Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T14:19:13ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2016-12-07T04:48:15Z2019-01-30T12:08:27Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/44356This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/443562016-12-07T04:48:15ZSINTESIS MEMBRAN ELEKTROLIT SELULOSA ASETAT DARI DAUN
PANDAN LAUT (Pandanus tectorius) DENGAN PEMLASTIS DIMETIL
FTALAT UNTUK APLIKASI BATERAI ION LITIUMPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh DMP terhadap nilai
konduktivitas serta mengetahui karakter membran elektrolit selulosa asetat.
Subjek penelitian ini adalah selulosa asetat hasil sintesis dari daun pandan
laut sedangkan objeknya adalah konduktivitas, gugus fungsi, dan foto permukaan
dari membran elektrolit selulosa asetat. Selulosa diisolasi dari daun pandan laut
dan diasetilasi dengan asam asetat anhidrida dengan menggunakan katalis asam
sulfat pekat. Pembuatan membran menggunakan metode casting larutan polimer
dengan pen-doping-an garam litium 35% dan penambahan pemlastis DMP dengan
komposisi 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30%. Nilai konduktivitas membran
didapatkan dari Elkahfi 100, analisis gugus fungsi menggunakan FTIR, dan
analisis foto permukaan menggunakan mikroskop optik.
Semakin tinggi komposisi DMP, konduktivitas membran cenderung
meningkat dan konduktivitas optimum diperoleh pada komposisi DMP 25%
Sebesar 2,44x10-2 Scm-1. Berdasar analisis FTIR menunjukkan adanya gugus OH, C=O, dan C=C aromatik. Foto permukaan menunjukkan membran yang paling
homogen adalah pada komposisi DMP 25%.Apriliyani Dwi Iriyanti2016-11-29T06:47:31Z2019-01-30T11:58:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/44039This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/440392016-11-29T06:47:31ZSINTESIS MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI DAUN PANDAN
LAUT (Pandanus tectorius) DENGAN PEMLASTIS DBP (Dibuthylphthalate)
UNTUK APLIKASI BATERAI ION LITHIUMPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi pemlastis
dibutylphthalate (DBP) terhadap konduktivitas optimum membran elektrolit
selulosa asetat dan gugus fungsi serta foto permukaan membran elektrolit selulosa
asetat hasil sintesis.
Subjek penelitian ini adalah selulosa asetat dari daun pandan laut, dan
objeknya adalah konduktivitas, gugus fungsi, dan foto permukaan dari membran
elektrolit selulosa asetat. Selulosa hasil isolasi daun pandan laut diasetilasi
menggunakan asam asetat anhidrida, asam asetat glasial, dan katalis H2SO4.
Membran elektrolit selulosa asetat dibuat dengan metode casting larutan polimer.
Membran elektrolit dikarakterisasi menggunakan Elkahfi 100, spektrofotometer
FTIR, dan mikroskop optik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konduktivitas membran elektrolit
selulosa asetat optimum pada konsentrasi DBP 25% yaitu sebesar 2,42x10-2 S cm-
1
. Berdasarkan analisis FTIR, membran elektrolit selulosa asetat menunjukkan
adanya penurunan intensitas serapan pada 3431,32 cm-1. Membran elektrolit
selulosa asetat memiliki gugus C=O ester pada 1732,90 cm-1 dan C=C aromatik
pada 1462,34 cm-1. Berdasarkan hasil foto permukaan, pada konsentrasi DBP 25%
struktur permukaan membran lebih homogen.Nur Syarifah Sukarno2016-11-29T06:33:17Z2019-01-30T11:58:41Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/44036This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/440362016-11-29T06:33:17ZSTUDI KINETIKA ADSORPSI KATION Mg2+ OLEH ADSORBEN SILIKA
GEL DARI BAGASSE TEBUPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara sintesis silika gel dari
bagasse tebu, mengetahui pengaruh waktu kontak terhadap adsorpsi kation Mg2+
oleh silika gel serta mengetahui model kinetika adsorpsi.
Sintesis silika gel dilakukan melalui proses sol-gel dengan menambahkan
HCl 1 M kedalam larutan Na2SiO3 hasil sintesis dari bagasse tebu dan diaduk
hingga mencapai hingga pH netral 7. Hasil sintesis dikarakterisasi secara
spektroskopi FTIR dan difraksi sinar-X. Produk hasil sintesis kemudian
digunakan untuk adsorpsi kation Mg2+.
Hasil karakterisasi oleh spektroskopi FTIR menunjukkan bahwa silika gel
telah berhasil disintesis ditandai oleh kemunculan serapan gugus silanol (Si-OH)
dan gugus siloksan (Si-O-Si). Difraktogram pada silika gel mempunyai struktur
amorf. Adsorpsi kation Mg2+ oleh silika gel terjadi waktu optimum pada 4320
menit atau 3 hari. Model kinetika adsorpsi kation Mg2+ oleh silika gel mengikuti
model pseudo-second-order dengan harga tetapan laju adsorpsi k2 sebesar
0,0022510 g mmol-1 menit-1.Nadofatul Riyanti2016-11-29T06:16:45Z2019-01-30T11:58:35Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/44034This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/440342016-11-29T06:16:45ZIsoterm Adsorpsi Kation Mg(II) oleh Silika Gel dari Bagasse TebuPenelitian ini bertujuan untuk menentukan karakter silika gel dari bagasse
tebu, mengetahui pengaruh konsentrasi Mg2+ terhadap daya adsorpsi, serta
mengetahui model isoterm adsorpsi kation Mg2+ oleh silika gel.
Silika gel dari bagasse tebu telah dibuat melalui proses sol-gel dengan cara
menambahkan HCl 1 M ke dalam larutan natrium silikat hingga pH 7 dan
terbentuk gel. Gel yang terbentuk dikeringkan menggunakan oven pada suhu
80oC. Silika gel yang didapat dikarakterisasi secara XRD, FTIR, serta diuji
kemampuannya untuk adsorpsi kation Mg2+ pada berbagai konsentrasi.
Hasil karakterisasi secara Difraksi Sinar-X menunjukkan bahwa silika gel
berstruktur amorf, sedangkan untuk karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa silika
gel telah berhasil disintesis ditandai dengan munculnya puncak serapan pada
panjang gelombang 1097,43 yang mengindikasikan adanya gugus Si-O dan
puncak serapan pada panjang gelombang 3472,39 yang mengindikasikan adanya
gugus –OH. Analisa AAS menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi Mg2+
menyebabkan daya adsorpsi silika meningkat. Model isoterm yang sesuai pada
adsorpsi silika gel adalah isoterm Langmuir. Hal ini dikarenakan harga R isoterm
Langmuir lebih besar daripada harga R pada isotherm Freundlich, yaitu sebesar
0.952.Muthia Khadijah2016-11-21T05:46:21Z2019-01-30T11:53:39Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/43805This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/438052016-11-21T05:46:21ZIsoterm Adsorpsi Kation Ca2+ oleh Silika Gel dari Bagasse TebuPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter silika gel dari bagasse
tebu yang telah disintesis, mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap adsorpsi Ca2+
oleh silika gel, dan menentukan model isoterm adsorpsi Ca2+ oleh silika gel.
Silika gel dari bagasse tebu dibuat melalui proses sol-gel. Natrium silikat
direaksikan dengan HCl 1 M hingga pH 7 dan terbentuk gel. Gel yang terbentuk
dikeringkan dengan oven pada suhu 80oC hingga massa konstan. Silika gel
dikarakterisasi dengan FTIR dan XRD. Daya adsorpsi silika gel terhadap kation
Ca2+ pada pH 5, suhu 30 oC dan waktu kontak 15 menit ditentukan secara
spektroskopi SSA.
Spektra FTIR menunjukkan bahwa silika gel berhasil disintesis yang ditandai
oleh munculnya vibrasi ulur gugus –OH pada 3472,39 cm-1 dari gugus silanol serta
munculnya puncak 1 097,43 cm-1 yang menunjukkan vibrasi ulur –Si-O dari gugus
siloksan. Difraktogram XRD menunjukkan silika gel yang disintesis berstruktur
amorf dengan puncak landai pada 2θ=22°. Nilai R= 0,7438 dan nilai RL = 0,8078
dari isoterm Langmuir menunjukkan bahwa kation Ca2+ telah diadsorpsi oleh silika
gel. Dari perhitungan diperoleh harga qmaks = 1,64 mmol/g, KL =243,88 L/mol.M Robby Febrianto Sutrisno2016-11-21T05:28:17Z2019-01-30T11:53:34Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/43802This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/438022016-11-21T05:28:17ZPENGARUH PEMBERIAN SENYAWA Cr(NO3)3•9H2O TERHADAP
KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG
DIINDUKSI DENGAN STREPTOZOTOCIN-NICOTINAMIDESenyawa Cr(III) merupakan salah satu unsur runutan dalam sistem biologis
yang berperan dalam metabolisme glukosa. Kemampuannya dalam menurunkan
kadar glukosa darah penderita diabetes masih perlu diteliti. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh senyawa Cr(NO3)3∙9H2O terhadap kadar glukosa darah
tikus yang diinduksi dengan streptozotocin-nicotinamide. Induksi streptozotocinnicotinamide dilakukan untuk membuat hewan uji dalam keadaan hiperglikemia
(menderita diabetes) yang menyerupai gejala diabetes mellitus tipe 2.
Uji pre-klinis senyawa Cr(NO3)3∙9H2O dilakukan secara in vivo
menggunakan 20 ekor tikus Wistar jantan dan dibagi menjadi 5 kelompok uji.
Kelompok I-IV diinduksi dengan streptozotocin-nicotinamide. Kelompok I
merupakan kontrol perlakuan yang diberi bahan uji berupa senyawa
Cr(NO3)3∙9H2O sebanyak 1 mL/hari yang mengandung Cr(III) sebesar 200 μg. CrPic diberikan pada kelompok II dan glibenklamid diberikan pada kelompok III
sebagai kontrol positif. Na-CMC diberikan pada kelompok IV sebagai kelompok
kontrol DM dan kelompok V sebagai kontrol negatif. Bahan uji diberikan sebanyak
1 mL/hari selama 8 minggu stelah induksi streptozotocin-nicotinamide.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah kelompok I-IV setelah induksi
menunjukkan tikus dalam keadaan hiperglikemia (KGD>126 mg/dL). Pemberian
senyawa Cr(NO3)3∙9H2O pada kelompok I selama 8 minggu menunjukkan
terjadinya penurunan kadar glukosa darah hingga berada dalam rentang normal
(KGD<100 mg/dL). Senyawa Cr(NO3)3∙9H2O memiliki aktivitas antihiperglikemia
sebesar 41,81% GL (glucose lowering).Sita Aninda Sari2016-11-21T04:11:47Z2019-01-30T11:53:32Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/43799This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/437992016-11-21T04:11:47ZPENENTUAN KADAR FENOLIK TOTAL DAN STANDARDISASI
EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (CAESALPINIA SAPPAN L)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fenolik total dalam
ekstrak kental dan ekstrak kering, kandungan senyawa metabolit sekunder ekstrak
kulit kayu secang (Caesalpinia Sappan L. ) berdasarkan uji fitokimia kualitatif,
dan standardisasi ekstrak kental dan ekstrak kering kulit kayu secang.
Proses pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi-perkolasi
menggunakan pelarut etanol 30%, 50%, dan 70%, dilanjutkan dengan penapisan
fitokimia kualitatif terhadap alkaloid, flavanoid, tanin, steroid, dan saponin. Hasil
ekstraksi dibuat ekstrak kental dan ekstrak kering kemudian ditentukan kadar
fenolik totalnya menggunakan metode Folin-Cioulciateu dengan standar ekivalen
asam galat (EAG) dan standardisasi ekstrak terhadap parameter spesifik dan
parameter non-spesifik.
Hasil penapisan fitokimia menunjukkan ekstrak kulit kayu secang
mengandung senyawa metabolit sekunder flavanoid, tanin/polifenol, steroid, dan
saponin. Hasil penentuan kadar fenolik total dari ekstrak kulit kayu secang
menggunakan pelarut etanol 30%, 50%, dan 70% bertrut-turut adalah 396,29 ±
10,85 mg EAG/g Ekstrak, 409,46 ± 14,16 mg EAG/g Ekstrak, dan 608,23 ± 28,13
mg EAG/g Ekstrak. Kadar fenolik total pada ekstrak kering terbaik adalah ekstrak
kering (laktosa) sebesar 513,70 ± 44,52 mg EAG/g Ekstrak. Ekstrak kental dan
ekstrak kering kulit kayu tanaman secang yang dibuat memenuhi standar yang
telah ditentukan dalam FHI (Farmakope Herbal Indonesia).Zainab Muthiah2016-11-17T07:50:19Z2019-01-30T11:49:55Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/43638This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/436382016-11-17T07:50:19ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS
BESI(III) DENGAN LIGAN 1,10-FENANTROLIN DAN
ANION TRIFLUOROMETANASULFONATPenelitian senyawa kompleks Fe(III) dengan ligan 1,10-fenantrolin dan
anion triflat bertujuan untuk mengetahui metode sintesis, formula dan berbagai
karakteristik senyawa kompleks yang terbentuk.
Instrumen yang digunakan adalah spektrofotometer serapan atom (SSA),
konduktometer, spektrofotometer UV-Vis larutan dan padatan, timbangan Gouy,
spektrofotometer FTIR dan X-Ray Diffraction (XRD). Senyawa kompleks trisfenantrolinbesi(III) triflat disintesis dari prekusor FeCl3.6H2O dalam pelarut
akuades, kemudian ditambahkan ligan 1,10-fenantrolin yang dilarutkan dalam
pelarut etanol dengan perbandingan mol logam dan mol ligan 1 : 3. Kedalam
pencampuran larutan tersebut, ditambahkan anion triflat berlebih yang
dilarutkan dalam pelarut akuades.
Hasil pengukuran AAS menunjukan kadar besi sebesar 4,913%.
Pengukuran daya hantar listrik menggunakan konduktometer menunjukkan
perbandingan muatan kation : anion adalah 3 : 1 . Dengan demikian kompleks
yang mungkin adalah [Fe(phen)3](CF3SO3)3.5H2O. Pada pengukuran momen
magnetik senyawa kompleks menunjukkan nilai µeff 2,1 -2,3 BM, jadi bersifat
paramagnetik sesuai dengan satu elektron nir pasangan dengan kontribusi orbital.
Spektra IR menunjukkan serapan khas atom N pada 1,10-fenantrolin dan
adanya ion CF3SO3-. Spektra UV-Vis kompleks menunjukkan tiga puncak pita
serapan pada bilangan gelombang 19011,4 cm-1, 25252,5 cm-1, dan 30030,03 cm-
1. Analisis data XRD menunjukkan bahwa kompleks [Fe(phen)3](CF3SO3)3.5H2O
mempunyai sistem kristal monoklinik dengan space grup C 2/c dan nilai a =
10,781 Å, b = 24,53 Å, c = 13,286 Å, Z = 4, β = 103,13 0, V = 3422 Å.Andi Kusyanto2016-11-16T06:06:25Z2019-01-30T11:51:20Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/43687This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/436872016-11-16T06:06:25ZAPLIKASI MIP (MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER ) DENGAN
ASAM ASETAT SEBAGAI EKSTRAKTAN TEMPLATE DALAM
SINTESISNYA UNTUK PENENTUAN KADAR KAFEINMolecularly Imprinted Polymer (MIP) asam asetat sebagai ekstraktan
template yang disintesis dengan teknik polimerisasi ruah merupakan suatu
polimer selektif yang memiliki kemampuan sebagai sorben. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakter kafein-MIP, mengetahui kondisi optimum
adsorpsi pada kafein-MIP, serta mengetahui perbandingan persentase kafein
dalam sampel yang terekstrak pada NIP (Non Imprinted Polymer) dan kafeinMIP.
Subjek dalam penelitian ini adalah kafein-MIP yang disintesisdengan cara
mencampurkan MAA (Metacrylic Acid) sebagai monomer, EDMA (Etienglikol
Dimetakrilat) sebagai agen pengikat silang,benzoil peroksida (dalam kloroform)
sebagai inisiator, dan kafein (dalam kloroform) sebagai templatedengan metode
polimerisasi ruah, kemudian diekstrasi dengan pelarut asam asetat menggunakan
ekstraktor soxhlet. Sebagai pembanding nya yaitu NIP yang disintesis dengan cara
yang sama namun tanpa kafein sebagai template. Objek penelitian adalah adsorpsi
kafein pada sampel oleh kafein-MIP, terbentuknya kafein-MIP dapat
dikarakterisasi dengan uji FTIR dan SEM. Hasil yang diperoleh berupa blok
polimer yang berwarna putih dengan struktur yang keras yang digunakan untuk
penentuan sampel dengan adsorpsi secara batch.
Hasil penelitian berdasarkan spektrum FTIR menunjukkan bahwa pada
kafein-MIP masih terdapat gugus amina dan analisis SEM menunjukkan bahwa
masih terdapat unsur nitrogen sebesar 14,78% dengan ukuran pori < 1μm yang
berarti kafeinpada kafein-MIP belum terekstrak seluruhnya. Isoterm adsorpsi
mengikuti pola isoterm Langmuir dengan harga R=0.928 dan k=0,0704.
Persentase kafein teradsorp pada NIP sebesar 9,59%. Sedangkan persentase kafein
teradsorp pada kafein-MIP sebesar 17,36% atau 2 kali lebih besar dari NIP.Kartika Kusuma Wardani2016-11-16T05:59:55Z2019-01-30T11:51:18Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/43686This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/436862016-11-16T05:59:55ZPEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EKSTRAK
ETANOL TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) PADA
BERBAGAI VARIASI KOMPOSISI KITOSANTujuan penelitian ini adalah untuk membuat dan mengetahui karakteristik
nanopartikel dari ekstrak etanol temu kunci (Boesenbergia pandurata) dan rasio
optimal variasi konsentrasi kitosan dan NaTPP dalam pembuatan nanopartikel
temu kunci.
Pembuatan ekstrak temu kunci (Boesenbergia pandurata) menggunakan
metode maserasi menggunakan etanol teknis 96 % dilanjutkan evaporasi hingga
terbentuk ekstrak kental temu kunci. Koloid nanopartikel dibuat dengan
mencampurkan ekstrak temu kunci dalam etanol p.a, akuades, larutan kitosan
dalam asam asetat glasial, dan larutan NaTPP. Ada 9 variasi komposisi antara
larutan kitosan dan NaTPP yakni rasio (5:1); (10:1); (15:1); (20:1); (3,33:1);
(8:1); (9:1); (11:1); dan (12:1). Padatan dalam koloid nanopartikel dipisahkan
dengan cara sentrifugasi. Endapan yang didapatkan disimpan dalam freezer.
Koloid nanopartikel yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan Particle Size
Analyzer (PSA) dan Zeta Sizer untuk mengetahui ukuran partikel dan nilai zeta
potensial. Padatan yang didapatkan dari proses sentrifugasi selanjutnya
dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk
mengetahui kondisi morfologi padatan tersebut. Karakterisasi dengan KLT pada
padatan yang didapatkan bertujuan untuk mengetahui kesamaan kandungan
senyawa antara ekstrak etanol temu kunci dan ekstrak etanol temu kunci dalam
sediaan berukuran nano.
Koloid nanopartikel yang telah dibuat berwarna kuning dan setelah di
sentrifugasi terbentuk padatan berwarna kuning kecokelatan. Karakterisasi
menggunakan PSA menunjukkan ukuran partikel pada rentang 389-877 nm
sebanyak 98,1 % pada rasio konsentrasi kitosan dan NaTPP = (8:1). Nilai rerata
zeta potensial adalah 41,87 mV. Hasil foto SEM menunjukkan morfologi partikel
yang memiliki permukaan yang tidak rata. Rf keenam sampel menunjukkan hasil
bahwa senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol temu kunci maupun
ekstrak etanol temu kunci dalam sediaan nanopartikel adalah sama.Dessy Kurniasari2016-11-16T05:40:53Z2019-01-30T11:51:15Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/43685This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/436852016-11-16T05:40:53ZPREPARASI DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT ZnO-ZEOLIT UNTUK
FOTODEGRADASI ZAT WARNA CONGO REDPenelitian ini bertujuan untuk mempreparasi dan mengkarakterisasi
komposit ZnO-zeolit. Tujuan lainnya adalah mengetahui pola isoterm adsorpsi
dan kinetika reaksi fotodegradasi congo red dengan komposit ZnO-zeolit.
Komposit ZnO-zeolit dapat disintesis dengan metode sol- gel menggunakan
perkursor zeolit alam dan Zn(CH3COO)2. Hasil sintesis dikarakterisasi
menggunakan XRD, FTIR, UV-Vis Diffuse Reflectance dan SEM-EDX. Uji
aktivitas fotoakatalitik terdiri dari tiga bagian yaitu: uji adsorpsi pada keadaan
gelap, uji aktivitas fotokatalitik dengan sinar UV dan uji aktivitas fotokatalitik
dengan sinar tampak.
Analisis XRD zeolit-ZnO menunjukan ukuran kristal 26,07 nm. Spektra
FTIR menunjukkan adanya serapan ZnO pada bilangan gelombang 468,24 cm-1.
Analisis SEM material zeolit berukuran 4 -13 mikrometer. Sedangkan material
Zink Oksida (ZnO) dengan ukuran 0,31 -0,35 mikrometer. Analisi EDX komposit
zeolit- ZnO menunjukkan persentase massa element Zn = 21.06%.. Analisis UVVis didapatkan energi celah pita dari komposit zeolit- ZnO adalah 2.15 eV. Uji
adsorpsi pada keadaan gelap komposit ZnO-zeolit mengikuti pola isoterm
Langmuir.Syaiful Amri2016-11-15T07:30:25Z2019-01-30T11:50:00Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/43640This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/436402016-11-15T07:30:25ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI TiO2 TERDADAH NITROGEN
MELALUI METODE HIDROTERMAL DENGAN
VARIASI SUHU DAN KALSINASIPenelitian ini bertujuan untuk mensintesis nanopartikel N-TiO2 melalui
metode hidrotermal dengan variasi temperatur untuk mengetahui pengaruh
temperatur hidrotermal diikuti dengan kalsinasi terhadap struktur, ukuran partikel,
karakter elektronik dan porositas N-TiO2.
Nanopartikel N-TiO2 disintesis dengan cara mencampurkan akuades
dengan HCl 36% dan diaduk selam 10 menit, kemudian ke dalam larutan tersebut
ditambahkan larutan dodesilamin sambil dilakukan pengadukan selama 30 menit
hingga diperoleh larutan homogen. Setelah itu, ke dalam larutan tersebut
ditambahkan sedikit demi sedikit larutan TiCl4 sambil dilakukan pengadukan
selama 30 menit. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tablung
teflondan dioven selama 12 jam pada temperatur 110°C, 120°C dan 150°C. Hasil
dari pengovenan tersebut kemudian digerus dan dikalsinasi selama 3 jam pada
temperatur 450°C. Karakterisasi sampel dilakukan menggunakan X-Ray
Diffraction (XRD), FTIR, UV-Vis dan analisa isoterm adsorpsi-desorpsi
menggunakan alat Quantachrome NovaWin2
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan temperatur hidrotermal
yang diikuti dengan kalsinasi pada temperatur 450 °C mempengaruhi ukuran
partikel N-TiO2 antara lain adanya peningkatan ukuran partikel pada fase rutile
dan adanya penurunan ukuran partikel pada fase anatase. Selain itu, kenaikan
temperatur hidrotermal juga menyebabkan perubahan rasio fase anatase dan
rutile. Rasio fase rutile mengalami penurunan pada sintesis dengan temperatur
hidrotermal 120 °C namun mengalami kenaikan pada sistesis dengan temperatur
hidrotermal 150 °C, sedangkan rasio fase anatase menurun seriring dengan
naiknya temperatur hidrotermal. Kenaikan temperatur hidrotemal juga
menyebabkan parameter kisi cenderung naik, energi celah pita cenderung
menurun, ukuran pori menjadi lebih seragam, dan luas permukaan spesifik
semakin besar.Purdiana Susilowati2016-11-15T07:01:43Z2019-01-30T11:49:52Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/43637This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/436372016-11-15T07:01:43ZPEMBUATAN NANOPARTIKEL EKSTRAK KUNCI PEPET (Kaempferia
rotunda) DENGAN ALGINAT PADA BERBAGAI VARIASI
KONSENTRASI ION KALSIUMTujuan penelitian ini untuk membuat nanopartikel ekstrak kunci pepet
(Kaempferia rotunda) dengan alginat pada berbagai variasi konsentrasi ion kalsium
dan mengetahui karakter nanopartikel kunci pepet hasil.
Penelitian ini diawali dengan ekstraksi kunci pepet menggunakan metode
maserasi dengan pelarut etanol, dilanjutkan partisi menggunakan kloroform dan
evaporasi hingga terbentuk ekstrak pekat. Koloid nanopartikel dibuat dengan
mencampurkan ekstrak pekat kunci pepet dalam 35 mL etanol dan 15 mL akuades
kemudian ditambahkan larutan alginat dan larutan CaCl2 dengan lima variasi
konsentrasi CaCl
2, yaitu 0,01% b/v; 0,015% b/v; 0,02% b/v; 0,03% b/v dan 0,05%
b/v. Padatan terlarut dalam koloid nanopartikel dipisahkan menggunakan sentrifuge
kemudian dicuci dengan akuades dan dikeringkan menggunakan freezer.
Nanopartikel dikarakterisasi menggunakan PSA dan zeta sizer untuk mengetahui
ukuran partikel dan nilai zeta potensialnya serta SEM untuk mengetahui bentuk
morfologinya. Metode KLT digunakan untuk membandingkan kandungan senyawa
pada ekstrak kunci pepet dengan nanopartikel kunci pepet hasil.
Koloid nanopartikel hasil berwarna kuning kecoklatan dan padatan
nanopartikel berwarna coklat muda. Nanopartikel hasil pada konsentrasi CaCl2
0,02% b/v dengan rasio alginat dan CaCl2 (1,4:1) berukuran 100-766 nm sebanyak
100 %; berbentuk bulat; serta nilai zeta potensialnya -49,6 mV. Identifikasi dengan
KLT menunjukkan kandungan senyawa yang sama antara ekstrak awal dan
nanopartikel hasil.Anisa Nur Khakim2016-11-14T03:34:55Z2019-01-30T11:48:56Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/43570This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/435702016-11-14T03:34:55ZPREPARASI TiO2-TERSENSITIFKAN AgCl PADA KONDISI pH ASAM
DAN APLIKASINYA SEBAGAI MATERIAL ANTIBURAMPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan perak pada
sintesis TiO2@AgCl dalam suasana pH asam terhadap karakter produk yang
dihasilkan dan mengetahui aktivitas fotokatalik TiO2@AgCl sebagai antiburam.
Subjek penelitian ini adalah TiO2-tersensitifkan AgCl dengan 0%; 1,5%;
3%; 6%; dan 9% perak. Objek penelitian ini adalah karakter fisik dan aktivitas
antiburam dari material TiO2-tersensitifkan AgCl. TiO2-tersensitifkan Ag
disintesis dengan metode pengendapan teknik refluks dari campuran prekursor
TiO2, HNO3 8M, dan AgNO3. Emulsi kemudian direfluks pada 150oC selama 6
jam. Adanya AgCl sebagai sensitiser berasal dari ion Cl- yang terabsorbsi pada
permukaan TiO2 dan bereaksi dengan ion Ag+ dari penambahan larutan AgNO3.
Hasil padatan TiO2@AgCl dikarakterisasi dengan X-Ray Diffraction (XRD) dan
Spektrofotometer UV-Vis Diffuse Reflectance. Uji aktivitas antiburam dilakukan
dengan membuat lapisan tipis dari TiO2@AgCl pada kaca preparat dengan teknik
deep coating. Pengurangan sudut kontak air diukur di bawah sinar matahari dan
sinar ultraviolet.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel TiO2@AgCl dengan 0%;
1,5%; 3%; 6%; dan 9% perak menghasilkan fasa anatas, AgCl (minor) dan fasa
rutil (mayor). Penambahan Ag yang semakin banyak meningkatkan komposisi
AgCl yang dihasilkan. Sampel 1,3%; 3,4%; 8,3%; dan 15,2 % menunjukkan
energi celah pita masing-masing sebesar 3,24; 3,00; 3,09; dan 2,95 eV, sedangkan
pada kontrol adalah 3,05 eV. Ukuran kristal semua sampel TiO2@AgCl adalah 5-
9 nm (anatas), 9-11 nm (rutil), dan 37-60 nm (AgCl). Aktivitas antiburam paling
baik pada sinar matahari adalah sampel TiO2@AgCl 6% perak dan pada sinar UV
adalah 3% perak.Ratna Novita Sari2016-11-14T02:29:14Z2019-01-30T11:48:51Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/43565This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/435652016-11-14T02:29:14ZPEMURNIAN DAN KARAKTERISASI SILIKA DARI GEL LIMBAH
FASILITAS PEMURNIAN ZIRKONIUMPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi HF,
lama pemanasan, dan suhu pemanasan serta mencari kondisi optimum desorpsi
ion Si2+ berdasarkan kadar terendah yang dihasilkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pelindian.
Metode pelindian yang dilakukan adalah melewatkan pelarut pada sampel silika.
Ekstraktan yang digunakan adalah campuran HF dan HNO3 . Variasi konsentrasi
HF yang diberikan adalah 5, 1, dan 0,5 %, sedangkan konsentrasi HNO3 adalah
1%. Silika dimasukkan pada sebuah teflon kemudian diberikan campuran HF dan
HNO3 sesuai variasi yang ditentukan. Setelah itu, dimasukkan ke dalam alat teflon
bomb digaster dengan diatur lama pemanasan dan suhu. Setelah itu, sampel
dikeluarkan dan dilakukan pencucian menggunakan akuades. Kemudian sampel
disaring menggunakan kertas saring. Residu dari hasil penyaringan dianalisis
menggunakan difraktometer sinar-x dan spektrofotometer FTIR. Filtrat dari hasil
penyaringan dianalisis menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan SSA, diperoleh hasil desorpsi ion
Si2+ paling rendah menggunakan campuran HF 1 % dan HNO3 1% dengan suhu
60 0C, dan lama pemanasan 5 jam. Kadar desorpsi ion Si2+ yang terendah sebesar
0 μg/g. Semakin tinggi suhu maka terjadi pergeseran gugus silanol dan siloksan
yang merupakan gugus karakteristik silika ke bilangan gelombang yang lebih
kecil. Semakin tinggi suhu dan konsentrasi unsur menghasilkan puncak kristalin
semakin banyak. Semakin besar konsentrasi HF, semakin lama waktu pemanasan,
dan semakin besar suhu pemanasan maka HF berada dalam kondisi optimum
untuk mendesorpsi ion pengotor Fe3+, Zn2+, Cr3+, Al3+, dan Si2+.Hasna Irfantiningtyas Sari2016-10-28T07:05:48Z2019-01-30T11:36:37Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42940This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/429402016-10-28T07:05:48ZMODIFIKASI ABU KELUD 2014 SEBAGAI BAHAN ADSORBEN ION
LOGAM TEMBAGA(II) DAN NIKEL(II) DENGAN ASAM SULFATPenelitian ini bertujuan untuk mengadakan modifikasi abu kelud hingga
menjadi adsorben yaitu dengan mengetahui konsentrasi H2SO4 maksimal yang
menghasilkan silika gel, mengetahui keasaman, kadar air, daya adsorpsi dan efisiensi
adsorpsi yang paling baik terhadap ion logam Cu(II) dan Ni(II), mengetahui karakter
gugus fungsi dan struktur silika gel hasil sintesis.
Penelitian ini dilakukan dengan cara melarutkan 6 gram abu vulkanik Gunung
Kelud ke dalam 200 mL NaOH 3 M dengan pemanasan 100oC selama 1 jam disertai
pengadukkan. Filtrat natrium silikat yang terbentuk ditambah H2SO4 hingga netral
dengan variasi konsentrasi yang digunakan yaitu 4 , 5 , dan 6 M. Gel yang terbentuk
didiamkan 24 jam lalu disaring, dicuci dengan aquademineralisata hingga netral
kemudian dikeringkan dan digerus. Karakterisasi silika gel meliputi keasaman, kadar
air, daya adsorpsi dan efisiensi adsorpsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi H2SO4 yang maksimal untuk
menghasilkan silika gel adalah menggunakan H2SO4 6 M dengan efisiensi produksi
5,93%. Nilai keasaman silika gel hasil sintesis H2SO4 4, 5, 6 M dan silika kieselgel
60G E-Merck berturut-turut adalah 3,006; 3,2442; 3,5614 dan 3,8390 mmol/gram.
Nilai kadar air berturut-turut adalah 10,784; 11.765; 24,302dan 5%. Daya adsorpsi
silika gel hasil sintesis H2SO4 4, 5 , 6 M, dan silika kiesel gel 60G terhadap ion logam
Cu(II) berturut-turut adalah 1,0353; 1,0696; 1,0342 dan 1,0390 mg/g. Efisiensi
adsorpsinya adalah 94,7055; 97,8467; 94,6012 dan 95,0440%. Daya adsorpsi silika
gel terhadap ion logam Ni(II) memiliki nilai berturut-turut adalah 0,8572; 0,8499;
0,8447 dan -0,158 mg/g. Efisiensi adsorpsinya adalah 99,3244; 98,4797; 97,8824 dan
-18,372%. Silika gel hasil sintesis memiliki karakter gugus fungsi yang mirip dengan
silika Kiesel 60G E-Merck.
Kata kunci: Adsorpsi, Abu Kelud 2014, Adsorben, Cu(II), Ni(II)Reni Desiriana2016-10-28T06:58:12Z2019-01-30T11:36:34Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42939This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/429392016-10-28T06:58:12ZSELEKTIVITAS METODE ANALISIS FORMALIN SECARA
SPEKTROFOTOMETRI DENGAN PEREAKSI SCHIFF’SPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui selektivitas pereaksi Schiff’s yang
meliputi pengukuran panjang gelombang maksimum, range konsentrasi formalin
yang linier, pengaruh matriks glukosa dan galaktosa terhadap pengukuran absorbansi
larutan formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schiff’s.
Subjek penelitian ini adalah analisis formalin secara spektrofotometri sinar
tampak dengan pereaksi Schiff’s. Objek penelitian ini adalah selektivitas pereaksi
Schiff’s dengan matriks berupa glukosa dan galaktosa dalam sampel tahu untuk
analisis formalin secara spektrofotometri. Sampel yang digunakan adalah tahu yang
direndam formalin. Matriks glukosa dan galaktosa ditambahkan dalam sampel tahu
berformalin kemudian diukur absorbansinya dengan pereaksi Schiff’s.
Hasil penelitian menunjukkan panjang gelombang maksimum yang dihasilkan
adalah 555,50 nm. Kurva standar formalin dengan perekasi Schiff’s pada konsentrasi
formalin 0,5-7 ppm membentuk garis linier dengan r sebesar 0,9978 yang
menyatakan nilai korelasi sangat kuat. Penambahan matriks glukosa 1 ppm, galaktosa
1 ppm, dan campuran keduanya, masing-masing mempengaruhi hasil pengukuran
absorbansi pada uji formalin yang dihasilkan dengan nilai galat sebesar 13,88; 23,949
dan 7,192%. Untuk uji formalin dalam sampel tahu berformalin, penambahan matriks
campuran glukosa dan galaktosa menurunkan absorbansi dengan selisih konsentrasi
sebesar 20,75 ppm dengan nilai galat sebesar 7,923 %. Selektivitas pereaksi Schiff’s
terhadap matriks campuran glukosa dan galaktosa baik untuk uji formalin dalam
sampel tahu berformalin.
Kata kunci: selektivitas, pereaksi Schiff’s, analisis formalinAyu Ellen Shita2016-10-28T06:43:21Z2019-01-30T11:36:32Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42938This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/429382016-10-28T06:43:21ZPENGGUNAAN TIOUREA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI
BAJA KARBON “NIKKO STEEL” DALAM LARUTAN
ASAM KLORIDA PADA SUHU 30oCTujuan penelitian ini adalah untuk menentukan laju korosi dan efisiensi
inhibisi (IE) tiourea pada korosi baja karbon “Nikko Steel” dan untuk mengetahui
konsentrasi tiourea yang memadai (IE ≥ 90,00%) pada pengendalian korosi baja
karbon “Nikko Steel” dalam larutan HCl 1 M pada suhu 30oC.
Metode yang digunakan adalah metode kehilangan berat. Sampel baja
diamplas dengan kertas silikon karbida, dicuci dengan etanol dan dikeringkan di
udara. Sampel tersebut dipaparkan dalam larutan HCl 1 M tanpa dan dengan
penambahan tiourea. Konsentrasi tiourea yang digunakan adalah 25, 100, 300,
500, 700, 1000 dan 1100 ppm. Lama pemaparan sampel dalam larutan HCl 1 M
adalah 1, 3, 6, 18, 24 dan 30 jam. Baja karbon sebelum dan sesudah dipaparkan
dalam larutan HCl 1 M tanpa dan dengan tiourea dikarakterisasi dengan
menggunakan Spektrofotometer Inframerah, Difraksi Sinar-X, dan Mikroskop.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi baja karbon “Nikko
Steel” dalam larutan HCl 1 M pada suhu 30oC menurun dan efisiensi inhibisi
meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi tiourea dan waktu
pemaparan. Konsentrasi tiourea yang memadai sebagai inhibitor korosi baja
karbon “Nikko Steel” dalam larutan HCl 1 M pada suhu 30oC adalah 1100 ppm
pada waktu pemaparan 6 jam dengan IE = 91, 59% dan 500 ppm pada waktu
pemaparan 30 jam dengan IE = 91, 15%.
Kata kunci: tiourea, silikon karbida, larutan HCl, metode kehilangan beratFitri Khoiriatun2016-10-28T06:31:26Z2019-01-30T11:36:27Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42936This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/429362016-10-28T06:31:26ZMODIFIKASI KULIT SALAK SEBAGAI ADSORBEN ION TEMBAGA(II)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu kontak setimbang,dan
konsentrasi optimum ion tembaga(II) terhadap kapasitas adsorpsi arang aktif kulit
salak pada larutan tembaga(II), serta mengetahui pola adsorpsi arang aktif kulit
salak terhadap ion tembaga(II).
Subjek dalam penelitian ini adalah arang aktif dari kulit salak dan objek
penelitian ini adalah kapasitas adsorpsi arang aktif kulit salak terhadap ion
tembaga(II). Pengaktifan arang kulit salak dilakukan dengan cara di sangrai dan
diayak 50 mesh. Arang diaktivasi menggunakan H2SO4 1 M selama 24 jam.
Adsorpsi dilakukan dengan mengkondisikan variasi waktu kontak dan konsentrasi
ion tembaga(II). Konsentrasi ion tembaga(II) sebelum dan setelah adsorpsi diukur
dengan spektrofotometer serapan atom. Gugus fungsi arang aktif sebelum dan
setelah aktivasi dianalisis dengan FTIR. Struktur kristalit arang aktif setelah
aktivasi diidentifikasi dengan XRD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu kontak kesetimbangan pada
adsorpsi arang aktif kulit salak terhadap Cu(II) adalah 60 menit, konsentrasi
optimum diperoleh pada 15 ppm dengan kapasitas adsorpsi 1,002 mg/g dan pola
isoterm adsorpsi arang aktif kulit salak mengikuti pola isoterm Langmuir dengan
nilai � dan ß secara berturut-turut 1, 005 dan 26,185.
Kata kunci: adsorpsi, tembaga, kulit salakTiara Rahmadini2016-10-28T06:21:32Z2019-01-30T11:36:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42935This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/429352016-10-28T06:21:32ZMODIFIKASI KULIT SALAK (Salacca zalacca) SEBAGAI ADSORBEN
KROMIUM DALAM LIMBAH PENYAMAKAN KULITPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu kontak dan konsentrasi
awal kromium ketika adsorpsi mencapai kesetimbangan serta untuk mengetahui
pola isoterm dan efisiensi adsorpsi kromium dalam limbah penyamakan kulit.
Kulit salak didelignifikasi menggunakan NaOH 0,1 M selama 12 jam
kemudian diaktivasi dengan HCl 1 M selama 24 jam. Karakterisasi adsorben
dilakukan dengan FTIR dan SEM-EDS. Proses adsorpsi untuk menentukan
kondisi setimbang dilakukan pada variasi waktu kontak dan konsentrasi awal
kromium. Konsentrasi kromium dalam larutan ditentukan dengan SSA. Daya
adsorpsi ditentukan dengan membandingkan konsentrasi kromium sebelum dan
sesudah adsorpsi. Data waktu kontak dalam keadaan setimbang yang diperoleh
digunakan untuk melakukan adsorpsi terhadap limbah penyamakan kulit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu kontak optimum ketika adsorpsi
mencapai kesetimbangan adalah 90 menit sedangkan konsentrasi awal kromium
yang memberikan daya adsorpsi paling besar dalam kondisi setimbang adalah
28,265 mg/L. Adsorpsi ini mengikuti pola isoterm Freundlich dan efisiensi
adsorpsi kromium dalam limbah penyamakan kulit adalah 59,8173%.
Kata kunci: kulit salak, adsorpsi, kromium.- Wijayanti2016-10-27T04:15:25Z2019-01-30T11:35:42Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42901This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/429012016-10-27T04:15:25ZPREPARASI TiO2-TERSENSITIFKAN AgCl PADA
KONDISI pH BASA DAN APLIKASINYA
SEBAGAI MATERIAL ANTIBURAMPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan AgCl
pada TiO2 terhadap karakter dan aktivitas antiburam TiO2.
Sampel TiO2-tersensitifkan AgCl (TiO2@AgCl) dihasilkan dari campuran
prekusor TiO2 rutil dan AgNO3 dengan variasi perak 0% (kontrol); 0,5%; 1,5%;
3%; 5% serta ditambahkan NH4OH 8 M sampai pH larutan ~10. Sampel
TiO2@AgCl direfluks selama 6 jam pada 150 oC. Endapan yang dihasilkan
dikeringkan di dalam oven pada 110 oC kemudian dikarakterisasi dengan X-Ray
Difraction (XRD) dan Spektrofotometer diffuce reflectance UV-Vis (DR-UV).
Uji antiburam dilakukan dengan pembuatan lapis tipis pada kaca yang disinari di
bawah sinar ultraviolet dan sinar matahari tidak langsung. Penurunan sudut
kontak air diambil dengan foto dan diolah dengan aplikasi Corel Draw untuk
memperoleh nilai sudut kontak air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan AgCl memunculkan
fasa baru (fasa AgCl) sedangkan sampel kontrol TiO2 hanya berisi fasa anatas dan
rutil. Penambahan perak yang semakin tinggi menyebabkan semakin banyaknya
fasa AgCl yang terbentuk dan ukuran kristal fasa rutil meningkat namun ukuran
kristal fasa anatas menurun. Hasil analisa DR-UV menunjukkan sampel 0% dan
0,5% memiliki satu energi celah pita secara berturut-turut 3,14 eV dan 3,04 eV
sedangkan sampel 1,5%; 3%; dan 5% memilki dua energi celah pita pada rentang
(1,94-3,02) eV. Energi celah pita produk TiO2@AgCl ini sesuai untuk fotokatalis
di daerah sinar tampak. Uji aktivitas antiburam terbaik dicapai pada paparan sinar
ultraviolet dan sinar matahari tidak langsung pada masing masing sampel 0,5%
dan 1,5%.
Kata kunci: TiO2, AgCl, basa, antiburamVina Ayu Mu’izayanti2016-10-27T03:20:00Z2019-01-30T11:35:31Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42895This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/428952016-10-27T03:20:00ZSINTESIS ZEOLIT DARI ABU SEKAM PADI
PADA TEMPARATUR KAMARPenelitian ini dilakukan untuk menentukan waktu aging optimal pada
sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar dan untuk mengetahui
pengaruh waktu aging terhadap karakter zeolit hasil sintesis dari abu sekam padi.
Sintesis zeolit dimulai dengan menambahkan abu sekam padi ke dalam
larutan NaOH membentuk larutan natrium silikat. Kemudian larutan natrium
aluminat dibuat dengan mencampurkan larutan NaOH dan Al2O3. Larutan natrium
silikat dari abu sekam padi dan larutan natrium aluminat dicampurkan dengan
disertai pengadukan pada skala 2 selama 1 jam. Waktu aging yang digunakan
adalah 24, 48, dan 72 jam pada suhu kamar (T=25±2°C). Serbuk yang dihasilkan
dicuci hingga pH 8, dikeringkan dan dikarakterisasi dengan menggunakan
Difraksi Sinar-X (XRD) dan Spektroskopi Inframerah (FTIR).
Hasil penelitian menunjukkan senyawa zeolit X (Na) berhasil disintesis
dari abu sekam padi pada temperatur kamar dengan waktu aging 48 jam sesuai
dengan JCPDS No. 01-073-9586 Quality: B. Sintesis dengan waktu aging 24
menghasilkan senyawa amorf, waktu aging 48 jam kristalin, dan waktu aging 72
jam belum dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan.Septi Nur Wida Handayani2016-10-27T02:56:06Z2019-01-30T11:35:29Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42894This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/428942016-10-27T02:56:06ZEFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP
PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULITTujuan penelitian ini ialah: 1) Menentukan koagulan terefektif untuk
mengkoagulasi ion logam kromium; 2) Menentukan pH koagulan terefektif untuk
mengkoagulasi ion logam kromium; dan 3) Menentukan dosis koagulan terefektif
untuk mengkoagulasi ion logam kromium.
Penelitian dilakukan dengan mencampurkan larutan koagulan dengan
sampel limbah kromium. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini ialah
jenis koagulan, pH, dan dosis koagulan. Koagulan yang digunakan aluminium
sulfat, besi(II) sulfat dan poly aluminium sulfat (PAC). Pada penentuan koagulan
terefektif, pH diatur berturut-turut untuk aluminium sulfat, PAC, dan besi(II)
sulfat ialah 6,8,dan 10. pH tersebut didapatkan berdasarkan studi pustaka.
Selanjutnya, koagulan terefektif ditentukan pH terefektif koagulasi. Variasi pH
yang digunakan ialah 8,9,dan 10. Terakhir, koagulan terefektif dan pH terefektif
ditentukan dosis koagulan terefektif dalam koagulasi. Variasi dosis koagulan yang
digunakan ialah 250ppm, 300ppm, 350ppm, 400ppm, 450ppm, dan 500ppm.
Efektivitas koagulasi pada penentuan koagulan terefektif ialah: aluminium
sulfat 96,87%; PAC 98,37%;dan besi(II) sulfat 99,4%. Besi(II) sulfat merupakan
koagulan terefektif. Efektivitas koagulasi pada penentuan pH terefektif besi(II)
sulfat ialah: pH 8 90,42%; pH 9 97,47%; dan pH 10 96,61%. Efektivitas koagulasi
pada penentuan dosis koagulan terefektif besi(II) sulfat ialah: 250ppm 95,58%;
300ppm 96,49%; 350ppm 97,22%; 400ppm 97,95%; 450ppm 100%; dan 500ppm
100%.Muhammad Rizki Romadhon2016-10-26T08:29:13Z2019-01-30T11:34:18Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42850This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/428502016-10-26T08:29:13ZDAYA ADSORPSI KULIT SALAK TERMODIFIKASI TERHADAP ION
TEMBAGA(II)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu kontak dan
konsentrasi awal larutan terhadap daya adsorpsi Cu(II), serta pola isoterm adsorpsi
dari adsorben kulit salak termodifikasi.
Adsorben kulit salak termodifikasi dibuat dengan delignifikasi kulit salak
dengan larutan NaOH 1 M selama 12 jam, lalu diaktivasi dengan asam sulfat 1 M
selama 24 jam. Parameter yang dipelajari pada penelitian ini adalah waktu kontak
adsorpsi, konsentrasi awal Cu(II) dan pola isoterm adsorpsi. Daya adsorpsi
ditentukan dengan membandingkan konsentrasi Cu(II) sebelum dan sesudah
adsorpsi. Konsentrasi Cu(II) ditentukan menggunakan spektrofotometer serapan
atom pada panjang gelombang 324,75 nm.
Adsorben dikarakterisasi menggunakan FTIR. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa waktu kontak kesetimbangan pada adsorpsi adsorben kulit
salak termodifikasi terhadap Cu(II) adalah 60 menit, konsentrasi awal ion Cu(II)
optimum yang dapat diadsorpsi oleh adsorben kulit salak termodifikasi saat
setimbang pada 20 ppm dengan daya adsorpsi sebesar 0,880 mg/g. Adsorpsi
mengikuti pola isoterm Langmuir dengan = 1,00704 mg/g dan = 3,046.Putri Utha Cahyaningrum2016-10-26T03:53:26Z2019-01-30T11:30:57Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42822This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/428222016-10-26T03:53:26ZISOTERM ADSORPSI DARI ADSORBEN NATA DE IPOMOEA PADA
ADSORPSI PEWARNA DIRECT RED TEKNISPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu kontak adsorpsi pewarna
direct red teknis pada kesetimbangan dan pengaruh konsentrasinya dan isoterm
adsorpsinya oleh adsorben nata de ipomoea.
Subjek dari penelitian ini adalah nata de ipomoea dan sebagai objek adalah
daya adsorpsi nata de ipomoea pada adsorpsi pewarna direct red teknis. Nata de
ipomoea dari air limbah pembuatan tepung ubi jalar difermentasi dengan bakteri
Acetobacter xylinum. Nata dicuci dengan alkohol teknis dijemur di sinar matahari
untuk mendapatkan adsorben kering dan bebas jamur. Karakterisasi nata de
ipomoea menggunakan Spektrofotometer inframerah. Adsorpsi dilakukan dengan
merendam nata de ipomoea dalam pewarna direct red teknis dengan
perbandingan 1 : 100 (b/v). Adsorpsi dilakukan dengan memvariasi waktu kontak
dan konsentrasi pewarna. Daya adsorpsi diperoleh dengan membandingkan
konsentrasi pewarna sebelum dan sesudah adsorpsi dan konsentrasi diukur dengan
alat spektronic-20. Isoterm adsorpsi ditentukan dengan memplot data dari variasi
konsentrasi terhadap persamaan isoterm Langmuir dan freundlich.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: waktu kontak setimbang adalah 60
menit, peningkatan konsentrasi pewarna direct red teknis, telah meningkatkan
daya adsorpsi adsorben nata de ipomoea, sedangkan isoterm adsorpsi nata de
ipomoea mengikuti isoterm freundlich.
Kata kunci: adsorpsi, direct red, nata de ipomoea, isoterm freundlich- Kuntadi2016-10-26T03:25:09Z2019-01-30T11:30:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42818This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/428182016-10-26T03:25:09ZPEMANFAATAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guava L.) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN MINYAK KELAPA KRENGSENGPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak
daun jambu biji (Psidium guava L.) sebagai antioksidan terhadap proses oksidasi
pada minyak kelapa krengseng dengan variasi konsentrasi dan lama inkubasi.
Senyawa antioksidan dalam daun jambu biji diperoleh dengan cara
ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol. Subjek dalam
penelitian ini adalah ekstrak daun jambu biji. Sedangkan objek dalam penelitian
ini adalah aktivitas antioksidan ekstrak daun jambu biji. Identifikasi senyawa
antioksidan menggunakan metode kromatografi kertas dengan fase gerak BAW (4
: 1 : 5, lapisan atas), kemudian diuapi dengan amonia dan disemprot dengan
campuran kalium sianida 1% dan feriklorida 2% (1:1). Uji aktivitas anti-oksidan
dilakukan menggunakan metode tiosianat yang dinyatakan sebagai persentase
penghambat oksidasi terhadap kontrol. Ion fero (Fe2+) yang dihasilkan dari oksidasi oksigen tunggal membentuk ion feri (Fe3+) yang bereaksi dengan amonium
tiosianat (NH4SCN) membentuk kompleks berwarna feritiosianat ([Fe(SCN)6]3-).
Senyawa kompleks tersebut dibaca dengan menggunakan spektrofotometer UVVis pada panjang gelombang 490 nm. Konsentrasi ekstrak daun jambu biji yang
digunakan adalah 0,01%; 0,05%; dan 0,1%, sedangkan konsentrasi tanin sebagai
pembanding adalah 0,05%.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun jambu biji mengandung
senyawa polifenol tanin. Aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa pada inkubasi
hari ke enam ekstrak daun jambu biji mempunyai persentase penghambatan yang
besar terhadap oksidasi minyak kelapa krengseng. Persentase penghambatan
konsentrasi ekstrak daun jambu biji 0,01%; 0,05%; dan 0,1% berturut-turut
sebesar 74,03%, 68,49%, dan 69,40%. Sedangkan persen penghambatan kontrol
yang berupa tanin 0,05% adalah sebesar 50,68%.Ayu Sulung Ariati2016-10-25T08:35:04Z2019-01-30T11:29:26Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42776This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/427762016-10-25T08:35:04ZPENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA HEKSADESILTRIMETOKSISILAN
PADA SERAT POLIESTER TERDEPOSIT NANOPARTIKEL PERAK
TERHADAP HIDROFOBISITAS DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik serat poliester tanpa dan dengan modifikasi menggunakan nanopartikel perak dan heksadesiltrimetoksisilan (HDTMS).
Modifikasi serat poliester dilakukan dengan menggunakan deposit nanopartikel perak dilanjutkan dengan penambahan HDTMS. Penambahan HDTMS dilakukan terhadap variasi serat poliester. Karakterisasi sampel meliputi uji gugus fungsi menggunakan FTIR-ATR dilanjutkan uji hidrofobisitas melalui pengukuran sudut kontak, dan uji aktivitas antibakteri melalui metode zona hambat.
Nanopartikel perak dan heksadesiltrimetoksisilan berhasil diaplikasikan pada serat poliester. Vibrasi khas dari Ag0 dan Si-O-Si muncul pada bilangan gelombang 512,17 cm-1 dan 720,54/719,69 cm-1. Deposit nanopartikel perak menurunkan hidrofobisitas serat poliester. Modifikasi serat poliester dengan senyawa HDTMS menyebabkan peningkatan hidrofobisitas serat poliester dan menurunkan aktivitas antibakteri serat poliester terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia Coli ATCC 35218 keempat sampel. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal aktivitas antibakteri dari sampel poliester (P), poliester terdeposit nanopartikel perak (P-Ag), poliester terdeposit HDTMS (P-HDTMS) dan poliester terdeposit nanopartikel perak dan HDTMS (P-Ag-HDTMS). Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal aktivitas antibakteri dari sampel P, P-Ag, P-HDTMS dan P-Ag-HDTMS terhadap bakteri Eschericia coli ATCC 35218 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923.Arini Wulandari2016-10-21T06:25:33Z2019-01-30T11:25:19Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42611This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/426112016-10-21T06:25:33ZSINTESIS ZEOLIT DARI ABU JERAMI PADI
PADA TEMPERATUR KAMARTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu
kristalisasi pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan untuk mengetahui karakter
zeolit dari abu jerami padi.
Zeolit dibuat dengan mencampurkan natrium silikat dan natrium aluminat.
Silika yang digunakan berasal dari abu jerami padi. Campuran yang dihasilkan
disimpan dalam suhu kamar dengan waktu pengadukan yang berbeda (24, 48, dan
72 jam). Hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan Spektroskopi Inframerah, dan
Difraksi Sinar-X.
Hasil penelitian pada waktu Aging 24 jam menunjukkan ciri kristobalit
sesuai dengan JCPDS No. 00-039-1425, zeolit X sesuai dengan JCPDS No.00-
038-0237, dan zeolit A sesuai dengan JCPDS No. 00-039-0222. Pada waktu
aging 48 jam produk menunjukkan ciri kristobalit sesuai dengan JCPDS No. 00-
039-1425. Sedangkan pada waktu aging 72 jam produk menunjukkan ciri
kristobalit sesuai dengan JCPDS No. 00-039-1425 dan zeolit X sesuai dengan
JCPDS No.00-038-0237.
Sintesis dengan waktu aging 24 jam menghasilkan senyawa kristalin
sesuai dengan ciri kristobalit, zeolit X dan zeolit A. Pada waktu 48 jam
menghasilkan senyawa kristalin sesuai dengan ciri kristobalit. Sedangkan pada
waktu 72 jam menghasilkan senyawa kristalin sesuai dengan ciri kristobalit dan
zeolit X.Dewi Megawati2016-10-21T05:08:08Z2019-01-30T11:25:14Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42609This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/426092016-10-21T05:08:08ZMODIFIKASI ABU KELUD 2014 SEBAGAI BAHAN ADSORBEN ION
LOGAM TEMBAGA(II) DAN NIKEL(II) DENGAN ASAM ASETATPenelitian ini bertujuan untuk memodifikasi abu Kelud 2014 sebagai bahan
adsoben ion logam Cu(II) dan Ni(II) dengan rincian sebagai berikut: (1) mengetahui
konsentrasi maksimum asam asetat dalam menghasilkan adsorben; (2) mengetahui
karakteristik adsorben hasil sintesis yang meliputi nilai keasaman, kadar air; (3)
mengetahui daya adsorpsi dan efisiensi adsorpsi yang optimum dari adsorben hasil
sintesis terhadap ion logam Cu(II) dan Ni(II); (4) mengetahui pengaruh konsentrasi
asam asetat terhadap adsorpsi adsorben hasil sintesis serta; (5) mengetahui karakter
gugus fungsi dan struktur kristalnya.
Sintesis adsorben dilakukan dengan cara melarutkan 6 gram abu vulkanik
dalam 200 mL NaOH 3M disertai pengadukan dan pemanasan 100○C selama 1 jam.
Filtrat Na2SiO3 ditambahkan asam asetat dengan variasi konsentrasi 1, 3, dan 5M
hingga netral dan terbentuk gel. Campuran didiamkan selama 24 jam kemudian
disaring dan dicuci dengan aquademineralisata dan dikeringkan. Silika gel yang
diperoleh dikarakterisasi menggunakan spektroskopi inframerah, spektroskopi
serapan atom, dan XRD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi CH3COOH yang
maksimum menghasilkan adsorben adalah 3M dengan efisiensi produksi 9,55%.
Nilai keasaman jenis adsorben AK-CH3COOH 1M, AK-CH3COOH 3M, AKCH3COOH 5M, dan Kiesel Gel 60G berturut-turut adalah 3,482; 6,019; 3,164; dan
3,838 mmol/gram dan kadar air secara berturut-turut adalah 47,5; 50,98; 28,43; dan
5%. Adsorben hasil sintesis dengan CH3COOH 3M mempunyai daya dan efisiensi
adsorpsi optimum. Daya adsorpsi adsorben hasil sintesis terhadap ion logam Cu(II)
dan Ni(II) secara berturut-turut adalah 1,0776; 0,84891 mmol/gram dengan
efisiensi produksi 98,5712; 98,33673%. Adsorben hasil sintesis mempunyai
karakter gugus fungsi mirip dengan Kiesel Gel 60 E-Merk dengan struktur amorf.Maryam Zakiyyatunni’mah2016-10-21T05:00:18Z2019-01-30T11:25:11Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42608This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/426082016-10-21T05:00:18ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN LIGAN 1,10-FENANTROLIN DAN ANION TRIFLUOROMETANASULFONATPenelitian sintesis senyawa kompleks Co(II) dengan ligan 1,10-fenantrolin dan anion trifluorometanasulfonat ini bertujuan untuk mengetahui metode sintesis, formula, konduktivitas senyawa kompleks, sifat magnetik, spektrum elektronik, spektrum IR, dan difraktogram XRD senyawa kompleks.
Senyawa kompleks ini disintesis dengan cara mencampurkan Co(BF4)2.6H2O dalam pelarut akuades dan ligan 1,10-fenantrolin dalam pelarut etanol, dengan perbandingan mol 1 : 3. Hasil pencampuran larutan tersebut kemudian ditambahkan KCF3SO3 dalam pelarut akuades hingga berlebih. Terbentuknya senyawa kompleks ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dan adanya pergeseran panjang gelombang maksimum spektrum UV-VIS.
Hasil pengukuran AAS menunjukkan kadar kobalt sebesar 5,38 % dan pengukuran daya hantar listrik menggunakan konduktometer menunjukkan perbandingan muatan kation/anion, 2 : 1. Dengan demikian, kemungkinan formula senyawa komplek yang terbentuk adalah [Co(phen)3](CF3SO3)2•11H2O. Perhitungan momen magnetik menunjukkan kompleks bersifat paramagnetik dengan nilai μeff 4,60 - 4,68 BM. Harga momen magnetik ini lebih besar daripada harga momen magnetik teoritis untuk ion Co2+ dengan tiga elektron tak berpasangan pada kompleks oktahedral yaitu sebesar 3,87 BM disebabkan oleh adanya kontribusi orbital dalam geometri oktahderal. Pengukuran spektrum UV-VIS menunjukkan dua puncak pita serapan pada panjang gelombang 491 nm (20366,6 cm-1) yang merupakan transisi elektronik 4T1g 4A2g dan pada panjang gelombang 471 nm (21231,4 cm-1) yang merupakan transisi elektronik 4T1g 4T1g. Spektrum IR yang terbentuk menunjukkan serapan khas atom N pada 1,10-fenantrolin dan adanya ion CF3SO3¯. Hasil analisis XRD menyarankan bahwa kompleks tris-fenantrolinkobalt(II) terdapat dalam sistem kristal triklinik dan space grup P1 dengan parameter a = 12,5948 Å, b = 13,3523 Å, c = 14,1971 Å, α = 75,758 ͦ , β = 66,552 ͦ , γ = 71,205 ͦ , V = 2054,424 Å3, Rp = 3,61 dan Rwp = 7,16.Maulidia Fa’izzah2016-10-14T03:32:55Z2019-01-30T11:19:52Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42339This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/423392016-10-14T03:32:55ZPEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EKSTRAK
ETANOL TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) PADA
BERBAGAI VARIASI KOMPOSISI ALGINATTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik nanopartikel dari ekstrak etanol temu kunci (Boesenbergia pandurata) dan rasio optimal variasi alginat dan CaCl2 untuk pembuatan nanopartikel temu kunci.
Pembuatan ekstrak temu kunci dilakukan menggunakan metode maserasi menggunakan etanol dilanjutkan evaporasi hingga terbentuk ekstrak kental.Koloid nanopartikel dibuat dengan mencampurkan ekstrak kental temu kunci dalam etanol, akuades, larutan alginat, dan larutan CaCl2. Terdapat 11 variasi komposisi pada larutan alginat dan CaCl2 rasio (1:1); (3:1); (5:1); (1:2); (1:3); (1:4); (10:1); (6,66:1); (3,33:1); dan (2,5:1).Padatan dalam koloid nanopartikel dipisahkan menggunakan sentrifuge. Endapan dicuci dengan akuades dan disimpan dalam freezer. Koloid nanopartikel yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan PSA dan zeta sizer untuk mengetahui ukuran partikel dan nilai zeta potensial. Padatan yang telah terbentukdikarakterisasi menggunakan SEM untuk mengetahui bentuk morfologi padatan tersebut. Karakterisasi menggunakan KLT untuk mengetahui kesamaan senyawa antara nanopartikel ekstrak etanol temu kunci dan ekstrak etanol temu kunci.
Koloid nanopartikel yang berhasil dibuat berwarna coklat tua dan padatan berwarna coklat muda. Karakterisasi menggunakan PSA menunjukkan ukuran 339 - 877 nm sebanyak 95,2 % pada rasio konsentrasi asam alginat dan CaCl2 = 2,5:1. Nilai rerata zeta potensial adalah -72,1 mV.Hasil foto SEM menunjukkan partikel padatan berbentuk lonjong dengan ukuran 0,752 – 1,764 µm. Rf keenam sampel menunjukan hasil yang baik, yaitu Rf A = 0,66; Rf B = 0,61; Rf C = 0,60; Rf D = 0,60; Rf E = 0,65; dan Rf F = 0,71.Ghabby Maharani Putri2016-10-07T04:51:52Z2019-01-30T11:15:31Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42107This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/421072016-10-07T04:51:52ZPENGARUH PENAMBAHAN HEKSADESILTRIMETOKSISILAN PADA KAIN NYLON 6,6 TERDEPOSIT NANOPARTIKEL PERAK TERHADAP SUDUT KONTAK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Heksadesiltrimetoksisilan (HDTMS) terhadap sudut kontak dan aktivitas antibakteri kain. Kain Nylon 6,6 yang dikarakterisasi berupa kain Nylon 6,6 tanpa modifikasi, kain Nylon 6,6 dengan penambahan HDTMS, kain Nylon 6,6 dengan penambahan nanopartikel perak, serta kain Nylon 6,6 dengan penambahan nanopartikel perak dan HDTMS.
Nanopartikel perak diperoleh dengan metode reduksi kimia menggunakan reduktor trisodium sitrat dan dikarakterisasi menggunakan Spektroskopi UV-Vis. Deposit nanopartikel perak pada kain Nylon 6,6 dengan cara diaduk selama 24 jam dan pelapisan senyawa HDTMS diaduk selama 1 jam. Selanjutnya kain Nylon 6,6 tanpa dan dengan modifikasi diuji sudut kontak dan aktivitas antibakterinya. Uji antibakteri ditentukan dengan metode difusi dan diuji signifikansi dengan ANOVA 2 arah, LSD, serta uji t-independent. Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan besar diameter zona bening.
Spektra UV-Vis memperlihatkan puncak pada panjang gelombang 429 nm yang identik sebagai nanopartikel perak. Penambahan HDTMS mempengaruhi kenaikan sudut kontak permukaan kain Nylon 6,6 yaitu menghasilkan sudut kontak sebesar 135°. Aktivitas antibakteri kain Nylon 6,6 terdeposit nanopartikel perak secara signifikan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Modifikasi kain Nylon 6,6 dengan penambahan HDTMS dapat meningkatkan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.Nurul Puji Astuti2016-09-09T04:07:17Z2019-01-30T10:56:44Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/41269This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/412692016-09-09T04:07:17ZPengaruh Variasi Rasio Mol sikloheksanon-Benzaldehida pada Sintesis BenzilidinsikloheksanonNur Rahma Yuliyani2016-09-09T03:57:27Z2019-01-30T10:56:41Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/41268This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/412682016-09-09T03:57:27ZVALIDASI METODE ANALISIS KADAR IODIUM DALAM URIN SECARA
SPEKTROFOTOMETRI DENGAN PEREAKSI AMONIUM PERSULFATPenelitian ini bertujuan untuk menvalidasi metode analisis iodium dalam
urin yaitu untuk mengetahui linearitas kurva kalibrasi, presisi, dan akurasi metode
analisis kadar iodium dalam urin secara spektrofotometri dengan pereaksi
amonium persulfat.
Subjek penelitian ini adalah metode analisis kadar iodium pada urin.
Objek penelitian ini adalah linearitas, presisi, dan akurasi. Sampel yang digunakan
adalah urin diabetes dan non diabetes bentuk cair dan yang diserapkan pada kertas
saring. Linearitas ditentukan dengan uji Anova. Presisi dinyatakan dengan nilai %
Relatif Standard deviation (RSD). Akurasi dinyatakan dengan nilai % perolehan
kembali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurva kalibrasi dalam analisis
iodium dalam urin cair secara spektrofotometri dengan pereaksi amonium
persulfat adalah linear pada konsentrasi 0-220 µg/L, metode analisis iodium
dalam urin cair dan yang diserapkan pada kertas saring mempunyai presisi yang
kurang baik. Akurasi metode analisis iodium dalam urin yang diserapkan pada
kertas saring adalah tidak baikSri Lestari2016-09-09T03:50:52Z2019-01-30T10:56:39Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/41266This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/412662016-09-09T03:50:52ZPENGARUH KALSINASI DALAM SINTESIS NANOPARTIKEL PBS
MENGGUNAKAN AMILUM SEBAGAI AGEN PENGOMPLEKSPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kalsinansi terhadap
struktur kristal dan karakter elektronik material PbS hasil sintesis menggunakan
amilum sebagai agen pengompleks. Material PbS hasil sintesis diberi perlakuan
kalsinasi dengan variasi temperatur.
Sintesis PbS dilakukan dengan metode sol-gel menggunakan Pb(CH3COO)2
sebagai prekusor Pb dan (NH4)2S sebagai prekusor S. Proses sol-gel dilakukan dengan
mengaduk 0,1 M Pb(CH3COO)2.3H2O dan 2 gram amilum selama 7,5 jam, kemudian
menambahkan 0,2 M (NH4)2S dan mengaduk selama 7,5 jam untuk menghasilkan
endapan PbS berwarna hitam. Endapan disaring kemudian dipanaskan pada temperatur
100°C selama 4 jam. Setelah dipanaskan dilakukan kalsinasi pada variasi temperatur
150°C, 200°C, 300°C dan 400°C. Material PbS yang telah diberi perlakuan kalsinasi
dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), UV-Vis, spektroskopi IR dan
SEM-EDX.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa struktur PbS adalah kubik. Kenaikan
suhu kalsinasi menyebabkan penurunan nilai parameter kisi dan ukuran kristal.
Semakin tinggi suhu kalsinasi menyebabkan energi celah pita semakin kecil.Mukhamad Muhaimin2016-09-09T03:40:51Z2019-01-30T10:56:36Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/41265This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/412652016-09-09T03:40:51ZPREPARASI DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT CuO-zeolit alam
UNTUK FOTODEGRADASI ZAT WARNA CONGO RED DENGAN
SINAR ULTRAVIOLETPenelitian ini bertujuan untuk mempreparasi komposit CuO-zeolit alam dan
mengetahui karakterisasi serta aplikasinya sebagai fotokatalis dalam fotodegradasi
congo red di bawah sinar ultraviolet.
CuO-zeolit alam disintesis dengan mencampurkan CuSO4.5H2O dan zeolit
alam dengan perbandingan 1:3, 1:1, dan 3:1 ke dalam akuades kemudian
ditambahkan etanol yang dilanjutkan dengan kalsinasi. Hasil sintesis
dikarakterisasi menggunakan XRD, FTIR, UV-Vis Diffuse Reflectance dan SEMEDX. Uji fotokatalis dilakukan di bawah sinar ultraviolet untuk menentukan berat
dan waktu optimum.
Analisis data XRD menunjukkan zeolit alam yang digunakan pada
penelitian ini adalah klinoptilolit. Puncak khas CuO 2θ = 67,61 muncul pada
CuO-zeolit alam 1:1. Serapan FTIR CuO 586,36 cm-1 muncul pada CuO-zeolit
alam 1:1. Energi celah pita CuO-zeolit alam 1:1 adalah 1,55 eV. Hasil SEM-EDX
menunjukkan morfologi permukaan CuO-zeolit alam 1:1 tidak beraturan dengan
ukuran partikel berkisar antara 0,2-0,7 μm. Kandungan Cu di dalam CuO-zeolit
alam 1:1 adalah 1,54% atom. Uji fotokatalis CuO-zeolit alam 1:1 pada
fotodegradasi congo red 10ppm di bawah sinar ultraviolet menunjukkan berat
optimum CuO-zeolit alam 1:1 adalah 100 mg dan waktu penyinaran optimum
adalah 30 menit.Rantau Indramawan2016-09-08T04:15:18Z2019-01-30T10:56:09Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/41237This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/412372016-09-08T04:15:18ZZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM
ALUMINIUMDALAM AIR KOLAM RENANG UNY
DENGAN METODE ADSORPSI KOLOMPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas zeolit alam sebagai
media penyerap ion logam aluminium dalam air kolam renang yaitu mengetahui
pengaruh ukuran dan waktu kontak zeolit terhadap efektivitas zeolit untuk
mengadsorpsi ion logam aluminium.
Subjek penelitian ini adalah zeolit alam dengan variasi dua ukuran yaitu
zeolit 10 mesh (zeolit A) dan zeolit 5 mesh (zeolit B). Objek penelitian ini adalah
penurunan konsentrasi ion aluminium dalam air kolam renang setelah diberi
perlakuan zeolit. Uji parameter konsentrasi aluminium terhadap kedua ukuran
zeolit dilakukan 30 menit sekali secara teratur selama 120 menit. Efektivitas zeolit
alam sebagai adsorben dilihat dari nilai efisiensi penjerapan yaitu perbandingan
antara konsentrasi ion logam aluminium yang teradsorpsi dengan konsentrasi ion
logam aluminium mula-mula. Konsentrasi adsorbat (ion logam aluminium)
ditentukan menggunakan Inductively Coupled Plasma (ICP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas zeolit terhadap ion logam
aluminium sangat rendah (tidak efektif). Zeolit A (10 mesh) mampu menurunkan
konsentrasi aluminium hingga -0,558% sedangkan zeolit B (5 mesh) hingga
6,84%. Ukuran zeolit cenderung tidak memperlihatkan pengaruh yang
signifikan.Waktu paling efektif zeolit dapat menerapion logam aluminium adalah
menit pertama. Air yang dihasilkan belum memenuhi baku mutu air kolam renang
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 yaitu
konsentrasi aluminium kurang dari 0-0,2 mg/L.Siti Kholifah2016-09-08T04:02:38Z2019-01-30T10:56:04Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/41223This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/412232016-09-08T04:02:38ZPENGOLAHAN AIR KOLAM RENANG MENGGUNAKAN METODE
ELEKTROKOAGULASI DENGAN ELEKTRODA
ALUMUNIUM - GRAFITPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum metode
elektrokoagulasi dengan elektroda alumnium - grafit dan kualitas air kolam
renang, meliputi nilai pH dan TDS yang berhubungan dengan efektivitas
elektrokoagulasi untuk pemisahan polutan pada air kolam renang.
Subjek penelitian ini adalah alumunium dan grafit. Objek penelitian ini
adalah penurunan kadar polutan dalam air kolam renang setelah dilakukan
elektrokoagulasi. Uji optimasi tegangan listrik dilakukan pada variasi 1, 5 dan 10
volt. Uji kadar alumunium, pH dan TDS dilakukan pada tegangan listrik 10 volt
dan variasi waktu 1, 2, 3, 4, 6, 8 dan 24 jam. Efektivitas elektrokoagulasi dilihat
dari nilai pH dan TDS. Sampel dianalisis menggunakan Spektroskopi Serapan
Atom (SSA), pH meter dan TDS meter.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi optimum metode
elektrokoagulasi ini pada tegangan listrik sebesar 10 volt dan waktu selama 24
jam. Penggunaan metode elektrokoagulasi sebagai metode pengolahan air tidak
efektif, karena kandungan logam Al3+ dalam air kolam renang semakin bertambah
dan melebihi syarat baku mutu air. Namun nilai pH air semakin mengarah ke
netral dan TDS semakin turun.Risanto Nugroho2016-08-30T06:55:15Z2019-01-30T10:48:13Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40896This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/408962016-08-30T06:55:15ZISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA DALAM
EKSTRAK ETANOL TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) DENGAN
METODE DPPHTujuan dari penelitian ini adalah menentukan aktivitas antioksidan ekstrak
etanol rimpang temu kunci dan melakukan isolasi senyawa metabolit sekunder
dalam ekstrak etanol pada rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata).
Penelitian ini diawali dengan membuat ekstrak kental rimpang temu kunci
dengan etanol, kemudian ekstrak diuji aktivitas antioksidannya dengan metode
DPPH dengan variasi konsentrasi sampel 100 μg/mL, 50 μg/mL, 25 μg/mL, 12,5
μg/ml, 6,25 μg/mL dan 3,125 μg/mL. Selain diuji aktivitas antioksidan ekstrak
rimpang temu kunci juga dilakukan isolasi senyawa metabolit sekunder dan
pemurnian senyawa dengan rekristalisasi menggunakan pelarut etanol, n-heksan
dan aseton selanjutnya senyawa hasil isolasi dikarakterisasi menggunakan KLT,
UV-Vis, IR dan H-NMR.
Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa nilai IC50 dari
ekstrak etanol rimpang temu kunci adalah 92,6404 μg/mL sehingga dapat
dikatakan bahwa ekstrak etanol rimpang temu kunci mempunyai tingkat aktivtas
antioksidan dengan kategori kuat. Hasil isolasi senyawa ekstrak etanol temu
kunci berdasarkan spektra UV-Vis mempunyai λmax 287,40 nm dan 214,20 nm,
spektra IR menunjukkan serapan gugus C=C aromatik pada 1571,66 cm-1, C=O
karbonil pada 1639,37 cm-1, dan serapan C-O pada 1153,35 cm-1; 1299,93 cm-1;
1377,93 cm-1. Data spektra H-NMR memperkirakan bahwa senyawa hasil isolasi
adalah senyawa flavonoid yaitu pinostrobin.Luthfi Fitri Frindryani2016-08-30T06:26:16Z2019-01-30T10:48:10Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40895This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/408952016-08-30T06:26:16ZSELEKTIVITAS METODE ANALISIS FORMALIN SECARA
SPEKTROFOTOMETRI DENGAN PEREAKSI SCHRYVERPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui selektivitas pereaksi Schryver
dalam analisis formalin dalam sampel tahu berformalin, yang terlebih dahulu
mengetahui panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum, range
konsentrasi formalin yang linier, pengaruh matriks glukosa dan galaktosa
terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan
pereaksi Schryver.
Subjek penelitian ini adalah analisis formalin secara spektrofotometri sinar
tampak dengan pereaksi Schryver. Objek penelitian ini adalah selektivitas
pereaksi Schryver dengan adanya matriks berupa glukosa dan galaktosa dalam
sampel tahu. Sampel yang digunakan adalah tahu yang diberi formalin.
Selektivitas pereaksi Schryver dinyatakan dengan persentase galat
hasilpengukuran absorbansi larutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selektivitas pereaksi Schryver
kurang baik untuk uji formalin. Panjang gelombang yang memberikan absorbansi
maksimum yang dihasilkan adalah 516,5 nm. Kurva standar formalin dengan
pereaksi Schryver pada konsentrasi formalin (2-35) ppm membentuk garis linier
dengan persamaan Y = 0,01644X + 0,04092 dengan nilai koefisien korelasi (r)
sebesar 0,9964. Penambahan matriks glukosa, galaktosa, dan campuran keduanya,
masing-masing menurunkan absorbansi secara berturut-turut sebesar 18,88%,
18,03%, dan 31,53%. Untuk uji formalin dalam sampel tahu, penambahan matriks
campuran glukosa dan galaktosa menunjukkan selisih konsentrasi sebesar
219,934 ppm dengan nilai galat sebesar 33,63%.Leni Fauzy2016-08-30T06:20:28Z2019-01-30T10:48:07Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40894This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/408942016-08-30T06:20:28ZPENGGUNAAN TIOUREA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI
BAJA KARBON API 5L X65 DALAM LARUTAN
NATRIUM KLORIDA PADA SUHU 45oCPenelitian ini bertujuan untuk menyelidiki laju korosi, efisiensi inhibisi
tiourea dan mengetahui konsentrasi tiourea yang memadai (IE ≥ 90%) pada
pengendalian korosi baja karbon API 5L X65 dalam larutan NaCl 1M pada suhu
45oC.
Penelitian ini menggunakan metode kehilangan berat (weight loss).
Sampel baja karbon API 5L X65 dipaparkan dalam larutan NaCl 1 M tanpa dan
dengan penambahan tiourea. Konsentrasi tiourea yang ditambahkan berturut-turut
adalah 15, 25, 100, 300, 500, 700, 1000, dan 1100 ppm dan waktu pemaparan
adalah 1, 3, 6, 18, 24, dan 30 jam. Sebelum dipaparkan sampel dipoles
menggunakan kertas silikon karbida 200, 800 dan 1500 grit dan dicuci dengan
etanol 10%, dikeringkan dan dipaparkan dalam larutan uji pada suhu 45 oC.
Sampel dikarakterisasi menggunakan Difraktometer Sinar-X (XRD),
Spektrofotometer FTIR, dan fotomikroskopi sebelum dan sesudah pemaparan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi baja karbon API 5L X65
dalam larutan NaCl 1 M pada suhu 45oC menurun seiring dengan bertambahnya
konsentrasi tiourea dan waktu pemaparan. Konsentrasi tiourea yang memadai
sebagai inhibitor korosi baja karbon API 5L X65 dalam larutan NaCl 1 M pada
suhu 45oC adalah 1100 ppm pada waktu pemaparan 6 jam (EI = 91,91%) dan 500
ppm pada waktu pemaparan 30 jam (EI = 92,86%).Ratna Setyawati2016-08-30T06:10:08Z2019-01-30T10:48:05Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40893This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/408932016-08-30T06:10:08ZPENGARUH PROSES PENCAMPURAN DAN PERLAKUAN
KALSINASI DALAM SINTESIS SOL-GEL CdS
MENGGUNAKAN AMILUM SEBAGAI
AGEN PENGOMPLEKSPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pencampuran
dan perlakuan kalsinasi dalam karakter CdS hasil sintesis dengan metode sol-gel
menggunakan amilum sebagai agen pengompleks.
Sintesis dilakukan dengan mencampurkan prekursor Cd dari senyawa
Cd(NO3)2 dan surfaktan (amilum) dengan variasi 0,2; 0,5; 1,0; 2,0 dan 3,0.
Selanjutnya ditambahkan senyawa (NH4)2S sebagai precursor S dengan rasio mol
Cd : S = 1:1. Proses sintesis sol-gel dilakukan dengan pengadukan selama 2 x 24
jam untuk menghasilkan padatan kuning CdS. Setelah proses penyaringan, padatan
yang diperoleh dipanaskan pada temperature 100oC selama 4 jam untuk
menghasilkan nanopartikel CdS. Senyawa hasil sintesis dikarakterisasi
menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), UV-Vis, IR dan SEM EDX.
Hasil XRD menunjukkan bahwa sintesis CdS semua variasi amilum
berbentuk kubik. Hasil analisa dengan spektra IR setelah dikalsinasi menunjukkan
masih adanya amilum. Hasil karakterisasi dengan UV-Vis menghasilkan nilai
energi celah pita pada amilum 3 gram yang telah dikalsinasi sebesar 1,72 eV. Hasil
analisis dengan menggunakan SEM-EDX menunjukkan ukuran partikel sebesar
0,683 – 1,897 µm dan perbandingan atom sebesar 0,40:0,28.Syaiful Anwar2016-08-30T05:03:45Z2019-01-30T10:48:00Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40888This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/408882016-08-30T05:03:45ZREAKSI EVOLUSI HIDROGEN MENGGUNAKAN MEDIA TEPUNG
MOCAF DENGAN ELEKTRODA STAINLESS STEEL/Fe-Co-Ni
SECARA ELEKTROLISISKebutuhan energi primer dunia meningkat cukup tinggi seiring dengan
pertumbuhan populasi dan perkembangan ekonomi dunia. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian untuk mencari dan mengoptimalkan sumber energi alternatif
dan terbarukan, salah satunya adalah gas hidrogen. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas elektroda stainless steel dan stainless steel/Fe-Co-Ni serta
mengetahui kondisi optimum elektrogenerasi gas hidrogen pada elektrolisis air
pada kondisi basa dalam media tepung mocaf (modified cassava flour).
Proses produksi gas H2 dilakukan menggunakan metode voltametri siklik
pada laju penyapuan 50 mV/s dengan variasi konsentrasi media tepung mocaf
sebesar 0-10 gram per liter air dan ditambahkan NaHCO3 sebanyak 5 gram per
liter larutan.
Proses elektolisis secara voltametri siklik menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas produksi gas H2 dengan menggunakan elektroda stainless
steel/Fe-Co-Ni. Kinerja optimum elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni terjadi pada
konsentrasi tepung mocaf sebesar 3 gram/L yang meningkatkan produksi gas
hidrogen sebesar 21,19%. Adanya tepung mocaf pada elektrolisis menggunakan
elektroda stainless steel akan menghambat proses elektrogenerasi hidrogen
sehingga kondisi optimum elektrogenerasi hidrogen menggunakan elektoda
stainless steel adalah ketika tidak terdapat tepung mocaf di dalam larutan.Yulia Arie Astuti2016-08-30T04:55:38Z2019-01-30T10:47:57Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40887This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/408872016-08-30T04:55:38ZOPTIMASI KONDISI PELARUTAN LOGAM EMAS (Au)
DALAM LIMBAH PROSESOR KOMPUTER DENGAN
PELARUT AQUA REGIAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu maksimal dan
perbadingan pelarut optimum serta rendemen pengendapan yang diperoleh dari
hasil pelindian logam emas pada limbah prosesor komputer menggunakan pelarut
aqua regia.
Subyek penelitian ini adalah limbah elektronik dengan sampel berupa
prosesor komputer. Objek penelitian ini adalah kadar logam emas dalam sampel.
Metode yang digunakan adalah proses hidrometalurgi dengan pelarut aqua regia
dan pengendapan menggunakan natrium metabisulfit. Variasi waktu yang
digunakan adalah 20, 60, 90, dan 120 menit. Variasi perbandingan aqua
regia:akuades yang digunakan adalah 1:3, 1:2, 1:1, 2:1, 3:1, dan 1:0 (v/v). Filtrat
hasil pelindian yang diperoleh di analisis konsentrasinya menggunakan AAS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pelindian emas optimum
pada waktu pelindian selama 20 menit dengan jumlah Au terlarut sebesar 79,62
ppm, perbandingan aqua regia : akuades = 2:1 (v/v) dengan jumlah Au terlarut
sebesar 60,76 ppm, serta diperoleh rendemen Au sebesar 0,85%.Dyah Ayu Anggraeni2016-08-30T04:42:53Z2019-01-30T10:47:52Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40885This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/408852016-08-30T04:42:53ZOPTIMASI DAN REGENERASI FOTOKATALIS Ca1-xCoxTiO3 PADA
PROSES DEGRADASI METILEN BIRU DENGAN SINAR UVPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimum dan regenerasi
fotokatalis Ca1 -xCoxTiO3 dengan proses degradasi metilen biru.
Untuk mengetahui dosis optimum dilakukan uji aktivitas dengan variasi
dosis fotokatalis 0,2; 0,3; 0,4; 0,6 dan 0,8 gram. Uji aktivitas fotokatalis Ca1 -
xCoxTiO3 dilakukan dengan metode spektroskopi menggunakan sumber sinar UV.
Regenerasi katalis dilakukan dengan uji aktivitas sebanyak dua kali pengulangan.
Katalis hasil regenerasi dianalisis dengan menggunakan X-Ray Diffractometer
(XRD).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis optimum katalis Ca1 -
xCoxTiO3 adalah 0,8 g. Konstanta laju reaksi katalis Ca1 -xCoxTiO3 0,2; 0,3; 0,4;
0,6 dan 0,8 gram berturut-turut adalah 0,0057 menit-1; 0,0101 menit-1; 0,0135
menit-1; 0,0123 menit-1; dan 0,0211 menit-1. Katalis Ca1 -xCoxTiO3 regenerasi
menunjukkan laju reaksi pada penggunaan ke-1 sebesar 0,0039 menit-1, pada
penggunaan ke-2 sebesar 0,0041 menit-1, dan pada penggunaan ke-3 sebesar
0,0019 menit-1.Fia Azzahraawani Aprilianingrum2016-08-30T04:11:06Z2019-01-30T10:47:33Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40878This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/408782016-08-30T04:11:06ZPREPARASI DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT CuO-ZEOLIT ALAM
UNTUK FOTODEGRADASI ZAT WARNA RHODAMIN B
DENGAN SINAR ULTRAVIOLETPenelitian ini bertujuan untuk mempreparasi dan mengkarakterisasi
komposit CuO-Zeolit alam yang digunakan untuk fotodegradasi zat warna
Rhodamin B menggunakan sinar ultraviolet.
Senyawa CuO-Zeolit alam diperoleh dari hasil reaksi antara CuSO4.5H2O,
zeolit alam, aquades dan etanol yang dilanjutkan dengan kalsinasi. Sintesis CuOZeolit alam dibuat dengan tiga macam perbandingan prekursor CuSO4.5H2O :
Zeolit alam yaitu 1:3 ; 1:1 dan 3:1. Hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan
XRD, FTIR, UV-Vis Diffuse Reflectance dan SEM-EDX. Uji fotokatalis
dilakukan menggunakan lampu mercury 100 watt sebagai sumber sinar ultraviolet
dengan variasi berat dan waktu.
Komposit CuO-Zeolit alam berhasil dipreparasi. Hasil optimum ditunjukkan
oleh CuO-Zeolit alam 1:1. Spektra EDX menunjukkan kandungan Cu di dalam
CuO-Zeolit alam 1:1 sebesar 1,54% yang diperkuat dengan adanya serapan CuO
pada bilangan gelombang 586,36 cm-1. Energi celah pita CuO-Zeolit alam 1:1
adalah 1,55 eV. Hasil SEM menunjukkan bahwa ukuran partikel CuO-Zeolit alam
1:1 berkisar antara 0,2-0,7 μm. Uji fotokatalis CuO-Zeolit alam dengan sinar
ultraviolet menunjukkan berat optimum CuO-Zeolit alam pada fotodegradasi
Rhodamin B 10 ppm adalah 100 mg, serta waktu optimum penyinaran selama 30
menit.Intan Agnes Singyu Fiolida2016-08-30T04:02:09Z2019-01-30T10:47:18Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40872This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/408722016-08-30T04:02:09ZPENGARUH PEMBERIAN SENYAWA CrCl3∙6H2O TERHADAP KADAR
GULA DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI
DENGAN STREPTOZOTOCIN-NICOTINAMIDEPrevalensi diabetes di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun
dan sejalan dengan peningkatan keadaan sosial ekonomi. Senyawa CrCl3∙6H2O
merupakan kromium(III) yang merupakan salah satu unsur mikro yang memiliki
peranan dalam metabolisme glukosa di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kadar glukosa darah tikus percobaan sebelum dan sesudah
diinduksi streptozotocin-nicotinamide serta mengetahui pengaruh pemberian
senyawa CrCl3∙6H2O terhadap kadar gula darah tikus Wistar yang telah diinduksi
dengan streptozotocin-nicotinamide.
Penelitian ini menggunakan model uji pre-klinis yang dilakukan secara in
vivo pada 20 ekor tikus. Induksi dilakukan dengan streptozotocin-nicotinamide
secara intraperitonial dengan dosis masing-masing 60 mg/kg BB dan 120 mg/kg
BB. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus. Kelompok I yaitu
kelompok yang diberikan CrCl3∙6H2O dengan dosis Cr 200 µg/mL. Kelompok II
merupakan kelompok kontrol positif yang diberikan suplemen Cr-pikolinat.
Kelompok III diberikan glibenklamid, kelompok IV merupakan kelompok kontrol
negatif dan kelompok V adalah kelompok normal. Pemberiaan sediaan uji
dilakukan dalam rentang waktu 8 pekan dan pengukuran kadar glukosa darah
dilakukan pada hari ke 1, 8 dan 64 melalui vena mata.
Kadar glukosa darah awal pada semua tikus percobaan adalah normal
yaitu dalam rentang 64-114 mg/dL. Setelah induksi streptozotocin-nicotinamide
tikus pada kelompok I, II, III dan IV menderita diabetes dengan kadar glukosa
darah puasa 131,7-218,8 mg/dL. Pemberian senyawa CrCl3∙6H2O berpengaruh
terhadap kadar glukosa darah tikus percobaan. Hasil penelitian menujukkan
bahwa pemberian senyawa CrCl3∙6H2O selama 56 hari memberikan nilai %GL
(glucose lowering) mencapai 58,77%.Asri Setyawati