudayaan yang dapat dikemas menjadi suatu komoditas yang mendatangkan keuntungan finansial dan dijual dalam bentuk paket wisata di kampung wisata Dipowinatan; 2) mengetahui dampak dari komodifikasi kebudayaan yang terjadi di kampung wisata Dipowinatan.
Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yang sesuai dengan tujuan peneliti, pengambilan sampling ini dikategorikan menjadi 2 jenis informan yaitu warga masyarakat dan pengelola objek wisata. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi non partisipasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi yaitu menggunakan triangulasi sumber. Analisis data menurut Miles dan Huberman yang dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data kemudian dilakukan penarikan kesimpulan hasil penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, komodifikasi budaya di kampung wisata Dipowinatan terdiri dari 3 proses, yaitu proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Proses produksi mencakup penyederhanaan terhadap potensi-potensi seni dan budaya yang terdapat di kampung wisata Dipowinatan. Semua potensi yang terdapat disana disesuaikan dengan kebutuhan para wisatawan dan permintaan pasar. Kemudian dilihat dari proses distribusi, pengurus kampung wisata Dipowinatan membuat brosur maupun website di internet. Selain itu, pengurus kampung wisata Dipowinatan juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga pendidikan, maupun biro perjalanan wisata. Kemudian dari proses distribusi, terjadilah proses konsumsi. Dari proses ini pengurus kampung wisata Dipowinatan menyiapkan berbagai paket wisata yang langsung dapat dinikmati oleh para wisatawan. Komodifikasi budaya yang terjadi di kampung wisata Dipowinatan juga menimbulkan dampak bagi masyarakat Dipowinatan. Dampak dalam bidang ekonomi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan meningkatkan pembangunan. Dalam bidang sosial budaya adalah perubahan keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas termasuk tingkat otonomi dan ketergantungannya, perubahan interpersonal antara anggota masyarakat, terdapat pola pembagian kerja, perubahan bidang kesenian dan adat istiadat, kurangnya penyerapan partisipasi masyarakat, dan penggunaan fasilitas yang kurang maksimal. Dalam bidang lingkungan, terdapat dua dampak yang ditimbulkan, yaitu lingkungan menjadi bersih dan lingkungan menjadi tertata dengan rapi.
Kata kunci : komodifikasi, budaya, dampakRizki Petronaso2015-03-24T05:26:55Z2019-01-29T19:23:40Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13872This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/138722015-03-24T05:26:55ZRelasi Sosial dalam Kehidupan Masyarakat di Rumah Dome (Dusun Nglepen, Kelurahan Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)Relasi sosial yang terjadi di kompleks Rumah Dome terbentuk karena adanya interaksi dan proses sosial yang berlangsung selama kurang lebih 7 tahun sejak pemukiman tersebut terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana proses relasi sosial dari saat awal relokasi itu terjadi hingga sekarang, yang akhirnya menumbuhkan ide-ide yang dapat memajukan Dusun Nglepen (Rumah Dome) dalam berbagai bidang, serta mengetahui faktor pendorong dan penghambat relasi sosial tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Subyek penelitian berjumlah 7 orang yang terdiri dari 1 orang ketua pengelola Rumah Dome, 2 orang ketua RT, dan 4 orang warga Rumah Dome. Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi sumber data, triangulasi metode dan review informan kunci, sedangkan teknik analisa data menggunakan model interaktif Miles dan Hubberman yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penegasan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relasi sosial yang terjadi pada masyarakat kompleks rumah Dome merupakan bentuk interaksi sosial positif dan interaksi sosial negatif. Hasil dari relasi sosial yang dapat memberi manfaat dan kemajuan terhadap masyarakat di Rumah Dome yaitu munculnya ide-ide kreatif dari warga berupa lapangan usaha baru, kesenian khas, makanan khas, dan cindera mata yang mereka buat sendiri. Faktor pendorong relasi sosial di Rumah Dome diantaranya bentuk pola pemukiman warga yang mengelompok membuat interaksi antar-warga semakin intens; bentuk kamar mandi warga yang komunal dapat meningkatkan kontak dan komunikasi sosial secara langsung; dijadikannya Rumah Dome sebagai desa wisata mampu mendorong warga untuk meningkatkan kerja sama dalam segala kegiatan yang bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan desanya. Sedangkan faktor penghambat relasi sosial di Rumah Dome diantaranya adanya beberapa warga yang sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan merasa tidak nyaman tinggal di Rumah Dome; adanya beberapa warga yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan desa; adanya kecemburuan sosial sehingga membuat hubungan warga sedikit renggang.
Kata Kunci: relasi sosial, interaksi sosial, Rumah DomeAnindita Puteri Wandansari2015-03-24T03:58:24Z2019-01-29T19:22:10Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13832This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/138322015-03-24T03:58:24ZKEHIDUPAN PETANI GARAM TRADISIONAL BLEDUG KUWU DI DESA KUWU KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) proses produksi pembuatan garam Bledug Kuwu, 2) hambatan dalam proses produksi pembuatan garam Bledug Kuwu, 3) kehidupan petani garam tradisional Bledug Kuwu saat ini.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi). Penelitian ini yang menjadi sumber data utama adalah Petani Garam Bledug Kuwu yang masih bertahan dan terdiri dari 3 (tiga) orang. Peneliti bertindak sebagai instrumen dengan melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara. Validitas data dilakukan menggunakan triangulasi. Analisis data menggunakan model interaktif Milles dan Huberman meliputi tahapan: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses pembuatan garam Bledug Kuwu masih tradisional dengan memanfaatkan air garam dari luapan lumpur Bledug Kuwu, yang dialirkan dengan aliran/skat air garam, kemudian air garam dari lumpur Bledug diendapkan dan kemudian dijemur di klakah-klakah dari bambu sebagai tempat pengkristalan garam dan memanfaatkan sinar matahari serta air bleng untuk mengkristalkan air garam tersebut selama 1-7 hari dan setelah garam mengalami pengkristalan selanjutnya akan dipanen. 2) Hambatan dalam proses pembuatan garam Bledug Kuwu antara lain, kondisi cuaca yang mempengaruhi hasil panen, resiko dan berat beban pekerjaan yang didapat dengan kondisi petani garam yang sudah berusia tua, dan hasil pemanenan yang tidak sebanding dengan proses pembuatan garam. 3) Kehidupan petani garam Bledug Kuwu tak bisa lepas dari kehidupan penuh perjuangan untuk mempertahankan hidup. Hal ini bisa dilihat dari kondisi sosial ekonomi petani garam Bledug Kuwu, kehidupan dirumah, kehidupan di tempat bekerja (Bledug Kuwu), kehidupan di lingkungan masyarakat. Kondisi sosial Petani garam Bledug Kuwu yaitu, beralamat di Desa Kuwu, rata-rata berumur 70 tahun, sebagian besar tidak memiliki latar belakang pendidikan, sudah tidak mempunyai tanggungan dan semua petani garam berkedudukan sebagai masyarakat biasa. Kondisi ekonomi Petani garam Bledug Kuwu yaitu semua petani garam menjadi pekerjaan petani garam sebagai pekerjaan pokok, Pendapatan dalam sekali panen (7 hari) rata-rata Rp. 120.000 dengan rincian menghasilkan rata-rata 30 kg dengan harga jual per kilogramnya sebesar Rp. 4000,00. 2 (dua) orang petani garam memiliki rumah sendiri dan 1 (satu) petani garam tinggal dirumah anaknya, dengan sarana yang dimiliki yaitu sepeda ontel dan televisi dengan kondisi yang tidak terlalu baik.
Kata kunci : Kehidupan, petani garam tradisional, bledug kuwuFajar Sulaiman2015-03-24T03:27:33Z2019-01-29T19:21:15Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13809This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/138092015-03-24T03:27:33ZPengendalian Disiplin Kerja Melalui Whistleblowing System Di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa YogyakartaPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian disiplin kerja melalui Whistleblowing System (WBS) di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta (Kanwil DJP DIY) beserta faktor pendukungnya. Desain penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Informan penelitian yaitu wakil ketua Tim Internalisasi Kepatuhan, Kepala Subbagian Bantuan Hukum, Kepala Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal, Kepala Subbagian Kepegawaian serta dua orang pegawai Kanwil DJP DIY. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teori. Teknik analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengendalian disiplin kerja pegawai melalui WBS di Kanwil DJP DIY dilakukan dengan (1) penentuan standar berupa standar perilaku yaitu dengan menggunakan Kode Etik Pegawai DJP dan Disiplin PNS, (2) pengukuran kinerja yang dilakukan oleh Tim Internalisasi Kepatuhan dan Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal. (3) Hasil perbandingan antara kinerja nyata dan standar menunjukan bahwa tidak ada pegawai Kanwil DJP DIY yang dilaporkan melalui WBS. (4) Tindakan korektif dalam pengendalian tersebut dilakukan oleh Direktorat Kepatuhan Internal Transformasi dan Sumber Daya Aparatur (KITSDA) namun di Kanwil DJP DIY belum dilaksanakan tindakan tersebut. Faktor pendudung dalam pengendalian ini adalah (1) sikap positif pegawai terhadap penerapan WBS, (2) sikap kekecewaan pegawai terhadap pelanggaran di lingkungan DJP, serta (3) sikap berani pegawai Kanwil DJP DIY untuk melaporkan pelanggaran melalui WBS jika mengetahuinya.
Kata Kunci: Whistleblowing System (WBS), pengendalian, disiplin kerjaSilvia Sonya2015-03-24T03:18:16Z2019-01-29T19:21:05Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13804This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/138042015-03-24T03:18:16ZDampak Sosial Ekonomi Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) di Kranggan TemanggungPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami dampak sosial ekonomi Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian di Kranggan Temanggung.
Desain penelitian yang dipakai adalah penelitian evaluasi comparative before after. Informan penelitian Staff Badan Penyuluhan Kabupaten Temanggung, petani kelompok sasaran, Ketua UP FMA Ngudi Raharjo, penyuluh swadaya Desa Kranggan, Koordinator PPL BP Kecamatan Kranggan, Kepala Desa Kranggan dan petani non kelompok sasaran program. Instrumen penelitian adalah peneliti dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengujian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Analisis data penelitian menggunakan empat tahap yaitu, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya dampak sosial ekonomi Program P3TIP di Kranggan dinilai dari indikator psychological assets, informational assets, organizational assets, material assets, financial assets, dan human assets. (1) Psychological assets, adanya perubahan perilaku yang menunjukkan dampak sosial bagi petani adalah tumbuhnya budaya belajar dikehidupan petani kelompok sasaran serta peningkatan kualitas SDM petani. (2) Informational assets, adanya e-petani dan memberikan dampak sosial dalam hal peningkatan komunikasi antara petani dengan penyuluh. (3) Organizational assets, dampak sosial pada aspek ini dirasakan petani kelompok sasaran dengan keterlibatan petani dalam kepengurusan UP FMA Ngudi Raharjo, serta petani memiliki kemampuan untuk memberdayakan masyarakat desa. (4) Material assets, dampak ekonomi yang terjadi dari aspek ini adalah meningkatnya kepemilikan ternak dan peningkatan kepemilikan usaha tani kelompok sasaran. (5) Financial assets, dengan usaha yang semakin berkembang ini juga meningkatkan kemampuan ekonomi serta respon terhadap peningkatan taraf kehidupan petani di UP FMA Ngudi Raharjo. (6) Human assets, dampak sosial ekonomi terlihat disini karena petani mengalami perubahan perilaku dalam memanfaatkan ilmu yang diberikan selama pembelajaran agribisnis kambing PE sehingga dapat meningkatkan usahanya.
Kata kunci : dampak, pemberdayaan, petaniInten Dewi Khurriyah2015-03-24T03:06:11Z2019-01-29T19:20:50Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13797This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/137972015-03-24T03:06:11ZPartisipasi Masyarakat Kecamatan Kalibawang dalam Gerakan Bela-Beli Kulon ProgoPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi masyarakat Kecamatan Kalibawang dalam Gerakan “Bela-Beli Kulon Progo” beserta faktor pendukung dan penghambatnya.
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Informan penelitian yaitu Bupati Kulon Progo, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kulon Progo, Kepala Bagian Industri Disperindag dan ESDM Kabupaten Kulon Progo, Kepala Bagian Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, Staf bagian Teknologi Informasi (TI) dan Humas Kabupaten Kulon Progo, Staf Bagian Pengkajian Teknologi Pertanian Kantor Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (KP4K), Staf Bagian Keuangan Kecamatan Kalibawang, Staf Bagian Ekonomi Pembangunan Kecamatan Kalibawang, Pengumpul Pengolah Penyaji Data Pertanian (P3D) staf KP4K di Kecamatan Kalibawang, Penyuluh pertanian staf Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo di Kecamatan Kalibawang, Ketua kelompok tani, dan masyarakat Kecamatan Kalibawang. Peneliti merupakan instrumen utama penelitian.Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa (1)Partisipasi masyarakat Kecamatan Kalibawang sudah kelihatan tetapi belum optimal (2)Bentuk kegiatan partisipasi masyarakat Kecamatan Kalibawang adalah dalam menggerakkan sumber daya masyarakatnya (3)Bentuk partisipasinya tergolong partisipasi mandiri (4)Terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam partisipasi masyarakat Kecamatan Kalibawang dalam Gerakan “Bela-Beli Kulon Progo”
Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Gerakan “Bela-Beli Kulon Progo”Felix Arberd Nur Kristianto2015-03-23T07:54:28Z2019-01-29T19:16:41Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13680This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/136802015-03-23T07:54:28ZStrategi Pengembangan Industri Kreatif Sebagai Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten SlemanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan industri kreatif di Kabupaten Sleman serta mengetahui kemampuan industri kreatif sebagai pemberdayaan masyarakat.
Desain penelitian yang dipakai adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah Kepala Bagian Data Bidang Industri Disperindagkop Kabupaten Sleman, serta pelaku industri kreatif. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri bertindak sebagai instrumen aktif dan sebagai alat dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan tiga tahap yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Pengujian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan strategi pengembangan industri kreatif sebagai pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Sleman masih memiliki kekurangan sehingga diperlukan perbaikan berupa: (1) Konsistensi Pengenalan Produk Industri Kreatif Sleman ke Masyarakat, (2) Standarisasi Kualitas Produk Ekspor, (3) Penyederhanaan Administrasi Pengajuan Modal, (4) Memperbarui aturan yang mencakup seluruh kepentingan pengerajin, (5) Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Reseller, (6) Produk yang Selalu Up To Date, (7) Pemanfaatan Lahan Kosong Untuk Bahan Baku, (8) Pelatihan Kerja Profesional. Penelitian ini juga membuktikan bahwa Industri Kreatif mampu menjadi solusi pemberdayaan masyarakat.
Kata kunci : strategi, industri kreatif, pemberdayaanYudytama Wira Atmadja2015-03-20T03:51:45Z2019-01-29T19:12:15Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13520This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/135202015-03-20T03:51:45ZPeranan Komunitas Save Street Child Jogja (SSCJ) Dalam Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan Di Kota YogyakartaPersoalan anak jalanan menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara Indonesia, karena anak jalanan adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga anak jalanan berhak atas kelangsungan hidup, berkembang, dan berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan maupun diskriminasi sipil dan juga kebebasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Komunitas Save Street Child Jogja (SSCJ) bagi anak jalanan binaannya dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan Komunitas Save Street Child Jogja (SSCJ) dalam pemberdayaan anak jalanan di Kota Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subyek dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposeful sampling. Kriteria infoman dalam penelitian ini adalah pengurus Komunitas Save Street Child Jogja (SSCJ), sukarelawan atau volunteer Komunitas Save Street Child Jogja (SSCJ), dan anak jalanan binaan Komunitas Save Street Child Jogja (SSCJ). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi.Validitas data pada penelitian ini menggunaka triangulasi sumber. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, sampai dengan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan komunitas Save Street Child Jogja (SSCJ) bagi anak jalanan binaannya yaitu (1) sebagai fasilitator, memfasilitasi tempat tinggal (Shelter) dan kebutuhan pakaian layak pakai bagi anak jalanan (2) sebagai konselor, Komunitas SSCJ pada beberapa kesempatan juga mendengarkan cerita, pengalaman, maupun permasalahan yang tengah dihadapi oleh anak jalanan (3) pemberian advokasi, pengertian secara singkat advokasi yaitu berusaha memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi pada anak jalanan, advokasi ini mencakup pendidikan, hukum, kesehatan, ekonomi, dan politik. Upaya yang dilakukan Komunitas Save Street Child Jogja (SSCJ) dalam pemberdayaan anak jalanan di Kota Yogyakarta adalah (1) kelas belajar, karena melihat kebutuhan anak jalanan terhadap pendidikan penting, dan mengingat keterbatasan mereka untuk mengakses pendidikan ke sekolah formal, (2) piknik edukasi, tujuan piknik edukasi adalah melakukan kegiatan rekreasi dengan disertai unsur pembelajaran dan pengalaman bagi anak jalanan.
Kata Kunci : Peranan, Pemberdayaan, anak jalanan. Krissanto Kurniawan2015-03-20T03:44:53Z2019-01-29T19:12:13Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13519This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/135192015-03-20T03:44:53ZSOLIDARITAS KELOMPOK PEMUDA TERHADAP PELESTARIAN TRADISI SINOMAN (STUDI KASUS DI DUSUN JOHO, DESA CONDONGCATUR, DEPOK, SLEMAN)Penelitian ini berlatarbelakang pada pemuda yang telah berkurang partisipasinya dalam sinoman. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah mengetahui motivasi dan partisipasi pemuda terhadap pelestarian tradisi sinoman sebagai wujud solidaritas kelompok, bagaimana interaksi antar pemuda yang sering dan jarang berpartisipasi dalam sinoman, serta mengetahui faktor penghambat dan pendukung para pemuda Joho berpartisipasi dalam sinoman.
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Joho, Condongcatur, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Informan dalam penelitian ini adalah para sinoman dan tuan rumah yang menggunakan jasa sinoman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel bertujuan (purposive sampling). Kemudian, untuk kevaliditasan data yang peneliti peroleh, peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik dari Miles dan Huberman, yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa motivasi dan partisipasi pemuda terhadap pelestarian tradisi sinoman sebagai wujud solidaritas kelompok berjalan dengan baik, dimana pemuda Joho masih tetap bersedia berpartisipasi dalam sinoman. Bentuk interaksi antar pemuda yang sering dan jarang berpartisipasi dalam sinoman dibagi menjadi; Interaksi assosiatif, sinoman tetap bertegur sapa dan mengayomi sinoman muda yang belum berpengalaman. Interaksi disosiatif, terdapat miskomunikasi dengan tuan rumah serta pengucilan terhadap pemuda yang kurang aktif. Faktor penghambat para pemuda Joho berpartisipasi dalam sinoman yaitu (a) faktor internal; adanya rasa malas dan fisik yang kelelahan, (b) faktor eksternal; kesadaran yang masih rendah, kurangnya komunikasi antar sinoman dan adanya sanksi sosial. Kemudian faktor pendukung para pemuda joho berpartisipasi dalam sinoman yaitu (a) faktor internal; kesadaran bertanggungjawab sebagai bagian dari masyarakat; dan mengharap timbal balik, (b) faktor eksternal; teman; tuan rumah; serta hiburan. Solidaritas yang terjadi pada kelompok pemuda dusun Joho merupakan solidaritas organik yang masih terdapat unsur solidaritas mekanik di dalamnya.
Kata kunci : Solidaritas, Sinoman, Tradisi. Dewi Khumairoh2015-03-12T06:43:30Z2019-05-09T01:48:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/12943This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/129432015-03-12T06:43:30ZKontribusi Penguasaan Keterampilan dan Motivasi Kerja terhadap Tingkat Pendapatan Ibu Rumah Tangga Peserta Pelatihan Eceng Gondok Usaha Kecil dan Menengah Luthfi Craft di Desa Murtigading Piring II, Sanden, BantulPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kontribusi penguasaan keterampilan terhadap tingkat pendapatan ibu rumah tangga peserta pelatihan eceng gondok usaha kecil dan menengah Luthfi Craft di Desa Murtigading Piring II, Sanden, Bantul, (2) kontribusi motivasi kerja terhadap tingkat pendapatan ibu rumah tangga peserta pelatihan eceng gondok usaha kecil dan menengah Luthfi Craft di Desa Murtigading Piring II, Sanden, Bantul, dan (3) kontribusi penguasaan keterampilan dan motivasi kerja terhadap tingkat pendapatan ibu rumah tangga peserta pelatihan eceng gondok usaha kecil dan menengah Luthfi Craft di Desa Murtigading Piring II, Sanden, Bantul
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga peserta pelatihan eceng gondok UKM Luthfi Craft di Desa Murtigading Piring II, Sanden Bantul. Pengumpulan data dilakukan menggunakan angket tertutup berbentuk skala. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana dan regresi linier ganda dengan taraf signifikansi 5% yang pengujiannya menggunakan bantuan program SPSS versi 17,0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontribusi positif dan signifikan penguasaan keterampilan dan motivasi kerja terhadap tingkat pendapatan ibu rumah tangga peserta pelatihan eceng gondok usaha kecil dan menengah Luthfi Craft di Desa Murtigading Piring II, Sanden, Bantul. Besarnya kontribusi penguasaan keterampilan dan motivasi kerja secara berturut-turut adalah sebesar 30,4% dan 22,6% dan kedua variabel tersebut secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap tingkat pendapatan ibu rumah tangga peserta pelatihan eceng gondok UKM Luthfi Craft di Desa Murtigading Piring II Sanden, Bantul sebesar 48,3%.Sudaresti Sudaresti