Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T10:20:11ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2016-09-06T06:10:43Z2021-10-21T04:26:58Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/41115This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/411152016-09-06T06:10:43ZPendidikan Humanis Berbasis Kultur Sekolah Dasar Tumbuh 1 YogyakartaPenelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan memaknai: (1) Pengembangan pendidikan humanis dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh warga Sekolah Dasar Tumbuh 1 Yogyakarta, dan (2) Proses pengembangan kultur sekolah yang dilakukan oleh warga sekolah untuk mewujudkan pendidikan yang memiliki nilai-nilai humanis pada Sekolah Dasar Tumbuh 1 Yogyakarta.
Paradigma penelitian ini adalah naturalistic dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas, guru pendamping khusus, guru bidang studi, staf administrasi, librarian teacher, konselor, siswa, dan komite sekolah. Semua informan tersebut merupakan sumber data primer yang berkenaan dengan pengembangan kegiatan pendidikan dan pembelajaran serta pengembangan kultur sekolah yang bersifat humanis. Data dikumpulkan dengan mengunakan pengamatan nonpartisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan dua model analisis yaitu analisis saat mempertajam keabsahan data dan analisis melalui interpretasi data secara keseluruhan. Dalam hal ini ada empat tahap penting yang sangat berkaitan, yaitu: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data dan (4) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hal ini sesuai dengan model analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992:2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan humanis yang diperoleh peserta didik dalam mereka mengembangkan potensinya terdapat pada: (1) implementasi pendidikan dalam pembelajaran, (2) pengembangan kultur sekolah. Pertama, nilai-nilai humanis yang ada pada implementasi pendidikan dalam pembelajaran yaitu ada pada pendekatan pendidikan, metode, dan proses pembelajarannya, kedua, nilai-nilai humanis yang ada pada pengembangan kultur sekolah yaitu ada pada kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam unsur kultur yang positif yang telah membudaya dan dibudayakan oleh warga sekolah. Nilai-nilai pendidikan humanis yang ada tersebut memiliki dampak perubahan yang bersifat positif dan negatif terhadap peserta didik. Perubahan yang positif, yaitu: peserta didik menjadi lebih bersifat mandiri dan kreatif. Sedangkan yang bersifat negatif, yaitu: peserta didik kurang disiplin dan kurang siap dalam menghadapi berbagai bentuk ujian (test)Suswanto Suswanto2016-02-24T09:39:56Z2021-05-31T04:48:54Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/30032This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/300322016-02-24T09:39:56ZPembudayaan Nilai Kebangsaan Siswa pada Pendidikan Lingkungan Hidup Sekolah Dasar Adiwiyata di Daerah Istimewa YogyakartaTujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan secara mendalam tentang praksis pendidikan lingkungan hidup (PLH) dan pembudayaan nilai kebangsaan pada siswa sekolah dasar Adiwiyata di DIY yang tercakup dalam pembelajaran PLH secara terintegrasi dan monolitik.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian studi multi kasus yang dilaksanakan di DIY yang berlokasi di SD N Ungaran I, SD Kanisius Kalasan, SD N Nogopuro dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Jejeran Bantul. Sumber informasi meliputi kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara secara mendalam dan dokumentasi. Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik interaktif, dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah yang proses pembelajarannya secara terintegrasi menggunakan pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran, yang diintegrasikan pada mata pelajaran IPA, IPS, Agama dan SBK. Kegiatan PLH yang dilakukan oleh sekolah tampak tidak terintegrasi dengan mata pelajaran tertentu, sehingga paradigma integratif tidak kelihatan. Secara formal sekolah menempatkan PLH terintegrasi pada mata pelajaran tersebut, tetapi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan secara eksklusif dipisahkan menjadi kegiatan tersendiri. Konsep integrasi hanya bisa dilaksanakan menyangkut konsep-konsep dasar PLH dengan cara menyisipkan ke materi-materi melalui mata pelajaran IPA, IPS, Agama, dan SBK. Oleh karena itu mata pelajaran tersebut hanya digunakan untuk memaknakan persoalan-persoalan lingkungan dari berbagai disiplin mata pelajaran, berarti sifatnya multidisiplin, sehingga konsep interdisipliner belum terjadi pada PLH secara integratif. Pembelajaran PLH secara monolitik menunjukkan bahwa kebijakan sekolah dalam mengembangkan pelajaran PLH diajarkan pada mata pelajaran tersendiri sebagai muatan lokal. Materi pembelajaran PLH disusun berdasarkan garis-garis besar inti materi (GBIM) dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup tahun 2006. Kendala yang dihadapi terkait dengan pembelajaran PLH secara monolitik, menunjukkan bahwa substansi materi PLH rantai kognitifnya tidak runtut dari kelas I sampai kelas VI, sehingga tidak sesuai dengan perkembangan mental anak. Pembudayaan nilai kebangsaan pada siswa belum tercakup secarah utuh dalam pembelajaran PLH secara terintegrasi, hanya beberapa indikator nilai kebangsaan yang dapat dibudayakan kecuali nilai kesadaran tempat tinggal (geopolitik). Hal yang sama juga terjadi pada pembelajaran PLH secara monolitik.Trikinasih Handayani2016-02-22T08:39:29Z2021-10-21T04:28:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/29946This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/299462016-02-22T08:39:29ZModal Sosial dan Vitalitas Sekolah Menengah Pertama Swasta di YogyakartaStudi ini bertujuan untuk menemukan potensi dan aktualisasi modal sosial dalam peningkatan vitalitas sekolah menengah pertama swasta di Yogyakarta. Dalam penelitian ini modal sosial dikonsepsikan sebagai jejaring (network) yang didayagunakan dan menjadi komitmen sekolah untuk mengembangkannya dalam membangun kepercayaan (trust), relasi-relasi timbal balik yang saling menguntungkan (reciprocal relationships) dan saling membantu (mutual aid) berbasis jejaring tersebut. Kemudian vitalitas sekolah dikonsepsikan sebagai kinerja (performance) sekolah dalam pengembangan akademik, sumber daya manusia, sistem pendanaan, dan pengembangan muatan lokal. Tujuan khusus penelitian ini, (1) menggambarkan pola- pola pemanfaatan dan pendayagunaan potensi modal sosial untuk meningkatkan vitalitas sekolah, (2) menemukan kapasitas dan integritas kepemimpinan sekolah dalam pemanfaatan dan pendayagunaan potensi modal sosial untuk menangkap peluang dan kendala dalam peningkatan vitalitas sekolah, dan (3) menemukan alasan atau rasionalisasi pemanfaatan potensi modal sosial yang dapat dijadikan sebagai agen perubahan untuk meningkatkan vitalitas sekolah.
Studi ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di tiga Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kabupaten Sleman dengan perbedaan pendayagunaan potensi modal sosial dalam mengelola pendidikan sehingga menghasilkan variasi vitalitas sekolah. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digali melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan model induktif, sedangkan tingkat kepercayaan hasil-hasil penelitian ditempuh dengan cara terpenuhinya kriteria kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konformabilitas.
Kesimpulan dari studi ini adalah (1) terdapat variasi dalam pemanfaatan modal sosial sekolah. Kasus pertama mampu mengidentifikasi modal sosial tetapi belum optimal dalam mendayagunakannya untuk peningkatan vitalitas sekolah. Kasus kedua belum optimal dalam mengidentifikasi dan mendayagunakan modal sosial dalam peningkatan vitalitas sekolah. Kasus ketiga mampu mengidentifikasi dan mendayagunakan modal sosial dengan baik untuk peningkatan vitalitas sekolah. Pendayagunaan modal sosial pada ketiga kasus tersebut menunjukkan pola menjembatani dan mempererat melalui komponen jejaring, relasi saling menguntungkan dan membantu, dan kepercayaan. Hubungan antar komponen modal sosial pada kasus pertama dan kedua menunjukan pola linieritas, sementara pada kasus ketiga menunjukkan pola dialogis, hal ini bergantung pada pola pikir kepemimpinan sekolah. (2) Kinerja sekolah dalam memanfaatkan modal sosial ditunjukkan oleh integritas sekolah dalam membangun jejaring, relasi timbal balik dan kepercayaan dari stakeholders sekolah. Berbagai program sekolah dilaksanakan dengan melibatkan unsur dan komponen terkait untuk mencapai vitalitas sekolah. Pada kasus pertama dan kedua, pemanfaatan modal sosial atas inisiasi salah satu pihak, sementara pada kasus ketiga inisiasi berasal dari kedua belah pihak dalam pengembangan akademik, sumber daya manusia, sistem pendanaan dan budaya lokal. (3) Alasan/rasionalisasi pemanfaatan modal sosial didasarkan pada nilai militansi dan loyalitas pada kasus pertama, nilai silaturahim dan syafaat pada kasus kedua, dan universalisme Islam pada kasus ketiga. Nilai-nilai tersebut berfungsi sebagai modal dasar untuk menyuburkan, meningkatkan dan mendayagunakan potensi modal sosial sekolah.Suwadi Suwadi2016-02-22T05:06:14Z2021-10-21T04:14:07Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/29934This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/299342016-02-22T05:06:14ZRevitalisasi Nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dan Kearifan Lokal Berbasis Learning Society Pasca Konflik Sosial di TernatePenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara mendalam nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dan kearifan lokal melalui pendidikan masyarakat (learning society) pasca konflik sosial di Ternate, serta upaya revitalisasi nilai-nilai tersebut untuk ditingkatkan menjadi kearifan global.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan postpositivisme phenomenologi Interpretif. Tempat penelitian ini pada empat kecamatan di kota Ternate. Subyek dalam penelitian terdiri dari kluster tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, pekerja media, dan guru, serta pejabat pemerintah daerah kota Ternate. Objek penelitian adalah nilai-nilai kearifan lokal yang koheren dengan nilai Bhinneka Tunggal Ika.Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Adapun analisis induktif data secara fenomenologi dengan mengikuti tahapan: pencatatan dan pengelompokan awal, pengelompokan tema yang berbeda, identifikasi tema, deskripsi tekstural, deskripsi struktural, dan deskripsi gabungan.
Hasil penelitian ini adalah: 1) Pengembangan nilai Bhinneka Tunggal Ika dan kearifan lokal yang direvitalisasi, melalui: (a) konsensus bersama;(b) reinternalisasi dengan jalur informal, learning society, dan formal.(c) nilai kearifan lokal terdiri dari nilai filosofi, pendidikan, sosial kemasyarakatan, ritual keagamaan, dan nilai kebangsaan. 2) Ternate icon pluralisme sebagai bentuk kesadaran masyarakat untuk harmoni sosial, yaitu: (a) ketika konflik dan berakhirnya konflik kepercayaan masyarakat menurun, (b) ada subkultur etnis Tionghoa yang merupakan enclave dalam masyarakat Ternate, tetapi harmoni karena ada peran mutualisme, (c) upaya masyarakat yang difasilitasi pemerintah dengan menghimpun berbagai etnis dalam paguyuban dan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) sebagai salah satu upaya untuk mempermudah koordinasi, dan bagi tokoh panutan berada dalam Forum Kerukunan antar Umat Beragama (FKUB). 3) Pentingnya Revitalisasi nilai pasca konflik sosial, dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu: (a) tingkat kepercayaan antar umat beragama rendah,(b) tingginya primordial dan fanatisme etnis,(c) tahapan revitalisasi meliputi transformasi budaya, komunikasi, adaptasi, dan oragnisasi.Umar M. Sadjim2016-02-20T10:34:42Z2021-05-31T03:05:19Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/29922This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/299222016-02-20T10:34:42ZPendayagunaan Modal Sosial dalam Pendidikan Karakter (Studi Kasus SD Sapen dan SD Budi Mulia Dua Yogyakarta)Penelitian ini bertujuan menemukan bentuk, perbedaan, dan ciri khas pendayagunaan modal sosial dalam pendidikan karakter di SD Sapen dan SD Budi Mulia Dua Yogyakarta. Penelitian kualitatif dengan pendekatan naturalistik studi kasus ini menjadikan SD Sapen dan SD Budi Mulia Dua sebagai subjek penelitian. Pengambilan data menggunakan metode pengamatan partisipan, wawancara mendalam, dan dokumen. Instrumen utama adalah peneliti sendiri. Uji keabsahan data dilakukan dengan cara: triangulasi, analisis kasus negatif, dan member check. Data dianalisis dengan mengadaptasi model interaktif Miles dan Huberman.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Pendayagunaan modal sosial dalam pendidikan karakter di SD Sapen dan SD Budi Mulia Dua diaplikasikan dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, budaya sekolah, serta program khusus pembentukan karakter. Pendayagunaan modal sosial mampu memperkuat pendidikan karakter melalui penanaman nilai-nilai karakter dan keteladanan secara integral oleh seluruh sivitas akademika. Pendayagunaan modal sosial memperkuat karakter seperti: religiusitas, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat & komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, kebersamaan, kerjasama, solidaritas, keadilan, ketulusan, ketekunan, keberanian, penghargaan, cinta ilmu, kritis, dan percaya diri. Aspek modal sosial yang didayagunakan dalam pendidikan karakter SD Sapen dan SD Budi Mulia Dua meliputi: kerjasama dan tindakan kolektif, informasi dan komunikasi, kelompok dan jaringan, kepercayaan dan solidaritas, kohesi dan inklusi sosial, pemberdayaan, norma, pendelegasian wewenang, bonding, bridging, dan linking. (2) Perbedaan pendidikan karakter terletak pada budaya sekolah masing-masing, aspek modal sosial yang didayagunakan, program karakter dan kemampuan guru dalam memberi keteladanan. Pendidikan karakter SD Sapen lebih eksplisit dan terstruktur melalui program afeksi didukung program karakter yang meliputi: program pembiasaan, monitoring activity, program keteladanan, program kebersihan dan kesehatan lingkungan, nasionalisme dan patriotisme, pengembangan kreativitas, program unggulan, pembinaan siswa berprestasi, outdoor learning dan training dibanding character building SD Budi Mulia Dua dengan program Gret Papat Lungo Ijo, religious activities, program cinta damai, pengembangan kreativitas, homestay, living values, nasionalisme dan patriotisme. (3) Ciri khas SD Sapen lebih berorientasi pada budaya disiplin, program afektif dan metode penugasan sehingga menghasilkan peserta didik yang religius, disiplin, kerja keras, tekun, percaya diri, peduli sosial dan lingkungan, cinta damai, kemampuan bersaing, kreatif dan kritis; SD Budi Mulia Dua pada metode happy learning yang memotivasi kreativitas, pendampingan dan living values yang menghasilkan karakter religius, kebersamaan, menghargai perbedaan, peduli sosial dan lingkungan, cinta damai, berani, kreatif dan dinamis. Pendidikan karakter SD Sapen yang beragam, eksplisit dan terstruktur lebih unggul dalam capaian karakter dan akademiknya dibanding SD Budi Mulia Dua, terbukti mampu meraih juara I The Best Practice Pendidikan Karakter Tingkat Nasional Tahun 2013 dan Anugerah Citra Indonesia 2015 The Best Performance Elementary School of The Year. Kelemahannya pada intensitas kegiatan pembelajaran dan program karakter membuat peserta didik secara psikologis merasa dalam tekanan. SD Budi Mulia Dua dengan metode happy learning dan pendampingan melahirkan suasana belajar yang menyenangkan dan kekeluargaan tetapi cenderung melahirkan sikap kurang disiplin, kurang fokus dan kurang semangat dalam bersaing. Pendayagunaan modal sosial dalam kegiatan ekstrakurikuler memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembentukan karakter peserta didik dibanding intrakurikuler.Kurotul Aeni2016-02-20T10:22:44Z2021-10-21T04:23:50Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/29921This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/299212016-02-20T10:22:44ZPengembangan Pendidikan Humanis Religius di MadrasahPenelitian ini bertujuan untuk: 1) mengkaji konsep pengembangan pendidikan humanis religius dalam proses belajar mengajar di kelas, 2) mengkaji dan menganalisis konsep pengembangan sikap humanis religius siswa di madrasah, 3) mengkaji dan menganalisis konsep pengembangan budaya kehidupan yang humanis religius di madrasah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, menggunakan paradigma naturalistik. Fokus penelitian ini dilakukan di MAN Wonokromo Bantul dan MAN Lab UIN Yogyakarta. Sumber data dan informan dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah, guru kelas, pegawai/karyawan, siswa, dan orang tua siswa. Semua informan tersebut merupakan sumber data primer untuk digali secara mendalam guna memperoleh data yang berkenaan dengan pengembangan pendidikan yang humanis religius di madrasah. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara secara mendalam, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan dua model analisis, yaitu analisis saat mempertajam keabsahan data, dan analisis melalui interpretasi data secara keseluruhan. Ada empat tahap yang sangat berkaitan, yaitu : 1) pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian secara garis besar adalah 1) Konsep pendidikan yang humanis adalah konsep pendidikan yang berbasis pada lima nilai dasar, yaitu nilai kebebasan, kerja sama, kreativitas, kejujuran, dan aktualisasi diri. Sedangkan konsep pendidikan yang religius secara bertahap mengandung lima dimensi, yakni dimensi pengetahuan (ilmu keagamaan), keimanan (aqidah), praktik keagamaan (syariah), pengamalan keagamaan (akhlak), dan penghayatan keagamaan (ma’rifah). 2) Pengembangan pendidikan humanis religius dalam proses belajar mengajar di kelas dilakukan dengan menyediakan sarana yang memadai, menciptakan suasana belajar yang nyaman, membangun guru yang berwibawa dan berkarakter, menyelenggarakan proses pendidikan yang konstruktif, dan membangun lingkungan belajar yang kondusif. 3) Pengembangan sikap humanis religius siswa di madrasah dilakukan melalui proses belajar mengajar yang mengembangkan nilai, memberikan banyak pengalaman kepada siswa, dan menciptakan lingkungan yang kondusif. 4) pengembangan budaya humanis religius di madrasah dilakukan dengan cara pemantapan visi madrasah, membentuk tim inti, membangun kelas inti, dan menciptakan kelas imbas.Hibana Hibana2016-02-20T10:11:32Z2021-05-31T03:40:31Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/29920This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/299202016-02-20T10:11:32ZPartisipasi Masyarakat Desa dalam Pembangunan Pendidikan di Sekolah Dasar: Studi Fenomenologi Masyarakat Desa Jerowaru Lombok Timur NTBPenelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan: (1) kondisi pendidikan di Desa Jerowaru, (2) partisipasi warga masyarakat dalam pembangunan pendidikan, (3) partisipasi komite sekolah, (4) peran tuan guru sebagai tokoh agama dan tokoh masyarakat, (5) partisipasi orang tua dalam pendidikan di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah (SD/MI)
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian dilakukan di Desa Jerowaru. Objek penelitian adalah fenomena partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan. Sedangkan subjeknya adalah masyarakat, orang tua, komite sekolah, tokoh masyarakat, dan unsur pemerintah terkait. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara, pengamatan, dan dokumentasi. Agar memperoleh keabsahan data, dilakukan dengan menggunakan teknik pemeriksaan. Sedangkan analisis data dilakukan dengan mengadaptasi model interaktif yaitu: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data/penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) pendidikan di Desa Jerowaru mengalami perkembangan sejak kecamatan di Jerowaru dimekarkan sejak tahun 2001. Kondisi ini terbukti dengan dibangunya sarana pendidikan baik SD atau madrasah (swasta) yang terbangun atas swadaya masyarakat. (2) Masyarakat belum sepenuhnya berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan. (3) Komite sekolah belum maksimal melaksanakan fungsi dan peranya sebagai advisory agency, supporting agency, controlling agency, dan mediator agency. Hal tersebut terjadi karena komite sekolah belum memahami peranya sebagai mitra kerja sekolah dalam pelaksanaan pendidikan. (4) tuan guru sebagai tokoh agama dan masyarakat di Desa Jerowaru merupakan center of solidarity yang memiliki hubungan erat dengan masyarakat, sehingga peran Tuan Guru dalam mengembangkan pendidikan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan cukup sentral. Tuan guru membentuk yayasan yang menaungi madrasah sebagai sarana pendidikan di Desa Jerowaru. (5) Partisipasi orang tua dalam pendidikan dipengaruhi oleh pemahaman orang tua tentang manfaat pendidikan dan kemampuanya memaknai partisipasi dalam pembangunan pendidikan.Aswasulasikin Aswasulasikin2015-09-16T08:54:15Z2021-10-21T04:17:11Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26270This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/262702015-09-16T08:54:15ZPerbaikan Kualitas Sekolah Mengacu pada Kualitas Proses dalam Kultur Demokratis di Sekolah (Penelitian Multi Kasus di SMA Negeri 1 Yogyakarta dan SMA Kolese De Britto Yogyakarta)Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbaikan kualitas sekolah mengacu pada kualitas proses dalam kultur demokratis di sekolah, khususnya mendeskripsikan kualitas proses dalam kultur demokratis di sekolah.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif naturalistik dengan strategi studi kasus, dan menggunakan jenis multiple case study. Tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Yogyakarta dan SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, staf administrasi, guru, siswa, dan orang tua siswa. Objek penelitian adalah karakteristik siswa, proses belajar mengajar, relasi guru dengan siswa, lingkungan, fasilitas dan sumber belajar, kepemimpinan, disiplin sekolah, dan relasi sekolah dengan orang tua siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi. Teknik analisas data adalah pengkodean terbuka, pengkodean terporos, dan pengkodean terpilih
Hasil penelitian adalah sebagai berikut. (1) Praktik perbaikan kualitas sekolah yang mengacu pada kualitas proses dalam kultur demokratis di sekolah mempolakan karakteristik siswa yang mandiri, bebas, bertanggung jawab, berpikir kritis, religius, kreatif dan berahlak baik. Praktik proses belajar mengajar menggunakan strategi konseptual interaktif, dan relasi guru dan siswa adalah relasi secara manusiawi. (2) Alasan perbaikan kualitas sekolah mengacu pada kualitas proses yang dapat dilakukan dalam kultur demokratis di sekolah, karena kultur demokratis dapat membudiyakan pengalaman demokratis menjadi kebiasaan berperilaku demokratis yang merupakan karakteristik siswa, proses belajar mengajar, dan relasi guru dan siswa. (3) Pelaksanaan kualitas proses dalam kultur demokratis di sekolah, mempolakan kualitas proses belajar mengajar berdasarkan pengalaman yaitu belajar dengan mandiri dan bebas. Proses belajar adalah proses melakukan dan menghasilkan sesuatu. (4) Interaksi yang mendorong perbaikan kualitas proses dalam kultur demokratis di sekolah yaitu kesetaraan, kerja sama, partisipasi dan dialog dengan berargumen.Herly Janet Lesilolo2015-09-14T08:39:17Z2019-05-09T03:01:06Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26180This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/261802015-09-14T08:39:17ZPengembangan Kompetensi dan Pendidikan Berkelanjutan Pustakawan Perguruan Tinggi Agama Islam: Studi Kasus di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga YogyakartaStudi ini bertujuan untuk: (1) mengungkapkan realitas kompetensi pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menurut persepsi pustakawan, pimpinan perpustakaan, dan pengguna perpustakaan, (2) menganalisis karakteristik kompetensi pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang ideal menurut persepsi pustakawan, pimpinan perpustakaan, pengguna perpustakaan dan para ahli, dan (3) mengungkapkan pendidikan berkelanjutan yang sesuai dengan karakteristik kompetensi pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menurut pendapat pustakawan, pimpinan perpustakaan, pengguna perpustakaan, dan para ahli.
Studi ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus dengan alasan bahwa pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memiliki karakteristik khusus sebagai pustakawan pada perguruan tinggi agama Islam. Masalah yang dikaji dalam studi ini adalah pengembangan kompetensi dan pendidikan berkelanjutan bagi pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Standar kompetensi yang digunakan untuk mengungkapkan kompetensi Pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta adalah mengacu pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008, dan Keputusan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor 82 Tahun 2012. Subjek penelitian ini sebanyak 20 orang yang terdiri dari 5 orang pustakawan, 13 orang pengguna perpustakaan, dan 2 orang pimpinan Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data mengacu pada proses yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu meliputi koleksi data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.
Kesimpulan dari studi ini adalah 1) berdasarkan persepsi pustakawan, pimpinan perpustakaan, dan pengguna perpustakaan, pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta belum memiliki kompetensi yang baik dalam mengelola perpustakaan, 2) pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta seharusnya mempunyai kompetensi yang baik dalam bidang manajerial, bidang pengelolaan informasi, bidang kependidikan, bidang kepribadian, bidang sosial, dan dan bidang pengembangan profesi, dan 3) kompetensi pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta harus dikembangkan melalui pendidikan berkelanjutan, berupa pendidikan non formal dengan materi dan metode yang mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa (andragogi). Adapun materi yang perlu dipelajari oleh pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta meliputi: kajian minat dan kebutuhan informasi pengguna perpustakaan, seleksi bahan pustaka, pengadaan bahan pustaka, organisasi dan analisis informasi, manajemen perpustakaan, pelayanan informasi, literasi informasi, teknologi informasi, pengembangan kepribadian, dan keterampilan interpersonal. Metode pendidikan yang disukai oleh pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta adalah metode ceramah, demontrasi, pemecahan masalah dan diskusi, baik digunakan secara terpisah ataupun digunakan sebagai kesatuan dalam proses pembelajaran, menyesuaikan dengan materi yang dipelajari, ketersediaan waktu dan fasilitas, serta kemampuan fasilitator.Anis Masruri2015-09-14T08:39:16Z2021-05-31T04:30:57Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26176This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/261762015-09-14T08:39:16ZModel Pendidikan Kader Berbasis Pesantren di Madrasah Muallimin Muhammadiyah YogyakartaPenelitian ini bertujuan untuk 1) mengkaji, menganalisis, dan mendeskripsikan model pendidikan kader berbasis pesantren di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta; 2) memahami dan mengungkapkan kehidupan budaya Pesantren Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Lokasi penelitian adalah Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pengumpulan data menggunakan teknik pengamatan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan mengadaptasi model interaktif yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang berulang dan terus menerus yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data/penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut. 1) Pendidikan kader di Madrasah Muallimin Muhammadiyah mempersiapkan kader organisasi, kemanusiaan, kebangsaan, dan keummatan, di masa mendatang yang kuat dalam hal ketauhidan, kepribadian, dan keilmuan; 2) Mempersiapkan kader ulama, pemimpin, muballigh, dan pendidik melalui proses pendidikan dan pelatihan; 3) Belajar kemuhammadiyahan di Madrasah Muallimin lebih mendalam, mencakup historis, organisatoris, dan ideologis, serta mampu memeragakan Muhammadiyah itu sendiri. Model pendidikan kader berbasis pesantren meliputi: a) Input: Madrasah Muallimin membuka pendaftaran sebelum UN pertama, cukup menggunakan rapor kedua, tes potensi akademik ketiga, psikotes keempat, representasi/keterwakilan daerah dengan menunjukkan rekomendasi pimpinan daerah Muhammadiyah; b) Process: memadukan sistem sekolah modern dan asrama pesantren melalui uswah (keteladanan), yang mengacu kepada konsep amal shalih. Strategi pengaderan melalui pembinaan: Ideologi, jiwa pensyarikatan, kepemimpinan, dan keterampilan. Dakwah menjiwai seluruh aktivitas muallimin, konsisten mewujudkan visi dan misi yang diamanatkan, sebagai tempat pendidikan dan pembibitan kader-kader pimpinan, pelopor, penerus amal usaha Muhammadiyah; c) Output: 95% lulusannya melanjutkan ke perguruan tinggi. Sebanyak 80% lulusannya memasuki perguruan tinggi sesuai dengan harapan siswa; d) Outcome: alumninya berhasil dengan berbagai profesi dan mengembangkan amal usaha Muhammadiyah di daerah asalnya. Kehidupan budaya Pesantren Muallimin Muahammadiyah membangun: budaya kemandirian, budaya taqwa, budaya al- akhlaqul karimah, budaya disiplin dan berbahasa asing, budaya amar ma’ruf nahi munkar, budaya menghormati yang tua dan menyayangi yang lebih muda, kehidupan Islami, diimplementasikan dalam pribadi santri, sehingga terjadilah proses internalisasi secara intensif. Dalam kehidupan asramalah setiap kader berlatih membiasakan diri, berpikir, bersikap, memiliki kesadaran beragama, dan berorganisasi dengan berorientasi pada keahlian dan keikhlasan.Azhar Azhar2015-03-19T06:55:25Z2021-10-21T04:25:40Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13310This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/133102015-03-19T06:55:25ZPengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Penguatan Modal Sosial Bagi Mahasiswa UIN Sunan KalijagaPenelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan dan menganalisis masalah karakter mahasiswa dan analisis model pendidikan karakter yang telah ada di UIN Sunan Kalijaga, (2) melakukan pengembangan model pendidikan karakter untuk Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, (3) menguji validitas dan efektivitas model tersebut, serta (4) diseminasi melalui publikasi ilmiah dan sosialisasi pada beberapa perguruan tinggi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel sumber data dilakukan secara purposif. Pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi, wawancara, penilaian diri, angket, dan dokumentasi. Analisis data kuantitatif menggunakan statistik deskriptif dan analisis times series untuk melihat trend karakter mahasiswa. Sementara analisis kualitatif menggunakan model analisis interaktif dari Milles Huberman. Model Pendidikan Karakter dirancang menggunakan tiga pendekatan: Pendekatan Mikro dengan implementasi modul, Pendekatan Meso dengan membangun kultur, dan Pendekatan Makro dengan membangun jaringan kerjasama. Melalui validasi pakar dalam forum Focus Group Discussion (FDG) model ini dinyatakan valid dan dapat diimplementasikan untuk membangun karakter mahasiswa.
Hasil implementasi model menunjukkan bahwa rasa saling percaya yang terus dipupuk oleh silaturahim dan komunikasi persuasif diantara sesame warga kampus dan warga kampus dengan warga masyarakat, serta warga kampus dengan orang tua mahasiswa telah mengalami peningkatan, yang ditandai dengan berbagai masalah yang dapat diselesaikan dan kesalahfahaman yang dapat diluruskan. Hal ini membuktikan bahwa rasa saling percaya merupakan inti dari modal sosial, karena telah mampu meretas batas perbedaan dan menjadi hal penting untuk diperhatikan dalam pendidikan karakter. Aktualisasi nilai-nilai karakter mahasiswa juga meningkat. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan pelaksanaan shalat para mahasiswa, terutama frekuensi kelengkapan shalat lima waktu, shalat sunah dan shalat malam. Aktualisasi nilai kejujuran meningkat secara perorangan, namun secara kolektif dalam area layanan publik belum terlihat adanya peningkatan secara berarti. Aktualisasi nilai kepedulian, kerjasama dan tanggungjawab meningkat sangat berarti ditandai dengan kesediaan menolong temannya hingga mengalahkan kepentingannya sendiri, menolong temannya walaupun pernah disakiti hatinya, dan kemampuan para mahasiswa mengelola kegiatan bakti sosial dengan empat kegiatan sekaligus: (1) bantuan sembako dan pakaian pantas pakai kepada masyarakat sekitar Gunung Sumbing, (2) cerdas cermat murid SD, (3) permainan edukatif dan outbond untuk murid SD, dan (4) pemutaran film edukatif untuk warga masyarakat. Secara kuantitatif, model yang dikembangkan sangat efektif untuk membangun karakter kepedulian dan kerjasama, cukup efektif untuk membangun karakter ketaatan beribadah dan tanggungjawab, dan kurang efektif untuk membangun karakter kejujuran. Model ini relevan diimplementasikan untuk membangun karakter mahasiswa pada era globalisasi dan net generation yang mengancam nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian.Sri Sumarni2015-03-17T03:06:56Z2019-05-09T01:52:36Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/13114This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/131142015-03-17T03:06:56ZPengaruh Metode Latihan dan Koordinasi terhadap Peningkatan Keterampilan Passing Bolavoli Ekstrakurikuler Sekolah Menengah AtasPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1) perbedaan pengaruh metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA, (2) perbedaan pengaruh koordinasi tinggi dan koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA, (3) interaksi metode latihan dan koordinasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah seluruh SMA yang menyelenggarakan ekstrakurikuler bolavoli di Kabupaten Bantul. Sampel ditentukan 60 orang peserta ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Sewon dan SMA Negeri 2 Bantul dengan teknik purposive random sampling. Dari 60 orang dibagi menjadi kelompok atas sebesar 27% dan bawah sebesar 27% dari skor (Baumgarter, Jackson, Mahar, & Rowe, 2007: 463). Instrumen yang digunakan untuk tes koordinasi adalah tes koordinasi mata tangan dan kaki Baumgarter, Jackson, Mahar, & Rowe (2007: 343). Instrumen yang digunakan untuk tes passing adalah Kautz Volleyball Passing Test (Collins & Hodges, 2001: 297). Analisis data menggunakan Kolmogorof-Smirnov Test untuk normalitas. Uji homogenitas dengan menggunakan Levene Statistics, dan pengujian hipotesis menggunakan analisa data dengan analisis statistik parametrik berupa analisis variansi dua jalan (Two-Way Anova) dan uji lanjutnya (post-hoc test) dengan LSD (Least Square Difference) dan sampel berkorelasi pada taraf signifikansi 5%.
Hasil pengujian adalah sebagai berikut: 1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA. Keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA yang dilatih menggunakan metode komando lebih tinggi daripada yang dilatih menggunakan metode eksplorasi. 2) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan dari koordinasi tinggi dan koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA. Siswa yang memiliki koordinasi tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA. 3) Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara kedua kelompok metode latihan dan koordinasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA.Nanda Sulistiyo