Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T01:03:59ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2015-05-19T07:10:46Z2019-01-29T22:30:06Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18851This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/188512015-05-19T07:10:46ZPREPARASI NANOPARTIKEL TIMAH DENGAN
METODE OKSIDASI REDUKSILintan Setyanti Putri2015-05-19T06:58:51Z2019-01-29T22:30:01Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18849This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/188492015-05-19T06:58:51ZPREPARASI NANOPARTIKEL TIMAH DENGAN
METODE OKSIDASI REDUKSILintan Setyanti Putri2015-05-12T01:47:57Z2019-01-29T22:16:20Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18490This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/184902015-05-12T01:47:57ZSINTESIS SENYAWA 2-FENOLBENZOTRIAZOL DARI
BENZOTRIAZOL DENGAN FENOL MELALUI REAKSI SUBSTITUSI
NUKLEOFILIKPenelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa 2-fenolbenzotriazol dari
benzotriazol dengan fenol, serta menentukan karakter dan sifat fisik senyawa hasil
sintesis.
Penelitian diawali dengan melarutkan benzotriazol dalam etanol 70%,
kemudian mencampurkan larutan tersebut dengan fenol. Campuran direfluks dalam
suhu 820C selama 5 jam. Selanjutnya hasil refluks didinginkan selama 2 jam sambil
diaduk. Hasil pendinginan berupa campuran dengan 2 lapisan yang selanjutnya
dievaporasi, sehingga diperoleh padatan. Padatan yang diperoleh direkristalisasi
dengan pelarut etanol. Senyawa hasil sintesis dikarakterisasi dengan KLT dan KLT
scanner, serta spektroskopi IR dan 1H-NMR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis adalah senyawa
2-fenolbenzotriazol dan memiliki kemurnian 99,48%. Senyawa hasil sintesis
berbentuk padatan berwarna oranye muda dan memiliki range titik leleh 40,5-420CNAILA FAILASUFA2015-05-07T05:45:16Z2019-01-29T22:11:03Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18358This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/183582015-05-07T05:45:16ZPENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM PADA DESTRUKSI KERING UNTUK PENENTUAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN SENG (Zn) DALAM
IKAN DI TELUK JAKARTA DENGAN METODE SSAPenelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar logam Pb dan Zn pada ikan kembung yang berasal dari perairan Teluk Jakarta, mengetahui pengaruh konsentrasi asam pendestruksi terhadap hasil penentuan kadar logam Pb dan Zn pada ikan kembung yang bersal dari perairan Teluk Jakarta, mengetahui konsentrasi asam pendestruksi yang optimal dalam penentuan kadar logam Pb dan Zn dan mengetahui apakah ikan kembung di perairan Teluk Jakarta masih layak untuk dikonsumsi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kembung yang berasal dari Teluk Jakarta. Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi asam pendestruksi dan variabel terikatnya adalah kadar logam Pb dan Zn pada ikan. Proses pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu dipasar ikan teluk Jakarta, yang kemudian dilakukan proses destruksi kering dengan suhu 100 oC dengan menggunakan HNO3 sebagai pelarut dengan variasi konsentrasi 2, 3, 4, 5, dan 6M. Analisis kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan metode SSA. Untuk logam Pb dilakukan uji pada panjang gelombang 283,3 nm dan logam Zn 213,9 nm. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji ANAVA-A.
Hasil perhitungan kadar logam Pb pada ikan kembung yang diperoleh pada variasi konsentrasi HNO3 secara berturut-turut 2, 3, 4, 5 dan 6 M adalah 1,1427 ; 1,2269 ; 1,3112 ; 1,4099 dan 1,2596 ppm. Kadar logam seng (Zn) secara berturut-turut adalah 324; 368,702; 423,088; 438,176 and 395,93 ppm. Secara numerik, data yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan dalam setiap variasi konsentrasi asam pendestruksi, namun setelah dilakukan uji ANAVA A ternyata hasilnya F hitung < F tabel pada taraf signifikansi 1% yang berarti secara statistik tidak ada perbedaan. Konsentrasi yang optimal untuk penentuan kadar ikan kembung terletak pada konsentrsi HNO3 5M. Berdasarkan peraturan BPPOM RI, batas maksimal logam Pb dalam ikan yang diperbolehkan adalah 0,3 ppm, maka ikan kembung yang berasal dari teluk jakarta sudah melampaui nilai ambang batas maksimal logam Pb. Sedangkan logam Zn yang diperbolehkan adalah 40,0 ppm, maka berarti kadar ikan kembung di teluk Jakarta sudah melampaui nilai ambang batas maksimal logam Zn.
Kata kunci : Timbal (Pb), Seng (Zn), Ikan Kembung, SSA, Destruksi Kering.Desi Wijayanti2015-05-07T05:28:27Z2019-01-29T22:10:58Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18356This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/183562015-05-07T05:28:27ZPENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM PADA DESTRUKSI KERING UNTUK PENENTUAN LOGAM TEMBAGA (Cu) DAN KADMIUM (Cd) DALAM IKAN DI PERAIARAN TELUK JAKARTA
DENGAN METODE SSAPenelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar logam Cu dan Cd pada ikan kembung yang berasal dari perairan Teluk Jakarta, mengetahui pengaruh konsentrasi asam pendestruksi terhadap hasil penentuan kadar logam Cu dan Cd pada ikan kembung yang berasal dari perairan di Teluk Jakarta, mengetahui konsentrasi asam pendestruksi yang optimal, dan mengetahui apakah ikan kembung di Teluk Jakarta telah melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh BPPOM RI atau tidak.
Subjek dalam penelitian kali ini adalah ikan kembung yang bersasal dari perairan Teluk Jakarta. Untuk mengetahui kadar tembaga dan kadmium pada sampel tersebut dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Ikan diambil dagingnya sebanyak 300 gram, dikeringkan dalam oven pada suhu 1000C selama 4 jam. Kemudian sampel ditumbuk sampai halus, didestruksi secara kering dengan cara diarangkan dan diabukan dalam muffle furnace pada suhu 4500C selama 4 jam. Sebanyak 1 gram abu masing-masing ditambahkan 4 ml HNO3 2 M, 3 M, 4 M, 5 M, dan 6 M, diaduk sampai homogen kemudian disaring dan diencerkan sampai volume 25 ml. Analisa kualitatif dilakukan dengan cara membaca absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang 324,7 nm pada Cu dan 228,8 nm pada Cd sedangkan analisis kuantitatif dengan cara membaca absorbansi larutan standar. Kadar Cu dan Cd dalam ikan dapat diketahui dengan cara memasukkan data absorbansi larutan sampel ke dalam persamaan garis regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh konsentrasi asam pendestruksi dilakukan uji ANAVA-A.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kadar tembaga dalam ikan dengan variasi konsentrasi asam pendestruksi HNO3 2, 3, 4, 5, dan 6 M berturut-turut adalah 15,9992 ppm; 61,2526 ppm; 73,9728 ppm; 84,3647 ppm; dan 81,0385 ppm. Sedangkan untuk kadar kadmium dengan variasi konsentrasi asam pendestruksi HNO3 2, 3, 4, 5, dan 6 M berturut-turut adalah 2,6173 ppm; 3,0549 ppm; 3,1498 ppm; 2,9021 ppm; dan 2,7491 ppm. Hasil analisis data menggunakan uji ANAVA A menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sampel yang didestruksi HNO3 2 M dengan sampel yang didestruksi HNO3 3, 4, 5, 6 M. Konsentrasi optimal HNO3 pada penentuan kadar Cu dan Cd yaitu masing-masing sebesar 5 dan 4 M. Berdasarkan keputusan Dirjen POM No.03725/B/SK/V11/89 ambang batas logam Cu sebesar 20 ppm dan sesuai dengan Peraturan BPPOM RI No.00.06.1.52.4011 ambang batas logam Cd sebesar 0,1 ppm. Dan menurut hasil penelitian ini ternyata ikan kembung yang berasal dari Teluk Jakarta telah melebihi nilai ambang batas maksimum yang ditentukan.
Kata Kunci : Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), SSA, Destruksi KeringNurul Rahmawati2015-05-07T04:06:34Z2019-01-29T22:10:38Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18346This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/183462015-05-07T04:06:34ZPENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL DAN ASAM OLEAT DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS DAN BIODEGRADASI BIOPLASTIK YANG DIHASILKANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam oleat dan gliserol dalam pembuatan bioplastik dari air cucian beras dan biodegradasi bioplastik yang dihasilkan.
Penelitian ini diawali dengan membuat nata de oryza dari air cucian beras yang difermentasikan oleh bakteri Acetobacter xilynum selama 5 hari. Nata de oryza yang diperoleh dihilangkan kandungan airnya dengan cara dipanaskan dalam oven selama ±30 menit pada suhu 100 oC dan dipanaskan dengan hot plate selama ±45 menit pada suhu 120 oC, sehingga diperoleh bioplastik. Kemudian Bioplastik tersebut dikarakterisasi sifat mekaniknya, dan bioplastik yang memiliki sifat mekanik optimum dikarakterisasi lebih lanjut, yaitu analisis gugus fungsi dengan FTIR dan kemudahan biodegradasi.
Nata de oryza yang dihasilkan bertekstur kenyal, licin, dan sedikit transparan. Bioplastik nata de oryza yang diperoleh berupa lembaran, sedikit berminyak dan transparan. Hasil uji sifat mekanik menunjukkan bahwa bioplastik nata de oryza yang optimum adalah bioplastik nata de oryza yang dibuat dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2%. Bioplastik tersebut mempunyai kuat putus 4,5268 MPa, perpanjangan saat putus 7,93% dan modulus Young 0,57 MPa. Hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan bioplastik nata de oryza yang dibuat dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2% memiliki gugus fungsi hidroksil (-OH), C-H alifatik, C=O karbonil bebas, C=O karbonil berikatan hidrogen dan C-O berikatan glikosidik. Berdasarkan kemudahan biodegradasinya bioplastik nata de oryza yang dibuat dengan penambahan asam oleat 1,5% dan gliserol 2% lebih mudah terdegradasi daripada bioplastik nata de oryza yang dibuat tanpa penambahan asam oleat 1,5% dan gliserol.BUDI HARYONO2015-05-07T03:28:05Z2019-01-29T22:10:03Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18328This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/183282015-05-07T03:28:05ZIDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DALAM EKSTRAK HEKSANA DARI RIMPANG LENGKUAS PUTIH (Alpinia galanga) SECARA KROMATOGRAFI GAS - SPEKTROSKOPI MASSA
(GC-MS)Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar minyak atsiri dan identifikasi komponen-komponen senyawa yang terkandung dalam ektsrak heksana rimpang lengkuas putih (Alpinia galanga).
Ekstraksi dilakukan dengan dua cara yaitu maserasi dengan pelarut heksana dan distilasi uap. Ekstrak heksana hasil maserasi disaring dan diperoleh fraksi heksana sedangkan distilat hasil distilasi uap dipisahkan dengan ekstraksi pelarut menggunakan pelarut heksana sehingga diperoleh fraksi heksana. Fraksi heksana hasil maserasi dan distilasi uap dievaporasi dengan evaporator Buchii dan ditambah Na2SO4 anhidrat untuk menghilangkan sisa air dan disaring. Minyak atsiri hasil evaporasi selanjutnya dianalisis menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa (GC-MS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar minyak atsiri rimpang lengkuas hasil maserasi dan distilasi uap berturut-turut adalah 0,066 % b/b dan 0,007 % b/b. Hasil analisis dengan GC-MS diperoleh informasi minyak atsiri rimpang lengkuas hasil maserasi tersusun dari 17 senyawa. Dari 17 senyawa, empat diantaranya dapat diidentifikasi yaitu 1,8-sineol, 7,11-dimetil-3-metilen-1,6,10-dodekatriena, β-bisabolena dan 1,2-dimetoksi-4-(2-propenil)-benzena. Sedangkan minyak atsiri hasil distilasi uap tersusun dari 14 senyawa, tiga diantaranya dapat diidentifikasi yaitu 1,8-sineol, terpinen-4-ol dan neril asetat.Lilis Susanti2015-05-07T03:24:33Z2019-01-29T22:09:53Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18321This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/183212015-05-07T03:24:33ZPENGARUH MASSA ADSORBEN, WAKTU ADSORPSI DAN KONSENTRASI PEWARNA TERHADAP EFISIENSI
ADSORPSI ARANG AKTIF PADA PEWARNA
DIRECT BROWN TEKNISPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massa adsorben, menentukan waktu adsorpsi optimum dan pengaruh konsentrasi pewarna terhadap efisiensi adsorpsi arang aktif pada pewarna direct brown teknis serta mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam pewarna direct brown teknis.
Subjek dalam penelitian ini adalah arang aktif dari batok kelapa, sedangkan objek penelitian ini adalah efisiensi adsorpsi arang aktif terhadap zat pewarna direct brown teknis. Pengaktifan arang batok kelapa dilakukan dengan cara memanaskan dalam muffle selama 1 jam pada suhu 400 oC. Setelah itu, adsorpsi pewarna dilakukan dengan memvariasi massa arang aktif, waktu adsorpsi dan konsentrasi pewarna direct brown teknis. Efisiensi adsorpsi dinyatakan dalam bentuk konsentrasi teradsorpsi dibagi konsentrasi mula-mula larutan dan dikalikan 100 %. Konsentrasi pewarna diukur dengan spektroskopi ultraviolet-visibel dan untuk mengetahui gugus fungsinya dianalisis menggunakan spektroskopi inframerah.
Semakin banyak massa adsorben semakin besar efisiensi adsorpsi arang aktif terhadap pewarna, waktu adsorpsi optimum adalah 4 jam, semakin banyak konsentrasi pewarna semakin kecil efisiensi adsorpsi arang aktif terhadap pewarna. Spektra IR dari arang aktif sebelum dan sesudah adsorpsi menunjukan penambahan dua puncak yaitu benzene orto dan alkena. Gugus fungsi yang terdapat pada senyawa direct brown teknis adalah OH dari air, alkena, OH terhidrasi, sulfat, fosfat, eter, benzena distribusi orto.- Windra2015-05-05T02:13:15Z2019-01-29T22:01:53Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18113This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/181132015-05-05T02:13:15ZANALISIS KADAR Pb, Cd, Cu, Cr DAN Fe DALAM ZrO2
OLAHAN PASIR ZIRKON MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOMPenelitian ini disusun berdasarkan studi laboratoris yang dilakukan di laboratorium kimia PTAPB BATAN Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar unsur pengotor dan membandingkan penggunaan konsentrasi asam pendestruksi yang bervariasi untuk menganalisis kadar Pb, Cd, Cu, Cr dan Fe dalam zirkonium oksida (ZrO2).
Sampel dalam penelitian ini adalah ZrO2 olahan pasir zirkon PTAPB BATAN Yogyakarta. Analisis kimia baik kulitatif maupun kuantitatif dilakukan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom. Pelaksaan penelitian ini diawali dengan proses destruksi sampel dengan campuran asam pendestruksi HNO3 + HF pada berbagai variasi konsentrasi. Destruksi sampel dengan asam-asam tesebut dilakukan dalam teflon bom digesti parr 4755 dan dipanaskan selama 4 jam dengan suhu 1500C. Penentuan kadar Pb, Cd, Cu, Cr dan Fe dalam larutan sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom, masing-masing pada panjang gelombang 217; 228,8; 324,7; 357,9; dan 248,3 nm. Dari hasil analisis yang diperoleh kemudian dibuat kurva antara konsentrasi asam dengan hasil analisis untuk menentukan titik optimal hasil. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara kadar Pb, Cd, Cu, Cr dan Fe yang didestruksi dengan asam pendesruksi pada berbagai variasi konsentrasi, dilakukan uji anava A. Apabila terdapat perbedaan antara kadar Pb, Cd, Cu, Cr dan Fe maka dilakukan uji DMRT. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kelompok varian mana yang berbeda secara signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kadar Pb, Cd, Cu, Cr dan Fe berturut-turut 298,400 ± 15,548; 7,700 ± 0,852; 43,564; 117,200 ± 3,413; dan 853,663 ± 39,587 ppm, dapat disimpulkan bahwa kadar Pb, Cd dan Cu masih melebihi ambang batas kemurnian bahan nuklir (nuclear grade purity), sedangkan kadar kromium dan besi tidak melebihi ambang batas kemurnian bahan nuklir (nuclear grade purity). Hasil uji anava A menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kadar unsur Pb yang didestruksi dengan pelarut HF + HNO3 pada berbagai variasi konsentrasi, begitu juga untuk unsur Cd, Cu, Cr dan Fe. Namun untuk unsur Cu dan Cr yang didestruksi dengan pelarut HF + variasi HNO3 tidak ada perbedaan yang signifikan.
Kata kunci: ZrO2, SSA, unsur pengotor, logam beratCatur Nugraha Putra2015-05-04T06:37:22Z2019-01-29T21:59:14Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/18048This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/180482015-05-04T06:37:22ZVARIASI JUMLAH ETANOL PADA SINTESIS SOL-GEL TiO2
TERDADAH NITROGEN UNTUK APLIKASI
FOTODEGRADASI METILEN BIRUPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi jumlah etanol terhadap ukuran kristal dan luas permukaan spesifik TiO2 terdadah nitrogen melalui metode sintesis sol-gel dan menentukan aktivitas fotodegradasi TiO2 terdadah nitrogen hasil sintesis terhadap metilen biru pada kondisi tertentu.
Titanium dioksida (TiO2) terdadah nitrogen dihasilkan melalui metode hidrolisis sol-gel dengan Titanium Tetra Isopropoksida (TTIP) sebagai prekusor dan etilendiamin sebagai pencetak pori dan sumber nitrogen. Pelarut yang digunakan adalah etanol absolut. Sintesis dilakukan dengan variasi jumlah pelarut (etanol). Variasi jumlah etanol adalah 60 ml, 80 ml, dan 120 ml. Produk dikalsinasi pada suhu 450oC selama 3 jam. Produk dikarakterisasi menggunakan XRD untuk mengetahui ukuran kristal dan SAA untuk mengetahui luas permukaan spesifik. Mekanisme fotodegradasi pada metilen biru dilakukan di bawah lampu Visibel 12v dan UV Tazen 8 W selama 120 menit.
Variasi jumlah etanol pada metode sol-gel tidak berpengaruh secara keteraturan terhadap penurunan ukuran kristal dan kenaikan luas permukaan spesifik TiO2 terdadah nitrogen.Ukuran kristal pada 60 ml etanol yaitu 14,54 nm, pada 80 ml etanol yaitu 13,76 nm dan pada 120 ml etanol yaitu 17,16 nm. Luas permukaan spesifik pada 60 ml etanol yaitu 180 m2/g, pada 80 ml etanol yaitu 187,7 m2/g dan pada 120 ml etanol yaitu 87,89 m2/g. Berdasarkan penelitian ini, uji aktivitas TiO2 terdadah nitrogen hasil sintesis dengan 80 ml etanol mampu mendegradasi metilen biru sebesar 75,92 % pada kondisi terang.
Kata kunci: TiO2 terdadah nitrogen, jumlah etanol, fotodegradasi, metilen biru.Intan Purwita Sari2015-04-30T07:33:29Z2019-01-29T21:55:25Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17950This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/179502015-04-30T07:33:29ZVALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN BESI TOTAL DAN ALUMINIUM DALAM NATRIUM ZIRKONATPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui validasi pengujian metode spektrofotometri untuk penentuan besi total dan aluminium dalam natrium zirkonat serta mengetahui kandungan besi total dan aluminium dalam sampel natrium zirkonat hasil olahan PTAPB BATAN Yogyakarta.
Sampel natrium zirkonat hasil olahan PTAPB BATAN Yogyakarta dilarutkan menggunakan HCl pekat pada suhu ± 150 ºC. Selanjutnya hasil pelarutan diekstraksi menggunakan 30 % TNOA-Kerosen. Pengukuran dilakukan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 510 nm untuk besi total dan 536 nm untuk aluminium berdasarkan prinsip pembentukan komplek antara ion besi dengan ortobesinantrolin dalam bufbesir asetat pH 4,5 dan ion aluminium dengan eriokrom sianin R dalam bufbesir asetat pH 6,0. Parameter validasi yang diuji yaitu linearitas, daerah kerja, batas deteksi dan batas kuantisasi, presisi, akurasi dan selektivitas.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari uji linearitas diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dan absorbansi yang ditunjukkan dengan persamaan y = 0,2074x + 0,0134 dan r2 sebesar 0,999 untuk besi total dan y = 0,002546x + 0,011 dan r2 sebesar 0,997 untuk aluminium. Daerah kerja metode untuk penentuan besi total dan aluminium dalam sampel masing-masing berada pada rentang 1,0-6,0 ppm dan 100-350 ppb. Batas deteksi untuk besi total dan aluminium sebesar 0,055 ppm dan 83,540 ppb sedangkan batas kuantitasi uniuk besi total dan aluminium sebesar 0,104 ppm dan 105,298 ppb. Tingkat presisi dinyatakan dengan RSD dari 8 kali pengulangan yaitu untuk besi total 1,108-2,327 % dan untuk aluminium 1,036-2,164 %. Hasil uji perolehan kembali untuk besi total dan aluminium adalah 99,8-103,4 % dan 91,074-96,026 %. Selektivitas besi total memberikan nilai bias (Fe:Zr =1:10) -4,916 %; (Fe:Zr=1:100) -8,953 %; (Fe:Si=1:5) -3,453 %; (Fe:Si=1:10) -8,257 %; (Fe:Ti=1:5) -3,801 %. Pada aluminium memberikan nilai bias (Al:Zr = 1:10) 4,643 %; (Al:Si=1:5) -5,090 % dan (Al:Ti = 1:1) -2,126 %. Ketidakpastian untuk besi total dan aluminium masing-masing sebesar 0,00357 % dan 0,0142 % sehingga konsentrasinya 0,0526 ± 0,00357 % dan 0,1605 ± 0,0142 %. Metode yang diuji memenuhi ketentuan persyaratan yang tergolong valid sehingga dapat digunakan untuk menganalisis besi total dan aluminium dalam natrium zirkonat dengan hasil absah.
Kata kunci: validasi metode, spektrofotometri, besi total, aluminium dan natrium zirkonat.Henny Dian Puntorini2015-04-27T05:59:20Z2019-01-29T21:40:54Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17512This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/175122015-04-27T05:59:20ZPENGARUH PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARI TEPUNG
BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
penambahan ragi dan lama fermentasi terhadap kadar glukosa yang dihasilkan
dari fermentasi tepung biji alpukat.
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah biji alpukat. Objek
penelitian dalam penelitian ini adalah kadar glukosa dari tepung biji alpukat yang
difermentasi dengan variasi penambahan ragi 50 mg, 100 mg dan 150 mg dan
lama fermentasi 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Pada penelitian ini, analisis kualitatif
glukosa dengan menggunakan uji Molisch, uji Benedict, dan uji Barfoed.
Sedangkan uji kuantitatif glukosa yang dihasilkan pada proses fermentasi tepung
biji alpukat menggunakan spektrofotometer dengan metode Nelson-Somogyi.
Pengaruh penambahan ragi dan lama fermentasi diuji secara statistik
menggunakan ANAVA AB dan dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui
adanya perbedaan yang signifikan.
Hasi uji kualitatif menunjukkan bahwa hasil fermentasi tepung biji
alpukat dengan menggunakan ragi tape mengandung glukosa. Hasil uji statistik
dengan ANAVA AB dan uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan kadar
glukosa hasil fermentasi tepung biji alpukat pada variasi penambahan ragi dan
lama fermentasi. Kadar glukosa tertinggi dicapai pada penambahan berat 150 mg
dan lama fermentasi 24 jam dengan kadar 1,287 %(b/v).
Kata kunci : tepung biji alpukat, ragi, fermentasi, glukosa- YULIAWATI2015-04-27T05:47:47Z2019-01-29T21:44:08Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17609This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/176092015-04-27T05:47:47ZISOLASI DAN KARAKTERISASI EKSTRAKS ZAT WARNA
KUBIS UNGU (Brassica Oleracea L) SEBAGAI
INDIKATOR ALAMI DALAM
TITRASI ASAM BASATujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik panjang gelombang zat warna hasil isolasi dari kubis ungu, mengetahui trayek pH kubis ungu yang diisolasi berturut-turut dengan akuades panas, etanol 70% serta mengetahui kecermatan dan keakuratan dari zat warna kubis ungu sebagai indikator alami dalam titrasi asam basa.
Sampel dalam penelitian ini adalah kubis ungu (Brassica oleracea L)yang diekstrak dengan pelarut akuades panas dan etanol 70% sebanyak volum tertentu, disimpan dalam botol berwarna gelap dan didiamkan selama 1 malam. Kemudian perubahan warna yang dihasilkan diamati dan larutan diukur panjang gelombang maksimumnya serta absorbansinya dengan spektrofotometer UV-2450, dilakukan uji kecermatan dan keakuratan. Untuk menentukan kecermatan dan keakuratan dilakukan titrasi asam lemah dan basa kuat dengan indikator metil orange (MO), phenolptalein (PP) dan indikator alami kubis ungu pelarut akuades panas dan pelarut etanol 70% pada berbagai variasi volume, masing-masing dilakukan sebanyak 10 kali. Kecermatan (presisi) dinyatakan dengan persamaan standar deviasi (SD), sedangkan Keakuratan dinyatakan dengan % recovery.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang gelombang ekstrak kubis ungu dalam 200 mL pelarut etanol 70% menunjukkan puncak-puncak yang lebih tajam dengan perubahan warna dari ungu muda menjadi biru pada pH 7,0-7,8 dibandingkan puncak-puncak pada ekstrak kubis ungu dalam pelarut akuades panas dengan perubahan warna dari biru muda menjadi ungu kebiruan pada pH 7,8-8,6, serta indikator alami kubis ungu dalam pelarut etanol 70% yang digunakan pada titrasi asam lemah basa kuat lebih cermat dari pada indikator MO, PP ataupun indikator kubis ungu dalam pelarut akuades panas dengan nilai standar deviasi (SD) sebesar 0,1225. Indikator kubis ungu dalam 200 mL pelarut akuades panas lebih akurat dari pada indikator MO, maupun indikator PP dengan nilai % recovery sebesar 7,225 %.- Sukmawati2015-04-23T08:15:51Z2019-01-29T21:39:17Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17464This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/174642015-04-23T08:15:51ZPENGARUH PENAMBAHAN MERKAPTOBENZOTIAZOL (MBT) TERHADAP EFEKTIFITAS ADSORPSI SILIKA GEL DARI ABU TONGKOL JAGUNG PADA ION LOGAM KROMIUM(III)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan merkaptobenzotiazol pada sintesis silika gel dari abu tongkol jagung terhadap efektifitas adsorpsi ion logam Cr(III). Penelitian ini juga untuk mengetahui pengaruh variasi kosentrasi merkaptobenzotiazol pada sintesis silika gel terhadap efektifitas adsorpsi ion logam Cr(III).
Proses penambahan merkaptobenzotiazol terhadap kemampuan adsorpsi silika gel dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pembuatan natrium silikat, pembuatan silika gel dan adsorpsi ion Cr(III). Natrium silikat diperoleh melalui reaksi antara abu tongkol jagung dengan NaOH pada temperatur 100 oC. Pembentukan gel dilakukan dengan menambahkan merkaptobenzotiazol dan HCl secara bertetes-tetes dalam larutan natrium silikat sampai mencapai pH=7. Variasi kosentrasi merkaptobenzotiazol yang digunakan adalah 0,02; 0,06 dan 0,10 M. Silika gel yang ditambahkan merkaptobenzotiazol digunakan sebagai adsorben ion Cr(III). Silika gel hasil sintesis dikarakterisasi dengan menggunakan AAS untuk mengetahui jumlah ion Cr(III) yang teradsorb dan Spektrofotometer Infra-Merah (FTIR) untuk mengidentifikasi gugus silanol, siloksan, -SH dari MBT, dan gugus-gugus lain yang terikat pada silika gel.
Penambahan merkaptobenzotiazol pada kemampuan adsorpsi silika gel terhadap ion Cr(III) hanya efektif pada penambahan MBT 0,02 M (SM2). Variasi konsentrasi merkaptobenzotiazol pada kemampuan adsorpsi silika gel terhadap ion Cr(III) hanya efektif pada penambahan MBT 0,02 M (SM2) dengan nilai sebesar 82,302 %. Silica gel dengan penambahan merkaptobenzotiazol pada konsentrasi 0,06 M dan 0,10 M tidak efektif karena kemampuan adsorpsinya semakin menurun.
Key Words: adsorption, merkaptobenzotiazole, silica gel, Cr(III), corn cobRikah Krisdiasih2015-04-23T08:04:27Z2019-01-29T21:39:14Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17463This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/174632015-04-23T08:04:27ZSINTESIS SILIKA GEL DARI ABU LAYANG BATUBARA DAN UJI
ADSORPSINYA TERHADAP ION LOGAM KADMIUM (II)Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis silika gel dari abu layang batubara pabrik spiritus Madukismo, mengetahui karakteristik silika gel hasil sintesis, mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam yang digunakan dalam pembuatan silika gel klorida pada karakter silika gel dari abu layang batubara dan mengetahui besarnya daya dan efisiensi adsorpsi silika gel dari abu layang batubara terhadap ion kadmium(II). Subjek penelitian ini adalah silika gel yang disintesis dari abu layang batubara dengan variasi konsentrasi asam. Objek dari penelitian ini adalah karakter silika gel yang dihasilkan meliputi keasaman, kadar air, spektra inframerah, daya dan efisiensi adsorpsi terhadap ion logam kadmium (II). Sintesis silika gel dilakukan dengan menambahkan asam klorida 1, 3 dan 5 M dalam 20 mL natrium silikat disertai pengadukan sampai pH 7, didiamkan selama semalam, dicuci dengan akudemineralisata hingga netral, dikeringkan dalam oven pada temperatur 120 oC selama 2 jam dan digerus hingga lolos ayakan 200 mesh, kemudian digunakan dalam adsorpsi ion logam kadmium(II) dan dikarakterisasi dengan spektroskopi inframerah dan spektroskopi serapan atom. Hasil penelitian ini adalah silika gel dapat disintesis dari abu layang batubara, dimana silika gel hasil sintesis dengan pengasaman menggunakan asam klorida 1, 3 dan 5 M masing – masing mempunyai nilai keasaman 4,98; 4,62 dan 4,71 mmol/g, kadar air 8,6853; 8,0132 dan 8,5759 % , rumus kimia SiO2. 0,3713H2O; SiO2. 0,3538H2O dan SiO2. 0,3671H2O. Besarnya daya adsorpsi terhadap ion logam kadmium(II) berturut – turut 0,3839; 0,3821 dan 0,3851 mg/g. Efisiensi adsorpsi silika gel dari abu layang batubara terhadap ion logam kadmium adalah 99,3784; 98,8418 dan 99,5553% . Kata Kunci:abu layang batubara, silika gel, adsorpsi, ion logam kadmium(II).Riska Frihantining Hidayati2015-04-23T07:57:20Z2019-01-29T21:39:12Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17462This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/174622015-04-23T07:57:20ZPENGARUH KONDISI EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTER MINYAK DARI BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus L.)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelarut heksana dan pelarut toluena serta waktu ekstraksi terhadap rendemen minyak hasil ekstraksi dari biji kecipir dan untuk mengetahui karakter minyak biji kecipir yang diekstraksi dengan pelarut n-heksana dan toluena pada kondisi optimum.
Metode penelitian ini meliputi 3 tahap. Tahap pertama yang dilakukan yaitu preparasi biji kecipir yang meliputi penghalusan biji dan pemanasan menggunakan oven pada suhu 60°C untuk menghilangkan kandungan air. Tahap kedua yaitu ekstraksi minyak dari biji kecipir dengan pelarut n-heksana dan toluena dan waktu ekstraksi 60, 90, dan 120 menit. Tahap ketiga yaitu penentuan rendemen minyak biji kecipir dari tiap kondisi ekstraksi dan penentuan karakter minyak biji kecipir yang diekstraksi pada kondisi optimum meliputi angka penyabunan, angka iodin, angka peroksida, indeks bias dan kadar tokoferol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekstraksi dalam hal ini jenis pelarut dan waktu ekstraksi mempengaruhi rendemen dan karakter minyak biji kecipir. Kondisi optimum untuk memperoleh rendemen maksimal minyak biji kecipir yaitu dengan ekstraksi menggunakan pelarut n-heksana pada waktu ekstraksi 120 menit, rendemen yang diperoleh 19,82 % (b/b). Karakter minyak biji kecipir yang diekstraksi dengan pelarut n-heksana meliputi : angka penyabunan 162,066 mg KOH/g; angka iodin 100,018 g iod/g; angka peroksida 4,26 meq/kg; indeks bias 1,463°; dan kadar tokoferol 67,360 ppm. Karakter minyak biji kecipir yang diekstraksi dengan pelarut meliputi : angka penyabunan 171,187 mg KOH/g; angka iodin 127,047 g iod/100g; angka peroksida 2,13 meq/kg; indeks bias 1,470°; dan kadar tokoferol 85,967 ppm.
Kata kunci : minyak kecipir, kondisi ekstraksi, karakter minyakIKA SRI RAHAYU2015-04-23T07:08:15Z2019-01-29T21:38:52Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17454This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/174542015-04-23T07:08:15ZVARIASI WAKTU HIDROLISIS PADA SINTESIS TiO2
TERDOPING NITROGEN UNTUK APLIKASI
FOTODEGRADASI METIL ORANYEPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu hidrolisis pada sintesis TiO2 terdoping nitrogen terhadap ukuran kristal, luas permukaan dan porositas dari senyawa yang dihasilkan dan menentukan aktivitas fotokatalitik TiO2 terdoping nitrogen hasil reaksi pada waktu hidrolisis optimum pada fotodegradasi metil oranye. TiO2 terdoping nitrogen disintesis melalui metode sol gel. Prekursor yang digunakan adalah titanium (IV) tetraisopropoksida (TTIP) dan etilendiamin sebagai cetakan dan sumber nitrogen. Variasi waktu hidrolisis yang digunakan adalah 22, 24, dan 48 jam. Cetakan dihilangkan dengan kalsinasi pada temepratur 450˚C selama 3 jam. Ukuran kristal dikarakterisasi menggunakan X-Ray
Difraction (XRD), sedangkan luas permukaan dan porositas kristal hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan adsorpsi desorpsi gas N2. Mekanisme fotodegradasi pada metil oranye dilakukan di bawah lampu UV dan lampu visibel selama 10, 20, 30, 60, 90, 120 menit. Hasil karakterisasi TiO2 terdoping nitrogen menunjukkan bahwa waktu hidrolisis 22 jam mempunyai ukuran kristal sebesar 14,8 nm, luas permukaan spesifik sebesar 131,8 m2/g, volum pori total 0,09767 cc/g dan diameter pori ratarata (BJH) sebesar 4,528 nm. TiO2 terdoping nitrogen mempunyai persentase aktivitas fotodegradasi sebesar 67,38%. Kata kunci: TiO2, doping nitrogen, fotodegradasi, metil oranye.Rini Sapta Wadani2015-04-23T05:23:21Z2019-01-29T21:38:17Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17440This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/174402015-04-23T05:23:21ZISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK METANOL RIMPANG
LENGKUAS MERAH (Alpinia galanga)Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak metanol yang terdapat dalam rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga) serta menentukan karakteristik senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak metanol menggunakan spektroskopi UV-Vis, spektroskopi IR dan GC-MS.
Rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga) diisolasi menggunakan metode maserasi yaitu dengan cara merendam serbuk rimpang lengkuas merah dengan pelarut metanol selama ± 24 jam. Hasil maserasi kemudian dipartisi menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat. Selanjutnya hasil partisi tersebut dievaporasi hingga diperoleh ekstrak pekat kemudian dipisahkan menggunakan KVC dan KKG yang dipandu dengan KLT. Setelah diperoleh senyawa murni selanjutnya diidentifikasi dengan spektroskopi UV-Vis, spektroskopi IR dan GC-MS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa murni hasil isolasi yang telah dianalisis menggunakan spektroskopi UV-Vis menunjukkan adanya serapan maksimum pada panjang gelombang (λ) 262,40 nm dan 211,80 nm. Dari hasil analisis menggunakan spektroskopi IR, diperoleh beberapa gugus fungsi utama yaitu terdapat gugus fungsi –OH berupa puncak melebar pada daerah 3268,83 cm-1 dan diperkuat dengan adanya serapan pada daerah 1269,29 cm-1 yang mengindikasikan adanya gugus C-O. Pada daerah 2927,00 cm-1 merupakan CH alkana. Sedangkan pada daerah 3014,65 cm-1 merupakan =C-H alkena. Selanjutnya pada daerah 1514,11 cm-1 merupakan gugus fungsi C=C aromatik dan pada daerah 1609,34 cm-1 merupakan gugus fungsi C=C alkena. Kemudian pada daerah 1711,47 cm-1 terdapat gugus fungsi C=O karbonil. Hasil analisis GC-MS menghasilkan satu puncak tertingi dan beberapa puncak sebagai pengotor. Puncak tertinggi ditunjukkan pada puncak ke-empat dengan waktu retensi 19,006 menit dan kelimpahan sebesar 44,04 %. Puncak tertinggi hasil analisis memiliki kemiripan fragmentasi dengan senyawa eugenol. Dengan demikian struktur senyawa hasil isolasi belum bisa ditentukan.
Kata kunci : Isolasi, Rimpang lengkuas merah, Maserasi, senyawa metabolit sekunder, SpektroskopiIFAN SISWAHYUNI UTAMI2015-04-23T05:19:59Z2019-01-29T21:35:40Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17373This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/173732015-04-23T05:19:59ZPENGARUH EKSTRAK CABAI RAWIT HIJAU (Capsicum frutescens L.)
SEBAGAI ANTIOKSIDAN TERHADAP PROSES AUTOOKSIDASI
MINYAK KELAPA KRENGSENGPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak cabai rawit hijau (Capsicum frutescens L.) sebagai antioksidan terhadap proses autooksidasi minyak kelapa krengseng dengan variasi konsentrasi dan lama inkubasi. Subjek dan objek dalam penelitian ini adalah ekstrak cabai rawit hijau dan aktivitas antioksidan ekstrak cabai rawit hijau. Cabai rawit hijau disokhletasi dengan etanol p.a 70%, kemudian dipekatkan dan dibuat konsentrasi 1%b/v. Uji kualitatif adanya kandungan flavonoid dilakukan secara kromatografi kertas dengan senyawa pembanding rutin. Fase gerak yang digunakan adalah n-butanol, asam asetat 15%, dan air (4:1:5v/v, lapisan atas), fase diam adalah air dan penyokong fase diam adalah kertas Whatman no.1, kemudian diuapkan dengan amonia dan disemprot dengan campuran kalium ferrisianida 1% dan ferriklorida 2% (1:1 v/v). Uji identifikasi flavonoid menggunakan larutan NaOH 5%. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode tiosianat yang dinyatakan sebagai persentase penghambatan oksidasi terhadap kontrol. Aktivitas antioksidan diukur serapannya secara spektroskopi UV-Vis pada panjang gelombang 490 nm. Konsentrasi ekstrak cabai rawit hijau yang digunakan adalah 0,01%b/v; 0,05%b/v; dan 0,10%b/v, sedangkan konsentrasi pembanding rutin 0,05%b/v. Hasil kromatografi kertas dan uji identifikasi menunjukkan bahwa ekstrak cabai rawit hijau dan rutin mengandung flavonoid. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan adanya pengaruh penambahan ekstrak cabai rawit hijau terhadap aktivitas antioksidan pada minyak kelapa krengseng, yaitu semakin besar konsentrasi ekstrak cabai rawit hijau yang ditambahkan, maka aktivitas antioksidan semakin besar dan aktivitas antioksidan paling besar pada lama inkubasi hari kedua. Persentase penghambatan oksidasi minyak kelapa krengseng optimal pada hari kedua untuk konsentrasi 0,10%b/v. Hasil analisis statistik anava dua arah taraf signifikasi 5% menunjukkan bahwa antar konsentrasi, antar lama inkubasi, dan antar konsentrasi dengan lama inkubasi berbeda secara signifikans. Hasil uji Bonferroni taraf signifikasi 5% menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan berbeda secara nyata untuk tiap konsentrasi dan berbeda pada perlakuan lama inkubasi hari kedua, ketiga, kelima, dan ketujuh.Ririt Morani2015-04-23T05:11:29Z2019-01-29T21:33:32Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17322This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/173222015-04-23T05:11:29ZSINTESIS SILIKA GEL DARI ABU LAYANG BATUBARA DAN UJI ADSORBSINYA TERHADAP ION LOGAM TIMBAL(II)Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis silika gel dari abu layang batubara melalui pengabuan pada temperatur 450 °C dan mengetahui karakter silika gel hasil sintesis. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam terhadap banyaknya hasil silika gel yang dihasilkan, daya adsorpsi dan efisiensi adsorpsi ion logam timbal(II).
Subjek penelitian ini adalah silika gel yang disintesis dari abu layang batubara. Asam yang digunakan adalah asam klorida dengan konsentrasi 1, 3 dan 5 M. Sintesis silika gel dari abu layang batubara dilakukan dengan melarutkan 6 gram abu layang batubara ke dalam 20 mL natrium hidroksida 1 M disertai pengadukan dan pemanasan selama 1 jam. Filtrat natrium silikat yang terbentuk ditambahkan asam bertetes-tetes disertai pengadukan hingga pH 7. Campuran didiamkan selama 24 jam kemudian disaring dan dicuci dengan akuademineralisata hingga netral lalu dikeringkan dalam oven pada temperatur 120 °C selama 2 jam dan digerus hingga lolos ayakan 200 mesh, kemudian digunakan dalam adsorpsi ion logam timbal(II).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa silika gel dapat disintesis dari abu layang batubara. Daya adsorpsi pada kiesel gel 60G dan silika gel hasil sintesis asam klorida 1, 3 dan 5 M berturut-turut adalah 0,2503; 0,3135; 0,3282 dan 0,2979 mg/g, sedangkan efisiensi adsorbsi berturut-turut 63,81; 78,76; 82,55 dan 74,91%. Variasi konsentrasi asam yang digunakan dalam sintesis berpengaruh terhadap banyaknya silika gel yang dihasilkan, daya adsorpsi dan efisiensi adsorpsi ion logam timbal(II).
Kata kunci : silika gel,adsorpsi, ion logam timbal(II)Hidayati Kumalasari2015-04-23T05:07:53Z2019-01-29T21:29:19Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17211This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/172112015-04-23T05:07:53Z“PENENTUAN DAYA JERAP JERAMI PADI TERAKTIVASI NaOH TERHADAP ZAT WARNA METHYL RED”Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pH maksimum dari penjerapan methyl red, mengetahui pengaruh massa bahan penjerap (jerami padi) terhadap daya jerap jerami padi pada methyl red, menentukan waktu kontak maksimum dari penjerapan methyl red dan mengetahui pengaruh konsentrasi methyl red terhadap daya jerap jerami padi.
Subjek dalam penelitian ini adalah jerami padi dan objeknya adalah daya jerap jerami padi terhadap pewarna methyl red dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS. Jerami padi diaktivasi terlebih dahulu dengan cara dipanaskan dengan larutan NaOH 2M selama 3 jam, kemudian dicuci sampai netral. Proses penjerapan dilakukan pada suhu kamar dengan mengkondisikan variasi pH, massa bahan penjerap (jerami padi), waktu kontak dan konsentrasi pewarna methyl red. Larutan pewarna methyl red setelah dijerap dianalisis secara kuantitatif dengan spektofotometri UV-VIS. Jerami padi teraktivasi sebelum dan sesudah penjerapan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan spektrofotometri infra merah (FTIR).
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pH maksimum adalah pH 6 dengan daya jerap sebesar 3,713 mg/g, semakin besar massa jerami padi daya jerap mengalami penurunan, massa bahan penjerap maksimum 0,05 gram dengan daya jerap sebesar 5,599 mg/g, waktu kontak maksimum adalah 120 menit dengan daya jerap 9,9 mg/g dan konsentrasi pewarna methyl red optimum untuk penjerapan jerami padi yaitu 124,211 ppm (konsentrasi terbaca) dengan daya jerap 31,156 mg/g.Diah Tri Astuti2015-04-23T02:47:22Z2019-01-29T21:28:04Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17176This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/171762015-04-23T02:47:22ZSINTESIS SILIKA GEL DARI ABU LAYANG BATUBARA DAN UJI ADSORPSINYA TERHADAP ION LOGAM KROMIUM(III)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya mensintesis silika gel dari abu layang batubara pabrik spiritus madukismo, mengetahui karakteristik silika gel hasil sintesis dan mengetahui besarnya daya adsorpsi dan efisiensi adsorpsi silika gel hasil sintesis terhadap ion logam kromium(III).
Subjek dari penelitian ini adalah silika gel yang disintesis dari abu bagasse dengan variasi konsentrasi asam. Objek dari penelitian ini adalah karakter silika gel yang dihasilkan meliputi keasaman, kadar air, spektra inframerah, daya dan efisiensi adsorpsi terhadap ion logam kromium (III). Sintesis silika gel dilakukan dengan menambahkan asam klorida 1, 3 dan 5 M ke dalam 20 mL natrium silikat disertai pengadukan sampai pH 7, didiamkan selama 24 jam, dicuci dengan akuademineralisata hingga netral, dikeringkan dalam oven pada temperatur 120°C selama 2 jam dan digerus hingga lolos ayakan ukuran 200 mesh. Hasil sintesis digunakan untuk adsorpsi ion logam kromium (III) 10 ppm, diaduk selama 90 menit, diendapkan dengan sentrifuge selama 30 menit, dikarakterisasi dengan spektroskopi inframerah dan spektroskopi serapan atom.
Hasil penelitian menunjukkan silika gel dari abu layang batubara pabrik Madukismo dapat disintesis dengan metode sol-gel. Keasaman Kiesel Gel 60G, SG 1 M, SG 3 M dan SG 5 M masing-masing adalah 5,9165; 4,0754; 3,5952 dan 4,1828 mmol/gram, kadar air 3,26; 11,46; 7,78 dan 7,96 % dengan rumus kimia SiO2.0,1124H2O; SiO2.0,4317H2O; SiO2.0,2814H2O dan SiO2.0,2884H2O. Besarnya daya adsorpsi terhadap ion logam kromium (III) berturut-turut 0,354; 0,370; 0,370 dan 0,368 mg/g. Sedangkan besarnya efisiensi adsorpsi terhadap ion logam kromium (III) berturut-turut 95,451; 99,829; 99,698 dan 99,268 %.
Kata Kunci: Abu Layang Batubara, Silika Gel, Adsorpsi, Ion Logam Kromium(III)Melani Nur Indri2015-04-23T02:21:54Z2019-01-29T21:37:02Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17406This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/174062015-04-23T02:21:54ZEKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI EKSTRAK ZAT WARNA
BIT MERAH (Beta vulgaris L) SEBAGAI INDIKATOR
ALAMI TITRASI ASAM BASAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik zat warna bit merah yang meliputi: trayek pH, absorbansi optimum pada berbagai panjang gelombang, nilai pK Ind, pengaruh lama penyimpanan terhadap kestabilan ekstrak, serta kecermatan dan keakuratan penggunaan ekstrak bit merah sebagai indicator alami pada titrasi asam basa.
Proses ekstraksi zat warna dilakukan dengan menggunakan dua macam pelarut yaitu akuades panas 60 ºC dan etanol:HCl 0,1 M (9:1). Penentuan trayek pH dengan larutan buffer pH 3,8–12,0. Absorbansi optimum ditentukan menggunakan Spectronic Genesys 20. Nilai pK Ind didapat dengan menentukan nilai A1/2 pada panjang gelombang maksimum pH 3,8 (asam) dan pH 12,0 (basa), kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan regresi Y=BX+A dari kurva hubungan antara pH dengan absorbansi. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kestabilan ekstrak dilakukan selama 7 hari diketahui dengan pengukuran absorbansi. Ekstrak yang relatif stabil diaplikasikan sebagai indikator alami pada titrasi asam basa. Penentuan tingkat kecermatan dan keakuratan dilakukan titrasi dengan menggunakan indikator PP (fenol ftalein) dan indikator alami. Titrasi yang dilakukan yaitu titrasi asam kuat (HCl)-basa kuat (NaOH) dan titrasi asam lemah (CH3COOH)-basa kuat (NaOH). Tingkat kecermatan ditinjau dari SD (Standar Deviasi), sedangkan tingkat keakuratan ditinjau dari % Recovery.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa : (1) ekstrak dengan pelarut akuades panas 60 ºC menghasilkan warna merah, sedangkan dengan pelarut etanol:HCl 0,1 M (9:1) menghasilkan warna merah ungu; (2) trayek pH ekstrak dengan pelarut akuades panas 60 ºC yaitu pH 7,9-8,6 dan 10,5-11, sedangkan ekstrak dengan pelarut etanol:HCl 0,1 M (9:1) yaitu pH 7,9-8,6; (3) absorbansi optimum ekstrak dengan pelarut akuades panas 60 ºC berada pada panjang gelombang 380 nm dan 420 nm, sedangkan ekstrak dengan pelarut etanol:HCl 0,1 M (9:1) pada 520 nm dan 540 nm; (4) nilai pK Ind ekstrak dengan pelarut akuades panas 60 ºC adalah 8,27, sedangkan ekstrak dengan etanol:HCl 0,1 M (9:1) adalah 8,5; (5) ekstrak dengan pelarut etanol:HCl 0,1 M (9:1) relatif stabil terhadap lama penyimpanan; (7) indikator fenolftalein dan indikator alami cermat serta akurat pada titrasi asam kuat – basa kuat. Sedangkan indikator fenolftalein dan indikator alami cermat serta cukup akurat pada titrasi asam lemah – basa kuat.
Kata kunci: bit merah, indikator alami, titrasi asam basa.Rizkya Donna Novianti2015-04-23T02:12:13Z2019-01-29T21:36:50Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17401This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/174012015-04-23T02:12:13ZREAKSI KONDENSASI ANTARA 4-METOKSIASETOFENON DENGAN VANILINPenelitian ini bertujuan untuk mensintesis 1-(4’-metoksifenil)-3-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-2-propen-1-on dengan menggunakan katalis asam (gas HCl) dan katalis basa (NaOH), serta menentukan karakter, sifat fisik dan rendemen dari senyawa hasil sintesis.
Subjek dalam penelitian ini adalah senyawa hasil reaksi antara 4-metoksiasetofenon dengan vanilin, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah randemen dan karakter senyawa hasil reaksi. Penelitian dalam suasana asam diawali dengan mereaksikan senyawa 4-metoksiasetofenon, vanilin, dan pelarut etanol dengan dialiri gas HCl serta gas N2. Reaksi sintesis ini dilakukan pengadukan selama 6 jam. Penelitian dalam suasana basa diawali dengan memasukkan 4-metoksiasetofenon dan vanilin dalam pelarut akuades dan etanol serta katalis NaOH. Reaksi sintesis dilakukan pengadukan selama 6 jam. Senyawa dikarakterisasi dengan KLT, KLT Scanner, spektroskopi IR, UV dan 1H-NMR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis suasana asam dengan katalis gas HCl dan basa dengan katalis NaOH adalah senyawa 1-(4’-metoksifenil)-3-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-2-propen-1-on. Reaksi kondensasi antara 4-metoksiasetofenon dengan vanilin dalam suasana asam memberikan randemen 30,70 % dengan kemurnian 96,19 %. Reaksi kondensasi antara 4-metoksiasetofenon dengan vanilin dalam suasana basa memberikan randemen 7,02 % dengan kemurnian 99,01%. Produk asam memiliki sifat fisik berwarna kuning, berupa padatan kristal, dan memiliki titik leleh 145-147o C dan produk basa memiliki sifat fisik berwarna kuning, berupa padatan kristal, dan memiliki titik leleh 142-143o C.
Kata kunci : Reaksi kondensasi, 4-metoksiasetofenon, vanilinANDRY WIDYANANTO2015-04-23T01:52:38Z2019-01-29T21:36:30Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17393This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/173932015-04-23T01:52:38ZEKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI EKSTRAK ZAT WARNA
UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SEBAGAI
INDIKATOR ALAMI TITRASI ASAM BASAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik zat warna ubi jalar ungu yang meliputi: trayek pH, absorbansi optimum pada berbagai panjang gelombang, nilai pK Ind, pengaruh lama penyimpanan terhadap kestabilan ekstrak, serta tingkat kecermatan dan keakuratan penggunaannya pada titrasi asam basa.
Proses ekstraksi zat warna dilakukan dengan menggunakan dua macam pelarut yaitu akuades panas 60 ºC dan etanol:HCl 0,1 M (9:1). Penentuan trayek pH dengan larutan buffer pH 3,8-12,0. Absorbansi optimum ditentukan menggunakan Spectronic Genesys 20. Nilai pK Ind didapat dengan menentukan nilai A1/2 pada panjang gelombang maksimum pH 3,8 (asam) dan pH 12,0 (basa), kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan regresi Y=BX+A dari kurva hubungan antara pH dengan absorbansi. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kestabilan ekstrak dilakukan selama 7 hari dengan melakukan pengukuran absorbansi. Ekstrak yang relatif stabil diaplikasikan sebagai indikator alami pada titrasi asam basa. Untuk penentuan tingkat kecermatan dan keakuratan dilakukan titrasi dengan menggunakan indikator PP (fenolftalein) dan indikator ekstrak ubi ungu. Titrasi yang dilakukan yaitu titrasi asam kuat (HCl) - basa kuat (NaOH) dan titrasi asam lemah (CH3COOH) - basa kuat (NaOH). Tingkat kecermatan ditinjau dari SD (Standar Deviasi), sedangkan tingkat keakuratan ditinjau dari % Recovery.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa: (1) ekstraksi dengan pelarut akuades panas 60 ºC menghasilkan warna merah tua pekat dan keruh, sedangkan dengan pelarut etanol:HCl 0,1 M (9:1) menghasilkan warna merah tua lebih cerah, (2) trayek pH dengan pelarut akuades panas 60 ºC dan dengan palarut etanol:HCl 0,1 M (9:1) yaitu pH 7,2-7,9, (3) absorbansi optimum ekstrak dengan pelarut akuades panas 60 ºC maupun dengan pelarut etanol:HCl 0,1 M (9:1) berada pada panjang gelombang maksimum 370 nm, (4) nilai pK Ind ekstrak dengan pelarut akuades panas 60 ºC pada pH 8,056, sedangkan ekstrak dengan pelarut etanol:HCl 0,1 M (9:1) pada pH 7,87, (5) ekstrak ubi jalar ungu dengan pelarut etanol:HCl 0,1 M (9:1) yang relatif stabil terhadap lama penyimpanan, (6) indikator fenolftalein dan indikator alami cermat dan cukup akurat untuk titrasi asam kuat-basa kuat, sedangkan indikator fenolftalein dan indikator alami cermat dan akurat untuk titrasi asam lemah-basa kuat.
Kata kunci: ubi jalar ungu, indikator alami, titrasi asam basa.Eko Novianingsih2015-04-22T07:09:34Z2019-01-29T21:35:30Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17369This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/173692015-04-22T07:09:34ZPENGARUH PENAMBAHAN MERKAPTOBENZOTIAZOL (MBT) TERHADAP EFEKTIFITAS ADSORPSI SILIKA GEL DARI ABU TONGKOL JAGUNG PADA ION LOGAM KADMIUM(II)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter gugus fungsi silika gel setelah penambahan MBT, mengetahui pengaruh penambahan dan konsentrasi MBT pada efektifitas adsorpsi silika gel terhadap Cd(II).
Subjek dari penelitian ini adalah pengaruh penambahan merkaptobenzotiazol pada sintesis silika gel dari abu tongkol jagung terhadap kemampuan adsorpsinya. Objek dari penelitian ini adalah kemampuan adsorpsi silika gel dari abu tongkol jagung terhadap ion logam Cd(II). Tahapan penelitian yaitu pembuatan natrium silikat, pembentukkan silika gel dan adsorpsi terhadap Cd(II). Identifikasi gugus silanol, siloksan, dan gugus-gugus lain yang terikat pada silika gel digunakan spektrofotometer infra-merah (FTIR). Efektifitas adsorpsi dinyatakan oleh Cd(II) yang teradsorpsi silika gel dan silika gel-MBT.
Karakter gugus fungsi silika gel setelah penambahan MBT dengan spektrofotometri infra-merah menunjukkan kemiripan dengan kiesel gel-60G. Efektifitas adsorpsi silika gel terhadap Cd(II) dipengaruhi oleh penambahan MBT. Semakin besar konsentrasi MBT, maka semakin besar efektifitas adsorpsi silika gel terhadap ion logam Cd(II).
Kata kunci : merkaptobenzotiazol; adsorpsi silika gel; abu tongkol jagung; ion cadmium.Rio Dwi Andrianto2015-04-22T05:09:59Z2019-01-29T21:34:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17351This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/173512015-04-22T05:09:59ZPERBEDAAN KADAR PROTEIN IKAN SEPAT RAWA (Ttichogaster trichopterus Pall) KONDISI SEGAR DAN HASIL PENGOLAHAN DENGAN CARA ASIN KERING DAN WADIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Kadar Protein Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus Pall) Kondisi Segar dan Hasil Pengolahan Dengan Cara Asin Kering dan Wadi .
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen satu faktor dengan variabel bebas berupa variasi proses pengolahan ikan sepat rawa yaitu dengan cara asin kering dan wadi. Variabel terikatnya adalah kadar protein ikan sepat rawa kondisi segar dan hasil pengolahan dengan cara asin kering dan wadi. Ikan sepat rawa asin kering berasal dari ikan sepat rawa segar dan diolah menjadi ikan asin kering dengan proses penggaraman dan dilanjutkan dengan proses pengeringan, sedangkan ikan sepat rawa wadi yang dihasilkan yaitu berasal dari ikan sepat rawa segar dengan proses fermentasi, yaitu ikan segar dilumuri dengan garam dan didiamkan sampai beberapa jam, setelah itu dilumuri dengan tepung beras yang sudah disangrai, kemudian disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Untuk menentukan kadar protein atau kadar nitrogen dalam ikan sepat rawa kondisi segar dan hasil pengolahan dengan cara asin kering dan wadi menggunakan metode Kjeldahl dan untuk melihat perbedaan kadar protein ikan sepat rawa kondisi segar dan hasil pengolahan dengan cara asin kering dan wadi menggunakan analisis varians satu jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengolahan berpengaruh secara signifikan (P<0,05) terhadap kadar protein ikan sepat rawa yang diolah dengan cara asin kering dan wadi. Dalam penelitian ini kadar protein untuk ikan segar adalah 8,796%, asin kering7,078% dan wadi 6,364%. Kadar protein ikan segar hanya sebagai pembanding antara ikan sepat rawa yang segar dengan ikan sepat rawa yang sudah diolah dengan cara asin kering dan wadi. Terdapat kecenderungan dalam hasil penelitian, bahwa proses pengolahan ikan dapat mempengaruhi kadar protein yang terkandung dalam ikan tersebut.- Ermila2015-04-22T03:45:36Z2019-01-29T21:33:37Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17324This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/173242015-04-22T03:45:36ZPENGARUH MODIFIKASI TERHADAP KARAKTERISTIK TiO2 TERDADAH NITROGEN DENGAN SENSITISASI IN SITU
KOMPLEKS RUTENIUMPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh modifikasi proses sensitisasi in situ antara ligan 2,2’-bipiridil-4,4’-dikarboksilat dan Ru(SCN)2 terhadap karakter dari TiO2 terdadah nitrogen. Pengaruh modifikasi proses sensitisasi dapat dilihat berdasarkan analisis spektrofotometri inframerah, spektrofotometri UV-Vis dan XRD.
Metode yang digunakan dalam sintesis TiO2 terdadah nitrogen adalah sol gel, penambahan etilendiamin sebagai pencetak pori dalam etanol untuk membentuk larutan homogen, selanjutnya ditambahkan TTIP sebagai prekursor logam. Campuran kemudian direfluks untuk mengkoordinasikan gugus amina ke atom Ti. Setelah proses refluks, campuran didinginkan hingga suhu kamar dan ditambah CH3COOH untuk mengoptimasi kondisi keasaman sintesis. Proses hidrolisis dicapai dengan menambahkan akuades selama pengadukan. Penghilangan pencetak pori dilakukan melalui proses kalsinasi. Kristal TiO2 terdadah nitrogen yang dihasilkan, selanjutnya disensitisasi dengan sensitiser kompleks rutenium secara in situ dengan modifikasi antara Ru(SCN)2 dengan 2,2’-bipiridil-4,4’-dikarboksilat.
Hasil analisis spektrum inframerah pada kedua modifikasi serapan SCN disekitar daerah 2370,10cm-1 ,pada modifikasi sensitisasi Ru(SCN)2 dengan 2,2’-bipiridil-4,4’-dikarboksilat menunjukan serapan CN pada daerah 1640,79 cm-1, sedangkan serapan CN pada sensitisasi ligan 2,2’-bipiridil-4,4’-dikarboksilat dan Ru(SCN)2 muncul pada daerah 1546,98 cm-1 . Pada analisis spektrofotometri UV-Vis, panjang gelombang maksimal pada modifikasi sensitisasi Ru(SCN)2 dengan 2,2’-bipiridil-4,4’-dikarboksilat adalah 327 nm dan sensitisasi ligan 2,2’-bipiridil-4,4’-dikarboksilat dan Ru(SCN)2 adalah 338 nm. Ukuran kristal yang diperoleh berdasarkan spektra XRD pada modifikasi sensitisasi Ru(SCN)2 dengan 2,2’-bipiridil-4,4’-dikarboksilat sebesar 12,4566 nm sedangkan pada sensitisasi ligan 2,2’-bipiridil-4,4’-dikarboksilat dan Ru(SCN)2 sebesar 10,8700 nm. Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukan bahwa modifikasi proses sensitisasi in situ dapat mempengaruhi karakter dari TiO2 terdadah nitrogen.Noor Isnaini Ardani Putri2015-04-22T03:36:19Z2019-01-29T21:33:25Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17319This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/173192015-04-22T03:36:19ZMODEL MATEMATIS PADA PROSES DESORPSIZIRKONIUM SECARAFIXED BED KROMATOGRAFIPenelitian ini bertujuan untuk menentukan koefisien transfer massa (Kca) dan diffusivitas aksial (Dz) Zirkonium pada proses desropsi secara fixed bed. Selain itu juga bertujuan untuk memperoleh model matematispada proses fixed bed tersebut.
Subjek dalam penelitian ini adalah kadar Zirkonium hasil proses desorpsi ,sedangkan objek dalam penelitian ini adalah koefisien transfer massa (Kca) dan diffusivitas aksial (Dz) Zirkonium dengan kecepatan alir yang digunakan sebesar 1,5; 2,0; dan 2,5 ml/menit sertatinggi resin 12 cm. Percobaan dilakukan dengan menggunakan larutan umpan Zirkonium dengan kadar 6,625858g/L dalam H2SO4 3,52 M. yang kemudian dijenuhkan dengan resin anion Dowex 1X8. Dan setelah terjadi kesetimbangan, maka Larutan eluen H2SO44M dialirkan melewati resin penukar anion dan kondisi operasi dijaga konstan dengan mengatur kecepatan masuk dan keluarnya dengan pompa fluida. Larutan yang keluar dari kolom kemudian ditampung dan dianalisis konsentrasi Zirkoniumnya dengan spektrometer pendar sinar–X, yang selanjutnya nilai kca dan dz ditentukan mencoba coba dengan simulasi computer dari hasil model matematis, sehingga diperoleh nilai SSE yang paling minimum.
Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah data Pada kecepatan alir umpan 1,5 ml/menit diperoleh harga Kca sebesar 0,0095 /menit dan Dz sebesar 12,2276cm2/menitdengan Nilai SSE 0,2141. Pada kecepatan alir umpan 2,0 ml/menit diperoleh harga Kca sebesar 0,0117 /menit dan Dz sebesar 13,2445cm2/menitdengan Nilai SSE 0,0358 dan pada kecepatan alir umpan 2,5 ml/menit diperoleh harga Kca sebesar 0,0153 /menit dan Dz sebesar 13,2754cm2/menitdengan Nilai SSE 0,0327. Model matematis yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah berbentuk persamaan differensial parsial simultan yaitu dengan bentuk sebagai berikut :
(δ^2 C_A)/〖δz〗^2 -υ/Dz (δC_A)/δz+(Kc.a)/Dz (C_A^*-C_A )=ε/Dz (δC_A)/δt
Dan,
(∂X_A)/∂_t =(-Kc.a)/ρb (C_A^*-C_A )
serta persamaan pembantu : CA* = H. XA.
Kata kunci : Desorpsi - Model Matematis - Kca – DzSunu Panji Utama2015-04-22T02:55:40Z2019-01-29T21:33:12Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17314This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/173142015-04-22T02:55:40ZREAKSI KONDENSASI ANTARA 4-METILASETOFENON
DENGAN VANILINTujuan dari penelitian ini adalah menentukan rendemen dan menentukan karakter dari senyawa hasil reaksi kondensasi dalam suasana asam maupun basa. Bahan dasar yang digunakan adalah 4-metilasetofenon dan vanilin.
Penelitian ini diawali dengan mereaksikan senyawa 4-metilasetofenon dengan vanilin melalui reaksi kondensasi aldol silang dalam suasana asam maupun basa. Sintesis ini menggunakan etanol sebagai pelarut. Katalisator yang digunakan dalam sintesis ini adalah NaOH sebagai katalis basa dengan waktu pengadukan 3 jam, sedangkan gas HCl sebagai katalis asam dengan waktu pengadukan 6 jam. Selanjutnya, senyawa hasil reaksi kondensasi tersebut dimurnikan dan dikarakterisasi menggunakan TLC, TLC scanner, spektroskopi IR dan NMR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintesis dengan katalis asam berhasil diperoleh senyawa hasil reaksi yaitu senyawa 1-(4’-metilfenil)-3-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-2-propen-1-on. Senyawa hasil reaksi berbentuk kristal, berwarna kuning, dengan titik leleh 95 °C–97 °C, rendemen 33,69%, dan kemurnian 95,76%.
Kata kunci : 4-metilasetofenon, vanilin, 1-(4’-metilfenil)-3-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-2-propen-1-onJuta Setami2015-04-21T06:47:31Z2019-01-29T21:30:19Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17235This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/172352015-04-21T06:47:31ZAKTIVITAS FOTOKATALITIK TiO2 CAMPURAN ANATAS DAN RUTIL TERDISPERSIKAN ZAT PENSENSITIF AgI TERHADAP FOTODEGRADASI METILEN BIRUPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh persentase perak dalam TiO2@AgI terhadap karakter dan aktivitas fotokatalitiknya dalam mendegradasi metilen biru.
Titanium dioksida (TiO2) campuran anatas dan rutil yang digunakan sebagai support diperoleh dari kalsinasi H2Ti4O9 pada temperatur 900 ºC selama 4 jam. Titanium dioksida yang dihasilkan memiliki komposisi fasa 84% anatas dan 16% rutil yang diberi nama TiO2 (A84R16). Titanium dioksida (A84R16) terdispersikan zat pensensitif AgI dihasilkan melalui metode deposition-precipitation pada temperatur kamar selama 12 jam (2 x 6 jam) dengan NH4OH 25% sebagai sumber basa. Produk TiO2@AgI dikeringkan dalam oven selama 2 jam pada temperatur 70 ºC. Produk dikarakterisasi menggunakan XRD untuk mengetahui struktur kristal, TEM untuk mengetahui morfologinya, dan spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui energi celah pita. Mekanisme fotodegradasi pada metilen biru dilakukan di bawah cahaya matahari selama 60 menit.
Semua produk hasil sintesis TiO2@AgI dengan persentase perak 5-25% mengandung kristal AgI dengan fasa-β yang dikenal dengan mineral Iodargyrite. Semua produk TiO2@AgI memiliki energi celah pita maksimum sekitar 3,5 eV dan memiliki serapan senyawa AgI di daerah tampak. Variasi persentase perak dalam TiO2@AgI mempengaruhi aktivitas fotokatalitiknya dalam mendegradasi metilen biru. Berdasarkan aktivitas fotokatalitiknya, TiO2@AgI 10% merupakan sampel yang paling bersifat fotoaktif untuk mendegradasi metilen biru, sehingga sampel paling baik untuk digunakan sebagai fotokatalis. Berdasarkan morfologi, panjang kristal support dari TiO2@AgI 10% antara 120-1250 nm dan diameter antara 60-220 nm, sedangkan kristal AgI fasa-β dengan panjang diameter antara 27-85 nm.Rini Purwanti2015-04-13T06:31:53Z2019-01-29T20:36:36Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15817This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/158172015-04-13T06:31:53ZPENGARUH AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK TOMAT MERAH DAN TOMAT HIJAU
TERHADAP KETENGIKAN MINYAK KACANG TANAHPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak tomat merah dan tomat hijau terhadap aktivitas antioksidan pada minyak kacang tanah.
Subyek penelitian adalah ekstrak tomat merah dan tomat hijau, sedangkan objek penelitian adalah aktivitas antioksidan ekstrak tomat merah dan tomat hijau terhadap ketengikan minyak kacang tanah. Metode yang digunakan untuk mengekstrak tomat adalah metode maserasi dengan menggunakan pelarut metanol. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan uji Thiobarbituric Acid TBA yang dihitung sebagai persen aktivitas antioksidan relatif terhadap kontrol. Besar kecilnya aktivitas ekstrak tomat dilihat dari asam linoleat yang teroksidasi menjadi malondialdehida. Selanjutnya malondialdehida bereaksi dengan TBA membentuk kompleks malondialdehida-TBA. Senyawa kompleks malondialdehida-TBA diukur serapannya menggunakan spectronic 20 pada panjang gelombang 530 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tomat merah dan ekstrak tomat hijau mampu menghambat oksidasi asam linoleat. Pada uji aktivitas antioksidan diperoleh bahwa semakin banyak ekstrak tomat yang ditambahkan pada asam linoleat maka aktivitas antioksidan akan semakin besar, sehingga ketengikan pada minyak kacang tanah akibat oksidasi asam linoleat dapat terhambat. Ekstrak tomat merah memiliki aktivitas antioksidan lebih besar dibandingkan ekstrak tomat hijau.Fermi Yunita2015-04-13T04:28:13Z2019-01-29T20:47:55Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16104This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/161042015-04-13T04:28:13ZISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK METANOL RIMPANG TEMU IRENG
(Curcuma aeruginosa Roxb)
DARI FRAKSI KLOROFORMTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder ekstrak metanol rimpang temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) dari fraksi kloroform menggunakan spektrometer UV-Vis, IR, 1H- NMR dan 13C-NMR.
Serbuk kering temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) sebanyak 3 kg yang telah dihaluskan, dimaserasi dengan menggunakan metanol selama 24 jam dengan 2 kali pengulangan. Ekstrak metanol dipartisi dengan pelarut n-heksan dilanjutkan dengan kloroform. Fraksi kloroform dievaporasi yang selanjutnya dipisahkan dan dimurnikan menggunakan kromatografi vakum cair (KVC), dan dilanjutkan dengan kromatografi kolom gravitasi (KKG). Uji kemurnian dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan tiga macam campuran eluen yang berbeda. Senyawa yang sudah murni menunjukkan noda tunggal pada KLT.
Hasil analisis dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan tiga macam campuran eluen yang berbeda yaitu petroleum eter : etil asetat = 8:2, petroleum eter : diklorometana = 2:8 dan dan n-heksana : etil asetat = 8:2 yang menunjukkan adanya noda tunggal. Spektra UV-Vis memberikan serapan dengan panjang gelombang maksimum pada 214,60 nm dan 252,20 nm. Spektra IR menunjukkan adanya gugus C=C, C=O, C-H alifatik, dan C-O. Spektra 1H-NMR menunjukkan adanya proton alifatik pada daerah pergeseran kimia (δ) = 1-5 ppm. Spektra 13C-NMR menunjukkan adanya C=O karbonil, C=C, C-O dan -CH3. Berdasarkan analisis data spektrometer UV-Vis, IR, 1H-NMR dan 13C-NMR dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi dari rimpang temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) dalam fraksi kloroform menunjukkan bahwa senyawa tersebut termasuk golongan seskuiterpen.RINA DWI YUNIASIH2015-04-13T03:41:57Z2019-01-29T20:46:54Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16080This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/160802015-04-13T03:41:57ZSTUDI WAKTU FERMENTASI DAN AERASI MENGGUNAKAN KERTAS KORAN DAN KERTAS TABLOID PADA PEMBUATAN ASAM CUKA DARI NIRA KELAPA (Cocos nucifera)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi dan variasi aerasi menggunakan kertas koran dan kertas tabloid pada kadar asam cuka yang dihasilkan dari fermentasi nira kelapa (Cocos nucifera), untuk mengetahui adanya interaksi antara variasi waktu fermentasi dan variasi aerasi pada kadar asam cuka yang dihasilkan dari fermentasi nira kelapa (Cocos nucifera).
Subjek dalam penelitian ini adalah nira kelapa yang merupakan hasil penderesan dari Desa Keburuhan, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo. Nira kelapa yang diambil adalah nira kelapa yang diambil dari kebun yang sama secara acak, nira tersebut diambil dalam keadaan segar tanpa penembahan zat lain dan belum dimasak, nira juga belum mengalami fermentasi. Nira yang masih segar diberi perlakuan, yaitu nira difermentasi menggunakan botol kaca bermulut lebar (botol selai), masing-masing 33 botol diaerasi menggunakan kertas koran dan 33 botol diaerasi menggunakan kertas tabloid. Sebelum dan sesudah mengalami fermentasi nira dianalisis dengan dua cara, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi adanya ion asetat (CH3COO-) dengan pereaksi CaCO3 dan FeCl3. Identifikasi karbohidrat yang terkandung pada nira adalah sukrosa dilakukan dengan uji Selliwanoff dan Benedict, dan uji vitamin C pada nira kelapa (Cocos nucifera). Sedangkan analisis kuantitatif menggunakan metode titrasi alkalimetri, dan data yang dihasilkan dianalisis menggunakan analisis ANAVA-AB.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh variasi waktu fermentasi dan variasi aerasi pada kadar asam cuka yang dihasilkan dari fermentasi nira kelapa (Cocos nucifera). Kadar asam cuka yang dihasilakan mencapai waktu optimum, yaitu waktu fermentasi ke-11 pada aerasi kertas koran, dengan rata-rata 5,358 gram/100 mL atau 5,358% b/v. Sedangkan waktu optimum pada aerasi menggunkan kertas tabloid dihasilkan pada waktu fermentasi ke-16 dengan rata-rata 6,161 gram/100 mL atau 6,161% b/v. Namun pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya interaksi antara variasi waktu fermentasi dan variasi aerasi pada kadar asam cuka yang dihasilkan dari fermentasi nira kelapa (Cocos nucifera).Agusthin Andy Wirna2015-04-13T03:36:37Z2019-01-29T05:47:37Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16076This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/160762015-04-13T03:36:37ZPREPARASI NANOPARTIKEL PERAK DENGAN METODE OKSIDASI REDUKSI DAN APLIKASINYA DALAM PEMBUATAN SILVER CLAYPenelitian ini bertujuan untuk mempreparasi nanopartikel perak dengan metode oksidasi-reduksi dan aplikasinya dalam pembuatan silver clay.
Metode yang digunakan adalah metode oksidasi reduksi dengan oksidator asam nitrat (8M) dan reduktor formaldehid. Logam perak dilarutkan dalam asam nitrat 8 M dan kemudian direaksikan dengan NaOH 2 M sehingga terbentuk endapan yang berwarna hitam. Endapan tersebut kemudian dilarutkan dalam larutan amonia 1 M. Reduksi dilakukan dengan cara penambahan formaldehid ke dalam larutan sehingga terbentuk endapan berwarna abu-abu. Endapan perak disaring dan dicuci dengan kloroform kemudian dikeringkan pada suhu kamar. Padatan kering dikarakterisasi dengan difraksi sinar-X (XRD) dan Transmission Electron Microscopy (TEM), sebagian endapan lainnya ditambahkan 5 % PEG 1000, digerus sampai halus dan dipanaskan pada suhu 550° C selama 2 jam. Setelah itu sampel yang telah dingin dikarakterisasi dengan difraksi sinar-X (XRD) dan Scanning Electron Microscopy (SEM).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nanopartikel perak dengan ukuran 20-80 nm dapat dipreparasi menggunakan metode oksidasi reduksi. Difraksi sinar-X menunjukkan adanya puncak-puncak tajam nanopartikel perak yang dihasilkan bersifat kristalin berfasa tunggal dan kristal bersistem kubik. Karakterisasi perak hasil pemanasan silver clay pencirian dangan SEM pada perbesaran 2000x menunjukkan kristal berbentuk balok dengan ukuran panjang 1,4 - 2,1 µ, lebar 0,2 – 0,5 µ, dan tinggi 0,1 – 0,3 µ. Difraksi sinar-X menunjukkan perak yang dihasilkan bersifat kristalin yang terdiri dari dua fasa yaitu perak dan oksidanya.RUSTINA SEPTIANI2015-04-13T03:23:30Z2019-01-29T20:46:08Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16061This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/160612015-04-13T03:23:30ZIDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DALAM EKSTRAK HEKSANA DARI RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Val. & Zijp) SECARA KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROSKOPI MASSA
(KG-SM)Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar minyak atsiri dan mengidentifikasi komponen-komponen penyusunnya yang terkandung dalam ekstrak heksana rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val. & Zijp.).
Ekstraksi dilakukan dengan dua cara yaitu maserasi dengan pelarut heksana dan destilasi uap. Ekstrak heksana hasil maserasi dan destilasi uap selanjutnya diuapkan dengan evaporator Buchii. Untuk menghilangkan sisa air dari masing-masing ekstrak maka ditambahkan Na2SO4 anhidrat. Minyak atsiri hasil evaporasi selanjutnya dianalisis menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa (KG-SM).
Kadar minyak atsiri rimpang temu giring hasil maserasi dan destilasi uap adalah 0,49 % b/b dan 0,15 % b/b. Minyak atsiri rimpang temu giring yang telah dianalisis dengan KG-SM dari metode maserasi terdiri dari 26 komponen senyawa sedangkan dari metode destilasi uap terdiri dari 33 komponen senyawa. Komponen minyak atsiri dari hasil maserasi dan destilasi uap belum dapat ditentukan strukturnya, karena spektra massa analisis tidak ada yang sesuai dengan spektra massa yang terdapat dalam library GC-MS.Junri Octo Ebenezer2015-04-13T02:57:18Z2019-01-29T20:45:30Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16046This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/160462015-04-13T02:57:18ZSTUDI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN CIPLUKAN (Physalis angulata LINN) TERHADAP ASAM LINOLEATPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan dan waktu penyimpanan ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata LINN) sebagai antioksidan terhadap asam linoleat.
Subjek dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun ciplukan dan objek dalam penelitian ini adalah aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun ciplukan. Daun ciplukan dimaserasi dengan etanol teknis 70%, kemudian dipekatkan dan dilarutkan dalam etanol 96% p.a. Uji pendahuluan adanya kandungan flavonoid dan adanya antioksidan dilakukan secara kromatografi kertas dengan senyawa pembanding rutin. Fase gerak yang digunakan adalah butanol, asam asetat 15%, dan air (4:1:5 v/v), fase diam adalah air dan penyokong fase diam yang digunakan adalah kertas Whatman no.1, di identifikasi dibawah sinar UV 366 nm dan diberi uap amonia. Kromatogram kemudian disemprot dengan campuran 1% kalium ferrisianida dan 2% ferriklorida (1:1 v/v). Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode tiosianat yang dinyatakan sebagai persentase penghambatan oksidasi terhadap kontrol negatif, yaitu larutan tanpa penambahan senyawa antioksidan. Aktivitas antioksidan diukur absorbansinya dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis pada panjang gelombang 490 nm. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0,02; 0,04; 0,06 dan 0,08 mg/mL, sedangkan konsentrasi kontrol positif rutin adalah 0,005 mg/mL dan untuk waktu penyimpanan dari hari ke-0, 1, 2 , 3, 4, 5, 6, dan 7.
Hasil kromatografi kertas menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ciplukan dan rutin mengandung flavonoid dan memiliki antioksidan. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun ciplukan sebagai antioksidan terhadap asam linoleat terjadi penghambatan oksidasi yang lebih besar daripada rutin pada waktu penyimpanan hari ke- 2 dan pada konsentrasi 0,08 mg/mL. Secara rinci hasil persentase penghambatan oksidasi ekstrak etanol daun ciplukan dengan konsentrasi 0,02; 0,04; 0,06; 0,08 mg/mL dan kontrol positif rutin 0,005 mg/mL yaitu 50,21%; 59,50%; 66,81; 70,96% dan 69,83%. Hasil statistik anova AB menunjukkan bahwa antar konsentrasi, antar waktu penyimpanan dan antar konsentrasi*waktu penyimpanan menunjukkan perbedaan bermakna dengan demikian dilajutkan dengan uji Tukey taraf kepercayaan 95%.Irwan Sugianto2015-04-13T02:53:49Z2019-01-29T20:45:28Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16045This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/160452015-04-13T02:53:49ZPENGARUH VARIASI ASAM ANORGANIK TERHADAP
KARAKTER SILIKA GEL DARI ABU CANGKANG
KELAPA SAWIT PERKEBUNAN PTPN (XIII)
PARINDU KALIMANTAN BARATTujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi asam anorganik terhadap karakter silika gel dari abu cangkang kelapa sawit hasil sintesis dengan metode sol-gel. Karakter yang diteliti dalam penelitian ini adalah gugus fungsi, sistem kristal, keasaman dan kadar air. Karakter silika gel hasil sintesis dibandingkan dengan kieselgel-60 dari E-Merck.
Proses sintesis silika gel dimulai dengan melarutkan 10 gram abu ke dalam 115 ml larutan NaOH 2M. Campuran dipanaskan pada suhu 100oC. Filtrat kemudian dipisahkan sebagai larutan natrium silikat. Selanjutnya, larutan tersebut dinetralkan dengan asam anorganik (HCl, HNO3, H2SO4, dan H3PO4) 2M sampai pH netral. Hidrogel yang terbentuk selanjutnya dikeringkan pada suhu 100oC untuk mendapatkan serbuk putih xerogel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan natrium silikat membentuk hidrogel lebih cepat dengan asam poliprotonik dibandingkan dengan asam monoproptonik. Rendemen silika gel terbesar dimiliki oleh SG-HNO3, yaitu sebesar 25,19 % dari berat abu. Silika gel hasil sintesis memiliki pola FTIR dan XRD yang mirip dengan kieselgel-60. Sifat keasaman silika gel hasil sintesis yang tertinggi dimiliki oleh SG-HCl, sebesar 3,333 mmol/g. Kadar air bebas dan air terikat fisik tertinggi ditunjukkan oleh SG-H3PO4, yaitu sebesar 18,143 dan 16,713 % dari berat silika gel.Kristianus Rendra2015-04-13T02:51:05Z2019-01-29T20:45:23Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16043This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/160432015-04-13T02:51:05ZSTUDI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) DAN DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn) TERHADAP ASAM LINOLEATPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata Linn) dan daun srikaya (Annona squamosa Linn) terhadap asam linoleat.
Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun sirsak dan daun srikaya, sedangkan objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun sirsak dan daun srikaya. Daun sirsak dan daun srikaya dimaserasi dengan etanol teknis 96%, kemudian dipekatkan dan dilarutkan dalam etanol p.a 96%. Uji pendahuluan adanya kandungan flavonoid dilakukan secara kromatografi kertas dengan senyawa pembanding rutin. Fase gerak yang digunakan adalah butanol, asam asetat 15%, dan air (4:1:5 v/v), fase diam adalah air dan penyokong fase diam yang digunakan adalah kertas Whatman no. 1, yang kemudian diuapkan dengan ammonia dan bercak disemprot dengan campuran kalium ferrisianida 1% dan ferriklorida 2% (1:1 v/v) untuk mengetahui adanya aktivitas antioksidan. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode tiosianat yang dinyatakan sebagai presentase penghambatan oksidasi terhadap kontrol negatif, yaitu larutan yang berisi asam linoleat tanpa antioksidan. Aktivitas antioksidan diukur serapannya dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis pada panjang gelombang 490 nm. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0,08 mg/mL, sedangkan konsentrasi pembanding rutin 0,005 mg/mL.
Hasil kromatografi kertas menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirsak, daun srikaya dan rutin mengandung flavonoid dan memiliki aktivitas antioksidan. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan adanya pengaruh penambahan ekstrak etanol daun sirsak dan daun srikaya terhadap aktivitas antioksidan pada asam linoleat, yaitu dengan penambahan ekstrak etanol daun sirsak dan daun srikaya terjadi penghambatan oksidasi yang lebih baik daripada rutin. Persentase penghambatan oksidasi asam linoleat terbesar terjadi pada hari keempat. Hasil persentase penghambatan oksidasi asam linoleat pada hari keempat pada kontrol positif, ekstrak etanol daun sirsak dan daun srikaya pada konsentrasi 0,08 mg/mL adalah 81,07%, 86,18% dan 84,45%. Hasil analisis statistik anava menunjukkan bahwa antar perlakuan terdapat perbedaan bermakna, antar lama waktu penyimpanan terdapat perbedaan bermakna, serta antar perlakuan dan lama waktu penyimpanan menunjukkan perbedaan bermakna, sehingga dilakukan uji t (Tukey) dengan taraf kepercayaan 95% sebagai uji lanjut statistik anava.Klara Arinta2015-04-13T02:47:32Z2019-01-29T20:45:18Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16041This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/160412015-04-13T02:47:32ZPREPARASI NANOPARTIKEL TEMBAGA DENGAN METODE OKSIDASI-REDUKSI DAN APLIKASINYA DALAM
PEMBUATAN COPPER CLAYPenelitian ini bertujuan untuk mempreparasi nanopartikel tembaga dengan metode oksidasi-reduksi dan aplikasinya dalam pembuatan copper clay.
Metode yang digunakan untuk preparasi nanopartikel adalah metode oksidasi-reduksi dengan bahan dasar kawat tembaga teknis dan pengoksidasi HNO3 8 M serta pereduksi berupa logam Fe. Struktur dan kristalinitas dipelajari dengan menggunakan difraktometer sinar-X (XRD) Rigaku Multiflex sedangkan morfologi partikel dipelajari menggunakan SEM Jeol JSM T-300 dan TEM Jeol JEM-1400.
Preparasi nanopartikel tembaga sebelum dibentuk clay menghasilkan nanopartikel tembaga yang berbentuk fcc (face center cubic) dengan ukuran partikel antara 20 sampai 50 nanometer, dengan Cu2O dan logam Fe sebagai hasil sisa reaksi. Partikel tembaga hasil pemanasan copper clay pada suhu 250 oC menghasilkan Cu, CuO, dan Cu2O dengan ukuran antara 2,3 sampai 3,2 mikrometer.
Kata kunci : tembaga, nanopartikel, oksidasi-reduksi.Casdik Iman2015-04-13T02:45:09Z2019-01-29T20:45:15Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16040This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/160402015-04-13T02:45:09ZPENGARUH AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK JAMBU BIJI
(Psidium guajava L.) TERHADAP KETENGIKAN MINYAK KELAPAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah jambu biji terhadap ketengikan minyak kelapa.
Subjek penelitian adalah ekstrak buah jambu biji, sedangkan objek penelitian adalah aktivitas antioksidan ekstrak buah jambu biji terhadap ketengikan minyak kelapa. Metode yang digunakan untuk mengekstrak buah jambu biji adalah metode maserasi dengan menggunakan pelarut metanol. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan uji peroksida yang dihitung sebagai persen penghambatan oksidasi dengan pembanding suatu kontrol, yaitu minyak kelapa tanpa penambahan antioksidan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah jambu biji mampu menghambat proses oksidasi. Pada uji peroksida diperoleh bahwa semakin besar ekstrak buah jambu biji yang ditambahkan pada minyak kelapa, maka aktivitas antioksidan semakin besar. Semakin besar aktivitas antioksidannya, maka ketengikan minyak kelapa akibat proses oksidasi dapat terhambat.Saska Yuli Ariyarti2015-04-13T02:37:20Z2019-01-29T20:45:05Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16035This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/160352015-04-13T02:37:20ZPENGARUH EKSTRAK CABAI RAWIT MERAH (Capsicum frutescens L.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN TERHADAP PROSES AUTOOKSIDASI MINYAK KELAPA KRENGSENGTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak cabai rawit merah (Capsicum frustescens L.) dengan variasi konsentrasi dan lama inkubasi terhadap proses autooksidasi minyak kelapa krengseng.
Subjek penelitian adalah ekstrak cabai rawit merah dan objeknya adalah aktivitas antioksidan ekstrak cabai rawit merah. Serbuk cabai rawit merah disokhletasi kemudian dipekatkan dan dilarutkan dengan etanol 70%. Uji pendahuluan adanya kandungan flavonoid dilakukan secara kromatografi kertas dengan pembanding rutin dengan fase diam adalah kertas Whatman no. 1 sedangkan fase gerak adalah n-butanol, asam aseton 15%, dan air (4:1:5v/v). Kemudian setelah itu diuapi amoniak dan disemprot dengan campuran kalium ferrisianida 1% dan ferriklorida 2% (1:1v/v). Selain dengan kromatografi kertas dilakukan dengan uji karakteristik flavonoid dengan penambahan NaOH 5%. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode tiosianat sebagai persentase penghambatan oksidasi terhadap kontrol. Aktivitas antioksidan diukur serapannya menggunakan spektroskopi UV-Vis pada panjang gelombang 480 nm. Konsentrasi ekstrak cabai rawit merah yang digunakan adalah 0,01% b/v; 0,05% b/v ; 0,10% b/v, sedangkan konsentrasi pembanding rutin 0,05 % b/v.
Hasil uji kromatografi dan uji karakteristik flavonoid menunjukkan bahwa rutin dan ekstrak cabai rawit merah mengandung flavonoid. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan adanya pengaruh penambahan ekstrak cabai rawit merah terhadap aktivitas antioksidan pada minyak kelapa krengseng, yaitu semakin lama waktu inkubasi maka aktivitas antioksidan semakin kecil sedangkan semakin besar konsentrasi maka aktivitas antioksidan semakin besar. Bardasarkan penelitian persentase penghambatan oksidasi minyak kelapa krengseng optimal pada hari kedua dengan konsentrasi 0,10% dengan hasil persentasi, kontrol positif yaitu 36,62% dan konsentrasi 0,10%; 0,05%; 0,01% adalah 35,21%; 29,58%; dan 23,94%. Hasil analisis statistik two way anava menunjukkan bahwa antar konsentrasi, antar lama inkubasi, dan antar konsentrasi dengan lama inkubasi menunjukkan perbedaan bermakna, karena terdapat perbedaan bermakna maka dilanjutkan dengan uji Bonferroni taraf signifikasi 5%.Risqa Uswatun2015-04-13T01:39:32Z2019-01-29T20:43:23Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15991This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159912015-04-13T01:39:32ZPENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR PROTEIN
WADI IKAN PATIN (Pangasius hypothalamusWadi ikan merupakan salah satu produk fermentasi ikan. Lamanya fermentasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses fermentasi ikan yang dapat mempengaruhi kadar protein wadi ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein ikan patin optimum dalam kondisi wadi serta pengaruh lama fermentasi 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu terhadap kadar protein wadi ikan patin.
Penelitian ini menggunakan bahan dasar ikan patin dalam kondisi segar dan ikan patin dengan perlakuan fermentasi spontan (tanpa starter) pada lama fermentasi 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu. Sampel ikan patin segar dan wadi ikan patin dianalisis secara kualitatif dengan metode biuret dan ninhidrin serta analisis kuantitatif dengan menggunakan metode kjeldahl yang kemudian dilanjutkan dengan analisis statistik menggunakan analisis Anova satu arah. Prinsip penentuan kadar protein dengan metode kjeldahl adalah titrasi volumetri yang didasarkan pada kandungan nitrogen total. Kadar protein diperoleh dengan mengalikan kadar nitrogen dengan faktor konversi (untuk ikan sebesar 6,25).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kadar protein ikan patin segar adalah 11,61% dan kadar protein wadi ikan patin pada lama fermentasi 2, 3 dan 4 minggu masing-masing adalah 7,44%, 6,37% dan 4,98%. Kadar protein optimum ikan patin dalam kondisi wadi tertinggi ditemukan pada lama fermentasi 2 minggu yaitu 7,44% dan terendah pada lama fermentasi 4 minggu 4,98% serta terdapat pengaruh lama fermentasi terhadap kadar protein wadi ikan patin hal ini dibuktikan dengan uji Anova satu arah F hitung 100,112 > F tabel 4,07 pada taraf signifikansi 5%. Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar protein wadi ikan patin dalam penelitian ini yaitu semakin lama fermentasi maka kadar protein wadi ikan patin akan semakin menurun.Berlian Try Yanie2015-04-13T01:32:24Z2019-01-29T20:43:08Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15985This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159852015-04-13T01:32:24ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI MESOPORI TiO2 TIPE ANATASE MELALUI PROSES SOL-GEL DENGAN CTABr (Cetyltrimethylammonium Bromida) SEBAGAI PENCETAK
PORIPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari sintesis dan karakterisasi mesopori TiO2 tipe anatase melalui proses sol-gel dengan CTABr sebagai pencetak pori. TTIP digunakan sebagai prekursor Ti dan CTABr digunakan sebagai pencetak pori. Kondisi optimum preparasi ditentukan berdasarkan kristalinitas TiO2 tipe anatase yang dihasilkan dengan memvariasi perbandingan TTIP/CTABr dan suhu kalsinasi.
Penelitian ini diawali dengan optimasi suhu kalsinasi pada suhu 2000C, 3000C, 4000C, dan 5000C. selanjutnya dilakukan optimasi dengan perbandingan mol TTIP/CTABr dengan variasi 4:3, 4:6 dan 4:7 pada suhu kalsinasi optimum. Kondisi optimum preparasi ditentukan berdasarkan spektra XRD, yang diperoleh pada suhu kalsinasi 4000C, perbandingan mol TTIP/CTABr dan karakterisasi material hasil sintesis dilakukan dengan XRD, FTIR, dan gas sorption.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum diperoleh pada perbandingan TTIT/CTABr 4:6 dan proses penghilangan pencetak pada suhu 4000C. Serbuk TiO2 secara dominan tersusun oleh fasa anatase dan memiliki karakterisasi mesopori dengan luas permukaan sebesar 95,315 m2/g.Tri Honi Daniyati2015-04-13T01:20:55Z2019-01-29T20:42:44Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15976This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159762015-04-13T01:20:55ZPENGARUH KONSENTRASI NaOH TERHADAP KARAKTER TiO2 TEREMBAN KARBON AKTIF DAN AKTIVITAS FOTOKATALIKNYAPenelitian ini bertujuan untuk mensintesis suatu fotokatalis dari TiO2 dan karbon aktif, mempelajari pengaruh konsentrasi NaOH terhadap karakter dan aktivitas fotokataliknya pada metil jingga.
Titanium dioksida (TiO2) teremban karbon aktif dihasilkan melalui metode pengendapan basa pada suhu 150 oC selama 24 jam dari reaksi TiO(O2).2H2O dengan NaOH masing-masing 5 M, 10 M dan 15 M. Prekursor dihasilkan dari TiCl4 dan H2O2. Produk dikalsinasi pada suhu 200 oC selama 2 jam. Produk dikarakterisasi menggunakan XRD untuk mengetahui struktur, spektrofotometer UV-Vis untuk menghitung energi celah pita. Mekanisme fotodegradasi pada metil jingga dilakukan dibawah sinar matahari selama 80 menit.
Titanium dioksida (TiO2) teremban karbon aktif hasil reaksi dengan konsentrasi NaOH 5 M mengandung struktur anatas (major) dan TiO2-B (minor). (TiO2) teremban karbon aktif hasil reaksi dengan konsentrasi NaOH 10 M mengandung struktur TiO2-B (major) dan anatas (minor). Sedangkan (TiO2) teremban karbon aktif hasil reaksi dengan konsentrasi NaOH 15 M mengandung struktur TiO2-B. kristalinitas TiO2 semakin meningkat dengan semakin kecilnya konsentrasi NaOH. Energi celah pita TiO2 teremban karbon aktif hasil reaksi dengan konsentrasi NaOH 5 M, 10 M, dan 15 M masing-masing adalah 3.35 eV, 3.42 eV dan 3.42 eV. Variasi NaOH tidak terlalu berpengaruh terhadap energi celah pita. Variasi konsentrasi NaoH mempengaruhi mekanisme fotodegradasi terhadap metil jingga. Dari penelitian ini, (TiO2) teremban karbon aktif hasil reaksi dengan konsentrasi NaOH 5 M paling bersifat fotoaktif untuk mereduksi metil jingga. TiO2 teremban karbon aktif hasil reaksi dengan konsentrasi NaOH 10 M dan 15 M memiliki kemampuan yang sama dalam mereduksi metil jingga.Aditya Putra Pratama2015-04-13T01:14:04Z2019-01-29T20:42:21Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15966This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159662015-04-13T01:14:04ZSINTESIS BUSA POLIURETAN DARI MINYAK JARAK, AIR
DAN 1,4-BUTANADIOL YANG DIREAKSIKAN DENGAN
TOLUENA DIISOSIANAT (TDI) SEBAGAI
ISOLATOR PANASPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan 1,4-butanadiol terhadap gugus fungsi, massa jenis, absorpsi air, ikatan silang dan konduktivitas termal busa poliuretan, dan untuk mengetahui karakter busa poliuretan yang diperoleh sehingga dapat diketahui komposisi perbandingan massa yang menghasilkan busa poliuretan dengan sifat isolator panas terbaik.
Sintesis busa poliuretan dilakukan dengan memvariasikan komposisi perbandingan massa minyak jarak, air, 1,4-butanadiol dan TDI. Variasi komposisi yang dipilih adalah (2 : 0,5 : 1 : 3), (2 : 0,5 : 2 : 3), (2 : 0,5 : 3 : 3), (1 : 0,5 : 1 : 4), (1 : 0,5 : 2 : 4), dan (1 : 0,5 : 3 : 4). Sintesis busa poliuretan dan proses curing dilakukan pada temperatur kamar (±28 oC ) dengan pengadukan selama 3 menit. Karakterisasi busa poliuretan meliputi analisis gugus fungsi dengan alat Spektrofotometer FTIR, penentuan massa jenis, uji ikatan silang dan kemampuan absorpsi air melalui uji derajat penggembungan serta uji konduktivitas termal untuk mengetahui kemampuan busa dalam menghantarkan panas menggunakan alat Heat Conduction Apparatus.
Penambahan 1,4-butanadiol sebagai chain extender dalam sintesis busa poliuretan dapat meningkatkan keberhasilan proses polimerisasi, massa jenis, jumlah ikatan silang, dan nilai konduktivitas termal serta dapat menurunkan kemampuan absorpsi air busa poliuretan. Busa poliuretan hasil sintesis dapat diaplikasikan sebagai material bangunan dan penahan kalor dengan sifat isolator panas terbaik diperoleh dari sintesis busa poliuretan dengan komposisi perbandingan massa 2 : 0,5 : 1 : 3 atau PU1.Fajar Adani Wahyu Suryajati2015-04-10T06:27:59Z2019-01-29T20:40:27Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15919This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159192015-04-10T06:27:59ZPENGARUH JENIS ASAM LEMAH PADA SINTESIS SILIKA GEL
DARI ABU BAGASSE TERHADAP ADSORPSI ION LOGAM
NIKEL (II) DAN TEMBAGA (II)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya mensintesis silika gel dari abu bagasse pabrik gula Madukismo, mengetahui karakteristik silika hasil sintesis, mengetahui jenis asam yang digunakan dalam pembuatan silika gel terhadap banyaknya hasil silika gel yang dihasilkan, mengidentifikasi pengaruh jenis asam yang digunakan terhadap daya adsorpsi dan efisiensi adsorpsi ion logam serta mengetahui daya adsorpsi dan efisiensi yang paling optimum antara ion logam nikel(II) dan tembaga(II).
Subjek dari penelitian ini adalah silika gel yang disintesis dari abu bagasse dengan variasi asam. Objek dari penelitian ini adalah karakter silika gel yang dihasilkan meliputi keasaman, kadar air, spektra inframerah, daya dan efisiensi adsorpsi terhadap ion logam nikel(II) dan tembaga(II). Sintesis silika gel dilakukan dengan menambahkan asam asetat 3M, asam propanoat 3M atau asam sitrat 3M dalam 20 mL natrium silikat disertai pengadukan sampai pH 7, didiamkan selama 24 jam, dicuci dengan akuademineralisata hingga netral, dikeringkan dalam oven pada temperatur 120°C selama 2 jam dan digerus hingga lolos ayakan ukuran 200 mesh. Hasil sintesis digunakan untuk adsorpsi ion logam nikel(II) dan tembaga(II) 10 ppm, diaduk selama 90 menit, diendapkan dengan sentifuge selama 30 menit, dikarakterisasi dengan spektroskopi inframerah dan spektroskopi serapan atom.
Hasil penelitian menunjukkan silika gel dari abu bagasse pabrik Madukismo dapat disintesis dengan metode sol-gel. Keasaman Kiesel Gel 60G, SGAB-CH3COOH, SGAB-C2H5COOH dan SGAB- C6H8O7.H2O masing-masing adalah 7,7563; 6,8355; 5,9130 dan 7,5736 mmol/gram, kadar air 9,983; 11,085; 13,914 dan 17,423% dengan rumus kimia SiO2.0,3699H2O; SiO2.0,4158H2O; SiO2.0,5390H2O dan SiO2.0,7037H2O. Besarnya daya adsorpsi terhadap ion logam tembaga(II) berturut-turut 0,7473; 0,16583; 0,43623 dan -0,01093 mg/g. Sedangkan besarnya daya adsorpsi terhadap ion logam nikel(II) berturut-turut 0,0007521; 0,0976162; 0,134521 dan -0,005982 mg/g. Besarnya daya adsorpsi yang paling optimum adalah ion logam tembaga(II).
Kata Kunci: Abu Bagasse, Silika Gel, Adsorpsi, Ion Logam Ni(II) dan Cu(IIMeitami Wardani2015-04-10T06:24:49Z2019-01-29T20:40:22Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15917This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159172015-04-10T06:24:49ZPENGARUH PENAMBAHAN MERKAPTOBENZOTIAZOL (MBT) PADA SINTESIS SILIKA GEL ABU VULKANIK TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI ION LOGAM TEMBAGA(II)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan merkaptobenzotiazol pada sintesis silika gel dari abu vulkanik terhadap efektifitas adsorpsi ion logam Cu(II) dan mengetahui pengaruh variasi konsentrasi merkaptobenzotiazol pada sintesis silika gel terhadap efektifitas adsorpsi ion logam Cu(II).
Subjek dari penelitian ini adalah penambahan merkaptobenzotiazol pada sintesis silika gel dari abu vulkanik terhadap kemampuan adsorpsi. Objek dari penelitian ini adalah kemampuan adsorpsi silika gel dari abu vulkanik terhadap ion logam Cu(II). Proses penambahan merkaptobenzotiazol terhadap kemampuan adsorpsi silika gel dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pembuatan natrium silikat, pembentukan silika gel dan adsorpsi terhadap Cu(II). Natrium silikat diperoleh melalui reaksi antara abu vulkanik dengan NaOH pada temperatur 100 °C. Natrium silikat yang diperoleh dilarutkan dalam akuades hingga terbentuk larutan natrium silikat. Pembentukkan gel dilakukan dengan menambahkan merkaptobenzotiazol dan HCl secara bertetes-tetes ke dalam larutan natrium silikat sampai mencapai pH = 7. Variasi konsentrasi merkaptobenzotiazol yang digunakan adalah 0,09; 0,07; dan 0,04 M. Untuk mengetahui seberapa banyak Cu(II) teradsorpsi dengan menggunakan SSA dan untuk mengetahui identifikasi gugus silanol, siloksan, SH dari merkaptobenzotiazol dan gugus gugus lain yang terikat pada silika gel digunakan spektrofotometer inframerah (FTIR).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa MBT dengan konsentrasi 0,09; 0,07; dan 0,04M tidak terimpregnasi secara baik pada silika gel. Silika gel tanpa penambahan MBT memiliki efektifitas adsorpsi paling besar terhadap Cu(II) 100 ppm yaitu sebesar 65,045% ,sedangkan silika gel dengan penambahan MBT 0,09 memiliki efektifitas adsorpsi terhadap Cu(II) sebesar 63,190%.
Kata kunci: merkaptobenzotiazol; adsorpsi silika gel; abu vulkanik; ion logam tembagaRima Handayani2015-04-10T06:22:08Z2019-01-29T20:40:17Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15915This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159152015-04-10T06:22:08ZANALISIS DAYA JERAP SERBUK ARANG KAYU JELUTUNG
( dyera costulata ) TERHADAP ION Cu(II) DENGAN METODE KROMATOGRAFI KOLOMPenelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui konsentrasi aktivator dan lama perendaman optimal sehingga menghasilkan daya jerap (penjerapan) terbesar terhadap ion Cu(II) pada serbuk arang kayu jelutung, (2) mengetahui efisiensi penjerapan dari serbuk arang aktif kayu jelutung setelah diaktivasi dengan asam klorida terhadap ion Cu(II).
Proses aktivasi dilakukan dengan merendam serbuk arang kayu jelutung dengan variasi konsentrasi larutan HCl 1, 2, 3, dan 4 M dan variasi lama perendaman yaitu 12, 24, 36, dan 48 jam. Penentuan gugus fungsi dilakukan dengan FTIR sedangkan penentuan efisiensi daya jerap serbuk arang dilakukan dengan SSA. Aktivasi dilakukan dengan cara merendam serbuk arang kayu jelutung dengan larutan aktivator selama 24 jam sambil diaduk kemudian dinetralisir dengan akuades. Penjerapan dilakukan dengan menggunakan kolom berdiameter 1 cm yang terisi serbuk arang kayu jelutung teraktivasi dan limbah simulasi dilakukan secara bertetes dari atas kolom. Penentuan efisiensi penjerapan dilakukan dengan menghitung selisih konsentrasi ion logam mula-mula dengan konsentrasi pada filtrat. Pengaruh konsentrasi larutan aktivator terhadap serbuk arang dipelajari melalui kemampuan daya jerapnya terhadap larutan limbah simulasi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa : (1) konsentrasi aktivator dan lama perendaman untuk memperoleh daya jerap (penjerapan) optimal dari serbuk arang kayu jelutung teraktivasi adalah berturut-turut 1 M dan 48 jam, (2) efisiensi penjerapan dari serbuk arang kayu jelutung teraktivasi terhadap ion logam tembaga pada kondisi optimal (konsentrasi dan lama perendaman optimal) adalah 99,8943 ± 0,0285 %.- Kustiyani2015-04-10T06:15:49Z2019-01-29T20:40:07Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15910This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159102015-04-10T06:15:49ZANALISIS KADAR NATRIUM DALAM BERBAGAI JENIS SUSU SEGAR
DENGAN ASAM SALISILAT SEBAGAI PENGENDAP KASEIN
SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOMPenelitian ini dilakukan berdasarkan studi laboratoris di laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar ion logam natrium pada filtrat dan endapan kasein dari susu sapi dan susu kambing yang dianalisis secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dengan asam salisilat sebagai pengendap kasein. Selanjutnya ditentukan signifikansi dari kadar ion logam natrium pada filtrat dan endapan kasein pada kedua jenis susu yang digunakan.
Subjek penelitian adalah susu sapi dari UP3KH Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan susu kambing dari peternakan kambing Etawa Bumi ku Hijau, Yogyakarta. Pengendapan kasein dalam susu dilakukan menggunakan asam salisilat 0,1 M. Pengendapan kasein pada pH 4,6, karena berada dalam titik isoelektriknya. Endapan dari filtrat dipisahkan, kemudian didestruksi kering pada suhu 5250C selama ±7 jam. Abu yang dihasilkan dilarutkan dengan HCl (1:1). Kadar ion logam natrium ditentukan dari filtrat dan endapan kasein kedua jenis susu yang digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar ion logam natrium dalam filtrat susu sapi dan susu kambing per 50 mL susu, masing-masing (212,540±11,992) ppm dan (263,390±40,743) ppm. Adapun kadar ion logam natrium dalam endapan susu sapi dan susu kambing per 50 mL, masing-masing (9,177±0,491) ppm dan (8,881±0,911) ppm. Sehingga diperoleh kadar total ion logam natrium pada filtrat dan endapan kasein susu kambing dan susu sapi per 50 mL susu, masing-masing (221,717 ±12,483) ppm dan (272,271±41,654) ppm. Uji t yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar ion logam natrium dalam endapan dan filtrat dari kasein susu sapi dan susu kambing segar yang dianalisis secara Spektrofotometri Serapan Atom dengan asam salisilat sebagai pengendap kasein.- Zainurrahman2015-04-10T06:10:10Z2019-01-29T20:39:59Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15907This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159072015-04-10T06:10:10ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI SnO2 DARI LOGAM TIMAH (Sn) HASIL OLAHAN BIJIH TIMAH PUTIH BANGKAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode sintesis SnO2 dari logam timah (Sn) hasil olahan bijih timah putih Bangka dan mengetahui karakter SnO2 hasil sintesis berdasarkan Spektroskopi Inframerah (IR), Difraksi Sinar-X (XRD), Mikroskopi Pemindai Elektron (SEM) dan Analisis Luas Permukaan (SAA).
Sintesis dilakukan dengan cara melarutkan logam timah (Sn) berturut-turut dengan HCl pekat dan NH4OH pekat hingga terbentuk endapan putih pada pH 10. Endapan dikarakterisasi dengan Spektroskopi Inframerah (IR), Difraksi Sinar-X (XRD), Mikroskopi Pemindai Elektron (SEM) dan analisis luas permukaan.
Spektra Inframerah (IR) menunjukkan serapan Sn-O pada daerah 580,44 cm-1 untuk sampel 1 dan 617,38 cm-1 untuk sampel 2, pola difraksi sinar-X (XRD) mengindikasikan senyawa SnO2 termasuk dalam kelompok ruang P42 /mnm tetragonal dengan parameter kisi Z = 2 dan a = b = 4,7338 (2) Å serta c = 3,1842 (3) Å, mikrograf Pemindai Elektron (SEM) menunjukkan partikel oksida SnO2 berbentuk bulat telur dan dengan luas muka spesifik sebesar 12,206514 m2/g, volume pori total sebesar 20,672380 10-03 cc/g, dan jari-jari pori rerata sebesar 33,871063 Å.Dwi Hastuti2015-04-10T05:59:12Z2019-01-29T20:39:49Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15903This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159032015-04-10T05:59:12ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI BUSA POLIURETAN DARI MINYAK JARAK (CASTOR OIL) TEROKSIDASI DAN TOLUENA DIISOSIANAT
(TDI) SEBAGAI ISOLATOR PANASPenelitian ini bertujuan untuk mensintesis dan mengkarakterisasi busa poliuretan dari toluena diisosianat (TDI) dan minyak jarak teroksidasi serta untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi KMnO4 sebagai zat pengoksidasi minyak jarak dan penambahan air sebagai foaming agent terhadap massa jenis, konduktivitas termal, dan persen absorbsi air dari busa poliuretan hasil sintesis.
Variasi konsentrasi KMnO4 sebagai zat pengoksidasi minyak jarak yaitu 10 % dan 0,01%. Komposisi monomer yang dipilih dalam sintesis yaitu, minyak jarak teroksidasi : foaming agent : TDI sebesar 2 : 0 : 3 dan 2 : 0,5 : 3, (dalam gram). Reaksi polimerisasi dilakukan pada temperatur kamar (± 27 0C) dengan pengadukan selama 8 menit. Karakterisasi busa poliuretan didasarkan pada analisis gugus fungsi dengan spektrofotometer FTIR, massa jenis, konduktivitas termal dengan alat Heat Conduction Apparatus dan persen absorbsi air.
Poliuretan hasil sintesis dari minyak jarak teroksidasi dan TDI bersifat keras. Hasil karakterisasi busa poliuretan dengan alat FTIR menunjukkan adanya serapan-serapan yang karakteristik untuk busa poliuretan. Busa poliuretan dari minyak jarak teroksidasi dengan KMnO4 10%, foaming agent, dan TDI dengan perbandingan 2 : 0 : 3 dan 2 : 0,5 : 3, memiliki massa jenis berturut-turut sebesar 181,9 dan 162,9 kg/m3, konduktivitas termal 2,20 dan 2,18 W/mK serta persen absorbsi air 43,77% dan 22,62%. Busa poliuretan dari minyak jarak teroksidasi dengan KMnO4 0,01%, foaming agent, dan TDI dengan perbandingan 2 : 0 : 3 dan 2 : 0,5 : 3, memiliki memiliki massa jenis berturut-turut sebesar 164,2 dan 126,3 kg/m3, konduktivitas termal 2,33 dan 2,32 W/mK serta persen absorbsi air 64,40 % dan 49,55%. Adanya penambahan air sebagai agen pengembang dapat menurunkan nilai massa jenis, konduktivitas termal dan persen absorbsi air busa poliuretan, sehingga busa poliuretan dapat digunakan sebagai isolator panas.Puji Slamet2015-04-10T05:56:41Z2019-01-29T20:39:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15902This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/159022015-04-10T05:56:41ZIDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DALAM EKSTRAK HEKSANA DARI RIMPANG KUNYIT PUTIH (Curcuma manga)
SECARA KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROSKOPI
MASSA (KG-SM)Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui kadar minyak atsiri dan mengidentifikasi komponen minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak heksana dari rimpang kunyit putih (Curcuma mangga) dengan menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa.
Ekstraksi minyak atsiri dari rimpang kunyit putih dilakukan dengan dua cara yaitu maserasi dengan pelarut n-heksana dan destilasi uap. Ekstrak n-heksana hasil maserasi disaring dan diperoleh fraksi n-heksana, sedangkan destilat hasil destilasi uap dipisahkan dengan ekstraksi pelarut menggunakan pelarut n-heksana sehingga diperoleh fraksi n-heksana. Fraksi n-heksana hasil maserasi dan destilasi uap dievaporasi dan ditambah Na2SO4 anhidrat untuk menghilangkan sisa air dan disaring. Minyak atsiri hasil evaporasi selanjutnya dianalisis menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa.
Kadar minyak atsiri hasil maserasi 0,3590% dan kadar minyak atsiri hasil destilasi uap 0,1694%. Hasil analisis dengan kromatografi gas-spektroskopi massa pada minyak atsiri kunyit putih hasil maserasi terdapat 15 puncak dan yang dapat diidentifikasi hanya tiga senyawa yaitu : kampen [M+] 136; kampor [M+] 152 dan isobornil asetat [M+] 196. Analisis kromatografi gas-spektroskopi massa pada minyak atsiri kunyit putih hasil destilasi uap diperoleh 11 puncak dan yang dapat diidentifikasi hanya 6 senyawa yaitu : senyawa kampen [M+] 136; eukaliptol [M+] 154; linalool [M+] 154; kampor [M+] 152; isobornil asetat [M+] 196;dan3-Isopropil-6,10-dimetil-6-siklodekena-1,4-dion [M+] 236.Muhamad Raji’i2015-04-10T05:51:34Z2019-01-29T20:39:39Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15899This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/158992015-04-10T05:51:34ZANALISIS KANDUNGAN SENG DAN TIMBAL DALAM SUSU KENTAL MANIS KEMASAN KALENG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOMPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya logam seng dan timbal beserta kadarnya dalam berbagai susu kental manis kemasan kaleng secara spektrofotometri serapan atom, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar seng dan timbal yang dilakukan dengan destruksi basah menggunakan asam nitrat 65% dan aqua regia serta ada tidaknya perbedaan kadar seng dan timbal dalam susu kental manis kemasan kaleng dengan masa kedaluwarsa berbeda-beda.
Subjek dalam penelitian ini adalah susu kental manis kemasan kaleng. Objek dalam penelitian ini adalah kandungan seng dan timbal dalam susu kental manis kemasan kaleng. Preparasi dilakukan dengan destruksi basah menggunakan aqua regia dan asam nitrat 65%. Analisis kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan alat spetrofotometer serapan atom. Larutan sampel menunjukkan adanya serapan pada panjang gelombang 283,3 nm dan 213,9 nm.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat timbal dan seng dalam susu kental manis. Kadar timbal dan seng dalam susu kental manis yang didestruksi dengan asam nitrat 65% untuk susu A kedaluwarsa bulan Desember 2011 adalah 0,8527 ppm dan 0,1492 ppm, susu A kedaluwarsa bulan Juli 2011 adalah 1,121 ppm dan 0,9323 ppm, susu B kedaluwarsa bulan Januari 2012 adalah 0,812 ppm dan 1,1733 ppm serta susu B kedaluwarsa bulan Agustus 2011 adalah 1,0478 ppm dan 1,2484 ppm. Tidak ada perbedaan kadar timbal dan seng pada analisis menggunakan aqua regia dan asam nitrat 65% serta kadar timbal dan seng dalam produk susu kental manis dengan masa kedaluwarsa berbeda-bedaAsri Nur Kartini2015-04-10T05:23:12Z2019-01-29T20:39:34Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15897This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/158972015-04-10T05:23:12ZSTUDI AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN TERHADAP BERBAGAI MACAM PROTEIN NABATI JENIS KACANG-KACANGANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pH, suhu, dan waktu inkubasi optimum enzim tripsin, mengetahui besarnya aktivitas enzim tripsin pada substrat protein nabati, dan mengetahui pengaruh variasi substrat protein nabati jenis kacang-kacangan (kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang merah) terhadap aktivitas enzim tripsin.
Subjek dalam penelitian ini adalah enzim tripsin dan objek dalam penelitian ini adalah protein nabati jenis kacang-kacangan (kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang merah) yang dibeli dari pasar Beringharjo. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kacang sebagai protein nabati, yaitu kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang merah, serta pH, suhu, dan waktu inkubasi pada penentuan aktivitas enzim tripsin, sedangkan variabel terikatnya adalah kadar protein nabati pada kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang merah serta aktivitas enzim tripsin pada substrat protein pada ketiga jenis kacang tersebut. Penentuan kadar protein terlarut dilakukan dengan metode Lowry menggunakan larutan standar protein kasein pada λmaks 720 nm. Penentuan aktivitas enzim tripsin dilakukan menggunakan metode Anson, dengan terlebih dahulu menentukan pH, suhu, dan waktu inkubasi optimumnya. Variasi pH yang digunakan adalah 7,0; 7,5; 8,0; 8,5; dan 9,0; variasi suhu yang digunakan adalah 30,0; 32,5; 35,0; 37,5; dan 40,0 0C, dan variasi waktu inkubasi yang digunakan adalah 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif terhadap enzim tripsin.
Besarnya aktivitas enzim tripsin terhadap substrat protein kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang merah berturut-turut adalah 0,00087; 0,00064; dan 0,00053 unit aktivitas enzim yang dinyatakan dalam satuan (mg/mL.S)/ (mg/mL.E)/gram/menit. Setiap jenis kacang memiliki kadar protein terlarut yang berbeda-beda dan semakin besar kadar protein terlarut pada substrat protein jenis kacang tersebut, maka aktivitas enzim tripsin akan semakin meningkat.Yayat Hidayat Yayat Hidayat2015-04-10T05:07:26Z2019-01-29T20:39:27Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15894This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/158942015-04-10T05:07:26ZSTUDI AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN TERHADAP BERBAGAI MACAM PROTEIN NABATI JENIS UMBI-UMBIANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pH, suhu dan waktu inkubasi optimum enzim tripsin, mengetahui besarnya aktivitas enzim tripsin terhadap berbagai macam protein nabati jenis umbi-umbian (protein umbi jalar, umbi talas dan umbi kayu) serta mengetahui perbedaan aktivitas enzim tripsin pada hidrolisis protein umbi-umbian yang terlarut dalam air.
Subyek penelitian adalah aktivitas enzim tripsin terhadap umbi jalar, umbi talas dan umbi kayu. Obyek penelitian adalah umbi jalar, umbi talas dan umbi kayu. Penentuan kadar protein terlarut dilakukan dengan menggunakan metode lowry menggunakan larutan standar kasein, dengan terlebih dahulu menetukan λ maksimum dan kurva standar, pengukuran λ dilakukan pada rentang 650-750 nm, dimana diperoleh λ maksimum pada 720 nm. penentuan aktivitas enzim tripsin dilakukan dengan menggunakan metode Anson yang diawali dengan menentukan kondisi optimum enzim tripsin yang meliputi pH optimum, suhu optimum dan waktu inkubasi optimum. Variasi pH yang dilakukan adalah 7,0; 7,5; 8,0; 8,5; dan 9,0; variasi suhu yang dilakukan adalah 30,0; 32,5; 35,0; 37,5; dan 40,0 0C, sedangkan variasi waktu inkubasi yang digunakan adalah 10, 15, 20, 25, dan 30 menit.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pH optimum, suhu optimum dan waktu inkubasi optimum umbi jalar, umbi talas dan umbi kayu berturut-turut adalah pH optimum 8; 7; dan 7,5, suhu optimum 35 0C; 32,5 0C; dan 37,5 0C serta waktu inkubasi optimum 20 menit; 20 menit; dan 15 menit. Aktivitas enzim tripsin pada kondisi optimum terhadap umbi jalar, umbi talas dan umbi kayu berturut-turut adalah sebesar 0,0060; 0,0042 dan 0,0032 .Ari Sandie2015-04-10T05:03:56Z2019-01-29T20:39:22Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15892This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/158922015-04-10T05:03:56ZPENGARUH MASSA ADSORBEN, WAKTU ADSORPSI DAN
KOSENTRASI PEWARNA TERHADAP EFISIENSI
ADSORPSI ARANG AKTIF PADA PEWARNA
DIRECT BLUE TEKNISPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massa adsorben, waktu adsorpsi dan konsentrasi pewarna terhadap efisiensi adsorpsi arang aktif pada pewarna direct blue teknis, selain itu juga untuk mengetahui gugus fungsional yang terdapat pada pewarna direct blue teknis.
Subjek dalam penelitian ini adalah arang aktif dari batok kelapa. Objeknya adalah efisiensi adsorpsi arang aktif terhadap pewarna direct blue teknis.Arang batok kelapa diaktivasi terlebih dahulu dengan dipanaskan 400 0C selama 1 jam di dalam muffle purnace. Proses adsorpsi dilakukan dengan memvariasikan massa adsorben, waktu adsorpsi dan konsentrasi pewarna direct blue teknis. Larutan pewarna direct blue teknis setelah diadsorpsi dianalisis secara kuantitatif dengan spektrofotometer UV-Vis. Arang aktif sebelum dan sesudah adsorpsi serta serbuk pewarna direct blue teknis juga dianalisis secara kualitatif dengan spektrofotometer inframerah (FTIR). Efisiensi adsorpsi dinyatakan dalam persen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) semakin banyak massa adsorben maka semakin meningkat efisiensi adsoprsi, (2) semakin lama waktu adsorpsi yang diberikan menunjukkan efisiensi adsorpsi meningkat tetapi pada waktu 8 dan 24 jam terjadi adsorpsi fisika yaitu adanya proses balik atau kejenuhan selama proses adsorpsi, waktu optimum 6 jam, (3) semakin besar konsentrasi pewarna, semakin menurun efisiensi adsorpsi, (4) spektrum FTIR pewarna direct blue teknis menunjukkan adanya gugus fungsional dari hidroksi air, amina, alkena, oxim, fosfat, eter, haloalkana dan aromatik.Kersa Romalya Wisasta2015-04-10T05:01:13Z2019-01-29T20:39:19Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15891This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/158912015-04-10T05:01:13ZEFISIENSI ADSORPSI ZEOLIT TERHADAP PEWARNA METHYL RED PADA SUASANA BASA
Oleh:
Nikson Flemming Saetban
NIM: 07307149021
Pembimbing Utama : Dr. Endang Widjajanti LFX
Pembimbing Pendamping : Marfuatun, M.Si.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi adsorpsi zeolit terhadap pewarna methyl red pada kondisi pH basa dan waktu adsorpsi optimum serta mengetahui efisiensi adsorpsi zeolit terhadap pewarna methyl red pada berbagai variasi konsentrasinya.
Zeolit alam 20 mesh setelah dicuci diaktivasi dengan pemanasan pada suhu 400oC selama 4 jam. Adsorpsi dilakukan secara bertahap, sebanyak 0,25 gram zeolit direndam dalam larutan methyl red 25 mL kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,1 M untuk memberikan suasana basa. Langkah pertama dilakukan variasi pH sistem untuk memperoleh pH optimum, kemudian langkah kedua dilakukan variasi waktu adsorpsi dengan kondisi pH optimum untuk memperoleh waktu optimum adsorpsi, selanjutnya langkah ketiga dilakukan variasi konsentrasi pewarna methyl red dengan kondisi pH dan waktu adsorpsi optimum untuk memperoleh konsentrasi pewarna yang teradsorpsi terbesar. Pengukuran absorbansi dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan spektrofotometer inframerah digunakan untuk karakterisasi zeolit sebelum dan setelah adsorpsi yang menghasilkan spektra.
Efisiensi adsorpsi zeolit meningkat seiring pertambahan pH sistem. Efisiensi adsorpsi terbesar diperoleh pada pH 12 yaitu sebesar 42,665%. Efisiensi adsorpsi pada variasi waktu menunjukan adanya penurunan setelah 60 menit. Efisiensi optimum pada 60 menit yaitu sebesar 32,070 %. Semakin besar konsentrasi methyl red, maka semakin besar pula efisiensi adsorpsi dari konsentrasi 5-35 ppm.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi adsorpsi zeolit terhadap pewarna methyl red pada kondisi pH basa dan waktu adsorpsi optimum serta mengetahui efisiensi adsorpsi zeolit terhadap pewarna methyl red pada berbagai variasi konsentrasinya.
Zeolit alam 20 mesh setelah dicuci diaktivasi dengan pemanasan pada suhu 400oC selama 4 jam. Adsorpsi dilakukan secara bertahap, sebanyak 0,25 gram zeolit direndam dalam larutan methyl red 25 mL kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,1 M untuk memberikan suasana basa. Langkah pertama dilakukan variasi pH sistem untuk memperoleh pH optimum, kemudian langkah kedua dilakukan variasi waktu adsorpsi dengan kondisi pH optimum untuk memperoleh waktu optimum adsorpsi, selanjutnya langkah ketiga dilakukan variasi konsentrasi pewarna methyl red dengan kondisi pH dan waktu adsorpsi optimum untuk memperoleh konsentrasi pewarna yang teradsorpsi terbesar. Pengukuran absorbansi dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan spektrofotometer inframerah digunakan untuk karakterisasi zeolit sebelum dan setelah adsorpsi yang menghasilkan spektra.
Efisiensi adsorpsi zeolit meningkat seiring pertambahan pH sistem. Efisiensi adsorpsi terbesar diperoleh pada pH 12 yaitu sebesar 42,665%. Efisiensi adsorpsi pada variasi waktu menunjukan adanya penurunan setelah 60 menit. Efisiensi optimum pada 60 menit yaitu sebesar 32,070 %. Semakin besar konsentrasi methyl red, maka semakin besar pula efisiensi adsorpsi dari konsentrasi 5-35 ppm.Nikson Flemming Saetban2015-04-10T04:24:23Z2019-01-29T20:38:59Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15881This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/158812015-04-10T04:24:23ZPENGARUH JENIS ASAM KUAT PADA SINTESIS SILIKA GEL
DARI ABU BAGASSE TERHADAP ADSORPSI ION
LOGAM NIKEL (II) DAN TEMBAGA (II)Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis silika gel dari abu bagasse, dan mempelajari karakteristiknya, serta pengaruh jenis asam kuat terhadap daya adsorpsi dan efisiensi adsorpsi pada ion logam nikel(II) dan tembaga(II) sehingga dapat diketahui daya adsorpsi dan efisiensi adsorpsi yang paling optimal.
Subjek penelitian ini adalah silika gel dari abu bagasse. Penelitian ini diawali dengan pengabuan bagasse pada suhu 700oC dilanjutkan dengan pembuatan larutan natrium silikat dengan melarutkan 6 gram abu bagasse menggunakan 200 ml larutan NaOH 1M disertai pengadukan dan pemanasan selama 1 jam. Filtrat natrium silikat yang terbentuk ditambahkan bertetes-tetes larutan dengan variasi jenis asam kuat yaitu asam klorida, asam sulfat dan asam nitrat, dengan konsentrasi masing-masing 3M hingga larutan mencapai pH 7. Gel yang terbentuk didiamkan semalam, disaring dan dicuci dengan aquademineralisata, serta dikeringkan dalam oven dengan suhu 120oC selama 2 jam. Proses adsorpsi dilakukan dengan memasukkan silika gel ke dalam larutan ion logam nikel(II) dan tembaga(II), kemudian dikocok menggunakan shaker selama 2 jam kemudian dipusingkan selama 30 menit dengan kecepatan 2000 rpm untuk memisahkan endapan. Setelah adsopsi, larutan sisa dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA) untuk mengetahui jumlah ion logam nikel(II) dan tembaga(II) yang teradsorpsi dalam silika gel.
Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa silika gel hasil sintesis dengan asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat, dengan konsentrasi masing-masing 3M mempunyai nilai keasaman berturut-turut sebesar 8,320 mmol/g, 6,554 mmol/g, dan 7,184 mmol/g. Sedangkan kadar air masing-masing 12,8798%, 15,1183%, dan 19,1398% sehingga didapatkan rumus kimia dari masing-masing silika gel yaitu SiO2. 0,4931H2O, SiO2. 0,5940H2O dan SiO2. 0,7894H2O. Hasil karakterisasi gugus fungsi dengan spektroskopi infra merah menunjukkan bahwa silika gel hasil sintesis mempunyai kemiripan dengan kiesel gel 60G. Jenis asam kuat yang digunakan dalam sintesis berpengaruh terhadap daya adsorpsi dan efisiansi adsorpsi ion logam nikel(II) dan tembaga(II).
Kata kunci : abu bagasse, silika gel, adsorpsi, ion logam Ni(II) dan Cu(II)Erma Nurhidayati2015-04-10T02:56:20Z2019-01-29T20:38:43Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15873This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/158732015-04-10T02:56:20ZISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK ETIL ASETAT DALAM RIMPANG TEMUGIRING
(Curcuma heyneana, Vahl)Penelitian ini bertujuan menenentukan karakteristik senyawa metabolit sekunder hasil isolasi dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), spektrofotometer UV-Vis, dan spektrometer IR serta menentukan jenis senyawa metabolit sekunder hasil isolasi ekstrak etil asetat yang terdapat dalam rimpang temugiring (Curcuma heyneana, Vahl).
Serbuk kering rimpang temugiring (Curcuma heyneana, Vahl) diisolasi menggunakan metode maserasi yaitu dengan cara merendam serbuk rimpang temugiring dengan pelarut metanol selama ±24 jam. Hasil maserasi kemudian dipartisi dengan n-heksana dan etil asetat. Selanjutnya hasil partisi tersebut dievaporasi hingga diperoleh ekstrak pekat kemudian dipisahkan dengan Kromatografi Vakum Cair (KVC) dan Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG) dipandu dengan KLT. Setelah diperoleh senyawa murni selanjutnya diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis, spektrometer IR, dan KLT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa murni hasil isolasi yang telah dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan serapan dengan panjang gelombang maksimum pada 415 nm. Dari hasil analisis dengan spektrometer IR menunjukkan adanya gugus C=O karbonil pada daerah 1705,07 cm-1, gugus C=C pada daerah 1597,06 cm-1, C-H alifatik pada daerah 2931,80 dan 2862,36 cm-1, gugus C-O pada daerah 1280,73 cm-1 dan gugus –OH berupa puncak yang melebar pada daerah 3425,58 cm-1. Senyawa hasil isolasi diuji dengan demetoksikurkumin standar dengan KLT menunjukkan kesamaan Rf. Berdasarkan analisis data UV, IR dan Rf dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi dari rimpang temugiring (Curcuma heyneana, Vahl) dalam ekstrak etil asetat memiliki kemiripan dengan demetoksikurkumin dan senyawa tersebut termasuk golongan kurkuminoid.REISMA RAGIL INTANNINGRUM2015-04-10T02:45:12Z2019-01-29T20:38:31Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15867This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/158672015-04-10T02:45:12ZAKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK CABE MERAH KERITING (Capsicum annuum L.) PADA MINYAK KACANG TANAHPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan dan waktu penyimpanan ekstrak etanol cabe merah keriting (Capsicum annuum L.) sebagai antioksidan pada minyak kacang tanah.
Subjek dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol cabe merah keriting dan objek dalam penelitian ini adalah aktivitas antioksidan ekstrak etanol cabe merah keriting. Cabe merah keriting dimaserasi dengan etanol teknis 96%, kemudian dipekatkan dan dilarutkan dalam etanol 96% p.a. uji pendahuluan adanya kandungan flavonoid dan adanya antioksidan dilakukan secara kromatografi kertas dengan senyawa pembanding rutin. Fase gerak yang digunakan adalah butanol, asam asetat 15%, dan air (4:1:5 v/v), fase diam adalah air dan penyokong fase diam yang digunakan adalah kertas Whatman no.1, diidentifikasi di bawah sinar UV 366 nm dan diberi uap amonia. Kromatogram kemudian disemprot dengan campuran 1% kalium ferrisianida dan 2% ferriklorida (1:1 v/v). Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode tiosianat yang dinyatakan sebagai persentase penghambatan oksidasi terhadap kontrol, yaitu larutan minyak tanpa penambahan senyawa antioksidan. Aktivitas antioksidan diukur absorbansinya dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis pada panjang gelombang 500 nm. Konsentrasi ekstrak etanol cabe merah keriting yang digunakan adalah 0,01; 0,05 dan 0,10 mg/mL, sedangkan konsentrasi kontrol positif rutin adalah 0,005 mg/mL dan untuk waktu penyimpanan dari hari ke-0,1,2,3,4,5,6 dan 7.
Hasil kromatografi kertas menunjukkan bahwa ekstrak etanol cabe merah keriting dan rutin mengandung flavonoid (uji uap amonia dengan hasil warna kuning) dan memiliki antioksidan (penyemprotan pereaksi dengan hasil warna biru). Hasil uji aktivitas antioksidan yaitu, rutin mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan ekstrak etanol cabe merah keriting. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol cabe merah keriting pada minyak kacang tanah yang paling besar terjadi pada konsentrasi 0,10 mg/mL pada waktu penyimpanan hari ke-2. Secara rinci hasil persentase penghambatan oksidasi ekstrak etanol cabe merah keriting dengan konsentrasi 0,01; 0,05; 0,10 mg/mL dan kontrol positif rutin 0,005 mg/mL yaitu 32,54%; 37,94%; 43,38% dan 76,28%. Hasil statistik anava dua arah menunjukkan bahwa antar konsentrasi, antar waktu penyimpanan dan antar konsentrasi*waktu penyimpanan menunjukkan perbedaan bermakna. Uji beda (Tukey) pada hari kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh berbeda dengan keenam hari lainnya.Nur Ari Astuti2015-04-10T02:25:56Z2019-01-29T20:38:16Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15861This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/158612015-04-10T02:25:56ZPENGARUH AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK TOMAT MERAH DAN TOMAT HIJAU
TERHADAP KETENGIKAN MINYAK KACANG TANAHPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak tomat merah dan tomat hijau terhadap aktivitas antioksidan pada minyak kacang tanah.
Subyek penelitian adalah ekstrak tomat merah dan tomat hijau, sedangkan objek penelitian adalah aktivitas antioksidan ekstrak tomat merah dan tomat hijau terhadap ketengikan minyak kacang tanah. Metode yang digunakan untuk mengekstrak tomat adalah metode maserasi dengan menggunakan pelarut metanol. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan uji Thiobarbituric Acid TBA yang dihitung sebagai persen aktivitas antioksidan relatif terhadap kontrol. Besar kecilnya aktivitas ekstrak tomat dilihat dari asam linoleat yang teroksidasi menjadi malondialdehida. Selanjutnya malondialdehida bereaksi dengan TBA membentuk kompleks malondialdehida-TBA. Senyawa kompleks malondialdehida-TBA diukur serapannya menggunakan spectronic 20 pada panjang gelombang 530 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tomat merah dan ekstrak tomat hijau mampu menghambat oksidasi asam linoleat. Pada uji aktivitas antioksidan diperoleh bahwa semakin banyak ekstrak tomat yang ditambahkan pada asam linoleat maka aktivitas antioksidan akan semakin besar, sehingga ketengikan pada minyak kacang tanah akibat oksidasi asam linoleat dapat terhambat. Ekstrak tomat merah memiliki aktivitas antioksidan lebih besar dibandingkan ekstrak tomat hijau.Fermi Yunita2015-04-09T03:30:17Z2019-01-29T20:36:10Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15805This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/158052015-04-09T03:30:17ZOPTIMASI KONDISI ADSORPSI KITOSAN DARI CANGKANG KEPITING HIJAU (SCYLLA SERRATA) TERHADAP
PEWARNA METHYL REDPenelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA UNY. Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengetahui karakteristik kitosan, (2) menentukan waktu kontak optimum dari adsorpsi metil merah, (3) menentukan konsentrasi optimum dari adsorpsi metil merah (4) mengetahui pola adsorpsi kitosan terhadap pewarna metil merah pada kondisi optimumnya.
Subyek penelitian ini adalah kitosan dari cangkang kepiting hijau dan objeknya adalah daya adsorpsi kitosan terhadap pewarna metil merah. Kitosan dibuat melalui tiga tahap yakni tahap deproteinasi, demineralisasi dan deasetilisasi. Proses adsorpsi dilakukan pada suhu kamar dengan variasi waktu reaksi adsorpsi adalah 4, 6, 8, 10, 20, 33, 48, 63, 93, menit dan 153 menit untuk larutan metil merah 20 ppm dengan rasio massa adsorben dan volume adsorbat 1 gr : 100 mL. Variasi konsentrasi metil merah adalah : 5, 10, 20, 25, 50, 100, 150, 200, 250 ppm dengan waktu adsorpsi optimum untuk 25 mL larutan metil merah dan massa kitosan 0,25 gram.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa: (1) karakterisasi kitosan
menggunakan Spektrofotometer Inframerah menunjukkan adanya gugus fungsi -NH2, dan –OH pada kitosan, (2) waktu kontak optimum adalah 93 menit dengan daya adsorpsi sebesar 1,0669 mg/g, (3) konsentrasi adsorbat optimum sebesar 50 ppm dengan daya adsorpsi sebesar 4,2205 mg/g, (4) pola adsorpsi kitosan terhadap pewarna metil merah pada kondisi optimumnya cenderung mengikuti isoterm Langmuir.Sigit Dwi Sayogya Swaputra2015-04-09T03:21:24Z2019-01-29T20:35:49Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15796This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157962015-04-09T03:21:24ZPREPARASI NANOPARTIKEL ZINK DENGAN METODE OKSIDASI-REDUKSI DAN APLIKASINYA DALAM PEMBUATAN ZINC CLAYPenelitian ini bertujuan untuk mempreparasi nanopartikel zink dengan metode oksidasi-reduksi dan aplikasinya dalam pembuatan zinc clay.
Metode yang digunakan untuk preparasi nanopartikel adalah metode oksidasi-reduksi. Morfologi partikel dipelajari menggunakan SEM Jeol JSM T-300 dan TEM Jeol JEM-1400 sedangkan XRD Rigaku Multiflex digunakan untuk mempelajari aspek kristalografi sampel.
Partikel spesies zink sebelum dibentuk clay yang dapat dipreparasi memiliki ukuran antara 5 sampai 80 nanometer dan spesies zink hasil pemanasan zinc clay pada suhu 250oC berukuran antara 0,5 sampai 10 mikrometer. Pola XRD spesies zink hasil pemanasan zinc clay menunjukkan struktur kristal yang sama dengan spesies zink sebelum dibentuk clay yaitu trigonal.Nur Laksono2015-04-09T03:00:00Z2019-01-29T20:35:34Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15790This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157902015-04-09T03:00:00ZPENGARUH MASSA ADSORBEN, WAKTU ADSORPSI DAN KOSENTRASI PEWARNA TERHADAP EFISIENSI
ADSORPSI ARANG AKTIF PADA PEWARNA
DIRECT RED TEKNISPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massa adsorben, waktu adsorpsi dan konsentrasi pewarna terhadap efisiensi adsorpsi arang aktif pada pewarna direct red teknis. Selain itu juga untuk mengetahui karakter gugus fungsi yang terdapat pada arang aktif sebelum dan sesudah adsorpsi serta pewarna direct red teknis.
Subjek dalam penelitian ini adalah arang aktif dari batok kelapa. Objeknya adalah efisiensi adsorpsi arang aktif terhadap pewarna direct red teknis. Arang batok kelapa diaktivasi terlebih dahulu dengan dipanaskan 4000C selama 1 jam di dalam muffle furnace. Proses adsorpsi dilakukan dengan mengkondisikan variasi massa absorben, waktu adsorpsi dan konsentrasi pewarna direct red teknis. Larutan direct red teknis setelah adsorpsi dianalisis secara kuantitatif dengan spektrofotometer UV-Vis. Arang aktif sebelum dan sesudah adsorpsi serta serbuk pewarna direct red teknis juga dianalisis secara kualitatif dengan spektrofotometer inframerah (FTIR). Efisiensi adsorpsi dinyatakan dalam persen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) semakin besar massa adsorben, semakin besar efisiensi adsorpsi (2) Waktu adsorpsi optimum arang aktif terhadap pewarna direct red teknis adalah 4 jam, (3) semakin besar konsentrasi pewarna, makin kecil efisiensi adsorpsi (4) Gugus fungsional yang terdapat pada arang aktif sebelum adsorpsi adalah –OH dari air, -OH terhidrasi. Gugus fungsional yang terdapat dalam arang aktif setelah adsorpsi adalah –OH dari air, -OH terhidrasi dan benzen tersubstitusi orto. Gugus fungsional yang terdapat dalam pewarna direct red teknis antara lain –OH dari air, -OH terhidrasi, sulfon, alkil amina, aromatik, fenol serta benzena tersubstitusi orto, meta dan para.Loren Ade Candra2015-04-09T02:45:14Z2019-01-29T20:35:19Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15784This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157842015-04-09T02:45:14ZSINTESIS SILIKA GEL DARI ABU LAYANG BATUBARA DAN UJI ADSORPSINYA TERHADAP ION LOGAM TEMBAGA(II)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya silika gel disintesis dari abu layang batubara pabrik spiritus Madukismo, mengetahui karakterisasi silika gel hasil sintesis dan mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam terhadap banyaknya silika gel yang dihasilkan, daya adsorpsi dan efisiensi adsorpsi ion logm tembaga (II).
Subjek dari penelitian ini adalah silika gel yang disintesis dari abu layang batubara. Asam yang digunakan adalah asam klorida dengan konsentrasi 1, 3 dan 5 M. Sintesis silika gel dari abu layang batubara dilakukan dengan meleburkan 6 gram abu layang batubara ke dalam 200 mL natrium hidroksida 1 M disertai pengadukan dan pemanasan selama 1 jam. Filtrat natrium silikat yang terbentuk ditambahkan asam klorida bertetes-tetes disertai pengadukan hingga pH 7, didiamkan selama 24 jam, disaring dan dicuci dengan akudemineralisata hingga netral, dikeringkan dalam oven pada temperatur 120 oC selama 2 jam dan digerus hingga lolos ayakan 200 mesh. Hasil sintesis kemudian digunakan untuk adsorpsi ion logam tembaga (II).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa silika gel dari abu layang batubara pabrik spiritus Madukismo dapat disintesis dengan metode sol-gel. Daya adsorpsi pada kiesel gel 60 G dan silika hasil sintesis asam klorida 1, 3 dan 5 M masing-masing adalah 0,2985; 0,3400; 0,3428 dan 0,3425 mg/g dan efisiensi adsorpsi 86,49; 98,51; 99.41 dan 99,24 %. Variasi konsentrasi asam yang digunakan dalam sintesis berpengaruh terhadap banyaknya silika gel yang dihasilkan, daya adsorpsi dan efisiensi ion logam tembaga (II).- Ririswati2015-04-09T02:33:35Z2019-01-29T20:35:11Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15779This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157792015-04-09T02:33:35ZPENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR PROTEIN WADI IKAN GABUS (Channa striata)Wadi ikan merupakan ikan awetan yang diperoleh dengan cara penggaraman setelah itu dilumuri dengan tepung beras yang sudah disangrai. Ikan gabus adalah salah satu kelompok jenis ikan air tawar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi terhadap kadar protein wadi ikan gabus (Channa striata) yang dihasilkan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen satu faktor dengan variabel bebas berupa variasi waktu fermentasi wadi ikan gabus yaitu 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu. Variabel terikat adalah kadar protein wadi ikan gabus. Wadi ikan gabus yang dihasilkan yaitu berasal dari ikan gabus yang segar dan diolah menjadi wadi dengan proses fermentasi. Ikan segar dilumuri dengan garam dan didiamkan sampai beberapa jam setelah itu dilumuri dengan tepung beras yang sudah disangrai, lalu disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Untuk menentukan kadar protein dalam wadi ikan gabus menggunakan metode Kjeldahl dan untuk menganalisis pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar protein wadi ikan gabus menggunakan analisis varians satu jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi waktu fermentasi berpengaruh secara signifikan terhadap kadar protein wadi ikan gabus yang dihasilkan. Sedangkan hasil kadar protein wadi ikan gabus yang dihasilkan pada 0 minggu adalah 9,78 %; 2 minggu adalah 7,35 %; 3 minggu adalah 6,20 % dan 4 minggu 4,20 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi maka kadar protein semakin menurun.Sri Eka Pitria Susanti2015-04-09T02:12:47Z2019-01-29T20:34:48Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15769This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157692015-04-09T02:12:47ZSINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH HASIL PEMUCATAN DENGAN ADSORBEN ABU SEKAM PADI
PADA BEBAGAI VARIASI SUHUPenelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA UNY, Laboratorium Teknologi Minyak Bumi, Gas dan Batubara Teknik Kimia UGM dan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi PAU UGM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu transesterifikasi pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dengan adsorben abu sekam padi sebagai pemucat, dengan karakter biodiesel yang diujikan yaitu massa jenis, viskositas, titik nyala, titik tuang dan kalor pembakaran.
Pembuatan biodiesel ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pemurnian dan tahap transesterifikasi. Subjek dari penelitian ini adalah biodiesel sedangkan objek dari penelitian yaitu kualitas biodiesel berdasarkan SNI yang meliputi massa jenis, viskositas, titik tuang, titik nyala dan kalor pembakaran. Pemurnian minyak jelantah bertujuan untuk menghilangkan rasa. bau, zat pengotor serta mengurangi kadar asam lemak bebas dalam minyak jelantah. Tahap pemurnian terdiri dari despicing, netralisasi dan bleaching. Proses transesterifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak jelantah hasil pemurnian dengan sodium metoksida. Suhu proses transesterifikasi adalah 35, 57, 78, dan 890C dengan lama pengadukan 45 menit. Biodiesel yang dihasilkan dianalisis dengan spektroskopi FTIR guna mengetahui gugus fungsinya. Kemudian dilakukan uji massa jenis, viskositas, titik nyala, titik tuang dan kalor pembakaran sesuai Standar Mutu Biodiesel Indonesia.
Hasil spektrum FTIR menunjukkan masing-masing biodiesel mempunyai serapan di daerah 1745 cm-1-1730 cm-1 (gugus C=O) dan daerah 1300 cm-1-1000 cm-1 (gugus C-O) yang merupakan gugus fungsi dari ester. Nilai massa jenis, viskositas, titik nyala, titik tuang dan kalor pembakaran biodiesel A, B, C dan D sesuai Standar Mutu Biodiesel Indonesia berturut-turut: Biodiesel A 869.5 kg/m3, (5.8675 ± 0.0075) mm2/s, 176.50C, 90C, (9466.472 ± 11.403) kal/g; Biodiesel B 863.1 kg/m3, (5.300 ± 0.002) mm2/s, 172.50C, 90C, (9482.149 ± 23.387) kal/g; Biodiesel C 863.5 kg/m3, ( 4.8205 ± 0.0005) mm2/s, 172.50C, 90C, (9561.2445 ± 46.7505) kal/g; Biodiesel D 863.3 kg/m3, ( 4.700 ± 0.002) mm2/s, 174.50C, 90C, (9506.199 ± 39.929) kal/g. Suhu optimum proses transesterifikasi agar dihasilkan jumlah biodiesel yang maksimal adalah 570C.
Kata Kunci : Minyak jelantah, suhu transesterifikasi, biodiesel.Dita Victiary2015-04-09T02:02:56Z2019-01-29T20:34:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15767This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157672015-04-09T02:02:56ZPENENTUAN KOEFISIEN TRANSFER MASSA DAN DIFFUSIVITAS AKSIAL ZIRKONIUM PADA PROSES ADSORPSI
SECARA FIXED BEDPenelitian yang telah dilakukan ini bertujuan menentukan koefisien transfer massa (Kca) dan diffusivitas aksial (Dz) Zirkonium pada proses adsorpsi secara fixed bed. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model matematis Zirkonium pada proses tersebut.
Subjek dalam penelitian ini adalah kadar Zirkonium hasil proses adsorpsi ,sedangkan objek dalam penelitian ini adalah koefisien transfer massa (Kca) dan diffusivitas aksial (Dz) Zirkonium dengan kecepatan alir yang digunakan sebesar 1.5; 2,0; dan 2.5 ml/menit dengan diameter kolom 0,6 cm serta tinggi resin 12 cm. Percobaan dilakukan dengan menggunakan larutan umpan Zirkonium dengan kadar 6.625858 g/L dalam H2SO4 3,52 M .Larutan umpan dialirkan melewati resin penukar anion dan kondisi operasi dijaga konstan dengan mengatur kecepatan masuk dan keluarnya dengan pompa fluida. Larutan yang keluar dari kolom kemudian ditampung dan dianalisa kandungan Zirkonnya dengan spektrometer pendar sinar – X.
Pada kecepatan alir umpan 1.5; 2,0; dan 2.5 ml/menit harga Kca, Dz , SSE, serta ralat rerata berturut turut Kca : 0.1760, 0.1821 dan 0.1936 /menit dan Dz : 9.0360; 20.1188; dan 28.7486 cm2/menit dengan nilai SSE (Sum Square of Error) berturut turut : 0.2756; 0.4304 dan 0.4853 dan ralat rerata berturut turut : 2.4811; 2.3709; dan 2.9607 %. Model matematis yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah berbentuk persamaan differensial parsial simultan yaitu :
Dz (δ2CA/δz2) - v (δCA/δz) - Kca.(CA- CA*) = ε (δCA/δt) dan
δXA / δt = Kca/ ρB { (CA- CA*)}
serta persamaan pembantu : CA* = H. XA
Kata kunci : Model matematis, Kca, Dz- Komarudin2015-04-09T01:50:54Z2019-01-29T20:34:38Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15763This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157632015-04-09T01:50:54ZPENGARUH PENAMBAHAN ASAM OLEAT DAN GLISEROL DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK DARI AIR KELAPA DAN BIDEGRADASI BIOPLASTIK
YANG DIHASILKANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam oleat dan gliserol terhadap sifat mekanik, gugus fungsi dan kemudahan biodegradasi bioplastik dari air kelapa.
Subjek penelitian ini adalah bioplastik dari air kelapa, bioplastik dari air kelapa dengan penambahan asam oleat serta bioplastik dari air kelapa dengan penambahan asam oleat dan variasi gliserol, sedangkan objek penelitian ini adalah karakteristik bioplastik meliputi gugus fungsi, sifat mekanik dan kemudahan biodegradasi. Prosedur penelitian ini pertama yaitu pembuatan nata de coco dari air kelapa, kemudian nata de coco tersebut dikeringkan hingga dihasilkan bioplastik. Karakterisasi bioplastik meliputi : uji sifat mekanik, analisis gugus fungsi menggunakan spektrofotometer FTIR serta uji kemudahan biodegradasi meliputi kehilangan massa dan laju kehilangan massa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioplastik dengan tambahan pemlastis asam oleat 1,5% dan gliserol 2% ternyata mempunyai sifat mekanik yang besar, yaitu meliputi kuat putus (tensile strength) sebesar 10,23 MPa dan perpanjangan (strain) sebesar 13,84%. Pada uji kemudahan biodegradasi bioplastik terjadi pemutusan ikatan β-1,4-glikosidik yang menyebabkan selulosa pada bioplastik terurai menjadi glukosa-glukosa. Penambahan asam oleat 1,5% dan gliserol 2% mempercepat laju pengurangan massa bioplastik pada saat proses biodegradasi. Pada analisis gugus fungsi dengan adanya pemlastis gliserol dan asam oleat, tidak mengubah gugus fungsi yang terdapat dalam bioplastik baik sebelum atau sesudah biodegradasi.Ike Nur Cahya Putra Pratama2015-04-09T01:31:55Z2019-01-29T20:34:33Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15760This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157602015-04-09T01:31:55ZPENGARUH PENAMBAHAN AIR SEBAGAI FOAMING AGENT PADA SINTESIS BUSA POLIURETAN DARI MINYAK JARAK DAN
TOLUENA DIISOSIANAT SEBAGAI ISOLATOR PANASPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari gugus fungsi busa poliuretan berbasis minyak jarak dan TDI, mempelajari pengaruh penambahan air terhadap massa jenis, persen absorpsi air, ikatan silang, dan konduktivitas termal busa poliuretan hasil sintesis, serta mengetahui komposisi optimum agar dihasilkan busa poliuretan dengan sifat isolator panas paling baik.
Karakterisasi gugus fungsi dalam minyak jarak dilakukan dengan menggunakan alat FTIR. Selanjutnya, dilakukan sintesis busa poliuretan dari minyak jarak sebagai sumber poliol, air sebagai foaming agent, dan toluena diisosianat (TDI) sebagai sumber isosianat dengan variasi komposisi (dalam gram) 2:0:3; 2:0,5:3; 2:1:3; 2:1,5:3; 3:0:2; 3:0,5:2; 3:1:2, dan 3:1,5:2. Karakterisasi terhadap hasil sintesis meliputi penentuan massa jenis, persen absorpsi air, ikatan silang, konduktivitas termal dan gugus fungsi.
Hasil penelitian berupa busa poliuretan berbentuk lentur dan kaku, berwarna kuning. Penambahan air sebagai foaming agent menghasilkan gelembung berisi gas CO2. Keberhasilan proses polimerisasi ditunjukkan dengan munculnya serapan uretan pada spektrum FTIR. Busa poliuretan dengan massa jenis, persen absorpsi air, ikatan silang dan konduktivitas termal paling baik dihasilkan oleh PUF D dan PUF G dengan masing-masing perbandingan massa minyak jarak, air, dan TDI sebesar 2:1,5:3 dan 3:1:2, sehingga busa poliuretan ini merupakan isolator panas yang paling baik dalam penelitian ini.
kata kunci : foaming agent, busa poliuretan, isolator panas, konduktivitas termalWinda Puji Ariyani2015-04-08T07:57:53Z2019-01-29T20:33:38Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15731This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157312015-04-08T07:57:53ZPENGARUH KONDISI EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTER MINYAK DARI BIJI KACANG TANAH (Arachis hypogeae, L)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis pelarut petroleum eter dan toluena serta waktu ekstraksi terhadap rendemen minyak hasil ekstraksi dari biji kacang tanah dan untuk mengetahui karakter minyak dari biji kacang tanah yang diekstraksi dengan pelarut petroleum eter dan toluena pada kondisi optimum.
Penelitian ini diawali dengan pemilihan biji kacang tanah sesuai dengan kriteria yang dikehendaki; biji kacang tanah yang terpilih kemudian dioven selama 7 jam dengan temperatur 60 °C dan setelah itu diblender hingga menjadi serbuk. Kemudian dilakukan ekstraksi untuk mengetahui rendemen minyak yang terbanyak dengan menggunakan berat sampel 50 gram dan pelarut baik petroleum eter ataupun toluena sebanyak 150 mL, serta dengan variasi waktu 60, 90, dan 120 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis rendemen minyak biji kacang tanah dengan teknik Anava-AB dan karakterisasi minyak biji kacang tanah untuk mengetahui tingkat kualitas minyak yang meliputi lima macam karakter yaitu angka penyabunan, angka iod, angka peroksida, indeks bias dan kadar tokoferol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi waktu dan jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap rendemen minyak dari biji kacang tanah yang dihasilkan. Karakter minyak dari biji kacang tanah yang menggunakan pelarut petroleum eter adalah sebagai berikut: angka penyabunan 116,638 mg KOH / g minyak, angka iodin 83,251 g I2 / 100 gram minyak, angka peroksida 6,39 meq / kg, indeks bias 1,464° dan kadar tokoferolnya adalah 30,180 mg / L. Karakter minyak yang menggunakan pelarut toluena adalah sebagai berikut: angka penyabunan 125,535 mg KOH / g minyak, angka iodin 78,086 g I2 / 100 gram minyak, angka peroksida 4,12 meq / kg, indeks bias 1,463° dan kadar tokoferolnya adalah 35,681 mg / L.RETNO EKO Putriyanti2015-04-08T07:49:30Z2019-01-29T20:33:27Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15726This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157262015-04-08T07:49:30ZPENGARUH PENAMBAHAN POLIOKSIETILEN GLIKOL 1000
DALAM SINTESIS BUSA POLIURETAN DARI MINYAK JARAK, AIR, DAN TOLUENA DIISOSIANAT
SEBAGAI BAHAN ISOLATOR PANASPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan PEG 1000 terhadap gugus fungsi, massa jenis, konduktivitas termal, ikatan silang, dan absorpsi air pada busa poliuretan hasil sintesis, serta mengetahui komposisi optimum yang dapat menghasilkan busa poliuretan dengan sifat isolator panas terbaik.
Subjek penelitian adalah busa poliuretan hasil sintesis dari minyak jarak, air, polioksietilen glikol 1000 (PEG 1000) dan toluena diisosianat (TDI), sedangkan objek penelitian adalah gugus fungsi, massa jenis, konduktivitas termal, ikatan silang, dan absorpsi air busa poliuretan hasil sintesis. Poliuretan disintesis dari bahan dasar minyak jarak, air, dan TDI dengan menambahkan PEG 1000. Perbandingan komposisi massa minyak jarak, air, PEG 1000, dan TDI yang dipilih dalam sintesis busa poliuretan adalah (2 : 0,5 : 1 : 3), (2 : 0,5 : 2 : 3), (2 : 0,5 : 3 : 3), (1 : 0,5 : 1 : 4), (1 : 0,5 : 2 : 4), dan (1 : 0,5 : 3 : 4) dalam gram. Reaksi polimerisasi dilakukan pada suhu kamar (270C). Karakterisasi busa poliuretan hasil sintesis meliputi : analisis gugus fungsi menggunakan spektrofotometer FTIR, penentuan massa jenis dengan pengukuran massa dan volume busa, uji konduktivitas termal menggunakan alat Heat Conduction Apparatus, absorpsi air, dan ikatan silang menggunakan metode derajat penggembungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa busa poliuretan berhasil disintesis dari minyak jarak, air, PEG 1000, dan TDI yang ditunjukkan oleh gugus fungsi karakteristik melalui FTIR. Penambahan PEG 1000 dalam sintesis busa poliuretan, akan meningkatkan massa jenis, konduktivitas termal, absorpsi air, serta derajat penggembungan. Busa 1 adalah busa optimum yang dihasilkan dari sintesis sebagai sifat isolator panas terbaik dengan komposisi massa (minyak jarak : air : PEG 1000 : TDI) sebesar 2 : 0,5 : 1 : 3.Selviana Oktaria Susanti2015-04-08T07:45:54Z2019-01-29T20:33:22Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15724This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157242015-04-08T07:45:54ZPENGARUH WAKTU KONTAK TANAH LIAT
TERHADAP DAYA ADSORPSI ION Ag(II)Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu kontak optimum dan lama perendaman optimum sehingga menghasilkan daya adsorpsi terbesar terhadap ion Ag(II) pada tanah liat, serta menentukan daya adsorpsi dari tanah liat terhadap ion Ag(II).
Subjek dalam penelitian ini adalah tanah liat yang diambil dari Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, DIY, sedangkan objeknya adalah daya adsorpsi tanah liat terhadap ion logam Ag(II). Penentuan gugus fungsi dilakukan dengan FTIR, sedangkan penentuan daya adsorpsi tanah liat dilakukan dengan SSA. Pengontakkan dilakukan dengan cara menstirr selama : 0, 10, 20, 30, dan 40 menit. Proses adsorpsi dilakukan dengan cara mencampurkan 25 mL AgNO3 dengan 0,25 gram tanah liat teraktivasi. Penentuan daya adsorpsi tanah liat dilakukan dengan menghitung selisih konsentrasi ion logam mula – mula dengan konsentrasi pada filtrat.Pengaruh waktu pengontakkan terhadap tanah liat ditentukan melalui daya adsorpsinya terhadap larutan limbah simulasi. Selanjutnya, dilakukan perendaman dengan variasi : 0, 2, 4, 6, dan 8 jam.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa : (1) waktu pengontakkan dan lama perendaman untuk memperoleh daya adsorpsi optimal dari tanah liat teraktivasi secara berturut – turut adalah selama 30 menit dan 8 jam, (2) daya adsorpsi dari tanah liat teraktivasi sebagai adsorben ion logam perak adalah ( 14,379 ) mg/g.Lisa Mariani2015-04-08T07:41:25Z2019-01-29T20:33:20Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15723This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157232015-04-08T07:41:25ZPENGARUH PENAMBAHAN POLIOKSIETILEN GLIKOL 400 DALAM SINTESIS BUSA POLIURETAN DARI MINYAK JARAK, AIR, DAN TOLUENA DIISOSIANAT SEBAGAI BAHAN ISOLATOR PANASPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan PEG 400 terhadap massa jenis, konduktivitas termal, gugus fungsi, absorpsi air, dan ikatan silang pada busa poliuretan hasil sintesis, serta mengetahui komposisi optimum yang dapat menghasilkan busa poliuretan dengan sifat isolator panas terbaik.
Subjek penelitian ini adalah busa poliuretan hasil sintesis dari minyak jarak, air, polioksietilen glikol 400 (PEG 400) dan toluena diisosianat (TDI), sedangkan objek penelitian ini adalah massa jenis, konduktivitas termal, gugus fungsi, absorpsi air, dan ikatan silang busa poliuretan hasil sintesis. Polimerisasi dilakukan pada suhu kamar (27 oC). Perbandingan massa minyak jarak, air, PEG 400 dan TDI yang dipilih dalam sintesis busa poliuretan adalah (2 : 0,5 : 1 : 3), (2 : 0,5 : 2 : 3), (2 : 0,5 : 3 : 3), (1 : 0,5 : 1 : 4), (1 : 0,5 : 2 : 4), dan (1 : 0,5 : 3 : 4) dalam gram. Karakterisasi busa poliuretan hasil sintesis meliputi : penentuan massa jenis dengan pengukuran massa dan volume busa, uji konduktivitas termal menggunakan alat Heat Conduction Apparatus, analisis gugus fungsi menggunakan Spektrofotometer FTIR, absorpsi air, dan ikatan silang menggunakan metode derajat penggembungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa busa poliuretan berhasil disintesis dari minyak jarak, air, PEG 400, dan TDI yang ditunjukkan oleh gugus fungsi karakteristik melalui FTIR. Penambahan PEG 400 dapat meningkatkan massa jenis busa poliuretan, konduktivitas termal, dan absorpsi air, serta menurunkan ikatan silang. Busa poliuretan yang mempunyai karakter isolator panas terbaik adalah busa no.1 yaitu dengan komposisi massa (minyak jarak : air : PEG 400 : TDI) sebesar 2 : 0,5 : 1 : 3.Sidik Citra Wijaya2015-04-08T07:37:28Z2019-01-29T20:33:17Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15722This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157222015-04-08T07:37:28ZIDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DALAM EKSTRAK HEKSANA DARI RIMPANG TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRHIZA) SECARA KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROSKOPI MASSA (KG-SM)Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar minyak atsiri yang terkandung dalam rimpang tumbuhan temulawak menggunakan metode maserasi dan destilasi uap dengan pelarut heksana. Selanjutnya mengidentifikasi komponen minyak atsiri yang terkandung dalam rimpang tumbuhan temulawak menggunakan kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM).
Ekstraksi minyak atsiri dilakukan dengan dua cara yaitu dengan maserasi menggunakan pelarut heksana dan destilasi uap. Proses maserasi dilakukan selama 24 jam. Ekstrak heksana hasil maserasi disaring dan diperoleh fraksi heksana. Proses destilasi uap dilakukan selama 6 jam. Destilat yang dihasilkan di ekstraksi dengan pelarut heksana menggunakan corong pisah. Masing-masing ekstrak baik hasil maserasi maupun destilasi uap tersebut di uapkan dengan menggunakan evaporator buchii untuk memisahkan pelarut heksana dengan minyak atsirinya, kemudian menambahkan Na2SO4 anhidrat dan disaring untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat pada minyak atsiri. Minyak atsiri tersebut kemudian dianalisis dengan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dapat diisolasi dari rimpang temulawak dengan cara maserasi dengan kadar 0,439% dan destilasi uap dengan kadar 0,187%. Hasil analisis menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa(KG-SM) diperoleh informasi minyak atsiri temulawak dari metode maserasi tersusun dari 27 komponen senyawa. Diidentifikasi 3 puncak tertinggi yaitu, 1-(1,5-dimetil-4-heksenil)-4-metil-benzena (13,72%); 7-metanoazulena,2,3,4,7,8,8a-heksahidro-3,6,8,8-tetrametil (16,38%); 2-metil-5-(1,2,2-trimetilsiklopentil)-fenol (15,54%). Sedangkan minyak atsiri hasil destilasi uap memperoleh 21 komponen penyusun minyak atsiri, yang diidentifikasi 3 puncak tertinggi yaitu 1-(1,5-dimetil-4-heksenil)-4-metil-benzena (12,53%)%); zingiberena (16,52%); 2-metil-5-(1,2,2-trimetilsiklopentenil)-fenol (27,37%).Dwiyanti Maria Dakontas2015-04-08T07:33:05Z2019-01-29T20:33:15Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15721This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157212015-04-08T07:33:05ZPENGARUH KONDISI EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTER MINYAK DARI BIJI BUAH LABU KUNING
(Cucurbita moschata durch)Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelarut petroleum eter dan toluena dengan waktu ekstraksi terhadap rendemen minyak biji buah labu kuning serta karakter minyak dari biji buah labu kuning dengan pelarut petroleum eter dan toluena pada kondisi optimum.
Langkah awal yang dilakukan yaitu memisahkan minyak dari biji buah labu kuning dengan menggunakan metode ekstraksi soxhlet sesuai kondisi ekstraksi yang telah ditentukan. Kondisi ekstraksi tersebut meliputi pemilihan jenis pelarut yaitu petroleum eter dan toluena serta waktu ekstraksi selama 60, 90 dan 120 menit. Setelah itu menentuan rendemen minyak pada setiap kondisi ekstraksi. Kemudian menentuan karakter minyak dari hasil rendemen minyak terbesar untuk setiap jenis pelarutnya. Karakter minyak yang ditentukan meliputi angka penyabunan, angka iod, angka peroksida, indeks bias dan kadar tokoferol. Selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan metode ANAVA AB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut petroleum eter dan toluena dengan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap rendemen minyak biji buah labu kuning. Karakter minyak dari biji buah labu kuning dengan pelarut petroleum eter dan toluena pada kondisi optimum yang dicapai pada waktu 120 menit adalah sebagai berikut: Angka penyabunan minyak hasil ekstraksi dengan pelarut petroleum eter dan toluena berturut-turut sebesar 117,59 dan 116,21 mg KOH/ g minyak. Angka iod minyak hasil ekstraksi dengan pelarut petroleum eter dan toluena berturut-turut sebesar 72,72 dan 99,51 g iod/100 g. Angka peroksida minyak hasil ekstraksi dengan pelarut petroleum eter dan toluena sebesar 8,52 meq/ kg. Indeks bias minyak hasil ekstraksi dengan pelarut petroleum eter dan toluena berturut-turut sebesar 1,4642° dan1,4710°. Kadar tokoferol minyak hasil ekstraksi dengan pelarut petroleum eter dan toluena berturut-turut sebesar 21,04 dan 26,78 ppm.DIAN RAHMAWARDANI2015-04-08T07:28:48Z2019-01-29T20:33:10Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15719This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157192015-04-08T07:28:48ZVALIDASI METODE POTENSIOMETRI ELEKTRODA
SELEKTIF ION (ESI) UNTUK PENENTUAN
ION KLORIDA (Cl-) DALAM
AIR TANGKI REAKTORPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas metode penentuan ion klorida (Cl-) dalam air tangki reaktor dengan menggunakan elektroda selektif ion. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui kandungan ion klorida dalam air tangki reaktor Kartini.
Subjek dalam penelitian ini adalah validasi metode potensiometri elektroda selektif ion yang ditentukan dengan menggunakan data konsentrasi ion klorida dalam larutan standar klorida. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pengukuran kadar ion klorida dalam air tangki reaktor Kartini di PTAPB BATAN Yogyakarta. Percobaan dilakukan dengan cara mengukur potensial larutan standar klorida yang telah diketahui konsentrasinya dengan menggunakan rangkaian alat elektroda selektif ion klorida. Potensial larutan yang ditunjukkan kemudian dibuat kurva kalibrasinya antara potensial vs log konsentrasi. Dari kurva kalibrasi diperoleh rumus Y=Ax±b. Pengukuran dilakukan berulang-ulang sesuai dengan parameter validasi yang diinginkan yakni linearitas, batas deteksi dan kuantisasi, presisi, akurasi dan selektivitas. Selanjutnya rumus regresi linear yang didapat dari kurva kalibrasi dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi larutan sampel dengan cara menghitung potensial larutannya dan hasilnya dimasukkan kedalam persamaan regresi linear tersebut.
Hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah data linearitas pengukuran konsentrasi antara rentang 0,2 – 1000 ppm masih linear dengan koefisien korelasi 0,986. Batas deteksi larutan adalah 0,040 ppm dan batas kuantisasinya 0,1358 ppm. Presisi metode berada antara 2,966% - 5,129%. Akurasi metode antara 93,81% - 109%. Selektivitas ion pengganggu Br- dan I- untuk konsentrasi Br- 10-2 M sebesar -0,621, Br- 10-3 M sebesar -0,372, Br- 10-4 M sebesar -0,497 dan untuk ion pengganggu I- 10-2 M sebesar -3,920, I- 10-3 M sebesar -0,940, I- 10-4 M sebesar -1,188. Konsentrasi ion klorida dalam air tangki reaktor adalah sebesar 0,6196 ± 0,0052 ppm.
Kata kunci : Elektroda Selektif Ion – Validasi – Air Tangki ReaktorAlifah Fajri2015-04-08T07:19:40Z2019-01-29T20:33:02Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15716This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157162015-04-08T07:19:40ZPENGARUH LAMA FERMENTASI DAN KONSENTRASI ENZIM PAPAIN PADA PEMBUATAN KEJU SUSU JAGUNG (ZEA MAYS)Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi enzim papain terhadap kadar protein, kadar air, keasaman dan nilai kesukaan rasa keju susu jagung yang dihasilkan.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA UNY menggunakan metode eksperimen dengan rancangan terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan yang disusun dalam rancangan acak lengkap. Faktor perlakuan tersebut adalah lama fermentasi 1 jam, 2 jam dan 3 jam serta konsentrasi enzim papain 100 ppm, 300 ppm dan 500 ppm, sehingga terdapat sembilan kombinasi perlakuan keju yang dihasilkan dianalisis kadar protein, kadar air, keasaman dan nilai kesukaan rasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama fermentasi dan konsentrasi penambahan enzim papain berpengaruh nyata terhadap kadar air, keasaman, dan nilai kesukaan rasa tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar protein keju susu jagung. Hasil keju susu jagung dilihat dari kadar protein yang optimal diperoleh pada lama fermentasi 1 jam dan konsentrasi enzim papain 100 ppm, dengan kadar protein 2,380% (b/b), kadar air 89,583% (b/b), keasaman 0,282% (b/b) dan nilai kesukaan rasa 2,00.Desty Wahyu Riyanti2015-04-08T07:16:36Z2019-01-29T20:32:55Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15713This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157132015-04-08T07:16:36ZPENGARUH MASSA ADSORBEN, WAKTU ADSORPSI DAN
KOSENTRASI PEWARNA TERHADAP EFISIENSI
ADSORPSI ARANG AKTIF PADA PEWARNA
DIRECT BLACK TEKNISPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massa adsorben, waktu adsorpsi dan konsentrasi pewarna terhadap efisiensi adsorpsi arang aktif pada pewarna direct black teknis dan juga untuk mengetahui karakter gugus fungsional yang terdapat pada arang aktif sebelum adsorpsi, sesudah adsorpsi dan pewarna direct black teknis.
Subjek penelitian ini adalah arang aktif dari batok kelapa. Objek penelitian ini adalah efisiensi adsorpsi arang aktif terhadap pewarna direct black teknis. Arang batok kelapa diaktivasi terlebih dahulu dengan cara dipanaskan dengan suhu 400 0C selama 1 jam di dalam muffle furnace. Proses adsorpsi dilakukan dengan mengkondisikan variasi massa adsorben, waktu adsorpsi dan konsentrasi pewarna direct black teknis. Arang aktif sebelum dan sesudah adsorpsi serta pewarna direct black teknis dianalisis secara kualitatif dengan spektrofotometer infra merah (FTIR). Larutan pewarna direct black teknis setelah adsorpsi dianalisis secara kuantitatif dengan spektrofotometer UV-Vis. Efisiensi adsorpsi dinyatakan dalam bentuk konsentrasi teradsorpsi dibagi konsentrasi mula-mula larutan dan dikalikan 100%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) semakin besar massa adsorben, semakin tinggi efisiensi adsorpsi arang aktif terhadap pewarna direct black teknis, (2) semakin lama waktu yang diberikan untuk proses adsorpsi menunjukkan adanya proses desorpsi karena ikatan antara arang aktif dan pewarna tidak cukup kuat, (3) efisiensi adsorpsi menurun seiring meningkatnya konsentrasi pewarna black teknis dan adsorpsi pewarna direct black teknis oleh arang aktif pada berbagai konsentrasi mengalami kesetimbangan mulai konsentrasi 3000 ppm, (4) gugus fungsional pada arang aktif sebelum adsorpsi adalah –OH dari air dan –OH terhidrasi, pada arang aktif sesudah adsorpsi adalah –OH dari air, –OH terhidrasi dan benzena dengan orto disubstitusi serta pada pewarna direct black teknis adalah –OH dari air, –OH terhidrasi, aromatik dan benzena dengan orto disubstitusi.Jayadi Setiawan2015-04-08T07:13:57Z2019-01-29T20:32:50Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15711This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157112015-04-08T07:13:57ZANALISIS KADAR KALIUM DALAM BERBAGAI JENIS SUSU SEGAR
DENGAN ASAM SALISILAT SEBAGAI PENGENDAP KASEIN
SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOMPenelitian disusun berdasarkan studi laboratoris yang dilakukan di laboratorium Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar kalium yang dianalisis pada susu sapi dan susu kambing dengan asam salisilat 0,1 M sebagai pengendap kasein, serta mengetahui perbedaan kadar kalium pada filtrat dan endapan untuk masing-masing jenis susu.
Subjek dalam penelitian ini adalah air susu sapi segar yang diambil di dalam peternakan sapi di Fakultas Kedokteran Hewan, UGM, susu kambing yang diambil di tempat penjualan susu kambing segar di ringroad Utara. Objek dalam penelitian ini adalah kadar kalium yang dianalisis. Pengambilan cuplikan secara purposive sampling. Analisis kimia secara kualitatif untuk mengamati serapan cuplikan menggunakan spektrofotometri serapan atom. Analisis kuantitatif untuk mengetahui kadar kalium dari data absorbansi pada analisis kualitatif. Air susu sapi dan susu kambing segar diendapkan kaseinnya dengan menambahkan asam salisilat 0,1 M. Endapan yang terbentuk didestruksi kering menggunakan muffle furnace selama ± 7 jam. Hasil endapannya dilarutkan dalam HCl (1:1) untuk dianalisis kadar kaliumnya secara spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm, baik di filtrat maupun di dalam endapannya. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode ANAVA A untuk mengetahui adanya perbedaan kadar kalium dari dua jenis susu tersebut, baik yang terdapat di dalam filtrat maupun yang terdapat di dalam endapannya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan signifikan antara filtrat dan endapan pada kedua jenis susu. Kadar kalium dalam susu sapi yang terdapat di filtrat dan di endapan masing-masing adalah (680±6,778) ppm dan (18,22±4,397) ppm. Kadar kalium dalam susu kambing yang terdapat di filtrat dan di endapan masing-masing adalah (746,9±47,376) ppm dan (196,3±38,980) ppm.Ricko Andhika Putra2015-04-08T07:07:22Z2019-01-29T20:29:14Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15704This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157042015-04-08T07:07:22ZIDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DALAM EKSTRAK HEKSANA DARI TEMU IRENG (Curcuma aeruginosa Roxb.) SECARA
KROMATOGRAFI GAS - SPEKTROSKOPI MASSA
(GC-MS)Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar minyak atsiri dan mengidentifikasi komponen minyak atsiri yang terkandung dalam ektsrak heksana dari temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) dengan menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa (GC-MS).
Ekstraksi dilakukan dengan dua cara yaitu maserasi dengan pelarut n-heksana dan secara distilasi uap. Ekstrak n-heksana hasil maserasi disaring dan diperoleh fraksi n-heksana sedangkan distilat hasil distilasi uap dipisahkan dengan ekstraksi pelarut menggunakan pelarut n-heksana sehingga diperoleh fraksi n-heksana. Fraksi n-heksana hasil maserasi dan distilasi uap dievaporasi dan ditambahkan Na2SO4 anhidrat untuk menghilangkan sisa air kemudian disaring. Minyak atsiri hasil evaporasi selanjutnya dianalisis menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa (GC-MS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar minyak atsiri temu ireng hasil maserasi dan distilasi uap berturut-turut adalah 1,19 % dan 0,422 %. Hasil analisis dengan GC-MS pada minyak atsiri temu ireng hasil maserasi dan distilasi uap diperoleh beberapa puncak senyawa yang terkandung di dalamnya. Dari data tersebut dapat diidentifikasi dua buah senyawa yang diduga sebagai penyusun utama minyak atsiri temu ireng yaitu kurzerenon [M+] 230 dan kurkumol [M+] 236.Desi Amiati2015-04-08T07:00:28Z2019-01-29T20:29:08Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15702This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/157022015-04-08T07:00:28ZANALISIS DAYA JERAP SERBUK ARANG KAYU ULIN ( eusideroxylor zwageri ) TERHADAP ION Zn(II) DENGAN METODE KROMATOGRAFI KOLOMPenelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui konsentrasi asam klorida optimal dan lama perendaman optimal sehingga menghasilkan daya jerap (penjerapan) terbesar terhadap ion Zn(II) pada serbuk arang kayu ulin, (2) mengetahui efisiensi penjerapan dari serbuk arang aktif kayu ulin terhadap ion Zn(II).
Proses aktivasi dilakukan dengan merendam serbuk arang kayu ulin dengan larutan klrorida 1, 2, 3, dan 4 M. Penentuan gugus fungsi dilakukan dengan FTIR sedangkan penentuan efisiensi daya jerap serbuk arang dilakukan dengan SSA. Aktivasi dilakukan dengan cara merendam serbuk arang kayu ulin dengan larutan aktivator HCl selama 24 jam sambil diaduk kemudian dinetral dengan akuades. Penjerapan dilakukan dengan menggunakan kolom berdiameter 1 cm yang terisi serbuk arang kayu ulin teraktivasi dan limbah simulasi dilakukan secara bertetes dari atas kolom. Penentuan efisiensi penjerapan dilakukan dengan menghitung selisih konsentrasi ion logam mula-mula dengan konsentrasi pada filtrat. Pengaruh konsentrasi larutan aktivator terhadap serbuk arang dipelajari melalui kemampuan daya jerapnya terhadap larutan limbah simulasi. Setelah diketahui konsentrasi aktivator yang optimal, maka dilakukan perendaman dengan variasi lama perendaman 12, 24, 36, dan 48 jam.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa : (1) konsentrasi aktivator dan lama perendaman untuk memperoleh daya jerap (penjerapan) optimal dari serbuk arang kayu ulin teraktivasi berturutan adalah 4 M dan 12 jam, (2) efisiensi penjerapan dari serbuk arang kayu ulin teraktivasi sebagai penjerap ion logam seng adalah (87,38 ± 0,006877)%.- Witri2015-04-08T06:24:59Z2019-01-29T20:27:44Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/15668This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/156682015-04-08T06:24:59ZPENGARUH SUHU AKTIVASI DAN WAKTU PENGADUKAN
TANAH LIAT DARI SAMPIT, KALIMANTAN TENGAH
TERHADAP DAYA ADSORPSI ION LOGAM CuPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu aktivasi optimum dan waktu pengadukan optimum, serta menentukan daya adsorpsi optimal dari tanah liat terhadap ion Cu(II).
Subjek penelitian ini adalah tanah liat yang diambil dari Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, sedangkan objek penelitian adalah daya adsorpsi tanah liat terhadap ion logam tembaga(II). Proses aktivasi dilakukan dengan menambahkan larutan asam sulfat 2M dan dikalsinasi pada suhu tertentu. Penentuan secara kualitatif dilakukan dengan analisis FTIR untuk mengetahui gugus fungsi yang ada dalam tanah liat dan analisis menggunakan XRD untuk mengetahui mineral pembentuk tanah liat, sedangkan penentuan daya adsorpsi tanah liat dilakukan dengan SSA. Pengaruh suhu aktivasi optimum tanah liat dilakukan dengan memvariasi suhu aktivasi adsorben yaitu sebesar : 400, 500, 600, 700, dan 800oC. Proses adsorpsi dilakukan dengan cara mencampurkan 25 mL larutan CuSO4 100 ppm dengan 0,25 gram tanah liat hasil aktivasi. Pengaruh waktu pengadukan optimum dilakukan dengan memvariasi waktu pengadukan yaitu : 0, 15, 30, 45, 60, dan 90 menit. Penentuan daya adsorpsi tanah liat dilakukan dengan menghitung konsentrasi pada filtrat.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa : suhu aktivasi dan waktu pengadukan untuk memperoleh daya adsorpsi optimal dari tanah lian teraktivasi berturut-turut adalah 500oC dan selama 15 menit, serta daya adsorpsi dari tanah liat teraktivasi sebagai adsorben ion logam tembaga adalah ( 6,478 ) mg/g.Guntur Setyo2015-04-01T03:31:26Z2019-01-29T20:02:50Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14991This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/149912015-04-01T03:31:26ZSINTESIS BUSA POLIURETAN DARI ASAM OLEAT, POLIETILEN GLIKOL 1000, DAN TOLUENA-2,4-DIISOSIANATPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi komposisi antara asam oleat, PEG1000, dan TDI dengan dan tanpa penambahan air dalam sintesis busa poliuretan sebagai isolator panas.
Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis busa poliuretan menggunakan asam oleat, monomer diisosianat berupa TDI (toluena-2,4-diisosianat) dan monomer polieter berupa PEG (polietilen glikol). Reaksi polimerisasi dilakukan pada temperatur kamar (26±1C) dengan variasi komposisi yaitu, AO-PEG1000-TDI (1 : 1 : 4); AO-PEG1000-TDI (2 : 1 : 3); AO-Air-PEG1000-TDI (1 : 0,1 : 1 : 4); dan AO-Air-PEG1000-TDI (2 : 0,1 : 1 : 3). Karakterisasi dilakukan menggunakan FTIR dan Heat Conduction Apparatus. Langkah selanjutnya dilakukan uji massa jenis dan ikatan silang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa busa poliuretan hasil sintesis dengan variasi komposisi AO-PEG1000-TDI (1 : 1 : 4) merupakan produk yang paling sesuai digunakan sebagai isolator panas. Hal ini didukung dengan data bahwa busa poliuretan hasil sintesis dengan variasi komposisi AO-PEG1000-TDI (1 : 1 : 4) memiliki nilai konduktivitas termal sebesar 7,46 W.m-1 dan derajat penggembungan sebesar 16,152 %.Ari i Nofianto2015-04-01T03:27:55Z2019-01-29T20:02:42Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14988This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/149882015-04-01T03:27:55ZPENGARUH PENAMBAHAN POLIOKSIETILEN GLIKOL 1000 (PEG-1000) TERHADAP SIFAT TERMAL POLIURETAN HASIL SINTESIS DARI MINYAK GORENG BEKAS HASIL HIDRASI DAN TOLUENA-2,4-DIISOSIANAT (TDI)Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan karakter minyak jelantah sebelum dan sesudah dihidrasi, karakter poliuretan hasil sintesis dari minyak goreng bekas hasil hidrasi dan TDI, pengaruh penambahan PEG-1000 terhadap sifat termal poliuretan hasil sintesis, menentukan ada tidaknya ikatan silang (crosslink) pada poliuretan hasil sintesis, dan mempelajari pengaruh penambahan PEG-1000 terhadap ikatan silang poliuretan hasil sintesis, serta sifat termal dari poliuretan optimum hasil sintesis.
Minyak goreng bekas yang dipakai dalam penelitin ini adalah minyak goreng yang dipakai secara berulang-ulang yang telah mengalami proses adsorpsi dan hidrasi. Proses adsorpsi dilakukan menggunakan arang aktif dan proses hidrasi menggunakan larutan H2SO4 dengan konsentrasi 20% (v/v). Karakterisasi minyak goreng bekas sebelum dan sesudah hidrasi dilakukan melalui penentuan massa jenis, titik leleh dan titik didih, serta gugus fungsi dengan spektrofotometri FTIR. Poliuretan disintesis dari bahan dasar minyak goreng bekas adsorpsi terhidrasi dan TDI dengan menambahkan variasi massa PEG-1000. Reaksi polimerisasi dilakukan pada suhu kamar (290C). Karakterisasi poliuretan hasil sintesisi meliputi penentuan sifat termal dengan metode Differential Thermal Analysis (DTA) dan metode Thermogravimetric Analysis (TGA), ikatan silang melelui derajat penggembungan (Swelling), dan penentuan gugus fungsi dengan spektrofotometri FTIR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses hidrasi menyebabkan massa jenis dan titik didih minyak goreng bekas meningkat sedangkan titik leleh minyak goreng bekas menurun. Poliuretan dapat disintesis dari minyak goreng bekas hasi hidrasi, TDI, dan PEG-1000, ditunjukkan oleh gugus fungsi karakteristik untuk poliuretan melalui analisis FTIR. Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak PEG-1000 yang ditambahkan dalam sintesis poliuretan, derajat penggembungan dan kehilangan massa semakin meningkat, sedangkan temperatur transisi gelas (Tg) dan temperatur dekomposisi (Td) serta ikatan silang mengalami penurunan.ARIF AKHMADI2015-04-01T03:18:15Z2019-01-29T20:02:31Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14982This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/149822015-04-01T03:18:15ZALIDASI METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON (AAN)
UNTUK PENGUJIAN LOGAM BERAT DALAM LIMBAH RUMAH SAKIT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui validasi pengujian logam Cd, Co dan Cr dalam sampel limbah rumah sakit di daerah Yogyakarta dengan metode Analisis Aktivasi Neutron dengan parameter uji akurasi, uji presisi uji batas deteksi, bias relatif, Z-score, nilai Z ( simpangan baku) dan nilai U, mengetahui konsentrasi logam Cd, Co dan Cr dalam sampel cair dan padat limbah rumah sakit di daerah Yogyakarta.
Sampel limbah rumah sakit yang berupa limbah cair dan padat dipreparasi terlebih dahulu. Sampel, standar primer, standar sekunder dan blanko dimasukan dalam vial polyetilene, lalu dimasukan dalam kelongsong dan diiradiasi dalam reaktor riset Kartini pada fasilitas iradiasi Lazy Susan selama 2x6 jam dengan Fluks neutron 2,436 x 1011 n cm-2s-1. Setelah selesai diiradiasi semua kelongsong didinginkan dan dikeluarkan dari reaktor. Blanko, standar, sampel yang telah diiradiasi dicacah menggunakan Spektrometer Gamma dengan detektor Ge (Li) masing-masing selama 12,5 dan 15 menit.
Hasil validasi untuk pengujian logam Cd, Co dan Cr dengan metode Analisis Aktivasi Neutron dapat dikatakan baik dan efektif dalam menganalisa logam Cd, Co dan Cr secara kualitatif maupun kuantitatif, hal ini dilihat dari nilai akurasi lebih besar dari 90 % dan nilai presisi lebih kecil dari 10 %, kriteria penerimaan untuk pengujian tingkat akurasi dan presisi dengan status diterima, LC, LD mencapai orde 10-4 mg/L, LQ mencapai orde 10-3 mg/L, bias relatif <10 %, Z-score < 2, -0,8< Nilai Z < 0,6, nilai U < 0,7. Pada limbah cair sebelum pengolahan konsentrasi logam Cd berkisar antara 0,090-0,338 mg/L, logam Co berkisar antara 0-0,022 mg/L dan logam Cr berkisar antara 0-0,082 mg/L. Pada limbah cair sesudah pengolahan konsentrasi logam Cd berkisar antara 0-0,307 mg/L, logam Co berkisar antara 0,022-0,039 mg/L dan logam Cr 0,038-0,147 mg/L. Pada limbah padat konsentrasi logam Cd berkisar antara 3,712 - 7,137 mg/Kg, logam Co berkisar antara 8,423 - 22,934 mg/Kg, logam Cr berkisar antara 718,185 - 2403,542 mg/Kg.
Kata kunci : validasi, logam berat, AANTrias Ardiyanto2015-03-31T07:39:51Z2019-01-29T19:57:37Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14834This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/148342015-03-31T07:39:51ZPENGARUH PERBANDINGAN BERAT PREKUSOR TiO2/KARBON
AKTIF PADA SINTESIS FOTOKATALIS NANOPARTIKEL TiO2
DAN UJI AKTIVITAS FOTOKATALITIKNYA TERHADAP
METIL ORANYEPenelitian ini bertujuan untuk mensintesis suatu fotokatalis dari TiO2 tersupport karbon aktif, mempelajari pengaruh variasi perbandingan berat prekusor TiO2/karbon aktif terhadap karakter dan aktivitas fotokatalitiknya pada degradasi metil oranye.
Titanium dioksida (TiO2) teremban karbon dihasilkan melalui metode pengendapan basa melalui proses refluk pada suhu 150ºC selama 24 jam (2 x 12 jam) dengan Ti(O2)O.2H2O sebagai prekusor dan NaOH 10 M sebagai sumber basa. Prekusor tersebut dihasilkan dari TiCl4 dan H2O2. Produk dikalsinasi pada suhu 400ºC selama 1 jam. Produk dikarakterisasi menggunakan XRD untuk mengetahui stuktur kristal, spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui energi celah pita dan TEM untuk mengetahui morfologinya. Mekanisme fotodegradasi pada metil oranye dilakukan di bawah lampu UV 160 W selama 60 menit.
Titanium dioksida (TiO2) 15% mengandung struktur anatas dan rutil dengan diameter nanotabung sekitar 10 nm. Variasi perbandingan berat prekusor TiO2/karbon aktif berpengaruh secara signifikan terhadap struktur, morfologi dan energi celah pita. TiO2 10% dan 20% mengandung struktur kristal anatas dengan energi celah pita sebesar 3,38 eV dan 3,44 eV. Variasi perbandingan berat prekusor TiO2/karbon aktif berpengaruh terhadap aktivitas fotokatalitik degradasi metil oranye. Dari penelitian ini, TiO2 15% lebih cocok digunakan sebagai material fotokatalis karena paling bersifat fotoaktif.DEWI FATIMAH2015-03-31T07:34:33Z2019-01-29T19:57:30Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14829This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/148292015-03-31T07:34:33ZPENGARUH KONSENTRASI PERENDAM DAN LAMA PERENDAMAN DALAM Ca(OH)2 TERHADAP KADAR PROTEIN DAN TOTAL PADATAN PADA PEMBUATAN SUSU KARA BENGUK (Mucuna Pruriens L.)Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi perendam dan lama perendaman kara benguk dalam larutan Ca(OH)2 terhadap kadar protein dan total padatan susu kara benguk.
Subyek penelitian ini adalah kara benguk putih dan objek penelitian ini adalah kadar protein dan total padatan susu kara benguk. Penelitian diawali dengan melakukan perendaman kara benguk dalam larutan Ca(OH)2 dengan variasi konsentrasi perendam 0, 1, 3, dan 5 % (b/v) serta variasi lama perendaman 0, 6, 12, dan 18 jam. Selanjutnya kara benguk yang direndam diolah menjadi susu melalui proses pencucian, perendaman, penggilingan, penyaringan, dan pemasakan. Penentuan kadar protein dilakukan dengan metode Lowry menggunakan larutan standar kasein, dengan terlebih dahulu menentukan waktu kestabilan, panjang gelombang maksimal dan kurva protein standar. Penentuan total padatan susu kara benguk menggunakan uji total standar SNI 19-0428-1989. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik ANAVA AB yang dilanjutkan dengan uji DMRT.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa waktu kestabilan dimulai dari menit ke-40 sampai ke-50 dengan panjang gelombang maksimal 590 nm. Persamaan garis regresi linier yang diperoleh adalah Y = 1,425X + 0,0669 dengan Fregresi = 101,236. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi perendam dan lama perendaman berpengaruh terhadap kadar protein dan total padatan susu kara benguk yang dihasilkan. Kadar protein susu kara benguk tertinggi diperoleh pada perendaman dengan konsentrasi perendam 5 % selama 12 jam, sebesar 3,372 % (b/v). Total padatan susu kara benguk tertinggi juga diperoleh pada perendaman dengan konsentrasi perendam 5 % selama 12 jam, sebesar 21,693 % (b/b).RADITYO MAHMUD TAVIPIONO2015-03-31T07:29:16Z2019-01-29T19:57:22Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14826This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/148262015-03-31T07:29:16ZPENGARUH KONSENTRASI PERENDAM DAN LAMA PERENDAMAN DALAM Ca(OH)2 TERHADAP KADAR PROTEIN DAN TOTAL PADATAN PADA PEMBUATAN SUSU KACANG MERAHPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi perendam dan lama perendaman dalam larutan Ca(OH)2 terhadap kadar protein dan total padatan dalam susu kacang merah.
Susu kacang merah dibuat dari kacang merah besar, dengan perendaman dalam larutan Ca(OH)2 pada konsentrasi 0%; 1%; 3%; dan 5% dengan lama perendaman 0, 6, 12 dan 18 jam. Selanjutnya kacang merah diolah menjadi susu dengan proses perebusan, pengupasan, penggilingan, penyaringan, dan pemasakan. Analisis kualitatif protein menggunakan uji Biuret, sedangkan analisis kuantitatif protein menggunakan metode Lowry. Penentuan total padatan dilakukan dengan menimbang susu kacang merah pada sebuah krus porselin yang sudah diketahui beratnya. Kemudian krus porselin dimasukkan ke dalam oven, setelah itu didinginkan dan ditimbang kembali. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik ANAVA AB dan uji lanjut DMRT.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi perendam dan lama perendaman dalam larutan Ca(OH)2 berpengaruh terhadap kadar protein dan total padatan dalam susu kacang merah. Kadar protein susu kacang merah tertinggi sebesar 3,467% b/v diperoleh pada konsentrasi Ca(OH)2 3% selama 6 jam. Total padatan susu kacang merah tertinggi sebesar 30,052% b/b diperoleh pada konsentrasi Ca(OH)2 3% selama 6 jam. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang kadar protein dan total padatan dari susu kacang merah dengan perlakuan variasi konsentrasi perendam dan lama perendaman dalam larutan Ca(OH)2. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bahwa kondisi optimal agar dihasilkan susu kacang merah dengan kadar protein dan total padatan maksimal adalah pada konsentrasi Ca(OH)2 3% selama 6 jam..TITIS HARSA YUNINGSIH2015-03-31T06:36:29Z2019-01-29T19:56:04Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14771This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/147712015-03-31T06:36:29ZPENGARUH KONSENTRASI PERENDAM DAN LAMA PERENDAMAN DALAM NaHCO3 TERHADAP KADAR PROTEIN DAN TOTAL PADATAN PADA PEMBUATAN SUSU KARA BENGUK
( Mucuna pruriens L)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi perendam dan lama perendaman dalam NaHCO3 terhadap kadar protein dan total padatan pada pembuatan susu kara benguk.
Subjek penelitian adalah susu kara benguk dan objek penelitian adalah kadar protein dan total padatan dalam susu kara benguk. Bahan perendam yang digunakan adalah NaHCO3 dengan variasi konsentrasi 0%, 1%, 3% dan 5% dan variasi lama perendaman yang digunakan adalah 0 jam, 6 jam, 12 jam dan 18 jam. Pengolahan kara benguk menjadi susu dengan proses perendaman, perebusan, penggilingan, penyaringan dan pemanasan. Analisis kualitatif protein dilakukan dengan uji Biuret, sedangkan penentuan kadar protein secara kuantitatif menggunakan metode Lowry dengan larutan standar kasein. Penentuan total padatan susu kara benguk menggunakan uji total padatan. Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman ini diuji secara statistik menggunakan ANAVA–AB dan dilanjutkan dengan uji DMRT dan uji interaksi untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan dan adanya interaksi.
Hasil penelitian menunjukan variasi konsentrasi NaHCO3 berpengaruh terhadap kadar protein dan total padatan dalam susu kara benguk yang dihasilkan, konsentrasi optimum pada konsentrasi NaHCO3 5%.Variasi lama perendaman NaHCO3 berpengaruh terhadap kadar protein dan total padatan dalam susu kara benguk yang dihasilkan, perendaman optimum pada perendaman 6 jam Hasil perhitungan menggunakan statistik ANAVA–AB, uji DMRT dan uji interaksi untuk kadar protein dan total padatan, hampir semua perlakuan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dan adanya interaksi.- Ambarsari2015-03-31T06:19:08Z2019-01-29T19:55:59Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14768This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/147682015-03-31T06:19:08ZVALIDASI METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON (AAN)
UNTUK PENGUJIAN LOGAM BERAT DALAM LIMBAH RUMAH SAKIT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui validasi pengujian logam Cd, Co dan Cr dalam sampel limbah rumah sakit di daerah Yogyakarta dengan metode Analisis Aktivasi Neutron dengan parameter uji akurasi, uji presisi uji batas deteksi, bias relatif, Z-score, nilai Z ( simpangan baku) dan nilai U, mengetahui konsentrasi logam Cd, Co dan Cr dalam sampel cair dan padat limbah rumah sakit di daerah Yogyakarta.
Sampel limbah rumah sakit yang berupa limbah cair dan padat dipreparasi terlebih dahulu. Sampel, standar primer, standar sekunder dan blanko dimasukan dalam vial polyetilene, lalu dimasukan dalam kelongsong dan diiradiasi dalam reaktor riset Kartini pada fasilitas iradiasi Lazy Susan selama 2x6 jam dengan Fluks neutron 2,436 x 1011 n cm-2s-1. Setelah selesai diiradiasi semua kelongsong didinginkan dan dikeluarkan dari reaktor. Blanko, standar, sampel yang telah diiradiasi dicacah menggunakan Spektrometer Gamma dengan detektor Ge (Li) masing-masing selama 12,5 dan 15 menit.
Hasil validasi untuk pengujian logam Cd, Co dan Cr dengan metode Analisis Aktivasi Neutron dapat dikatakan baik dan efektif dalam menganalisa logam Cd, Co dan Cr secara kualitatif maupun kuantitatif, hal ini dilihat dari nilai akurasi lebih besar dari 90 % dan nilai presisi lebih kecil dari 10 %, kriteria penerimaan untuk pengujian tingkat akurasi dan presisi dengan status diterima, LC, LD mencapai orde 10-4 mg/L, LQ mencapai orde 10-3 mg/L, bias relatif <10 %, Z-score < 2, -0,8< Nilai Z < 0,6, nilai U < 0,7. Pada limbah cair sebelum pengolahan konsentrasi logam Cd berkisar antara 0,090-0,338 mg/L, logam Co berkisar antara 0-0,022 mg/L dan logam Cr berkisar antara 0-0,082 mg/L. Pada limbah cair sesudah pengolahan konsentrasi logam Cd berkisar antara 0-0,307 mg/L, logam Co berkisar antara 0,022-0,039 mg/L dan logam Cr 0,038-0,147 mg/L. Pada limbah padat konsentrasi logam Cd berkisar antara 3,712 - 7,137 mg/Kg, logam Co berkisar antara 8,423 - 22,934 mg/Kg, logam Cr berkisar antara 718,185 - 2403,542 mg/Kg.
Kata kunci : validasi, logam berat, AANTrias Ardiyanto2015-03-31T05:58:35Z2019-01-29T19:55:44Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14757This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/147572015-03-31T05:58:35ZPENGARUH PENAMBAHAN MERKAPTOBENZOTIAZOL (MBT) TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI SILIKA GEL ABU
BAGASSE PADA ION LOGAM TEMBAGA(II)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan merkaptobenzotiazol (MBT) pada sintesis silika gel dari abu bagasse terhadap kemampuan mengadsorpsi ion logam Cu(II). Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi merkaptobenzotiazol pada sintesis silika gel terhadap kemampuan adsorpsi ion logam Cu(II).
Proses penambahan merkaptobenzotiazol terhadap kemampuan adsorpsi silika gel dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pembuatan natrium silikat, pembentukan silika gel dan adsorpsi terhadap Cu(II). Natrium silikat diperoleh melalui reaksi antara abu bagasse dengan NaOH pada temperature 400 ºC. Natrium silikat yang diperoleh dilarutkan dalam akuademineralisata hingga terbentuk larutan natrium silikat. Pembentukan gel dilakukan dengan menambahkan merkaptobenzotiazol dan HCl secara bertetes-tetes kedalam larutan natrium silikat sampai pH = 7. Variasi konsentrasi merkaptobenzotiazol yang digunakan adalah 0,07; 0,04; dan 0,01 M. Silika gel yang ditambah MBT digunakan sebagai adsorben Cu(II). Aplikasi terhadap silika gel di karakterisasi dengan menggunakan SAA untuk mengetahui seberapa banyak Cu(II) teradsorbsi dan Spektrofotometer Infra Merah (FTIR) untuk mengidentifikasi gugus silanol, siloksan, -SH dari MBT, dan gugus - gugus lain yang terikat pada silika gel.
Hasil penelitian diketahui bahwa MBT dengan konsentrasi 0,07; 0,04; dan 0,01M dapat terimpregnasi secara baik pada silika gel. Silika gel yang ditambah MBT 0,07 M memiliki efektifitas adsorbsi paling besar terhadap Cu(II) 100 ppm yaitu sebesar 99,81 %, sedangkan silika gel tanpa MBT memiliki efektifitas adsorpsi terhadap Cu(II) sebesar 96,19 %.
Kata kunci: merkaptobenzotiazol;adsorpsi silika gel;abu bagasse;ion logam tembaga.Dona Apriana2015-03-31T05:47:20Z2019-01-29T19:55:34Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14750This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/147502015-03-31T05:47:20ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA 4-HIDROKSIDIBENZALASETON DENGAN MENGGUNAKAN REAKSI KONDENSASI ALDOL SILANGPenelitian ini bertujuan untuk mensintesis, menentukan karakter dan rendemen senyawa 4-hidroksidibenzalaseton hasil sintesis.
Penelitian ini terdiri dari dua langkah, tahap pertama yaitu melakukan sintesis senyawa 4-hidroksidibenzalaseton dan tahap kedua adalah pemisahan senyawa menggunakan kromatografi kolom. Pada tahap pertama reaksi dilakukan dengan mengkondensasikan senyawa benzaldehida, 4-hidroksibenzaldehida, dan aseton selama 6 jam dibawah suhu kamar dengan penangas es. Reaksi berlangsung pada suasana basa dengan katalisator NaOH dengan pelarut etanol:akuades (1:1). Tahap kedua adalah pemisahan dengan kromatografi kolom. Eluen yang digunakan dalam pemisahan ini menggunakan n-heksan : kloroform (8:2). Hasil pemisahan selanjutnya dianalisis dengan KLT dan diperoleh 12 fraksi.
Hasil penelitian ini adalah didapatkan senyawa 4-hidroksidibenzalaseton dengan bentuk padatan berwarna kuning dengan rendemen sebesar 0,145% dan kemurnian sebesar 87,09%. Karakter dari senyawa ini berdasarkan spektrum IR adalah mempunyai gugus –OH, C=O, C=C alkena, C-H aromatik dan terdapat subtituen pada posisi para. Berdasarkan spektrum 1H-NMR proton pada cincin benzena ditunjukkan dengan adanya sinyal pada, 7,25 ppm, 7,40 ppm dan 7,68 ppm. Proton pada 4-hidroksibenzena ditunjukkan dengan adanya sinyal pada 7,35 ppm dan 7,47 ppm. Proton pada –HC=CH– ditunjukkan adanya sinyal pada 6,64 ppm, 6,90 ppm, 7,56 ppm, 6,75 ppm.Tyas Dewanti2015-03-31T05:44:14Z2019-01-29T19:55:29Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14748This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/147482015-03-31T05:44:14ZSTUDI MEKANISME REAKSI HIDRASI-DEHIDRASI GIPSUMTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme hidrasi-dehidrasi gipsum.
Mekanisme hidrasi-dehidrasi gipsum dilakukan menggunakan metode Analisis termogravimetri (TGA), Spektroskopi infra merah (FT-IR) dan Difraksi sinar-x (XRD). TGA digunakan untuk mempelajari variasi massa pada gipsum saat terjadi perubahan temperatur, FT-IR untuk mendeteksi serapan gugus-gugus yang terdapat pada gipsum, dan XRD untuk menunjukkan pola difraktogram pada gipsum dan membandingkan dengan yang standard.
Hasil analisis termogram menggunakan TGA menunjukkan bahwa limbah gipsum Kasongan (CaSO4•2H2O) berubah menjadi bentuk hemihidrat CaSO4•0.2H2O pada suhu pemanasan 114.89-181.03 °C selama 18 menit dan CaSO4•0.1H2O pada suhu pemanasan 181.03-684.68 °C selama 69 menit. Sedangkan untuk gipsum hidrat berubah menjadi bentuk hemihidrat CaSO4•1.5H2O pada suhu pemanasan 109.57-146.34 °C selama 18 menit dan CaSO4•1.4H2O pada suhu pemanasan 146.34-674.47 °C selama 68 menit.
Kata kunci: gipsum, hidrasi-dehidrasi, analisis termal (TGA)Aris Azhar2015-03-31T05:41:00Z2019-01-29T19:55:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14746This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/147462015-03-31T05:41:00ZPENGARUH KONSENTRASI PERENDAM DAN LAMA PERENDAMAN DALAM NaHCO3 TERHADAP KADAR PROTEIN DAN TOTAL
PADATAN PADA PEMBUATAN SUSU KACANG MERAHLaporan penelitian ini disusun berdasarkan studi laboratoris yang dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi perendam dan lama perendaman kacang merah terhadap kadar protein dan total padatan susu kacang merah
Subjek penelitian adalah kacang merah besar dan objek penelitian adalah kadar protein dan total padatan dalam susu kacang merah. Penelitian ini diawali dengan melakukan perendaman kacang merah dalam larutan NaHCO3 pada konsentrasi 0, 1, 3, dan 5% (b/v) dengan lama perendaman 0, 6, 12, dan 18 jam. Selanjutnya kacang merah diolah menjadi susu dengan proses perebusan, pengupasan, penggilingan, penyaringan dan pemasakan. Penentuan kadar protein dilakukan dengan metode Lowry meng-gunakan larutan standar kasein, dengan terlebih dahulu menentukan waktu kestabilan, panjang gelombang maksimal dan kurva protein standar. Penentuan total padatan susu kacang merah menggunakan uji total padatan sesuai dengan standar SNI 19-0428-1989. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik ANAVA AB yang di-lanjutkan dengan uji DMRT.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa waktu kestabilan dimulai dari menit ke-40 sampai ke-50 dengan panjang gelombang maksimal 590 nm. Persamaan garis regresi linier yang diperoleh adalah Y=1,375X + 0,0663 dengan Freg = 2520. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi perendam dan lama peren-daman berpengaruh terhadap kadar protein dan total padatan susu kacang merah yang dihasilkan. Kadar protein tertinggi sebesar 5,662% (b/v) diperoleh pada konsentrasi perendam 3% selama 12 jam. Total padatan tertinggi sebesar 33,930% (b/b) diperoleh pada konsentrasi perendam 3% selama 12 jam.Mardika Prawestri2015-03-31T05:31:50Z2019-01-29T19:55:16Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14743This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/147432015-03-31T05:31:50ZPENGARUH LAMA WAKTU INKUBASI DAN PENAMBAHAN DAGING BUAH PEPAYA (Carica papaya) TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TERLARUT DALAM KECAP LIMBAH IKANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi perbandingan berat limbah ikan dan daging buah pepaya, pengaruh variasi waktu inkubasi, pengaruh interaksi antara perbandingan berat limbah ikan dan daging buah pepaya dengan waktu inkubasi terhadap kandungan protein terlarut dan mengetahui perbandingan berat limbah ikan dan daging buah pepaya dengan waktu inkubasi yang menghasilkan nilai uji kesukaan terbaik.
Limbah ikan yang digunakan adalah limbah ikan nila yang diperoleh dari pasar Kebonpolo, Magelang dan daging buah pepaya diperoleh dari perkebunan pepaya di Blondo, Magelang. Pelaksanaan penelitian diawali dengan menentukan pH dan suhu optimum enzim papain yang berasal dari daging buah pepaya dan dilanjutkan pembuatan kecap limbah ikan. Pengukuran kandungan protein terlarut dilakukan dengan metode Biuret. Kandungan protein yang diperoleh diuji secara statistik dengan ANAVA dua jalur pada taraf signifikansi 5% dan dilanjutkan dengan uji DMRT. Uji kesukaan rasa kecap limbah ikan dilakukan terhadap 15 orang panelis.
Kesimpulan penelitian ini adalah variasi perbandingan berat limbah ikan dan daging buah pepaya dan variasi waktu inkubasi berpengaruh terhadap kandungan protein terlarut kecap limbah ikan. Ada interaksi antara perbandingan berat limbah ikan dan daging buah pepaya dengan waktu inkubasi terhadap kandungan protein terlarut kecap limbah ikan. Nilai uji kesukaan rasa terbaik diperoleh pada kecap limbah ikan dengan perbandingan berat limbah ikan dan daging buah pepaya (b/b) 1:3 dengan waktu inkubasi 6 hari.NOVA SETIAWAN2015-03-31T04:42:19Z2019-01-29T19:54:51Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14733This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/147332015-03-31T04:42:19ZOPTIMASI WAKTU REAKSI PADA SINTESIS SENYAWA 3-HIDROKSIDIBENZALASETON DENGAN MENGGUNAKAN KATALISATOR NATRIUM HIDROKSIDATujuan penelitian ini adalah untuk menentukan waktu reaksi optimum pada sintesis 3-hidroksidibenzalaseton. Waktu reaksi optimum adalah waktu reaksi sintesis dengan produk maksimum.
Subjek penelitian ini adalah senyawa 3-hidroksidibenzalaseton. Senyawa ini disintesis dengan bahan awal senyawa benzaldehida, aseton, dan 3-hidroksi benzaldehida. Objek penelitian ini adalah waktu reaksi optimum dan rendemen dalam sintesis. Reaksi dilakukan dengan proses refluks di bawah suhu kamar (±10°C) dalam ice bath dan menggunakan NaOH sebagai katalis serta etanol dan akuades sebagai pelarut. Variasi waktu reaksi yang digunakan adalah 3, 5, 7, 9, dan 11 jam. Rendemen terbesar yang diperoleh dari hasil sintesis dipisahkan dengan kromatografi kolom menggunakan eluen n-heksana : etil asetat = 9:1.
Sintesis 3-hidroksidibenzalaseton dengan waktu reaksi 3, 5, 7, 9, dan 11 jam menghasilkan berturut-turut 3-hidroksidibenzalaseton dengan rendemen 8,178, 6,423, 3,293, 5,396, dan 4,288 %. Hasil sintesis dengan rendemen terbesar dipisahkan dengan kromatografi kolom untuk memperoleh senyawa 3-hidroksidibenzalaseton. Waktu reaksi optimum adalah 3 jam dengan rendemen 11,23 % dan kemurnian 70,05 %.Dewi Safitri2015-03-31T04:31:11Z2019-01-29T19:54:41Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14727This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/147272015-03-31T04:31:11ZISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK METANOL DARI TUMBUHAN MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn)Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifiksasi senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak metanol fraksi kloroform dari Tumbuhan Meniran (Phyllathus niruri Linn).
Isolasi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol selama 24 jam dengan 3 kali pengulangan. Ekstrak metanol dipartisi dengan pelarut n-heksana dilanjutkan dengan kloroform. Fraksi kloroform dievaporasi yang selanjutnya dipisahkan dan dimurnikan menggunakan Kromatografi Vakum Cair (KVC), dan dilanjutkan dengan Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG). Uji kemurnian dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Senyawa hasil isolasi yang diperoleh kemudian dianalisis dengan spektroskopi UV-Vis, IR, 1H-NMR dan 13C-NMR.
Hasil analisis dengan Spektra UV-Vis dari fraksi F3 (11-39)A memberikan serapan dengan panjang gelombang maksimum pada 215 nm. Spektra IR menunjukkan adanya gugus C=C dan gugus OH. Spektra 1H-NMR menunjukkan adanya proton alifatik pada daerah pergeseran kimia (δ) = 0-5 ppm dan spektra 13C-NMR menunjukkan adanya C alifatik, C-O alifatik dan C-OH. Hasil analisis untuk fraksi F3 (11-39)B dengan Spektra UV-Vis memberikan serapan dengan panjang gelombang maksimum pada 215,20 nm dan spektra IR menunjukkan adanya gugus C-H alifatik, C=O dan C-O. Berdasarkan analisis data spectrofotometer UV-Vis, spektrometer IR, spektrometer 1H-NMR dan spektrometer 13C-NMR dapat disimpulkan bahwa senyawa F3 (11-39)A dalam fraksi kloroform termasuk golongan alkohol asam, sedangkan senyawa F3 (11-39)B dalam fraksi kloroform termasuk golongan ester alifatik.FITRI AMALIA2015-03-31T02:17:00Z2019-01-29T19:52:44Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14665This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/146652015-03-31T02:17:00ZPENGARUH KOMPOSISI MINYAK KEDELAI TEROKSIDASI,
PEG400, DAN MDI TERHADAP KEKERASAN
POLIURETANPenelitian ini bertujuan untuk: (1). Mempelajari karakter minyak kedelai sebelum dan sesudah oksidasi (2). Mensintesis poliuretan dari minyak kedelai teroksidasi, polioksietilen glikol (PEG) 400 dan metilen-4,4’-difenildiisosianat (MDI) (3). Mempelajari pengaruh variasi komposisi minyak kedelai teroksidasi (OSBO), PEG400 dan MDI terhadap kekerasan poliuretan hasil sintesis (4). Mempelajari sifat termal poliuretan tanpa substitusi PEG400 dan poliuretan yang memiliki kekerasan paling tinggi (5). Mempelajari ikatan silang dari poliuretan hasil sintesis.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama adalah isolasi minyak kedelai (SBO) dari biji kedelai dengan metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut n-heksana teknis. Kedua adalah oksidasi minyak kedelai menggunakan oksidator kalium permanganat (KMnO4) (m/v). Tahap ketiga adalah menentukan karakter SBO dan OSBO. Tahap berikutnya adalah sintesis poliuretan dari minyak kedelai teroksidasi (OSBO) sebagai sumber poliol, polioksietilen glikol dengan massa molekul 400 (PEG400) sebagai pemanjang rantai, dan metilen-4,4’-difenildiisosianat (MDI) sebagai sumber isosianat dengan variasi komposisi 0/40/60, 10/30/60, 20/20/60, dan 30/10/60 semuanya dalam % (m/m). Tahap terakhir adalah karakterisasi poliuretan hasil sintesis.
Hasil penelitian menujukkan bahwa keberhasilan proses oksidasi dibutuhkan dengan semakin besarnya nilai absorbansi gugus –OH, massa jenis, bilangan hidroksil, titik leleh dan titik didih OSBO dibandingkan dengan SBO, sedangkan indeks bias OSBO lebih kecil daripada SBO. Keberhasilan sintesis poliuretan dibuktikan dengan munculnya serapan uretan pada spektrum FTIR poliuretan tanpa penambahan PEG400 dan poliuretan yang memiliki kekerasan paling tinggi, yakni poliuretan dengan penambahan PEG400 sebesar 20% dari komposisi keseluruhan. Nilai kekerasan poliuretan hasil sintesis bervariasi, tergantung dari komposisi pembentukannya. Sifat termal poliuretan tanpa penambahan PEG400 dan poliuretan dengan kekerasan paling tinggi memiliki kestabilan termal yang tinggi. Derajat penggembungan bernilai positif yang berarti poliuretan hasil sintesis memiliki ikatan silang.Eka Budhi Siswanti2015-03-31T02:12:48Z2019-01-29T19:52:39Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14663This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/146632015-03-31T02:12:48ZANALISIS UNSUR PENGOTOR DI DALAM ZrO2 DENGAN METODE SPEKTROGRAFI EMISIPenelitian ini disusun berdasarkan studi laboratoris yang dilakukan di laboratorium kimia PTAPB-BATAN Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum waktu eksitasi, kuat arus, dan jarak elektroda pada analisis unsur pengotor di dalam ZrO2 dengan metode spektrografi emisi, mengetahui pengaruh pengemban sulingan terhadap intensitas standar campuran unsur pengotor dan sampel, serta mengetahui besar konsentrasi unsur-unsur pengotor boron (B), kadmium (Cd), silikon (Si), kromium (Cr), magnesium (Mg), dan mangan (Mn) di dalam ZrO2.
Subjek dalam penelitian ini adalah ZrO2 olahan pasir zirkon PTAPB-BATAN Yogyakarta. Obyek penelitian ini adalah analisis unsur pengotor (B, Cd, Si, Cr, Mg, dan Mn) di dalam ZrO2. Analisis kimia baik kualitatif maupun kuantitatif dilakukan dengan alat spektrografi emisi. Analisis standar dan sampel tanpa atau menggunakan pengemban sulingan AgCl 6% dilakukan dalam bentuk padatan yang dimasukkan ke dalam elektroda garafit Spex Industries dan DC-Arc sebagai sumber eksitasi. Penelitian ini diawali dengan menentukan kondisi optimum operasi dengan cara variasi waktu: 15, 25, 35, 40, 45 detik, variasi kuat arus: 6, 8, 9, 10, 11 amper, dan variasi jarak elektroda: 1, 2, 3, 4, 5 mm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum waktu eksitasi adalah 35 detik, kuat arus diperoleh 11 amper dan jarak elektroda adalah 5 mm. Penambahan pengemban sulingan AgCl 6% ke dalam standar campuran unsur pengotor dan sampel akan menghasilkan intensitas garis spektra yang lebih tinggi. Hasil analisis unsur B, Cd, Si, Cr, Mg, dan Mn dalam sampel kalsinasi 800oC tanpa pengemban berturut-turut adalah B = (3,5903 ± 0,1065) ppm; Cd = (1,5791 ± 0,2444) ppm; Si = (18,5067 ± 0,5369) ppm; Cr = (5,8703 ± 0,1949) ppm; Mg = (4,3405 ± 0,3443) ppm; dan Mn (4,2985 ± 0,0900) ppm. Hasil analisis unsur B, Cd, Si, Cr, Mg, dan Mn dalam sampel kalsinasi 1000oC tanpa pengemban berturut-turut adalah B = (2,5234 ± 0,1025) ppm; Cd = (0,6660 ± 0,1820) ppm; Si = (13,6123 ± 0,7952) ppm; Cr = (3,8540 ± 0,1583) ppm, Mg = (3,3802 ± 0,1840) ppm; dan Mn = (1,8101 ± 0,1475) ppm. Hasil analisis unsur B, Cd, Si, Cr, Mg, dan Mn dalam sampel kalsinasi 800oC berpengemban berturut-turut adalah B = (4,8635 ± 0,1531) ppm; Cd = (1,9886 ± 0,0752) ppm; Si = (19,2508 ± 0,6021) ppm; Cr = (6,6829 ± 1,0600) ppm; Mg = (5,3873 ± 0,4006) ppm; dan Mn (5,3907 ± 0,3022) ppm. Hasil analisis unsur B, Cd, Si, Cr, Mg, dan Mn dalam sampel kalsinasi 1000oC berpengemban berturut-turut adalah B = (3,0460 ± 0,3480) ppm; Cd = (0,9724 ± 0,0984) ppm; Si = (14,6601 ± 0,6662) ppm; Cr = (4,5555 ± 0,1607) ppm; Mg = (3,8053 ± 0,5859) ppm; dan Mn (2,1502 ± 0,1774) ppm.
Kata kunci : ZrO2, spektrografi emisi, unsur pengotor, pengembanNovita Susi Wulandari2015-03-31T01:48:17Z2019-01-29T19:51:52Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14641This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/146412015-03-31T01:48:17ZSTUDI ELEKTRODA SELEKTIF ION DENGAN SENYAWA AKTIF
3-METHYL-2-BENZOTHIAZOLE HYDRAZONE (MBTH) UNTUK ANALISIS ION LANTANUM SECARA POTENSIOMETRITujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan elektroda selektif ion lantanum dengan ionofor 3-Methyl-2-benzothiazolinone hydrazone hydrochloride hydrate. Respon nernstian dan karakter elektroda selektif ion meliputi limit deteksi, waktu respon dan selektivitas juga dipelajari.
Elektroda dibuat dari polyvinil klorida sebagai matrik dasar membran, mengandung ionofor 3-Methyl-2-benzothiazolinone hydrazone hydrochloride hydrate, anionikside kalium tetrakis (4-chlorophenyl) borate (KTCPB), dan pemlastis dibutyl ptalat (DBP) yang dipadatkan pada tabung elektroda yang terhubung dengan kawat perak. Respon nernstian elektroda selektif ion ditentukan dengan mengukur potensial elektroda dengan larutan standar 1,0 x 10-1 – 1,0 x 10-8 M. Limit deteksi dibuat dengan dua garis ekstrapolasi dari garis nernstian dan horisontal. Waktu respon elektroda selektif ion dihitung dari saat elektroda dicelupkan sampai terjadi potensial yang stabil pada konsentrasi larutan standar 1,0 x 10-2 M – 1,0 x 10-6 M. selektivitas elektroda ditentukan dengan dua ion pengganggu yaitu Cu2+ dan Pb2+ dengan metode larutan terpisah.
Penelitian ini menunjukkan respon nernstian (19,38 mV per decade) pada rentang pengukuran 1,0 x 10-2 M – 1,0 x 10-6 M. Limit deteksi dari elektroda adalah 5,95 x 10-7 M dan waktu respon sekitar 01.10 menit. Elektroda dapat mengukur ion lantanum dengan gangguan kecil ion Cu2+ and Pb2+.Kartiko Dwi Fitrianto2015-03-31T01:39:47Z2019-01-29T19:51:37Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14635This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/146352015-03-31T01:39:47ZPENGARUH PENAMBAHAN MERKAPTOBENZOTIAZOL (MBT) PADA SINTESIS SILIKA GEL ABU SEKAM PADI TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI ION LOGAM KROMIUM(III)Komponen utama dari abu sekam padi adalah silika (sekitar 94,5%), karenanya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan material berpori berbasis silika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan merkaptobenzotiazol pada sintesis silika gel dari abu sekam padi terhadap efektifitas adsorpsi ion logam Cr(III) dan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi merkaptobenzotiazol terhadap efektifitas adsorpsi ion logam Cr(III).
Silika gel dibuat menggunakan sekam padi dengan metode sol-gel yaitu perubahan dari spesies Si-OH menjadi siloksan Si-O-Si. Natrium silikat diperoleh melalui reaksi antara abu sekam padi dengan NaOH pada temperatur 400 °C. Pembentukkan gel dilakukan dengan menambahkan merkaptobenzotiazol dan HCl secara bertetes-tetes ke dalam larutan natrium silikat. Variasi konsentrasi merkaptobenzotiazol yang digunakan adalah 0,01 ; 0,04 dan 0,07M. Silika gel yang terimpregnan MBT digunakan sebagai adsorben Cr(III). Silika gel dikarakterisasi dengan menggunakan Spektrofotometer Infra-Merah (FTIR) untuk mengidentifikasi gugus silanol, siloksan, -SH dari MBT dan gugus-gugus lain yang terikat pada silika gel. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) digunakan untuk mengetahui konsentrasi Cr(III) yang tersisa sehingga dapat menghitung efektifitas adsorpsi.
Merkaptobenzotiazol dengan konsentrasi 0,01 ; 0,04 dan 0,07M dapat terimpregnasi secara baik pada silika gel. Silika gel tanpa MBT memiliki efektifitas adsorpsi terhadap Cr(III) sebesar 42,877%. Silika gel yang ditambah MBT 0,07 M memiliki efektifitas adsorpsi paling besar terhadap Cr(III) 1000 ppm yaitu sebesar 71,396%. Semakin besar konsentrasi MBT yang ditambahkan semakin besar pula efektifitas adsorpsi terhadap ion logam Cr(III).
Kata kunci: merkaptobenzotiazol; adsorpsi silika gel; abu sekam padi; ion logam kromium(III)Frans Hady Putra2015-03-31T01:23:52Z2019-01-29T19:51:04Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14622This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/146222015-03-31T01:23:52ZKEMAMPUAN ADSORPSI ZEOLIT DIAKTIVASI DENGAN HNO3 TERHADAP KANDUNGAN FOSFOR DALAM URIN MANUSIAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fosfor sebelum dan sesudah diberi zeolit yang teraktivasi maupun tidak teraktivasi, mengetahui pengaruh variasi massa zeolit dan penambahan MgO terhadap kandungan fosfor dalam urin manusia.
Subjek penelitian ini adalah urin manusia, dan objeknya adalah kemampuan adsorpsi zeolit terhadap kandungan fosfor dalam urin manusia. Sebanyak 2000 mL urin yang sebelumnya telah didinginkan pada suhu 8°C selama 3 hari, dibagi menjadi 20 bagian masing-masing 50 mL dan dimasukkan ke dalam botol tertutup, kemudian ditambahkan zeolit sesuai dengan variasi massa dan disimpan selama 72 jam sambil sekali-kali digojok. Pengendapan struvite dilakukan dengan penambahan 0,1 gram MgO untuk setiap variasi massa zeolit. Aktivasi zeolit dengan aktivator HNO3 dan kalsinasi pada suhu 400° C. Variasi massa zeolit yang digunakan adalah 0; 0,5 ; 1,0 ; 2,0 dan 4,0 gram. Persentase fosfor yang teradsorpsi (daya adsorpsi zeolit) dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Karaktersisasi zeolit menggunakan spektrofotometer IR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan fosfor dalam urin manusia sebelum diberi zeolit yaitu 0,549%/liter. Kandungan fosfor setelah diberi zeolit tak teraktivasi untuk variasi massa 0,5 ; 1,0 ; 2,0 dan 4,0 gram berturut-turut adalah 0,442 %/liter, 0,394 %/ liter, 0,333 %/liter, dan 0,454 %/liter. Kandungan fosfor setelah ditambah zeolit teraktivasi berturut-turut adalah 0,463 %/liter, 0,407 %/liter, 0,369 %/liter, dan 0,423 %/liter. Persentase kemampuan adsorpsi optimum didapatkan pada penambahan 0,5 gram zeolit yaitu 0,214 % untuk zeolit tak teraktivasi dan 0,173 % untuk zeolit teraktivasi. Penambahan MgO menyebabkan fosfor yang terjerap dalam zeolit semakin berkurang.
Kata kunci : urin, fosfor dan kemampuan adsorpsi.Vaola Dody Suprapto2015-03-30T07:37:24Z2019-01-29T19:49:30Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14575This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/145752015-03-30T07:37:24ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI GARAM SILIKA AMONIUM KUARTENER (SE+/Cl-) DARI ABU SEKAM PADIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter hibrida etilendiamino silika dan garam silika amonium kuartener dari abu sekam padi dan pengaruh konsentrasi penambahan NaCl pada sintesis garam silika ammonium kuartener.
Abu sekam padi dicuci menggunakan HCl 6M dan dibilas dengan akuades hingga pH 7 dan dikeringkan pada suhu 120 0C. Abu sekam padi bersih kemudian ditambah larutan NaOH untuk menghasilkan larutan natrium silikat (Na2SiO3). Larutan natrium silikat ditambah dengan 3-etilendiaminopropil-trimetoksisilan (EDAPTMS) kemudian ditambah HCl 3M tetes demi tetes hingga pH 7 dan terbentuk gel hibrida etilediamino silika (HDS). Melalui proses pengeringan pada suhu 70 0C diperoleh HDS. HDS dicampur dengan N,N-dimetilformamid dan metil iodida dan diaduk selama 2 jam. Kemudian dicuci dengan akuades dan NaHCO3, dan dikeringkan pada suhu 75 0C selama 6 jam. Padatan yang dihasilkan kemudian disebut dengan SE. SE yang sudah melalui proses metilasi 4 kali ditambahkan dengan larutan NaCl dengan variasi konsentrasi 10%, 15% dan 20% sehingga terbentuk garam silika amonium kuartener (SE+/Cl-). Untuk mengetahui kekristalan HDS menggunakan XRD, gugus fungsional pada HDS, SE dan SE+/Cl- menggunakan FTIR, kadar nitrogen pada SE dan SE+/Cl- dengan metode kjeldahl dan kadar Cl- pada SE+/Cl- dengan titrasi menggunakan AgNO3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kristal HDS adalah amorf. Hasil FTIR HDS menunjukkan adanya C-H dari –CH2- alifatik pada daerah 2954,7 cm-1, C-C dari metilen (CH2) pada daerah 1461,9 cm-1 dan N-H pada daerah 3500-3100. FTIR pada SE+/Cl- menunjukkan hilangnya –NH2 pada 1651,07 cm-1. Penambahan konsentrasi NaCl pada SE+/Cl- tidak berpengaruh pada kadar nitrogen, namun berpengaruh pada kadar Cl-.Hery Dwi Kusyanto2015-03-30T07:22:03Z2019-01-29T19:49:50Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14587This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/145872015-03-30T07:22:03ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI GARAM SILIKA AMONIUM
KUARTENER (SE+/Cl-) DARI ABU SEKAM PADIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter hibrida etilendiamino silika dan garam silika amonium kuartener dari abu sekam padi dan pengaruh konsentrasi penambahan NaCl pada sintesis garam silika ammonium kuartener.
Abu sekam padi dicuci menggunakan HCl 6M dan dibilas dengan akuades hingga pH 7 dan dikeringkan pada suhu 120 0C. Abu sekam padi bersih kemudian ditambah larutan NaOH untuk menghasilkan larutan natrium silikat (Na2SiO3). Larutan natrium silikat ditambah dengan 3-etilendiaminopropil-trimetoksisilan (EDAPTMS) kemudian ditambah HCl 3M tetes demi tetes hingga pH 7 dan terbentuk gel hibrida etilediamino silika (HDS). Melalui proses pengeringan pada suhu 70 0C diperoleh HDS. HDS dicampur dengan N,N-dimetilformamid dan metil iodida dan diaduk selama 2 jam. Kemudian dicuci dengan akuades dan NaHCO3, dan dikeringkan pada suhu 75 0C selama 6 jam. Padatan yang dihasilkan kemudian disebut dengan SE. SE yang sudah melalui proses metilasi 4 kali ditambahkan dengan larutan NaCl dengan variasi konsentrasi 10%, 15% dan 20% sehingga terbentuk garam silika amonium kuartener (SE+/Cl-). Untuk mengetahui kekristalan HDS menggunakan XRD, gugus fungsional pada HDS, SE dan SE+/Cl- menggunakan FTIR, kadar nitrogen pada SE dan SE+/Cl- dengan metode kjeldahl dan kadar Cl- pada SE+/Cl- dengan titrasi menggunakan AgNO3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kristal HDS adalah amorf. Hasil FTIR HDS menunjukkan adanya C-H dari –CH2- alifatik pada daerah 2954,7 cm-1, C-C dari metilen (CH2) pada daerah 1461,9 cm-1 dan N-H pada daerah 3500-3100. FTIR pada SE+/Cl- menunjukkan hilangnya –NH2 pada 1651,07 cm-1. Penambahan konsentrasi NaCl pada SE+/Cl- tidak berpengaruh pada kadar nitrogen, namun berpengaruh pada kadar Cl-.Hery Dwi Kusyanto2015-03-30T06:59:34Z2019-01-29T19:49:15Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14569This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/145692015-03-30T06:59:34ZANALISIS KADAR Pb, Cd, Cu, Cr DAN Fe DALAM ZrO2
OLAHAN PASIR ZIRKON MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOMPenelitian ini disusun berdasarkan studi laboratoris yang dilakukan di laboratorium kimia PTAPB BATAN Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar unsur pengotor dan membandingkan penggunaan konsentrasi asam pendestruksi yang bervariasi untuk menganalisis kadar Pb, Cd, Cu, Cr dan Fe dalam zirkonium oksida (ZrO2).
Sampel dalam penelitian ini adalah ZrO2 olahan pasir zirkon PTAPB BATAN Yogyakarta. Analisis kimia baik kulitatif maupun kuantitatif dilakukan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom. Pelaksaan penelitian ini diawali dengan proses destruksi sampel dengan campuran asam pendestruksi HNO3 + HF pada berbagai variasi konsentrasi. Destruksi sampel dengan asam-asam tesebut dilakukan dalam teflon bom digesti parr 4755 dan dipanaskan selama 4 jam dengan suhu 1500C. Penentuan kadar Pb, Cd, Cu, Cr dan Fe dalam larutan sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom, masing-masing pada panjang gelombang 217; 228,8; 324,7; 357,9; dan 248,3 nm. Dari hasil analisis yang diperoleh kemudian dibuat kurva antara konsentrasi asam dengan hasil analisis untuk menentukan titik optimal hasil. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara kadar Pb, Cd, Cu, Cr dan Fe yang didestruksi dengan asam pendesruksi pada berbagai variasi konsentrasi, dilakukan uji anava A. Apabila terdapat perbedaan antara kadar Pb, Cd, Cu, Cr dan Fe maka dilakukan uji DMRT. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kelompok varian mana yang berbeda secara signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kadar Pb, Cd, Cu, Cr dan Fe berturut-turut 298,400 ± 15,548; 7,700 ± 0,852; 43,564; 117,200 ± 3,413; dan 853,663 ± 39,587 ppm, dapat disimpulkan bahwa kadar Pb, Cd dan Cu masih melebihi ambang batas kemurnian bahan nuklir (nuclear grade purity), sedangkan kadar kromium dan besi tidak melebihi ambang batas kemurnian bahan nuklir (nuclear grade purity). Hasil uji anava A menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kadar unsur Pb yang didestruksi dengan pelarut HF + HNO3 pada berbagai variasi konsentrasi, begitu juga untuk unsur Cd, Cu, Cr dan Fe. Namun untuk unsur Cu dan Cr yang didestruksi dengan pelarut HF + variasi HNO3 tidak ada perbedaan yang signifikan.
Kata kunci: ZrO2, SSA, unsur pengotor, logam beratCatur Nugraha Putra2015-03-30T06:41:21Z2019-01-29T19:48:52Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14558This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/145582015-03-30T06:41:21ZPENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL DAN ASAM OLEAT DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK DARI AIR RENDAMAN SINGKONG DAN BIODEGRADASI BIOPLASTIK YANG DIHASILKANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan gliserol dan asam oleat dalam pembuatan bioplastik dari air rendaman singkong terhadap sifat mekanik, gugus fungsi dan biodegradasi bioplastik yang dihasilkan.
Pembuatan bioplastik diawali dengan membuat nata dari air rendaman singkong yang difermentasikan oleh Acetobacter xylinum selama 5 hari. Nata de cassava yang dihasilkan dihilangkan kandungan airnya dengan cara dipanaskan ke dalam oven selama ±30 menit pada suhu 100oC setelah itu dipanaskan menggunakan hot plate selama ±45 menit pada suhu 120oC. Bioplastik nata de cassava tersebut dikarakterisasi sifat mekaniknya. Kemudian bioplastik nata de cassava yang memiliki sifat mekanik optimum dikarakterisasi gugus fungsinya dengan FTIR dan kemudahan biodegradasinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nata de cassava yang dihasilkan bertekstur kenyal dan licin, Sedangkan bioplastik yang dihasilkan bertekstur kasar dan berbentuk seperti lembaran plastik. Hasil sifat mekanik menunjukkan bahwa bioplastik nata de cassava yang optimum adalah bioplastik nata de cassava dengan penambahan variasi gliserol 1% dan asam oleat 1,5%. Bioplastik tersebut mempunyai kuat tarik 16,8348 MPa, perpanjangan saat putus 33,0284 % dan modulus Young 0,5097 MPa. Hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan bahwa bioplastik nata de cassava dengan penambahan variasi gliserol 1% dan gliserol 1,5% memiliki gugus fungsi hidroksil (-OH), C-H alifatik, C=O bebas, C-O berikatan glikosidik, dan C-C. Berdasarkan kemudahan biodegradasinya, bioplastik nata de cassava dengan penambahan variasi gliserol 1% dan asam oleat 1,5% lebih mudah terdegradasi daripada nata de cassava tanpa penambahan gliserol dan asam oleat.MAULIDAH UMI HANIK2015-03-30T06:25:13Z2019-01-29T19:48:50Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14557This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/145572015-03-30T06:25:13ZPENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL DAN ASAM OLEAT DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS DAN BIODEGRADASI BIOPLASTIK YANG DIHASILKANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam oleat dan gliserol dalam pembuatan bioplastik dari air cucian beras dan biodegradasi bioplastik yang dihasilkan.
Penelitian ini diawali dengan membuat nata de oryza dari air cucian beras yang difermentasikan oleh bakteri Acetobacter xilynum selama 5 hari. Nata de oryza yang diperoleh dihilangkan kandungan airnya dengan cara dipanaskan dalam oven selama ±30 menit pada suhu 100 oC dan dipanaskan dengan hot plate selama ±45 menit pada suhu 120 oC, sehingga diperoleh bioplastik. Kemudian Bioplastik tersebut dikarakterisasi sifat mekaniknya, dan bioplastik yang memiliki sifat mekanik optimum dikarakterisasi lebih lanjut, yaitu analisis gugus fungsi dengan FTIR dan kemudahan biodegradasi.
Nata de oryza yang dihasilkan bertekstur kenyal, licin, dan sedikit transparan. Bioplastik nata de oryza yang diperoleh berupa lembaran, sedikit berminyak dan transparan. Hasil uji sifat mekanik menunjukkan bahwa bioplastik nata de oryza yang optimum adalah bioplastik nata de oryza yang dibuat dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2%. Bioplastik tersebut mempunyai kuat putus 4,5268 MPa, perpanjangan saat putus 7,93% dan modulus Young 0,57 MPa. Hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan bioplastik nata de oryza yang dibuat dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2% memiliki gugus fungsi hidroksil (-OH), C-H alifatik, C=O karbonil bebas, C=O karbonil berikatan hidrogen dan C-O berikatan glikosidik. Berdasarkan kemudahan biodegradasinya bioplastik nata de oryza yang dibuat dengan penambahan asam oleat 1,5% dan gliserol 2% lebih mudah terdegradasi daripada bioplastik nata de oryza yang dibuat tanpa penambahan asam oleat 1,5% dan gliserol.Budi Haryono2015-03-30T04:40:19Z2019-01-29T19:48:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/14543This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/145432015-03-30T04:40:19ZREAKSI KONDENSASI ANTARA ASETOFENON DENGAN VANILINPenelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa 1-fenil-3-(4 -hidroksi-3 -metoksi)-2-propen-1-on dengan menggunakan katalis basa (NaOH) dan katalis asam (gas HCl), serta menentukan karakter, sifat fisik dan rendemen dari senyawa hasil sintesis.
Penelitian dalam suasana asam diawali dengan mereaksikan senyawa asetofenon, vanilin, dan pelarut etanol dengan dialiri gas HCl serta gas N2. Reaksi sintesis ini dilakukan pengadukan selama 6 jam dalam penangas es, dilanjutkan campuran reaksi dituangkan dalam akuades dingin dan diaduk selama 3 jam, dilanjutkan dengan pemurnian dengan rekristalisasi dengan pelarut etanol dan akuades. Senyawa dikarakterisasi dengan KLT, KLT Scanner, spektroskopi IR, UV dan 1H-NMR. Penelitian dalam suasana basa diawali dengan memasukkan asetofenon dan vanilin dalam pelarut etanol dan akuades serta katalis NaOH. Reaksi sintesis dilakukan pengadukan selama 6 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis dengan katalis gas HCl adalah senyawa 1-fenil-3-(4-hidroksi-3-metoksi)-2-propen-1-on dan memiliki kemurnian 93,41%. Senyawa hasil sintesis berbentuk serbuk, berwarna kuning, dan mempunyai titik leleh 80-820C. sedangkan pada reaksi kondensasi dengan katalis basa tidak mendapatkan hasil, karena noda KLT senyawa hasil sintesis sama dengan vanilin sebagai bahan dasar.Dhian Mayasari2012-09-12T15:05:21Z2019-01-29T16:10:56Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5374This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/53742012-09-12T15:05:21ZPENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER MATA PELAJARAN IPA SMP/MTs KELAS VII PADA MATERI POKOK PERUBAHAN FISIKA DANPERUBAHAN KIMIAPenelitian ini merupakan penelitian pengembangan di bidang pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan media pembelajaran IPA berbantuan komputer yang dikemas dalam bentuk Compact Disc (CD) materi pokok perubahan fisika dan perubahan kimia bagi peserta didik SMP/MTs kelas VII dan mengetahui kualitas CD media pembelajaran IPA yang telah dibuat melalui penilaian lima guru IPA di SMP/MTs.
Model pengembangan yang digunakan adalah model prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif, menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. CD media pembelajaran IPA dikembangkan untuk tiga uraian materi pokok, yaitu: (1) sifat fisika dan perubahan fisika, (2) sifat kimia dan perubahan kimia, dan (3) pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan sifaf kimia. Produk awal CD media pembelajaran IPA ditinjau dan diberi masukan oleh peer reviewer dan ahli media. Kualitas CD media pembelajaran IPA dinilai oleh reviewer dengan mengisi angket penilaian yang berisi tiga aspek, yaitu aspek isi, aspek pembelajaran, dan aspek media.
Hasil penelitian pengembangan ini adalah CD media pembelajaran berbantuan komputer mata pelajaran IPA SMP/MTs kelas VII materi pokok perubahan fisika dan perubahan kimia. Kualitas CD media pembelajaran IPA berdasarkan pada penilaian lima orang guru IPA SMP/MTs terhadap aspek isi, aspek pembelajaran, dan aspek media memiliki kualitas sangat baik (SB) dengan nilai 4,51; 4,23; dan 4,64. Nilai total yang diperoleh adalah 4,46 pada skala S (1,0-5,0), sehingga kualitas secara keseluruhan adalah sangat baik (SB).- Rosmawati 2012-09-12T15:05:21Z2019-01-29T16:11:32Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5391This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/53912012-09-12T15:05:21ZDEVELOPMENT OF A COMPUTER-BASED CHEMISTRY INSTRUCTIONAL MEDIUM ON THE SUBJECT MATTER OF SOLUBILITY AND SOLUBILITY PRODUCTS FOR SMA OF GRADE XI IN SEMESTER 2This research was Research and Development of chemistry instructional media. The purpose of this development research was developing a chemistry instructional medium on the subject matter of solubility and solubility products and determining the quality of the instructional medium produced based on assessments of five chemistry teachers of senior high schools (SMA).
This research was a research with the procedural model. The research was conducted in 4 stages including (1) planning stage, (2) organizing stage, (3) implementation stage, and (4) reviews by the consultants, peer reviewers, media experts and assessments of the CD by five SMA chemistry teachers. Research data obtained were data of the process and ones of the medium quality. The process data were in the forms of suggestions which further were used to revise the medium while the data of medium quality were in the forms of qualitative data converted into quantitative data. Quantitative data were then tabulated and analyzed using the guidelines of ideal assessment categories to determine the quality of this medium.
The chemistry instructional medium was developed through 4 stages including the planning stage, the organizing stage, the implementation stage, and the assessment stage of the chemistry instructional medium. The instructional medium consisted of the introduction, materials, and conclusion. Based on the assessments of the five chemistry teachers, the medium had a very good quality (SB) with an average score of 87.6 which was above the ideal score of 80 and had the ideal percentage of 87.6%. Therefore, it is feasible to use the medium as an alternative instructional medium for teachers. Dwi Wahyuningsih Septiana 2012-09-12T15:05:21Z2019-01-29T16:12:14Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5410This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/54102012-09-12T15:05:21ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI HIBRIDA MERKAPTOSILIKA DARI SENYAWA ANORGANIK DAN ORGANIKHibrida merkaptosilika merupakan bahan adsorben yang da¬pat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Oleh karena itu per¬lu dikaji pembuatan hibrida merkapto silika dari senyawa an¬organik dan anorganik Penelitian ini bertujuan membandingkan karakter hibrida merkaptosilika dari berbagai bahan dasar. Proses pembuatannya dilakukan melalui proses sol gel. Karakterisasi dilakukan dengan metode spektroskopi infra merah, difraksi sinar X dan energi dispersif sinar X.
Bahan dasar yang dipakai adalah : abu sekam padi, abu sekam padi yang telah dicuci dengan HCl, natrium silikat peringkat teknis dan natrium silikat peringkat pro analisis.serta TEOS dan TMOS Abu sekam padi dan abu sekam padi yang telah dicuci dengan HCl diproses dengan NaOH sehingga menjadi natrium silikat dengan proses pemanasan abu sekam padi yang dicampur dengan larutan NaOH sambil diaduk sampai mendidih selama 60 menit kemudian disaring dengan kertas whatman 42. Selanjutnya masing–masing jenis natrium silikat tersebut disintesis menjadi hibrida merkapto silika. Prosesnya dengan menambahkan pereaksi merkaptopropiltrimetoksisilan(MPTMS), kemudian sambil diaduk ditambahkan juga HCl sampai diperoleh pH 7. Hasilnya dibiarkan selama 18 jam. Selanjutnya diaduk selama 10 menit untuk memecahkan gel yang sudah terjadi kemudian dicuci dengan aqua DM. Padatan yang terjadi dipisahkan dengan proses penyaringan dan dikeringkan dengan pemanasan dalam oven. Pembuatan hibrida yang sama dari TEOS dan TMOS dilakukan dengan menambahkan MPTMS dan air kemudian diaduk selama 30 menit Hasilnya didiamkan semalam kemudian disaring dan dikeringkan Karakterisasi terhadap keenam hasil tersebut dilakukan dengan pengukuran secara spektroskopi infra merah, difraksi sinar X dan energi dispersif sinar X. Sebagai pembanding juga dilakukan pengukuran dengan cara yang sama terhadap padatan silika gel peringkat pro analisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam hasil sintesis mempunyai profil spektra infra merah yang hampir sama. Jika dibandingkan dengan spektra infra merah padatan silika gel peringkat pro analisis, ada beberapa perbedaan. Pada spektra dari keempat hasil sintesis juga timbul puncak serapan pada bilangan gelombang sekitar 2900 cm-1, 2500 cm-1, dan 1400 cm-1. Berdasarkan tabel korelasi spektra infra merah, dapat dinyatakan bahwa ketiga puncak serapan tersebut adalah serapan akibat vibrasi gugus –CH, vibrasi gugus –SH serta vibrasi –C-C-. Ketiga puncak serapan ini tidak muncul pada spektra silika gel peringkat pro analisis. Berdasarkan hasil analisis secara difraksi sinar X dapat dinyatakan bahwa hasil sintesis berbentuk amotf Adanya unsur tambahan komponen C dan S pada hasil sintesis ditunjukkan oleh hasil analisis energi dispersif sinar X Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keempat hasil sintesis tersebut adalah hibrida merkapto silika.
Kata kunci: hibrida, merkapto, silika
FMIPA, 2008 (PEND. KIMIA)Sulastri, Dra., M.S. Siti 2012-09-12T15:05:21Z2019-01-29T16:13:16Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5440This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/54402012-09-12T15:05:21ZBALANOKARPOL AND AMPELOPSIN H, TWO OLIGORESVERATROLS FROM STEM BARK OF Hopea odorata (DIPTEROCARPACEAE)Two oligoresveratrol, namely balanokarpol (1) and ampelopsin H (2) had been isolated from the steam bark of Hopea odorata (Dipterocarpaceae). The structure of this compound were elucidated based on physical and spectroscopic data (MS, 1H and 13C NMR 1D and 2D). The activity of these compounds was evaluated against the 2-deoxyribose degradation induced by the hydroxyl radical generated via a Fenton-type reaction. The result of this study showed that activity each compounds as radical hydroxyl scavenger of balanocarpol, and ampelopsin H with an IC50 1802,3 and 4840,0 g/ml. respectively. Each compound showed low activity. Vitamin C (IC50 83,9 g/ml) and butylated hydroxyl toluene (1328,0 g/ml) used as positif control. These results suggest that oligoresveratrols from stem bark of H. odorata may be useful as potential sources of natural antioxidants.
Keyword: balanocarpol; ampelopsin H; antioxidant; dipterocarpaceae
FMIPA, 2006 (PEND. KIMIA)Atun, Ph.D Sri 2012-09-12T15:05:21Z2019-01-29T16:13:34Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5461This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/54612012-09-12T15:05:21ZDIFFERENCES IN RECOVERY PERCENTS BETWEEN THE CALCIUM ION (II) AND MAGNESIUM ION (II) WITH ACTIVATED AND INACTIVATED BENTONITE BY ION-EXCHANGE CHROMATOGRAPHYThis study aims at determining the optimum pH for the separation of calcium (II) and magnesium (II) and knowing differences in recovery percents between calcium (II) and magnesium (II) using activated and inactivated bentonite.
The method used in this research was ion-exchange chromatography in which the bentonite was used as the stationary phase. The research procedures conducted were the sample preparation, stationary-phases making, the cation-exchange capacity determination, the determination of mobile-phase pH influences on the separation of calcium ions (II), and the determination of mobile-phase pH influences on the separation of magnesium ions (II). Preparation of the stationary phase was performed in two models which were activated stationary phase and inactivated stationary phase. Preparation of the stationary phase was activated by chemically activating bentonite by immersion using HCl of 1 M and physically by calcining at 400°C. Determination of the cation-exchange capacity was done by interacting the stationary phase with saturated Na CI and then titrated with Na OH of 0.05 N. Determination of mobile-phase pH influences on the result of the calcium ion (II) separation was conducted by varying the pH of the mobile phase when the process of the ion-exchange chromatography separation. The absorbance was measured using atomic absorption spectrophotometer at a wavelength of 422.7 nm while for the magnesium ion (II) absorbance was measured at a wavelength of 285.2 nm.
The results showed an optimum pH producing the greatest recovery percent at both metals with activated and inactivated bentonite occurred at pH 3. There were significant differences between the recovery percents of calcium ions (II) by activated and inactivated bentonite. There was no significant difference between the recovery percents of magnesium ions (II) by activated and not activated bentonite. There was no significant difference between the recovery percents of both metals with activated and inactivated bentonite.Eka Sulistyaningsih2012-09-06T14:30:37Z2012-09-06T14:30:37Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5202This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/52022012-09-06T14:30:37ZCharacterizations of pH Route and Absorption Spectrum of Purple Cabbage Extract (Brassicao Oleracea L.) as a Natural Indicator of the Acid-Base TitrationPurple cabbages can produce color. It has been known that the pigment in plants, in general, is an anthocyanin compound that changes the color at every pH change so that purple cabbages have potential as a natural indicator of the acid-base titration. This study aims at determining the route of pH, the absorption spectrum for any changes in pH, the precision and accuracy of the use of fresh purple cabbage extract as a natural indicator of the acid-base titration.
The research was begun with the manufacture of the purple cabbage indicator by extracting fresh and dry purple cabbages by using hot water. The determination of pH route was done by dripping the purple cabbage indicator into each buffer solution. Observations on color changes were conducted visually. Furthermore, absorbance measurements were taken for each buffer solution that has been poured with purple cabbage indicator for estimating the maximum price of the wavelength. Tests of the precision and accuracy of the purple cabbage indicator were done by applying the acid-base titration. Titration tests were performed 5 times to determine the deviation degree and the percent recovery.
The results showed that the pH route of the fresh purple cabbage extract was 10. 7 to 11.2 while the pH routes of the dry purple cabbage extract were 6.2 to 7.0 and from 10.0 to 10.7. The absorption spectrum of the fresh and dry purple cabbage extract showed almost similar characters. The most intense color for the fresh purple cabbage extract was shown at pH 10.2 while in the dry purple cabbage extract, it was at pH 10.7 and no shift of maximum wavelength (380 nm) at each change of pH. The use of the fresh purple cabbage extract was careful and accurate when used in the strong acid- strong base titration and the weak acid-weak base titration.
Keywords : natural indicator, pH route, absorption spectrumSiti MarwatiRegina Tutik PadmaningrumAntuni Wiyarsi2012-09-06T14:30:36Z2019-01-29T16:06:11Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5201This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/52012012-09-06T14:30:36ZPENGEMBANGAN PAKET MEDIA PEMBELAJARAN BAHAN KIMIA RUMAH TANGGA BERDASARKAN STAIi1DAR ISI UNTUK SMPIMTs KELAS VIIITujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan paket media pembelajaran bahan kimia rumah tangga berdasarkan Standar Isi untuk kelas VIII SMP/MTs dan untuk mengetahui kualitas paket media pembelajaran berdasarkan penilaian lima orang guru mata pelajaran IPA SMP.
Pengembangan paket media pembelajaran dibimbing oleh dosen pembimbing dan memperoleh masukan dari teman-teman sejawat dan ahli media. Dengan menggunakan suatu instrumen, paket media pembelajaran dinilai oleh lima orang guru IPA SMP di Kota Yogyakarta. Instrumen penelitian ini berupa angket yang terdiri dari beberapa aspek dan kriteria tertentu. Hasil penelitian ini berupa data kualitatif yang kemudian dikonversi menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif ditabulasi dan dianalisis menggunakan kategori kriteria penilaian ideal untuk menentukan kualitas paket media pembelajaran tersebut.
Hasil penelitian ini adalah Paket Media Pembelajaran Bahan Kimia Rumah Tangga Berdasarkan Standar Isi untuk kelas VIII SMP/MTs. Berdasarkan penilaian lima orang guru IPA SMP, paket media pembelajaran mempunyai kualitas Sangat Baik dengan skur rata-rata 60,53 dengan persentase keidealan 51,11%. Oleh karena itu, paket media pembelajaran dapat digunakan sehagai media pembelajaran untuk siswa SMP kelas VIII.Tisna Prilia Martanti 2012-09-06T14:30:36Z2019-01-29T16:07:15Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5239This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/52392012-09-06T14:30:36ZAMOBILISASI ENZIM INVERTASE DENGAN METODE ADSORPSI FISIK
MENGGUNAKAN SILIKA GEL DAN KARAKTERISASINYAPenelitian ini bertujuan untuk amobilisasi enzim invertase menggunakan silika gel dan menentukan karakterisasinya, yang meliputi penentuan waktu inlcubasi, pH, dan suhu optimal, serta nilai Vmaks dan KM. Penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari pengaruh stabilitas enzim invertase mobil dan amobil terhadap lama waktu penyimpanan pada suhu tertentu.
Subjek penelitian ini adalah enzim invertase, balk dalam bentuk mobil maupun amobil. Variabel yang ditentukan dalam proses amobilisasi enzim invertase meliputi jumlah pengamobil, waktu pengadukan, kecepatan pengadukan, dan konsentrasi optimal. Hasil dari penentuan variabel ini digunakan untuk membuat enzim invertase amobil. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah karakterisasi enaim invertase mobil dan amobil yang meliputi waktu inkubasi, pH, dan suhu optimal, serta nilai Vmaks dan KM.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa enzim invertase mobil mempunyai waktu inkubasi optimal 15 menit, pH 4,5, dan suhu 55 °C, serta nilai Vmaks 8,6854 mg/mllmenit dan KM 0,2109 mg/ml. Enzim invertase amobil mempunyai waktu inkubasi optimal 20 menit, pH 4,0, dan suhu 60 °C, serta nilai Vmaks 8,4324 mg/ml/menit dan KM 0,3993 mg/ml. Pengukuran stabilitas enzim invertase pada penelitian menunjukkan adanya penurunan aktivitas enzim invertase, baik yang mobil maupun yang amobil. Namun enzim invertase amobil mempunyai stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan enzim invertase mobil terhadap lama waktu penyimpanannya meskipun mengalami penurunan aktivitas. Selain itu, enzim invertase masih dapat digunakan secara berulang.- Mujiyanto2012-09-05T16:29:39Z2019-01-29T16:04:31Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5127This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/51272012-09-05T16:29:39ZADSORPTIVE PROPERTIES OF SILICA SULFONATO HYBRID OF RICE HUSK ASH ON METAL IONS OF Ag (I) AND Cr (III) IN SOLUTIONThis research aims at determining the adsorptive properties of silica sulfonato hybrid (HSS) of rice husk ash through the leaching of metal ions of Ag (I) and Cr (III) in solution. Adsorptive properties of silica sulfonato hybrid could be seen from the power of adsorption on variations of mass, contact time, and pH.
The research subject was rice husk ash. The object of this study was adsorptive properties of silica sulfonato hybrid of rice husk ash. The adsorptive property testing was begun with adsorbent mass variations. Adsorbent mass variations used were 10, 25, 50, and 100 mg. The effective mass obtained on mass variations of absorbent was used as the adsorbent mass on the time variations. The variations of the time used were 1, 30, 60, 90, 120, 150, 180 minutes, and 21 hours. The effective mass and time contact gained on the absorbent mass and time contact variations were used as the adsorbent mass and contact time on pH variations. The variations of pH used ranged from 1 to 5 for metal ions of Ag (I) and Cr (III).
Silica sulfonato hybrid adsorptive properties were affected by the adsorbent mass and pH, while contact times did not influence HSS adsorptive properties towards metal ions of Ag (I) and Cr (III). The absorbent mass used was 25 mg to all types of HSS-Nitrate (HSS of rice husk ash without leaching oxidized with nitrate), HSSC-Nitrate (HSS of rice husk ash by leaching oxidized with nitrate), HSS-peroxide (HSS of rice husk ash without leaching oxidized with peroxide), and HSSC-peroxide (HSS of rice husk ash by leaching oxidized with peroxide) either to Ag (I) and Cr (III). The pH giving the percentage of the most adsorbed metal ions to the metal ion of Cr (III) was pH 4 for HSS-Nitrate and pH 5 for HSSC-Nitrate, HSS-Peroxide, and HSSC-Peroxide. To metal ion of Ag (I), pH variations only gave influences on the adsorptive properties of HSS-Nitrate and gave the percentage of the highest adsorbed metal ions at pH 4.Sulhan M. Hadi 2012-09-05T16:29:39Z2019-01-29T16:05:09Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5148This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/51482012-09-05T16:29:39ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI HIBRIDA SULFANATO SILIKA
DARI ABU SEKAM PADI DENGAN OKSIDATOR ASAM NITRATTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi oksidator dan waktu reaksi oksidator terhadap karakter hibrida sulfonato silika hasil sintesis serta untuk mengetahui karakter hibrida sulfonato silica hasil sintesis dari abu sekam padi dengan oksidator asam nitrat.
Sintesis hibrida sulfonato silika (HSS) dilakukan melalui oksidasi hibrida merkapto silika (HMS) yang dibuat dari bahan dasar abu sekam padi tanpa pencucian dan abu sekam padi dengan pencucian melalui proses sol gel. Sebanyak 0,5 gram HMS direndam dalam 8 ml larutan asam nitrat (HNO3) sambil diaduk. Setelah proses oksidasi, HSS yang dihasilkan direndam dalam 8 ml larutan H2SO4 10 % agar gugus -SO3Hnya terprotonasi. Subjek dari penelitian ini adalah sintesis hibrida sulfonato silika dan objek dalam penelitian ini adalah karakterisasi hibrida sulfonato silika yang meliputi uji keasaman dan analisis spektra inframerah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi optimum untuk sintesis HSS dari abu sekam padi tanpa pencucian adalah pada konsentrasi oksidator asam nitrat 45 % dengan waktu reaksi okaidasi 60 menit dan untuk sintesis HSS dari abu sekam padi dengan pencucian adalah pada konsentrasi asam nitrat 65 % dan waktu reaksi oksidasi 60 menit. Kondisi optimum ditentukan dengan melihat nilai efisiensi produksi, nilai keasaman sebagai penukar kation dan spektra inframerah. Keberhasilan sintesis HSS ditunjukkan oleh hilangnya serapan gugus -SH dari HMS yang menjadi bahan dasarnya yaitu di daerah Z600-2550 cm dan adanya serapan gugus metilen di daerah 2900 cm-1. Pada sintesis HSS dengan variasi konsentrasi oksidator, keberhasilan sintesis HSS dari abu sekam padi tanpa pencucian ditunjukkan oleh hilangnya serapan gugus -SH di daerah 2561,47 cm1 serta adanya serapan gugus metilen di daerah 2139,52 cm1 dan HSS dari abu sekam padi dengan pencucian ditunjukkan oleh hilangnya serapan gugus -SH di daerah 2569.18 cm1 serta adanya serapan gugus metilen di daerah 2947,23 cm-1. Pada sintesis HSS dengan variasi waktu reaksi oksidasi, keberhasilan sintesis HSS dari abu sekam padi tanpa pencucian ditunjukkan oleh hilangnya serapan pada daerah 2569,18 cm1 serta adanya serapan gugus metilen di daerah 2924,09 cm-1 dan HSS dari abu sekam padi dengan pencucian ditunjukkan oleh, hilangnya serapan pada daerah 2561,47 cm-1 serta adanya serapan gugus metilen di daerah 2947,23 cm-1.Mayang Marindhu 2012-09-05T16:29:38Z2019-01-29T16:04:39Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5130This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/51302012-09-05T16:29:38ZAPLIKASI TEKNOLOGI NANO PADA PENGEMBANGAN PRODUK HILIR TIMAH PUTIH SEBAGAI MIKROSENSORPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter SnO2 berdasar data XRD dan FTIR, mengetahui kemampuan adsorpsi timah oksida terhadap alkohol dan mengetahui kepekaan mikrosensor timah oksida terhadapa alcohol berdasar konduktivitasnya.
Timah oksida (SnO2) disintesis melalui metode sol-gel. Terbentuknya SnO2 dipelajari dengan cara membandingkan difaktrogram SnO2 hasil sintesis dengan difraktogram standar JCPDS. Adsorpsi etanol pada permukaan SnO2 dilihat dengan membandingkan spektra FTIR sebelum dan sesudah proses adsorpsi SnO2 terhadap etanol. Daya adsorpsi SnO2 terhadap etanol dipelajari pada berbagai waktu pemaparan yaitu 3, 10, dan 30 menit dan kemudian ditentukan dengan menggunakan metode Micro Conway Diffusion pada absorbansi λ maks 470 nm dan disubstitusikan pada persamaan garis kurva standar etanol. Konduktivitas listrik SnO2 sebelum dan sesudah adsorpsi pada variasi waktu pemaparan 3, 5, 10, 20, dan 30 menit ditentukan dengan pengukuran resistansi SnO2 menggunakan multimeter, karena konduktivitas adalah kebalikan dari resistivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SnO2 berhasil disintesis berdasarkan kemiripan puncak pada difraktogram hasil sintesis dengan puncak pada difraktogram standar, yaitu pada 2θ 26,48; 33,87; 51,72 dan SnO2 dapat mengadsorpsi etanol berdasarkan spektra FTIR sesudah adsorpsi yang menunjukkan serapan baru pada 1300-1000 cm-1 yang merupakan serapan khas gugus –CO. Daya adsorpsi per gram SnO2 pada waktu pemaparan 3, 10, dan 30 menit masing-masing aadalah 0,0222 g, 0,0224 g, dan 0,0226 g. Konduktivitas listrik SnO2 sebelum proses adsorpsi adalah 2,042x10-5 S/cm. Konduktivitas SnO2 (dalam S/cm) sesudah proses adsorpsi terhadap etanol cair pada waktu pemaparan 3, 5, 10, 20, dan 30 menit adalah 94,783x10-5 , 82,935x10-5 , 66,348x10-5 , 64,730x10-5 dan 63,189x10-5 . Konduktivitas SnO2 (dalam S/cm) terhadap gas etanol pada waktu pemaparan 3, 5 dan 10 menit adalah 0,332x10-5 , 0,295x10-5 dan 0,265x10-5.
Kata kunci : SnO2, adsorpsi, micro Conway diffusion, konduktivitasUtomo M. PranjotoWidjajanti LFX Endang - AK. Prodjosantoso2012-09-05T16:29:38Z2019-01-29T16:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5134This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/51342012-09-05T16:29:38ZAPLIKASI TEKNOLOGI NANO PADA PENGEMBANGAN PRODUK HILIR TIMAH PUTIH SEBAGAI MIKROSENSORPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter SnO2 berdasar data XRD dan FTIR, mengetahui kemampuan adsorpsi timah oksida terhadap alkohol dan mengetahui kepekaan mikrosensor timah oksida terhadapa alcohol berdasar konduktivitasnya.
Timah oksida (SnO2) disintesis melalui metode sol-gel. Terbentuknya SnO2 dipelajari dengan cara membandingkan difaktrogram SnO2 hasil sintesis dengan difraktogram standar JCPDS. Adsorpsi etanol pada permukaan SnO2 dilihat dengan membandingkan spektra FTIR sebelum dan sesudah proses adsorpsi SnO2 terhadap etanol. Daya adsorpsi SnO2 terhadap etanol dipelajari pada berbagai waktu pemaparan yaitu 3, 10, dan 30 menit dan kemudian ditentukan dengan menggunakan metode Micro Conway Diffusion pada absorbansi λ maks 470 nm dan disubstitusikan pada persamaan garis kurva standar etanol. Konduktivitas listrik SnO2 sebelum dan sesudah adsorpsi pada variasi waktu pemaparan 3, 5, 10, 20, dan 30 menit ditentukan dengan pengukuran resistansi SnO2 menggunakan multimeter, karena konduktivitas adalah kebalikan dari resistivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SnO2 berhasil disintesis berdasarkan kemiripan puncak pada difraktogram hasil sintesis dengan puncak pada difraktogram standar, yaitu pada 2θ 26,48; 33,87; 51,72 dan SnO2 dapat mengadsorpsi etanol berdasarkan spektra FTIR sesudah adsorpsi yang menunjukkan serapan baru pada 1300-1000 cm-1 yang merupakan serapan khas gugus –CO. Daya adsorpsi per gram SnO2 pada waktu pemaparan 3, 10, dan 30 menit masing-masing aadalah 0,0222 g, 0,0224 g, dan 0,0226 g. Konduktivitas listrik SnO2 sebelum proses adsorpsi adalah 2,042x10-5 S/cm. Konduktivitas SnO2 (dalam S/cm) sesudah proses adsorpsi terhadap etanol cair pada waktu pemaparan 3, 5, 10, 20, dan 30 menit adalah 94,783x10-5 , 82,935x10-5 , 66,348x10-5 , 64,730x10-5 dan 63,189x10-5 . Konduktivitas SnO2 (dalam S/cm) terhadap gas etanol pada waktu pemaparan 3, 5 dan 10 menit adalah 0,332x10-5 , 0,295x10-5 dan 0,265x10-5.Utomo, M. Pranjoto Widjajanti LFX Endang - Widjajanti LFX2012-09-05T16:29:38Z2019-01-29T16:04:55Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5143This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/51432012-09-05T16:29:38ZPEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS PROGRAM DIRECTOR MX SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN KULIAH KIMIA DASAR IIPenelitian ini bertujuan untuk Mengetahui cara pembuatan media pembelajaran menggunakan director MX serta mengetahui efektifitas penggunaan media pembelajaran berbasis director MX pada kualitas pembelajaran Kimia Dasar II khususnya topik Kimia Inti dan Radiokimia. Penelitian ini merupakan penelitian pe¬ngem¬bangan dengan hasil akhir berupa CD pembelajaran. Data me¬ngenai kualitas media pembelajaran dikumpulkan melalui lembaran angket, sedangkan data mengenai tingkat ketuntasan belajar dikumpulkan melalui evaluasi yang berupa soal pilihan ganda. Ke¬simpulan dari penelitian ini adalah tahap pembuatan media pem¬belajaran menggunakan program Director MX adalah: pengumpul¬an referensi, penginstalan program, penyusunan media, penilaian reviewer, revisi, aplikasi dan evaluasi. Adapun kualitas media se¬cara keseluruhan bernilai baik. Penerapan media pembelajaran dinilai belum efektif, karena ketuntasan belajar yang dicapai pada Topik Kimia Inti dan Radiokimia pada Kuliah Kimia Dasar II hanya sebesar 61,81%, dari ukuran minimal yang ditentukan se-besar 75%.
Kata kunci: Director MX, efektifitas, kualitas, media
FMIPA, 2008 (PEND. KIMIA)- Marfuatun, M.Si.2012-08-10T05:50:47Z2019-01-29T15:44:17Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3704This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/37042012-08-10T05:50:47ZOPTIMIZATION OF SOLUTION POTENTIAL AND TEMPERATURE ON ION ELECTRODEPOSITION PROCESS OF COPPER (II) USING AN ADDITIVE OF FORMALDEHYDE This research was conducted at the Chemical Research Laboratory of State University of Yogyakarta (UNY), Instruments Analysis Laboratory of Indonesian Islamic University (UII), and the Research Center for Physics of Indonesian Institute of Sciences (LIPI), Bandung. The purpose of this study was to determine the optimum solution potential and temperature on the electrodeposition process of Copper ion (II) using formaldehyde as an additive. The subject of this study was 400 ppm of copper solution. The object of this research was copper deposit on the cathode. Electrodeposition process used CuSO4 solution as a source of Cu ion (II), H2SO4 solution as supporting electrolyte, HNO3 solution as depolarizator, formaldehyde as an additive, and platinum plates as electrodes (cathode and anode). Electrodeposition process was done by potential variations of 2, 3, 4, 5 and 6 volts, the solution’s temperature variations of 27, 32, 37, 42 and 47°C and the deposition time of 25 minutes. Quantitative analysis was done by Atomic Absorption Spectrometry (AAS) to determine the concentration of Cu ion (II) after electrodeposition process. Qualitative analysis was by X-ray diffraction to determine crystal structures of Cu deposit of the electrodeposition on the optimum potential and temperature of the solution. The results showed that the optimum potential was 3 volts and the optimum temperature of the solution was 27°C. The concentration of Cu ion (II) of the electrodeposition on the solution’s optimum potential and temperature was 298.4750 ppm with the deposition efficiency of 25.38%. The crystal structure of Cu deposit of the electrodeposition on the solution’s optimum potential and temperature had a face-centered cubic system with a lattice parameter of 3.5877 A and the lattice planes of (111), (200), (220) and (311). - Fitria Rizana2012-08-10T05:50:47Z2019-01-29T15:46:54Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3858This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/38582012-08-10T05:50:47ZADSORPTIVE PROPERTIES OF SILICA SULFONATO HYBRID OF RICE HUSK ASH ON METAL IONS OF Ag (I) AND Cr (III) IN SOLUTIONThis research aims at determining the adsorptive properties of silica sulfonato hybrid (HSS) of rice husk ash through the leaching of metal ions of Ag (I) and Cr (III) in solution. Adsorptive properties of silica sulfonato hybrid could be seen from the power of adsorption on variations of mass, contact time, and pH. The research subject was rice husk ash. The object of this study was adsorptive properties of silica sulfonato hybrid of rice husk ash. The adsorptive property testing was begun with adsorbent mass variations. Adsorbent mass variations used were 10, 25, 50, and 100 mg. The effective mass obtained on mass variations of absorbent was used as the adsorbent mass on the time variations. The variations of the time used were 1, 30, 60, 90, 120, 150, 180 minutes, and 21 hours. The effective mass and time contact gained on the absorbent mass and time contact variations were used as the adsorbent mass and contact time on pH variations. The variations of pH used ranged from 1 to 5 for metal ions of Ag (I) and Cr (III). Silica sulfonato hybrid adsorptive properties were affected by the adsorbent mass and pH, while contact times did not influence HSS adsorptive properties towards metal ions of Ag (I) and Cr (III). The absorbent mass used was 25 mg to all types of HSS-Nitrate (HSS of rice husk ash without leaching oxidized with nitrate), HSSC-Nitrate (HSS of rice husk ash by leaching oxidized with nitrate), HSS-peroxide (HSS of rice husk ash without leaching oxidized with peroxide), and HSSC-peroxide (HSS of rice husk ash by leaching oxidized with peroxide) either to Ag (I) and Cr (III). The pH giving the percentage of the most adsorbed metal ions to the metal ion of Cr (III) was pH 4 for HSS-Nitrate and pH 5 for HSSC-Nitrate, HSS-Peroxide, and HSSC-Peroxide. To metal ion of Ag (I), pH variations only gave influences on the adsorptive properties of HSS-Nitrate and gave the percentage of the highest adsorbed metal ions at pH 4. - M. Hadi Sulhan2012-08-10T05:50:47Z2012-08-10T05:50:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3905This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/39052012-08-10T05:50:47ZCharacterizations of pH Route and Absorption Spectrum of Purple Cabbage Extract (Brassicao Oleracea L.) as a Natural Indicator of the Acid-Base TitrationPurple cabbages can produce color. It has been known that the pigment in plants, in general, is an anthocyanin compound that changes the color at every pH change so that purple cabbages have potential as a natural indicator of the acid-base titration. This study aims at determining the route of pH, the absorption spectrum for any changes in pH, the precision and accuracy of the use of fresh purple cabbage extract as a natural indicator of the acid-base titration. The research was begun with the manufacture of the purple cabbage indicator by extracting fresh and dry purple cabbages by using hot water. The determination of pH route was done by dripping the purple cabbage indicator into each buffer solution. Observations on color changes were conducted visually. Furthermore, absorbance measurements were taken for each buffer solution that has been poured with purple cabbage indicator for estimating the maximum price of the wavelength. Tests of the precision and accuracy of the purple cabbage indicator were done by applying the acid-base titration. Titration tests were performed 5 times to determine the deviation degree and the percent recovery. The results showed that the pH route of the fresh purple cabbage extract was 10. 7 to 11.2 while the pH routes of the dry purple cabbage extract were 6.2 to 7.0 and from 10.0 to 10.7. The absorption spectrum of the fresh and dry purple cabbage extract showed almost similar characters. The most intense color for the fresh purple cabbage extract was shown at pH 10.2 while in the dry purple cabbage extract, it was at pH 10.7 and no shift of maximum wavelength (380 nm) at each change of pH. The use of the fresh purple cabbage extract was careful and accurate when used in the strong acid- strong base titration and the weak acid-weak base titration. Keywords : natural indicator, pH route, absorption spectrumSiti MarwatiRegina Tutik PadmaningrumAntuni Wiyarsi2012-08-10T05:50:47Z2019-01-29T15:49:06Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3932This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/39322012-08-10T05:50:47ZADSORPTION BEHAVIOR OF PHOSPHATE BY MONTMORILLONITEThis study aims at determining the patterns of phosphate ion adsorption by montmorillonite clay minerals and the reaction of phosphate ion adsorption by montmorillonite clay minerals.
The research subject was montmorillonite clay minerals and the object of this study was the patterns of phosphate adsorption by montmorillonite clay minerals. The montmorillonite used was first saturated with Ca2+ ion from 0.05 M of Ca (N03)2. Determination of adsorption patterns was based on the kinetics experiments of adsorption, desorption, adsorption edge, and adsorption isotherm. Determination of adsorption reaction was on the basis of potentiometric titration experiments. Kinetics of adsorption and desorption was made to the montmorillonite suspension containing 0.0001 M of KH2POq with supporting electrolyte of Ca(NO)2 of 0.001 M in spans of 1 minute to 2 days. Adsorption edges were conducted on montmorillonite suspension containing 0.0001 M of KH2POq with supporting electrolyte of Ca (N03)2 of 0.001 M in the pH ranges of 3 to 10. Adsorption isotherms were conducted on montmorillonite suspension containing supporting electrolyte of Ca (N03)2 of 0.001 M with the addition of KH2POq volume of 0.01 M from 1 to 8 mL. Potentiometric titration was carried out on a single system of montmorillonite suspension or KH2P04 solution of 0.001 M with the supporting electrolyte of Ca (N03)2 of 0.001 M. The titration was done by raising the pH of the system to about 10 with the addition of 0.1 M of KOH and then the pH was lowered to about 3 with the addition of 0.1 M of HN03. Potentiometric titration data were then modeled using computer software named GRFIT to determine the equilibrium constant prices and the distribution of speciation that had been formed.
The optimum time of phosphate adsorption by montmorillonite was 20 minutes. The optimum adsorption occurred at pH 6.5. The adsorption pattern occurring was multilayer with maximum adsorption power to monolayer of 6.27 x 10-7 moUm2. Adsorption reaction mostly occurred on the external surface and a small portion occurred at the interface surface. On the external surface, adsorption reactions that occurred on the edge site and face site were SOH2+ HPOq2 "~ (SOH2...HPOq)" 2XH HPOq2 ~ (XH) 2HP04. At the interface surface, adsorption reactions that occurred were X "... H20...Ca2+ + HZPO4. ~ X "... H20...H2P04 + Ca 2+.Setiawan Hanesdy 2012-08-10T05:50:47Z2019-01-29T15:50:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4026This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40262012-08-10T05:50:47ZEffects of pH and Concentrations on Akridin Adsorption Power By MontmorilloniteThis research aims at determining effects of pH on akridin adsorption by montmorillonite, knowing Akridin concentration variations on the adsorption of montmorillonite, and knowing adsorption patterns following Freundlich isotherm or Langmuir isotherm.
The sample of montmorillonite was saturated using KN03 solution and thus became K+- montmorillonite. Akridin adsorption by montmorillonite was done in three stages which were the kinetics adsorption to determine the time required in the process of akridin adsorption, the adsorption edge to determine the effect of pH on the adsorption, and adsorption isotherms to determine the effect of Akridin concentrations added to the adsorption capacity of montmorillonite. Adsorption process was carried out at pH 4, and the Akridin concentrations of 1 x 10-, 1 x 10-4, 5 x 10-4 with a medium of KN03 electrolyte of 5 mM. The measurement was carried out using UV-Vis to determine the concentration of akridin residue, while XRD was used to determine changes of space d (00l) on montmorillonite.
The amount of adsorption capacity of montmorillonite in Akridin at pH 4 was obtained using the calculation of chemical analysis. The maximum adsorption capacity obtained in this study was 1.2 x 10-5 mof/m2. The pattern of adsorption in this study could not be categorized as following Langmuir pattern. XRD spectrum showed that there was a decrease in space d amounted to 1, 841.Sofia S.M., Hotria 2012-08-10T05:50:46Z2012-08-10T05:50:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3637This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/36372012-08-10T05:50:46ZSTUDI KANDUNGAN PB DALAM GORENGAN YANG DIJUAL DI PINGGIR JALAN Telah dilakukan penelitian terhadap kandungan Pb dalam gorengan yang dijual di pinggir jalan di kawasan Malioboro Yogyakarta menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom. Penelitian ini menggunakan metode destruksi kering. Dimulai dengan preparasi sampel melalui tahap penumbukan, pengeringan dan pengabuan. Abu dilarutkan menggunakan HNO3 65% dan diencerkan dengan akuades. Larutan yang diperoleh dianalisis dengan Spektofotometer Serapan Atom Perkin-Elmer 5110 PC. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua sampel positif mengandung Pb atau di bawah limit deteksi. Sampel yang positif mengandung logam Pb sebanyak 26 sampel dengan kisaran konsentrasi 0,003 – 0,531 ppm dari 42 sampel yang diteliti atau sebanyak 61,9%. Sedangkan jumlah sampel yang tak terdeteksi mengandung Pb ada 16 atau sebanyak 38,1%. Dari 26 sampel yang positif mengandung Pb, semuanya tidak melebihi ambang batas Pb dalam makanan berdasarkan peraturan BPPOM RI No.03725/B/SK/VII/1989 yaitu 2 ppm. Uji-t terhadap sampel yang diambil pada jam 12.00 WIB dibandingkan dengan sampel yang diambil pada jam 16.00 WIB menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata di antara keduanya pada taraf signifikansi 95%.Annisa Fillaelifillelly@yahoo.comDyah PurwaningsihAntuni Wiyarsi2012-08-10T05:50:46Z2019-01-29T15:42:32Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3638This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/36382012-08-10T05:50:46ZPENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL TENTANG PERCOBAAN KIMIA SMP/ MTs KELAS VII MATERI POKOK UNSUR, SENYAWA DAN CAMPURANPenelitian ini merupakan penelitian pengembangan media pembelajaran dalam bidang pendidikan kimia. Tujuan penelitian pengembangan ini adalah mengembangkan media audio visual tentang percobaan kimia materi pokok unsur, senyawa dan campuran, sebagai media pembelajaran mandiri bagi siswa SMP/ MTs Kelas VII dan untuk mengetahui kualitas media audio visual yang telah disusun berdasarkan penilaian guru IPA SMP/ MTs.
Pengembangan media audio visual ini dibimbing oleh dosen pembimbing serta mendapat masukan dari ahli media dan peer review. Instrumen penelitian media audio visual berupa angket yang berisi aspek dan kriteria tertentu. Penilaian dilakukan oleh 5 orang guru IPA SMP/ MTs di wilayah Kab. Klaten. Penilaian yang dilakukan meliputi 8 aspek penilaian dengan 40 indikator penilaian. Hasil penilaian berupa data kualitatif yang diubah menjadi data kuantitatif, kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan pedoman kriteria kategori penilaian ideal untuk menentukan kualitas media audio visual.
Produk penelitian ini berupa media audio visual tentang percobaan kimia SMP/ MTs kelas VII materi pokok unsur, senyawa dan campuran yang disimpan dalam bentuk CD. Media audio visual tersebut terdiri dari 7 percobaan, yaitu (1) sifat unsur logam, (2) peruraian senyawa C12H22011, (3) pembentukan senyawa MgO, (4) campuran homogen dan heterogen, (5) pengenceran, (6) larutan, (7) perbedaan unsur, senyawa dan campuran. Komponen media audio visual terdiri dari: petunjuk penggunaan media audio visual, lembar kerja peserta didik, lembar evaluasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, pengayaan materi unsur, senyawa dan campuran serta peralatan laboratorium yang digunakan. Berdasarkan penilaian guru IPA SMP/ MTs, media audio visual yang telah disusun mempunyai kualitas sangat baik (SB) dengan skor rata-rata 170,23 diatas skor idealnya yaitu 160,01. Oleh karena itu, media audio visual ini dapat digunakan sebagai media belajar untuk siswa SMP/ MTs kelas VII.Marniningsih Lina 2012-08-10T05:50:46Z2019-01-29T15:44:25Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3710This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/37102012-08-10T05:50:46ZDEVELOPMENT OF AN AUDIO-VISUAL MEDIUM ON
“CHEMICALS IN FOOD” IN SMP OF GRADE VIIIThis research is a development research of instructional media in the field of chemistry education. The purpose of this development research is to develop an audio-visual medium on “chemicals in food” in junior high schools (SMP) of grade VIII and to know the quality of the audio-visual medium meeting media quality criteria specified.
Development of the audio-visual medium was guided by the two consultants and gained input from media experts and peer reviewers. The research instrument was in the forms of questionnaires which contained specific aspects and criteria. Assessments were carried out by 5 science teachers of SMP in the area of Temanggung. The assessments were conducted on the five aspects with 25 indicators. The assessment results were in the qualitative data converted into quantitative data, then tabulated and analyzed with guidance of ideal rating category criteria to determine the quality of the audio-visual medium.
This research product was in the forms of an audio-visual medium which was an audio-visual medium CD on “chemicals in food”. The medium components comprised instructions for using the medium, standards of competence and basic competence, materials, testing, evaluation, and profile. Based on the assessments of the science teachers, the audio-visual medium had a good quality (B) with an average score of 99.4 in the score range from 83.36 to 100.05. Therefore, the audio-visual medium can be used as an independent instructional medium for SMP students of grade VIII.Ikalelusintani, Ikalelusintani, 2012-08-10T05:50:46Z2012-08-10T05:50:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3716This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/37162012-08-10T05:50:46ZSINTESIS DAN UJI AKTIVITAS BEBERAPA SENYAWA BENZALASETON DAN TURUNANNYA SEBAGAI PELINDUNG SINAR ULTRA VIOLETTelah dilakukan sintesis benzalaseton dan turunannya antara lain anisalaseton, veratralaseton, sinamalaseton, dibenzalaseton, dianisalaseton, diveratralaseton dan disinamalaseton serta uji aktivitasnya sebagai pelindung terhadap sinar ultra violet secara invitro. Hasil yang didapat menunjukkan senyawa yang aktif sebagai penyerap sinar UV-A adalah dibenzalaseton, anisalaseton, dianisalaseton, veratralaseton, diveratralaseton dan disinamalaseton. Aktivitas sebagai pelindung sinar UV-B ditunjukkan oleh benzalaseton dan veratralaseton. Benzalaseton memiliki nilai SPF sebesar 65,76 pada konsentrasi 10 ppm. Aktivitas sebagai pelindung terhadap sinar UV-C ditunjukkan oleh anisalaseton, dianisalaseton, sinamalaseton dan diveratralaseton.
Kata kunci: pelindung sinar ultraviolet, benzalaseton dan turunannya.
FMIPA, 2007 (PEND. KIMIA)Sulistyo Arty, Dr., M.S. Indyah 2012-08-10T05:50:46Z2012-08-10T05:50:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3721This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/37212012-08-10T05:50:46ZSINTESIS ELASTOMER POLIURETAN DENGAN BAHAN DASAR MINYAK GORENG REGENERASI DAN METILEN-4,4-DIFENILDIISOSIANAT SEBAGAI BAHAN PELAPIS PERMUKAAN ROLMinyak goreng regenerasi merupakan minyak sisa peng¬goreng¬an. Minyak goreng yang banyak diperjualbelikan umumnya merupa¬kan minyak sawit yang mengandung trigliserida. Pemanas¬an minyak goreng secara berulang kali dapat merusak minyak ter¬sebut, yang sangat berbahaya apabila masih digunakan untuk meng¬goreng karena bersifat karsinogenik. Dengan demikian harus diupayakan suatu cara untuk memanfaatkan minyak goreng regenerasi yang tidak memiliki nilai jual menjadi suatu produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual relatif tinggi. Pada penelitian ini dicoba memanfaatkan minyak goreng regenerasi sebagai monomer pada sintesis poliuretan. Minyak goreng re¬generasi memungkinkan untuk digunakan sebagai monomer pada sintesis poliuretan karena masih memiliki gugus aktif seperti gugus –OH, -COO- dan ikatan rangkap yang dapat dimodifikasi secara hidrasi untuk digunakan sebagai sumber poliol. Gugus –OH dapat berikatan dengan gugus isosianat (-NCO) dari metilen-4,4-difenidiisosianat (MDI) membentuk poliuretan.
Sintesis poliuretan dari minyak goreng regenerasi yang telah maupun tidak mengalami proses adsorbsi dengan karbon aktif, minyak goreng regenerasi terhidroksilasi, asam lemak hasil isolasi minyak goreng regenerasi, dan asam lemak teroksidasi direaksikan dengan MDI sehingga dihasilkan berbagai produk poliuretan. Reaksi polimerisasi dilakukan pada temperatur kamar, dengan memvariasikan perbandingan mol MDI terhadap mol poliol dan temperatur curing. Karakterisasi poliuretan hasil sintesis, meliputi penentuan gugus fungsi dengan IR, uji penggembungan dalam larutan kanji, uji kekerasan dengan menggunakan alat share A durometer dan uji termal dengan menggunakan DTA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak goreng regenerasi sebagai limbah rumah tangga dan industri dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan poliuretan, ditunjukkan dengan terbentuknya gugus fungsi uretan pada spektrum inframerah produk poliuretan. Komposisi minyak goreng regenerasi makin besar menunjukkan kualitas produk poliuretan yang makin menurun, sebaliknya komposisi MDI makin besar menunjukkan kualitas poliuretan yang makin bagus. Proses adsorbsi minyak goreng regenerasi dengan menggunakan karbon aktif cukup efektif untuk mengadsorbsi pengotor dalam minyak goreng regenerasi sehingga kualitas produk poliuretan menjadi lebih baik. Proses hidroksilasi dengan cara hidrasi maupun oksidasi mampu menurunkan bilangan iodin dan meningkatkan gugus hidroksil minyak goreng regenerasi sehingga kualitas produk poliuretan menjadi lebih baik. Proses adsorbsi dan hidroksilasi pada minyak goreng regenerasi menyebabkan proses curing dapat berlangsung pada temperatur lebih rendah, yakni 70 0C. Penggunaan asam lemak hasil isolasi minyak goreng regenerasi pada sintesis poliuretan mampu menurunkan derajat peng-gembungan dan meningkatkan tingkat kekerasan produk poliuretan bila dibandingkan produk poliuretan berbasis minyak goreng regenerasi tanpa adsorbsi dan tanpa hidroksilasi. Proses hidroksilasi asam lemak hasil isolasi minyak goreng regenerasi mampu meningkatkan kualitas produk poliuretan. Proses hidroksilasi dengan cara oksidasi menggunakan larutan KMnO4 dengan kadar 35% menunjukkan produk poliuretan yang relatif lebih bagus.
Kata kunci: minyak goreng regenerasi, produk poliuretan, sumber poliol
FMIPA, 2008 (PEND. KIMIA)SYL, M.Si. Isana 2012-08-10T05:50:46Z2012-08-10T05:50:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3865This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/38652012-08-10T05:50:46ZAPLIKASI TEKNOLOGI NANO PADA PENGEMBANGAN PRODUK HILIR TIMAH PUTIH SEBAGAI MIKROSENSORPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter SnO2 berdasar data XRD dan FTIR, mengetahui kemampuan adsorpsi timah oksida terhadap alkohol dan mengetahui kepekaan mikrosensor timah oksida terhadapa alcohol berdasar konduktivitasnya. Timah oksida (SnO2) disintesis melalui metode sol-gel. Terbentuknya SnO2 dipelajari dengan cara membandingkan difaktrogram SnO2 hasil sintesis dengan difraktogram standar JCPDS. Adsorpsi etanol pada permukaan SnO2 dilihat dengan membandingkan spektra FTIR sebelum dan sesudah proses adsorpsi SnO2 terhadap etanol. Daya adsorpsi SnO2 terhadap etanol dipelajari pada berbagai waktu pemaparan yaitu 3, 10, dan 30 menit dan kemudian ditentukan dengan menggunakan metode Micro Conway Diffusion pada absorbansi λ maks 470 nm dan disubstitusikan pada persamaan garis kurva standar etanol. Konduktivitas listrik SnO2 sebelum dan sesudah adsorpsi pada variasi waktu pemaparan 3, 5, 10, 20, dan 30 menit ditentukan dengan pengukuran resistansi SnO2 menggunakan multimeter, karena konduktivitas adalah kebalikan dari resistivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SnO2 berhasil disintesis berdasarkan kemiripan puncak pada difraktogram hasil sintesis dengan puncak pada difraktogram standar, yaitu pada 2θ 26,48; 33,87; 51,72 dan SnO2 dapat mengadsorpsi etanol berdasarkan spektra FTIR sesudah adsorpsi yang menunjukkan serapan baru pada 1300-1000 cm-1 yang merupakan serapan khas gugus –CO. Daya adsorpsi per gram SnO2 pada waktu pemaparan 3, 10, dan 30 menit masing-masing aadalah 0,0222 g, 0,0224 g, dan 0,0226 g. Konduktivitas listrik SnO2 sebelum proses adsorpsi adalah 2,042x10-5 S/cm. Konduktivitas SnO2 (dalam S/cm) sesudah proses adsorpsi terhadap etanol cair pada waktu pemaparan 3, 5, 10, 20, dan 30 menit adalah 94,783x10-5 , 82,935x10-5 , 66,348x10-5 , 64,730x10-5 dan 63,189x10-5 . Konduktivitas SnO2 (dalam S/cm) terhadap gas etanol pada waktu pemaparan 3, 5 dan 10 menit adalah 0,332x10-5 , 0,295x10-5 dan 0,265x10-5. Kata kunci : SnO2, adsorpsi, micro Conway diffusion, konduktivitas- M. Pranjoto Utomo- Endang Widjajanti LFX- AK. Prodjosantoso2012-08-10T05:50:46Z2019-01-29T15:47:20Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3872This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/38722012-08-10T05:50:46ZPENGEMBANGAN PAKET BELAJAR BERBANTUAN KOMPUTER
MATA PELAJARAN IPA SMP/MTs KELAS VIII
MATERI POKOK BAHAN ADITIF DALAM MAKANAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan paket belajar yang dikemas dalam CD pada materi pokok bahan aditif dalam makanan, dan mengetahui kualitas media pembelajaran yang telah dihasilkan berdasarkan penilaian guru IPA SMP terhadap media tersebut.
Penelitian dilakukan melalui empat tahap kegiatan. Pertama, mengumpulkan referensi dan penyusunan naskah media pembelajaran IPA aspek materi dan sifatnya dan mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing. Kedua, membuat CD media pembelajaran clan mengkonsultasikan CD media pembelajaran yang telah dibuat kepada dosen pembimbing dan tiga peer review untuk memberikan masukan dan selanjutnya ditinjau lagi oleh dua ahli media mengenai kebenaran konsep. Ketiga, melakukan penilaian produk dengan menyertakan instrumen penilaian kepada lima guru IPA SMP kelas VIII. Keempat, memvalidasi CD media pembelajaran melalui perhitungan berdasarkan penilaian guru IPA SMP.
Hasil penelitian pengembangan ini adalah paket belajar yang dikemas dalam CD tentang matei pokok bahan aditif dalam makanan. Kualitas CD pembelajaran berdasarkan pada penilaian lima orang guru IPA SMP, komponen aspek isi dan komponen aspek pembelajaran dan komponen aspek media memiliki kualitas sangat balk (SB). Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 86 sedangkan skor rerata idealnya sebesar 80 dan didasarkan pada nilai skala 5 diperoleh nilai sebesar 4,3 , sehingga kualitas secara keseluruhan sangat balk (SB).Sri Wahyu Nurbawati ,2012-08-10T05:50:46Z2012-08-10T05:50:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3880This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/38802012-08-10T05:50:46ZMEKANISME AKTIVITAS ANTI PROLIFERASI, APOPTOSIS, DAN SIKLUS PENGHAMBATAN CELL LINES KANKER DARI BEBERAPA SENYAWA OLIGORESVERATROL HASIL ISOLASI KULIT BATANG HOPEA ODORATATujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk mempelajari keanekaragaman struktur dan bioaktivitas senyawa oligoresveratrol dari kulit batang tumbuhan Hopea odorata, serta dapat mengembangkan potensi senyawa kimia tersebut sebagai obat antikanker. Target khusus yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan data mekanisme aktivitas dari beberapa senyawa oligoresveratrol yang telah ditemukan dari kulit batang tumbuhan Hopea odorata, sebagai antiproliferasi, apoptosis, dan siklus penghambatan terhadap cell lines raji dan Hela-S3. Beberapa senyawa yang akan diuji mekanisme aktivitasnya adalah balanokarpol (1), ampelopsin H (2), hopeafenol (3), dan hemlesyanol C (4) yang memiliki struktur yang bervariasi. Data mekanisme aktivitas tersebut sangat bermanfaat sebagai landasan untuk mengembangkan senyawa tersebut sebagai obat antikanker baru.
Metode penelitian yang akan dilakukan adalah dengan melakukan eksperimen di laboratorium menggunakan kultur cell lines raji dan Hela S3 yang dikembangkan di laboratorium Kedokteran UGM. Hela-S3 cell lines merupakan culture continous turunan dari Hela cell lines dan tumbuh sebagai sel yang semi melekat (semi adherent), sedangkan cell lines raji merupakan culture continous dan bersifat melayang dalam media (ATCC). Aktivitas antiproliferasi dilakukan dengan MTT Cell Proferation Kit menggunakan metode kolorimetri yang diukur berdasarkan pembentukan warna pada λ 570 nm dari cell kontrol dan akibat perlakuan penambahan sampel pada berbagai variasi konsentrasi. Uji apoptosis dilakukan dengan menggunakan pengecatan DNA seluler dan immunohistochemical analysis. Uji aktivitas siklus penghambatan sel dilakukan dengan uji doubling time. Penelitian ini secara bertahap akan dilaksanakan dalam waktu 2 tahun.
Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan adanya beberapa senyawa yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel Hela S3 yaitu ampelopsin H (2), sedangkan yang menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel Raji adalah ampelopsin H (2), dan beberapa fraksi, yaitu fraksi total, fraksi relatif non polar, dan fraksi relatif polar. Uji antiproliferatif menggunakan ampelopsin H (2) pada berbagai konsentrasi menunjukkan makin besar konsentrasinya makin banyak sel Hela S3 yang mati, demikian juga uji siklus penghambatan sel menunjukkan bahwa ampelopsin H (2) dapat menyebabkan terjadinya penundaan waktu doubling time. Ampelopsin H (2) juga menunjukkan mekanisme apoptosis dengan menekan protein-protein yang mendegradasi protein p53 yang merupakan suppressor kematian sel. Masing-masing jenis sel kanker memiliki karakteristik mekanisme aktivitas yang berbeda, oleh karena itu penelitian tahun 2 akan dilakukan uji aktivitas untuk mengetahui mekanisme molekuler sebagai antiproliferasi, apoptosis, dan siklus penghambatan senyawa ampelopsin H (2) dan beberapa fraksi yang menunjukkan sitotoksisitas tinggi terhadap sel Raji. Disamping itu juga akan dilakukan uji aktivitas ampelopsin H (2) terhadap sel Vero (sel normal) untuk mengkaji keamanan senyawa tersebut apabila digunakan untuk pengobatan kanker
Kata Kunci: Oligoresveratrol; Hopea odorata; antiproliferative; apoptosis
FMIPA, 2008 (PEND. KIMIA)Aznam, Ph.D. Nurfina 2012-08-10T05:50:46Z2012-08-10T05:50:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3883This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/38832012-08-10T05:50:46ZPEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS PROGRAM DIRECTOR MX SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN KULIAH KIMIA DASAR IIPenelitian ini bertujuan untuk Mengetahui cara pembuatan media pembelajaran menggunakan director MX serta mengetahui efektifitas penggunaan media pembelajaran berbasis director MX pada kualitas pembelajaran Kimia Dasar II khususnya topik Kimia Inti dan Radiokimia. Penelitian ini merupakan penelitian pe¬ngem¬bangan dengan hasil akhir berupa CD pembelajaran. Data me¬ngenai kualitas media pembelajaran dikumpulkan melalui lembaran angket, sedangkan data mengenai tingkat ketuntasan belajar dikumpulkan melalui evaluasi yang berupa soal pilihan ganda. Ke¬simpulan dari penelitian ini adalah tahap pembuatan media pem¬belajaran menggunakan program Director MX adalah: pengumpul¬an referensi, penginstalan program, penyusunan media, penilaian reviewer, revisi, aplikasi dan evaluasi. Adapun kualitas media se¬cara keseluruhan bernilai baik. Penerapan media pembelajaran dinilai belum efektif, karena ketuntasan belajar yang dicapai pada Topik Kimia Inti dan Radiokimia pada Kuliah Kimia Dasar II hanya sebesar 61,81%, dari ukuran minimal yang ditentukan se-besar 75%. Kata kunci: Director MX, efektifitas, kualitas, media FMIPA, 2008 (PEND. KIMIA) M.Si. Marfuatun2012-08-10T05:50:46Z2019-01-29T15:47:59Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3897This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/38972012-08-10T05:50:46ZSINTESIS DAN KARAKTERISASI HIBRIDA SULFANATO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI DENGAN OKSIDATOR ASAM NITRAT Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi oksidator dan waktu reaksi oksidator terhadap karakter hibrida sulfonato silika hasil sintesis serta untuk mengetahui karakter hibrida sulfonato silica hasil sintesis dari abu sekam padi dengan oksidator asam nitrat. Sintesis hibrida sulfonato silika (HSS) dilakukan melalui oksidasi hibrida merkapto silika (HMS) yang dibuat dari bahan dasar abu sekam padi tanpa pencucian dan abu sekam padi dengan pencucian melalui proses sol gel. Sebanyak 0,5 gram HMS direndam dalam 8 ml larutan asam nitrat (HNO3) sambil diaduk. Setelah proses oksidasi, HSS yang dihasilkan direndam dalam 8 ml larutan H2SO4 10 % agar gugus -SO3Hnya terprotonasi. Subjek dari penelitian ini adalah sintesis hibrida sulfonato silika dan objek dalam penelitian ini adalah karakterisasi hibrida sulfonato silika yang meliputi uji keasaman dan analisis spektra inframerah. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi optimum untuk sintesis HSS dari abu sekam padi tanpa pencucian adalah pada konsentrasi oksidator asam nitrat 45 % dengan waktu reaksi okaidasi 60 menit dan untuk sintesis HSS dari abu sekam padi dengan pencucian adalah pada konsentrasi asam nitrat 65 % dan waktu reaksi oksidasi 60 menit. Kondisi optimum ditentukan dengan melihat nilai efisiensi produksi, nilai keasaman sebagai penukar kation dan spektra inframerah. Keberhasilan sintesis HSS ditunjukkan oleh hilangnya serapan gugus -SH dari HMS yang menjadi bahan dasarnya yaitu di daerah Z600-2550 cm dan adanya serapan gugus metilen di daerah 2900 cm-1. Pada sintesis HSS dengan variasi konsentrasi oksidator, keberhasilan sintesis HSS dari abu sekam padi tanpa pencucian ditunjukkan oleh hilangnya serapan gugus -SH di daerah 2561,47 cm1 serta adanya serapan gugus metilen di daerah 2139,52 cm1 dan HSS dari abu sekam padi dengan pencucian ditunjukkan oleh hilangnya serapan gugus -SH di daerah 2569.18 cm1 serta adanya serapan gugus metilen di daerah 2947,23 cm-1. Pada sintesis HSS dengan variasi waktu reaksi oksidasi, keberhasilan sintesis HSS dari abu sekam padi tanpa pencucian ditunjukkan oleh hilangnya serapan pada daerah 2569,18 cm1 serta adanya serapan gugus metilen di daerah 2924,09 cm-1 dan HSS dari abu sekam padi dengan pencucian ditunjukkan oleh, hilangnya serapan pada daerah 2561,47 cm-1 serta adanya serapan gugus metilen di daerah 2947,23 cm-1. Mayang Marindhu2012-08-10T05:50:46Z2019-01-29T15:49:32Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3955This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/39552012-08-10T05:50:46ZAMOBILISASI ENZIM INVERTASE DENGAN METODE ADSORPSI FISIK MENGGUNAKAN SILIKA GEL DAN KARAKTERISASINYA Penelitian ini bertujuan untuk amobilisasi enzim invertase menggunakan silika gel dan menentukan karakterisasinya, yang meliputi penentuan waktu inlcubasi, pH, dan suhu optimal, serta nilai Vmaks dan KM. Penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari pengaruh stabilitas enzim invertase mobil dan amobil terhadap lama waktu penyimpanan pada suhu tertentu. Subjek penelitian ini adalah enzim invertase, balk dalam bentuk mobil maupun amobil. Variabel yang ditentukan dalam proses amobilisasi enzim invertase meliputi jumlah pengamobil, waktu pengadukan, kecepatan pengadukan, dan konsentrasi optimal. Hasil dari penentuan variabel ini digunakan untuk membuat enzim invertase amobil. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah karakterisasi enaim invertase mobil dan amobil yang meliputi waktu inkubasi, pH, dan suhu optimal, serta nilai Vmaks dan KM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa enzim invertase mobil mempunyai waktu inkubasi optimal 15 menit, pH 4,5, dan suhu 55 °C, serta nilai Vmaks 8,6854 mg/mllmenit dan KM 0,2109 mg/ml. Enzim invertase amobil mempunyai waktu inkubasi optimal 20 menit, pH 4,0, dan suhu 60 °C, serta nilai Vmaks 8,4324 mg/ml/menit dan KM 0,3993 mg/ml. Pengukuran stabilitas enzim invertase pada penelitian menunjukkan adanya penurunan aktivitas enzim invertase, baik yang mobil maupun yang amobil. Namun enzim invertase amobil mempunyai stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan enzim invertase mobil terhadap lama waktu penyimpanannya meskipun mengalami penurunan aktivitas. Selain itu, enzim invertase masih dapat digunakan secara berulang. - Mujiyanto2012-08-10T05:50:46Z2019-01-29T15:50:32Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4000This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40002012-08-10T05:50:46ZPENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN KIMIA TENTANG MATERI PUPUK UNTUK PROGRAM IPAPenelitian ini merupakan penelitian pengernbangan dibidang pendidikan kimia. Tujuan pcnclitian ini adalah mengembangkan buku pengayaan kimia tentang materi pupuk untuk SMA/MA program IPA dan mengetahui kualitas buku pengayaan kimia tentang matei pupuk untuk SMA/MA program IPA yang dinilai oleh lima guru kimia SMA di Yogyakarta.
Model pengembangan yang digunakan adalah model prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif; menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Buku pengayaan yang disusun terdiri dari lima hal yaitu : (1) Unsur Hara Tanaman, (2) Klasifikasi dan Jenis pupuk (3) Pupuk Buatan, (4) Pupuk Alami, dan (5) Cara Pemberian pupuk. Produk awal buku pengayaan ditinjau dan dibcri masukan olch peer reviewer dan ahli mcdia. Kualitas buku pengayaan dinilai oleh reviewer dengan mengisi angket penilaian yang berisi tiga komponen, yaitu komponen kelayakan materi/isi, kornponen penyajian, dan kompanen bahasa dan gambar.
Hasil penelitian pengembangan ini adalah buku pengayaan kimia tentang materi pupuk untuk SMA/MA program IPA. Kualitas huktr pengayaaan berdasarkan pada penilaian lima orang guru kimia SMA dengan skala lima (1, 2, 3, 4, dan 5) terhadap komponen kelayakan materi/isi, komponen kelayakan penyajian, komponen kelayakan bahasa dan gambar memiliki kualitas sangat baik (SB) dengan nilai 4,52; 4,22; dan 4,30. Nilai total yang diperoleh adalah 4, 32, sehingga kualitas secara keseluruhan adalah Sangat Baik (SB).Tuti Purwanti Henni 2012-08-10T05:50:46Z2019-01-29T15:50:37Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4005This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40052012-08-10T05:50:46ZOPTIMASI POTENSIAL DAN KONSENTRASI ADITIF ASETON PADA ELEKTRODEPOSISI ION TEMBAGA (II)Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Yogyakarta, Laboratorium Analisis lnstrumen Universitas Islam Indonesia, dan Laboratorium Kimia-Fisika LIPI Bandung. Tujuan penelitian ini untuk menentukan potensial optimal dan konsentrasi aditif optimal pada proses elektrodeposisi tembaga (II).
Penelitian ini dilakukan dengan metode elektrodeposisi. Elektrodeposisi menggunakan larutan elektrolit CuSO4 sebabai sumber ion tembaga(II), H2SO4 sebagai elektrolit pendukung dan HNO sebagai depolarisator. Lempeng platina digunakan sebagai elektroda (katoda dan anoda) dengan variasi potensial yang dipakai adalah 2, 3, 4, 5, dan 6 volt selama 25 menit. Kondisi potensial optimal digunakan untuk menentukan penambahan konsentrasi aditif aseton optimal dengan variasi konsentrasi aditif aseton 5, 10, 15, 20, dan 25 % v/v. Konsentrasi ion tembaga (II) sisa setelah elektrodeposisi diperoleh menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Data struktur kristal diperoleh dengan menggunakan Difraksi Sinar¬X.
Kesimpulan penelitian ini adalah potensial optimal diperoleh pada potensial 2 volt dan konsentrasi aditif optimal diperoleh pada penambahan aseton dengan konsentrasi 5% v/v. Hasil analisis dengan menggunakan XRD menunjukkan bahwa struktur kristal tembaga hasil elektrodeposisi berbentuk kubik pemusatan muka dengan parameter kisi sebesar 3,608 A.
Kata kunci: elektrodeposisi, tembaga (II), asetonDwi Hermayantiningsih, 2012-08-09T03:42:00Z2019-01-29T15:40:42Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3557This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/35572012-08-09T03:42:00ZSYNTHESIS OF THE COMPOUND OF 4 - (2', 5'-DIMETOKSI PHENYL)-3-BUTEN-2-ON AND ITS POTENTIAL TEST AS A SUNSCREENThis study aims at synthesizing the compound of 4-(2',5'-dimetoksi phenyl)-3-buten-2-on and determining the character, physical properties, and yield of the synthesized compounds as well as the lowest concentration providing ultra protection.
This research was initiated by reacting the compound of 2,5-dimetoksi benzaldehid with acetone. This synthesis used ethanol and aquades as solvents, and NaOH as the base catalyst. Synthesis reaction was carried out by stirring for 3 hours in an ice bath, followed by purification by recrystallization using solvents of ethanol and aquades. The synthesized compound was characterized by TLC, TLC Scanner, IR spectroscopy, UV, and 'H-NMR. Then, the synthesized compound’s potential as a sunscreen was tested.
The results showed that the synthesized compound produced was not the compound of 4-(2',5'-dimetoksi phenyl)-3-buten-2-on, but the compound of 1,5 bis (2', 5'-dimetoksi phenyl)-1,4-pentadien-3-on with a yield of 54% and purity of 97.14%. The synthesized compound was crystal-shaped, yellow, and had a melting point of 102-104°C. The results of the potential test as a sunscreen showed that this compound had compound activity of UV-B sunscreens. The lowest concentration of 1,5-bis(2',5'-dimetoksi phenyl)-1,4-pentadien-3-on providing ultra protection was 30 ppm with an SPF value of 15.346.MAKIN TAMMIM , 2012-08-08T18:00:28Z2012-08-08T18:00:28Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3287This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/32872012-08-08T18:00:28ZEffectiveness of the Implementation of Project-Based Assessment in the Chemistry Teaching towards Critical Thinking Abilities and Chemistry Learning Mastery of High School Students in Sleman
This study aims at determining the effectiveness of the implementation of project-based assessment in the chemistry teaching in high schools (SMA) in Sleman in the terms of student achievements when the chemistry prior knowledge was statistically controlled, SMA students’ learning mastery in Sleman in which the teachings implement the project-based assessment, and profiles of SMA students' critical thinking skills in Sleman in which the teachings use the project-based assessment.
Subjects of the study were students of class XI-IPA of SMA N 1 Sleman and ones of SMA N 1 Kalasan. The objects of the study included students’ learning achievements, learning mastery, and critical thinking abilities. The treatment instrument was in the form of lesson plans consisting of giving project works with the project-based assessment. Instruments that served as the data collection were assessment sheets of critical thinking skills and chemistry learning achievement tests. The data were analyzed using the one-point covariance test (Anakova A) and percentages of descriptive analysis.
Based on research results, the conclusion was that the implementation of project-based assessment in the chemistry teaching at SMA N 1 Sleman was effective in improving students’ learning achievement when chemistry prior knowledge was statistically controlled. At SMA N 1 Kalasan, the implementation of project-based assessment has not been effective in improving students’ learning achievement. Meanwhile, the students’ learning mastery at SMA N 1 Sleman joining the teaching with the implementation of project-based assessment was achieved by 48.27% of the students while at SMA N 1 Kalasan, it was achieved by 90.62% of the students. Profiles of students' critical thinking abilities at SMA N 1 Sleman were 44.83% (good), 41.38% (medium), and 13.79% (less) while at SMA N 1 Kalasan, the profiles were 56.25% (very good), 37.5% (good), and 6.25% (medium).
Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo, 2012-08-08T18:00:28Z2019-01-29T15:37:44Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3336This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/33362012-08-08T18:00:28ZOPTIMIZATION OF SEPARATION CONDITIONS OF COPPER (II)
BY LIQUID MEMBRANE EMULSIONThis study aims at determining optimum conditions of liquid membrane emultion that is the percentages (v/v) of surfactant Span 80, emulsion stirring times, concentrations of HN03 internal water phase and determining the total separation efficiency and liquid membrane emulsion capabilities in separating copper ions (II) in the sample of emulsion.
The research subject was copper ions (II) while the object was the separation efficiency of copper ions (II). The membrane was made by adding HN03 solution in various concentrations of 0.5, 1.0, and 1.5M as the internal water phase using triethylamine into kerosene of 5% and Span 80 in the various percentages (v/v) of surfactant in the membrane of 1, 3, 5, 7, dan 9% as the organic phase. The mixture was stirred at the rapidity of 1200 rpm for 5, 15, and 25 minutes so that the emulsion formed. The membrane phase was contacted with the simulation samples as the external water phase in various concentrations of 100, 300, and 500 ppm with the volume comparison of 1 : 1 and then stirred at the rapidity of 100 rpm for 5 minutes. External water phase and internal water phase of copper (II) were separated from the liquid membrane emulsion. The copper (II) contents in both phases were measured with an Atomic Adsorption Spectophotometer at the wave length of 324.8 nm.
The optimum conditions in the manufacture of liquid membrane emulsion for the copper ions (II) separation were: the surfactant percentage (v/v) in the membrane was 7%, the emulsion stirring time was 5 minutes, and the internal water phase concentration was 1.5 M. The bigger the sample concentrations, the smaller the total efficiency of the liquid membrane emulsion in the copper ions (II) separation. The total efficiency of the copper ions (II) separation in the simulation samples of 100, 300, and 500 ppm were 26.071, 25.494, 20.066%.
Pratiwi Yuniarti 2012-08-08T18:00:27Z2019-01-29T15:35:56Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3245This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/32452012-08-08T18:00:27ZPENGARUH SUHU PROSES TRANSESTERIFIKASI
PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH
DENGAN ADSORBEN ARANG AKTIFPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu proses transesterifikasi pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dengan menggunakan arang aktif sebagai pemucat, dengan karakter biodiesel yang diujikan meliputi massa jenis, viskositas, titik tuang dan titik nyala serta kalor pembakarannya. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia FMIPA UNY, laboratorium Kimia Fisika FMIPA UGM, dan laboratorium Teknologi Minyak Bumi, Gas dan Batubara Teknik Kimia UGM.
Pembuatan biodiesel ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pemurnian dan tahap transesterifikasi. Pemurnian minyak jelantah bertujuan untuk menghilangkan rasa bau dan pengotor serta mengurangi asam lemak bebas dalam minyak jelantah. Tahap pemurnian ini terdiri dari despicing, netralisasi, dan pemucatan. Proses transesterifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak jelantah yang telah dimurnikan dengan sodium metoksida. Suhu proses transesterifikasi divariasikan dengan variasi suhu 30, 40, 65, clan 80oC dengan lama pengadukan 45 menit. Biodiesel yang dihasilkan dianalisis dengan spektrosfotometer FTIR untuk mengetahui gugus fungsionalnya. Kemudian dilakukan uji mengenai massa jenis, viskositas, titik nyala, titik tuang dan kalor pembakaran yang sesuai dengan Standar Mutu Biodiesel Indonesia.
Hasil spektrmn FTIR menunjukkan masing-masing sampel biodiesel mempunyai serapan di daerah 1745 cm-1- 1730 cm-1 (gugus C-O) dan daerah 1300 cm-1 -1000 cm-1 (gugus C-O) yang merupakan gugus fungsi dari ester. Nilai massa jenis, viskositas, titik nyala, dan titik tuang ke-4 biodiesel sesuai dengan Standar Mutu Biodiesel Indonesia berturut-turut: Biodiesel A (866.95±0.75 kg/m3, 5.71925±0.03915 mm/s, 192oC, 9°C. Biodiesel B (865.05 ± 2.15 kg/m, 5.48085 ± 0.00045 mm/s, 192oC, 10.5 ± 1.5°C). Biodiesel C (867.50 ± 0.3 kg/ m3, 5.6025 ± 0.0029 mm/s, 1987E2°C, l2°C). Biodiesel D (868,50 ± 0,3 kg/m3, 5,85815 ± 0,01535 mm/s, 200 ± 4oC, 9°C). Kalor pembakaran biodiesel A, B, C,danD berturut-turut 9.645.73 ± 46.4379, 9.744.53 ± 11.8423, 9.728.51 ± 15.3367, dan 9.744.59±6.7350 kal/gr. Suhu optimum proses transesterifikasi agar dihasilkan jumlah biodiesel yang maksimal adalah 65oC.
Kata kunci : Minyak jelantah, suhu transesterifikasi, biodiesel.Saepudin W., Muhamad 2012-08-08T18:00:27Z2019-01-29T15:36:23Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3258This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/32582012-08-08T18:00:27ZUJI AKTIVITAS ENZIM INVERTASE YANG DIAMOBILKAN
DENGAN KAOLINPenelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu inkubasi optimum, pH optimum, suhu optimum, KM dan Vmaks untuk enzim invertase mobil maupun amobil. Penelitian ini juga bertujuan umuk mempelajari stabilitas enzim invertase mobil dan mobil terhadap lama penyimpananya.
Variabel penelitian ini adalah karakteristik enzim invertase mobil dan amobil yang meliputi waktu inkubasi optimum, pH optimum, suhu optimum, nilai KM dan Vmaks serta stabilitas enzim invertase mobil dan amobil. Instrumen pada penelitian ini adalah spektronik uv-vis. Hasil yang diperoleh berupa nilai absorbansi selanjutnya disubstitusikan ke dalam persamaan kurva regresi larutan standar, dari langkah ini akan diperoleh besarnya konsentrasi. Nilai konsentrasi inilah yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan aktivitas enzim. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan membuat grafik hubungan antara aktivitas enzim dengan variabel penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim invertase mobil mempunyai waktu inkubasi optimum 15 menit; pH optimum 4,0; suhu optimum 50°C; nilai KM 2,399 mg/ml (1,777 x 10-5 mol/L) dan nilai Vmaks 22,22 mg/ml/menit. Enzim invertase amobil mempunyai waktu inkubasi optimum 30 menit; pH optimum 5,5; suhu optimum 45°C; nilai KM 1,81 mg/ml (1,341 x 10-5 mol/L) dan nilai VMaks 10,00 mg/ml/menit. Pengukuran stabilitas enzim invertase mobil dan mobil dilakukan selama 15 hari pada suhu simpan 4°C clan 28°C. Terjadi penurunan aktivitas pada enzim invertase mobil yang disimpan pada suhu 4°C sebesar 22,81% dan penurunan aktivitas sebesar 24,67% yang disimpan.pada suhu kamar (28°C). Enzim invertase amobil terjadi penurunan aktivitas sebesar 9,02% apabila disimpan pada suhu 4°C dan aktivitas turun sebesar 12,25% apabila disimpan pada suhu 28°C (suhu kamar).Liling Watiyasita, 2012-08-08T18:00:27Z2012-08-08T18:00:27Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3260This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/32602012-08-08T18:00:27ZPOLA ADSORPSI ZEOLIT TERHADAP PEWARNA
AZO METIL MERAH DAN METIL JINGGAPenelitian ini bertujuan untuk 1) menentukan pH sistem optimum untuk adsorpsi pewarna azo metil merah dan metil jingga, 2) menentukan waktu adsorpsi optimum untuk adsorpsi zeolit terhadap pewarna azo metil merah dan metil jingga pada kondisi pH optimum dan 3) menentukan pola adsorpsi zeolit terhadap pewarna metil merah maupun metil jingga.
Sebagai subyek penelitian adalah zeolit alam, sedangkan objek penelitian ini adalah daya adsorpsi zeolit terhadap pewarna metil merah (MR) dan metil jingga (MO). Sedangkan variabel bebas adalah pH, waktu adsorpsi dan konsentrasi pewarna, Optimasi rasio massa adsorben dan adsorbat dilakukan dengan menambahkan pada 50 mL larutan pewarna metil merah sejumlah tertentu zeolit, tanpa pengaturan pH. Optimasi pH dilakukan pada kondisi massa optimum dengan waktu adsorpsi 24 jam dan konsentrasi pewarna 20 ppm. Waktu adsorpsi ditentukan pada kondisi massa dan pH optimum, sedangkan variasi konsentrasi dilakukan pada kondisi massa, pH dan waktu optimum. Daya adsorpsi ditentukan dengan membandingkan konsentrasi pewarna sebelum dan sesudah adsorpsi. Konsentrasi pewarna dilakukan menggunakan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang maksimumnya. Karakterisasi zeolit ditentukan secara FTIR.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 1) hasil optimasi pH pada adsorpsi zeolit terhadap pewarna metil merah maupun metil jingga didapatkan pH optimum adalah 2, 2) waktu optimum untuk adsorpsi adsorpsi zeolit terhadap pewarna metil merah maupun metil jingga adalah sama yaitu 60 menit dan 3) Adsorpsi zeolit terhadap pewarna metil merah mengikuti pola isoterm Freundlich.
Kata kunci : Adsorpsi, Zeolit, pewarna Azo Endang Widjajanti, Tutik P., Regina M. Pranjoto Utomo, 2012-08-08T18:00:26Z2019-01-29T15:35:53Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3243This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/32432012-08-08T18:00:26ZPENGARUH HIDROKSIIASI SECARA OKSIDASI PADA ASAM LEMAK MINYAK JELANTAH TERHADAP KEKERASAN POLIURETANPenelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan karakter asam lemak minyak jelantah teradsorpsi sebelum dan sesudah hidroksilasi secara oksidasi, (2) mensintesis poliuretan dari asam lemak minyak jelantah dengan MDI, (3) mempelajari pengaruh penggunaan PEG400 pada sintesis poliuretan, (4) menentukan karakter poliuretan hasil sintesis dari asam lemak terhidroksilasi secara oksidasi dan MDI (5) mempelajari pengaruh hidroksilasi secara oksidasi pada asam lemak minyak jelantah teradsorpsi terhadap kekerasan poliuretan, dan (6) menentukan adanya ikatan silang pada poliuretan hasil sintesis dengan cara uji penggembungan.
Asam lemak yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari minyak jelantah tcradsorpsi. Proses oksidasi asam lemak dilakukan menggunakan larutan KMnOa dengan konsentrasi 15%(m/v). Karakterisasi asam lemak sebelum dan sesudah oksidasi dilakukan antara lain: (1) penentuan massa jenis, (2) bilangan hidroksil, dan (3) analisis gugus fungsi dengan spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR). Poliuretan disintesis dari bahan dasar asam lemak¬ MDI, asam lemak oksidasi-MDI, asam lemak-PEG400-MDI, dan asam lemak oksidasi-PEG400-MDI. Pengaruh hidroksilasi secara oksidasi terhadap kekerasan poliuretan dipelajari melalui uji sifat mekanik dengan mengukur kekerasan poliuretan. Poliuretan hasil sintesis juga dikarakterisasi gugus fungsinya dengan spektrofotometer FTIR dan ikatan silang melalui uji derajat penggembungan.
Karakter asam lemak setelah proses oksidasi yaitu mengalami kenaikan hilangan hidroksil dan massa jenis. Poliuretan dapat disintesis dari asam lemak minyak .jelantah dengan MDI. penggunaan PEG400 pada sintesis poliuretan dapat memperbaiki kerapuhan poliuretan hasil sintesis. Derajat penggembungan poliuretan dari asam lernak teroksidasi-MDI adalah 3.12% dan memiliki kekerasan sebesar 90.80 Shore A. Penggunaan asam lemak hasil oksidasi menyebabkan penurunan kekerasan poliuretan hasil sintesis. Poliuretan hasil sintesis dari asam lemak-MDl memiliki kekerasan paling tinggi yaitu 92.80 Shore A. Poliuretan hasil sintesis menunjukkan derajat penggembungan bernilai positif yang berarti hahwa poliuretan memiliki ikatan silang.Deshinta Anggun Puspitasari2012-08-08T18:00:26Z2019-01-29T15:39:50Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3455This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/34552012-08-08T18:00:26ZThe Determination of Rare Soil Metals in Thorium Concentrate
Using Emission Spectrograph MethodThis study aims at determining the optimum condition of excitation periods, currents, and electrode distances in the determination of rare soil metals of cerium (Cc), lanthanum (La), yttrium (Y), and neodymium (Nd) in the thorium concentrate of monazite sand processing results using Emission Spectrograph method and determining concentrations of rare soil metals of cerium (Cc), lanthanum (La), yttrium (Y), and neodymium (Nd) in the thorium concentrate of monazite sand processing results with optimum operation conditions.
The research subject was the thorium concentrate of monazite soil proccessing results. The research object was the determination of rare soil metals (Y, La, Cc, and Nd) in the thorium concentrate. Qualitative and quantitative analyses were done using industrial spec synteshis standards. The sample analysis was done in the form of solution concentrated into pure graphite electrodes by using Emission Spectrograph as the analysis tool and Spark-Arc as the excitation source. This study was begun by determining the optimum operation condition by variation of times: 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 seconds; variation of currents: 6, 7, 8, 9, 10, 11 Ampere; and electrode distances of l, 2, 3, 4, 5 mm.
The research results showed that the optimum condition of the excitation time was 35 seconds, the optimum condition of the current was 10 ampere, and the optimum condition of the electrode distance was 5 mm. The results of the element anlyses of Y, La, Cc, and Nd in Sample 1, 2, and 3 were Y = (7633,99 f 699,27) pg/mL, (7630,06 ± 165,56) pg/mL, and (6932,03 ± 165,52) yg/mL; La = (1696,08 ± 242,31) yg/mL, (1624,32 ± 99,29) pg/mL, and (1599,22 ± 169,21) pg/mL; Cc = (11375,57 f 295,91) pghnL, (11390,87 ± 769,80) pg/mL, and (8806,39 ± 236,72) pg/mL; and Nd = (8369,53 ± 600,86) Itg/mL, (8387,88 f 244,48) pg/ml, and (7000,00 ± 332,20) pg/ml.
Key words : thorium concentrate, Emission Spectograph, rare soil metalsDwiwahyu Ratnasari Essye 2012-08-08T18:00:25Z2019-01-29T15:38:48Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3397This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/33972012-08-08T18:00:25ZBIODEGRADASI POLIURETAN HASIL SINTESIS DARI MINYAK KEDELAI, POLIOKSIETILEN GLIKOL MASSA MOLEKUL 400 (PEG400) YANG DIREAKSIKAN DENGAN METILEN-4,4’-DIFENILDIISOSIANAT (MDI)Tujuan dari penelitian ini untuk: (1) mempelajari perubahan karakter minyak kedelai sesudah proses oksidasi dengan larutan KMnO4 30% (m/v), (2) mensintesis poliuretan dari minyak kedelai sebelum dan sesudah dioksidasi, PEG400 dan MDI serta menentukan keberadaan ikatan silang dalam poliuretan hasil sintesis dari minyak kedelai sebelum dan sesudah dioksidasi, PEG400, dan MDI, (3) mempelajari pengaruh lama inkubasi terhadap degradabilitas poliuretan sesudah dibiodegradasi, (4) menentukan kristalinitas poliuretan sebelum dan sesudah biodegradasi. Poliuretan disintesis dari minyak kedelai (Soybean Oil/ SBO) dan minyak kedelai teroksidasi (Oxydated Soybean Oil/ OSBO) dengan PEG400 dan MDI pada temperatur kamar diikuti proses curing selama 10 jam pada temperatur 70 0C, dan dilanjutkan pada temperatur 100 0C selama 3 jam. Sintesis dilakukan dengan komposisi perbandingan massa SBO/ OSBO : PEG400 : MDI = 1 : 2 : 3. Biodegradasi poliuretan dilakukan dengan mengunakan mikroorganisme berasal dari lumpur aktif dalam media malka padat dengan temperatur inkubasi 37 0C. Variasi waktu inkubasi berturut-turut adalah 5, 10, 15. 20, 25, dan 30 hari, dengan penggantian media setiap 5 hari. Karakterisasi poliuretan meliputi penentuan (1) gugus fungsi dengan FTIR, (2) keberadaan ikatan silang melalui uji derajat penggembungan, (3) kehilangan massa setelah dibiodegradasi, (4) laju kehilangan massa, dan (5) derajat kristalinitas dengan mengunakan X-Ray Diffraction (XRD). Hasil oksidasi minyak kedelai meningkatkan intensitas serapan gugus -OH, bilangan hidroksil, massa jenis, titik leleh dan titik didih, sedangkan indeks bias mengalami penurunan. Poliuretan hasil sintesis memiliki serapan khas gugus uretan dan ikatan silang. Poliuretan dari OSBO-PEG400-MDI memiliki ikatan silang lebih banyak. Dengan meningkatnya lama inkubasi terjadi penurunan laju kehilangan massa dan laju paling tinggi pada hari ke-5 inkubasi. Spektrum FTIR poliuretan setelah biodegradasi menunjukkan hilangnya puncak khas gugus uretan dari poliuretan. Hasil penentuan kehilangan massa menunjukkan poliuretan dari SBO-PEG400-MDI memiliki total kehilangan massa paling tinggi. Hasil XRD menunjukkan bahwa biodegradasi menurunkan derajat kristalinitas poliuretan.
Kata kunci: biodegradasi, kehilangan massa, kristalinitas, poliuretan.
FMIPA, 2008 (PEND. KIMIA)Rohaeti, Dr Eli 2012-08-08T18:00:25Z2019-01-29T15:38:50Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3400This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/34002012-08-08T18:00:25ZPENGARUH POLIOKSIETILEN GLIKOL MASSA MOLEKUL 1000 (PEG1000) TERHADAP SIFAT TERMAL POLIURETAN HASIL SINTESISPenelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh variasi komposisi minyak kedelai teroksidasi dan PEG1000 terhadap sifat termal poliuretan hasil sintesis. Isolasi minyak kedelai/soybean oil (SBO) dari biji kedelai putih dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksana teknis. Oksidasi minyak kedelai hasil maserasi menggunakan larutan KMnO4 20% (m/v). Minyak kedelai teroksidasi/oxydated soybean oil (OSBO) ini digunakan sebagai sumber poliol dalam sintesis poliuretan. Selanjutnya proses sintesis poliuretan dari OSBO, zat pemlastis berupa PEG1000 dan metilen-4,4’-difenildiisosianat (MDI) dengan metode satu tahap. Variasi komposisi OSBO, PEG1000 dan MDI berturut-turut adalah 40/0/60, 30/10/60, 20/20/60, dan 10/30/60 (% m/m). Karakter poliuretan hasil sintesis ditentukan melalui analisis gugus fungsi, analisis sifat termal dan penentuan keberadaan ikatan silang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maserasi minyak kedelai dari biji kedelai putih menghasilkan rendemen sebesar 9,5% (m/m). Absorbansi gugus OH, bilangan hidroksil, massa jenis, indeks bias serta titik leleh dan titik didih OSBO lebih besar daripada SBO. Derajat penggembungan semua poliuretan bernilai positif, artinya semua poliuretan hasil sintesis memiliki ikatan silang dalam strukturnya. Semakin banyak pemlastis (PEG1000) dalam sintesis poliuretan, maka temperatur transisi gelasnya semakin rendah dan temperatur dekomposisinya semakin tinggi.
Kata kunci: minyak kedelai, PEG1000, poliuretan, temperatur dekomposisi, transisi gelas.
FMIPA, 2007 (PEND. KIMIA)Rohaeti, Dr. Eli 2012-08-08T18:00:25Z2012-08-08T18:00:25Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3420This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/34202012-08-08T18:00:25ZKOADSORPSI Cr-Fe OLEH KITOSANPenelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan adsorpsi kitosan terhadap ion Cr(III) dan Fe(III) secara simultan pada berbagai variasi konsentrasi.
Sebagai subyek penelitian adalah kitosan yang diisolasi dari cangkang kepiting dan dibuat melalui tiga tahap yakni tahap deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Sebagai obyek penelitian adalah daya adsorpsi kitosan terhadap ion logam Cr(III) dan Fe(III), baik untuk masing- masing ion maupun secara simultan. Proses adsorpsi menggunakan sistem batch dilakukan selama 24 jam pada suhu kamar pada kondisi pH sistem optimum dengan perbandingan adsorben- adsorbat 1:100(b/v) pada konsentrasi 100 ppm hingga 1000 ppm. Daya adsorpsi kitosan merupakan perbandingan antara banyaknya ion logam yang teradsorpsi per gram kitosan, konsentrasi adsorbat ditentukan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kemampuan adsorpsi kitosan terhadap Fe (III) lebih kuat dibandingkan terhadap Cr (III) baik pada adsorpsi tunggal maupun adsorpsi simultan, dan prosesnya tergolong sebagai koadsorpsi.
Kata kunci: kitosan, koadsorpsi
FMIPA, 2007 (PEND. KIMIA)Widjajanti Laksono, M.Si. Endang 2012-08-08T18:00:25Z2012-08-08T18:00:25Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3430This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/34302012-08-08T18:00:25ZPENGEMBANGAN MEDIA BELAJAR KIMIA BERBANTUAN KOMPUTER PADA MATA KULIAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN MANDIRIPraktikum Kimia Dasar merupakan mata kuliah yang ditempuh semua mahasiswa FMIPA UNY pada tahun pertama. Mata kuliah ini menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran menggunakan alat dan bahan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan gejala alam yang dapat diamati dengan tujuan tertentu. Akan tetapi metode ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu memerlukan banyak biaya (untuk alat dan bahan kimia) serta memerlukan banyak waktu. Untuk mengatasi kelemahan tersebut digunakan ternik eksperimen dengan bantuan simulasi program komputer.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan model media pembelajaran dengan subjek penelitian adalah media pembelajaran berbantuan komputer pada mata kuliah Praktikum Kimia Dasar dan objek penelitian ini adalah kualitas media pembelajaran. Kualitas media pembelajaran berbantuan komputer dilihat dari kemudahan navigasi, pengetahuan dan presentasi informasi, integrasi media, estetika dan fungsi media secara keseluruhan.
Media pembelajaran berbantuan komputer dibuat dengan Macromedia Director MX sebagai software utama dan terdiri dari 10 modul praktikum, yaitu ciri khas reaksi kimia, penentuan rumus senyawa, analisis gas, entropi sistem, sifat keelektronegatifan unsur, sifat koligatif larutan, reaksi reduksi oksidasi, valensi unsur-unsur, larutan elektrolit dan titrasi asam basa. Berdasarkan hasil penilaian mahasiswa Pendidikan Kimia NR angkatan 2003/2004, media pembelajaran berbantuan komputer berkualitas sangat baik dengan rincian variabel kemudahan navigasi media sangat baik, pengetahuan dan presentasi informasi dari media baik, integrasi media baik, estetika media baik dan fungsi media secara keseluruhan juga baik.
Kata kunci: media pembelajaran berbantuan komputer, praktikum kimia dasar, eksperimen, macromedia director
FMIPA, 2007 (PEND. KIMIA)Priyambodo , M.Si. Erfan 2012-08-08T18:00:25Z2019-01-29T15:39:25Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3441This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/34412012-08-08T18:00:25ZDEVELOPMENT OF AN AUDIO-VISUAL MEDIUM
ON "HOUSEHOLD CHEMICALS" FOR SMP OF GRADE VIIIThis research is a development research of instructional media in the field of chemistry education. The purpose of this development research is to develop an audio-visual medium on “household chemicals” for junior high schools (SMP) of grade VIII and to know the quality of the audio-visual medium that has met the criteria of media quality which has been determined.
Development of the audio-visual medium was guided by the two consultants and gained inputs from media experts and peer reviewers. The research instrument was in the forms of questionnaires which contained certain aspects and criteria. The assessments were performed by 5 science teachers of public junior high schools (SMPN) in the area of Temanggung. The assessments conducted include five assessment aspects with 25 indicators. The assessment results were in qualitative data converted into quantitative data. Quantitative data were tabulated and analyzed with guidance of ideal assessment category criteria to determine the quality of the audio-visual medium.
This research product was in the forms of an audio-visual medium which consisted of an audio-visual medium CD on “household chemicals”. The medium components comprised instructions for using the audio-visual medium, standards of competence and basic competence, materials, experiments, evaluation, and profile. Based on the assessments of the science teachers, the audio-visual medium had a quality Very Good (SB) with an average score of 104.4 in a score range from 100.06 to 125. Therefore, the audio-visual medium can be used as an independent instructional medium for SMP students of grade VIII.Kusuma Sagitadini Ermita 2012-08-07T23:58:27Z2019-01-29T15:32:02Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3121This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/31212012-08-07T23:58:27ZDEVELOPMENT ON A MULTIMEDIA-BASED CHEMISTRY CONCEPT INVENTORY TEST AS AN INSTRUMENT OF THE IDENTIFICATION OF MISCONCEPTIONS OF ORGANIC COMPOUNDS AND MACROMOLECULThis research was research and development (R&D) of assessment instruments in the field of chemistry education. The purpose of this development research was to produce an interactive CD containing a standardized multimedia-based Chemistry Concept Inventory (CCI) test and to know the quality of CCI test developed to identify misconceptions of senior high schools (SMA/MA) students based on the assessments of high-school chemistry teachers of SMA/MA.
The development on the multimedia-based CCI test on the lesson subject of organic compounds and macromolecules was guided by the two consultants and got input from media experts and peer reviews. The research instrument was in the form of questionnaires which contained aspects and criteria to assess the quality of the resulting CCI test. Assessments were performed by five chemistry teachers of SMA/MA teaching both public and private schools in Yogyakarta area. The assessments were conducted on the six assessment aspects of the aspect of the concept’ truth, breadth and depth, the aspect of languages used, feasibility aspects, the visual display aspect, the audio display aspect, and the aspect of ease of use. The results of the assessments were in qualitative data converted into quantitative data, then tabulated and analyzed with the criteria guidance of ideal assessing categories to determine the quality of the multimedia-based CCI test.
This research product was in the form of a multimedia-based CCI test on the lesson subject of organic compounds and macromolecular stored in CD. This multimedia-based CCI test consisted of 2 components, namely item components and discussion components. Based on the assessments of the five chemistry teachers of SMA/ MA, the multimedia-based CCI test that was developed had very good quality (SB) for the item component with an average score of 118.8 above the ideal score of 116. Meanwhile, the discussion component had a quality very good (SB) with an average score of 41.4 above the ideal score of 40. Therefore, the multimedia-based CCI test could be used as an instrument in the identification of misconceptions for SMA / MA students.Septal Arista Dian2012-08-07T23:58:24Z2012-08-07T23:58:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3164This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/31642012-08-07T23:58:24ZDETERMINATION OF POLYPHENOL IN HIBISCUS ROSA SINENSIS FLOWER AS ANTI FREE RADICAL IN BODYThe aims of this research were determining polyphenol amount in tea from Hibiscus rosa sinensis flowers made by heating in oven and heating in a hot plate and also determining the comparation between polyphenol amount from Hibiscus rosa sinensis flower, tea leaf, and rosella flower.
This research was designed as experimental research with 3 samples and 1 variable. Samples were fresh Hibiscus rosa sinensis flower and tea from this flower made by heating in oven and heating in a hot plate. The variable was polyphenol amount in tea made from Hibiscus rosa sinensis flower. The samples were Hibiscus rosa sinensis flowers that had red and orange single sepal. These samples were put from a gate at Gadjah Mada University. They were taken by purpossive random sampling with criteria i.e. the flowers were fresh and not influenced by any diseasses. Qualitative and quantitative analyses were done together by adding Folin-Ciocalteau reagent in fresh Hibiscus rosa sinensis flower sepal. The quantitatif analysis result showed the polyphenol amount in red Hibiscus rosa sinensis flowers and orange Hibiscus rosa sinensis flowers in a fresh condition and also in the tea made by heating in oven and heating in a hot plate. The quantitative analysis was also done in tea made from rosella flowers found in a market to compare the polyphenol ammount in that tea and that from Hibiscus rosa sinensis flowers. The results showed that polyphenol amount in red Hibiscus rosa sinensis flowers made by heating in oven and heating in a hot plate were 1,27% and 1%. Polyphenol amount in orange Hibiscus rosa sinensis flower made by heating in oven and heating in a hot plate were 1,2% and 0,72%. The comparation between tea from red and orange Hibiscus rosa sinensis made by heating in oven (1,27% and 1,20%) and heating in a hot plate (1% and 0,72%) relatively same as common tea (1,46%) and Rosella tea(1,22%)
This research shows that tea made from Hibiscus rosa sinensis flowers can be one of good home industries because it is easy to make, it does not require tools, ingredients, and also specific land to plant. The nutrition composition of tea from Hibiscus rosa sinensis flower fits and matches with our body need.
Key words : tea, Hibiscus rosa sinensis flower, polyphenol, free radicalSalirawati Dr. Das Sulistyowati, Apt, M.S, Eddy Wiyarsi, M.Sc., Antuni 2012-08-07T03:36:52Z2019-01-29T15:26:26Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3031This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/30312012-08-07T03:36:52ZPENGEMBANGAN MEDIA BERBANTUAN KOMPUTER
"ATOM, ION DAN MOLEKUL" UNTUK SMP/MTs KELAS VIIIPenelitian ini merupakan suatu penelitian pengembangan media berbantuan komputer dalam pendidikan kimia. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan media berbantuan komputer tentang Atom, Ion dan Molekul untuk SMP/MTs kelas VIII dan untuk mengetahui kualitas media berbantuan komputer yang memenuhi kriteria kualitas media yang telah ditentukan.
Pengembangan media berbantuan komputer ini dibimbing oleh dosen pembimbing, juga mendapat masukan dari ahli media dan teman sejawat. Instrumen penelitian ini berupa kuisioner yang terdiri dari aspek-aspek dan kriteria tertentu. Media berbantuan komputer ini dinilai oleh lima guru IPA SMP/MTs di kota Yogyakarta. Penilaian meliputi 5 aspek dan 21 indikator. Hasil penilaian berupa data kualitatif yang diubah menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif ini ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan kriteria kategori penilaian ideal untuk menentukan kualitas media berbantuan komputer tersebut.
Produk penelitian ini berupa media berbantuan komputer dalam bentuk Compact Disk (CD) tentang Atom, Ion dan Molekul. Berdasarkan penilaian lima guru IPA SMP/MTs, media berbantuan komputer tentang Atom, Ion, dan Molekul mempunyai kualitas Sangat Balk (SB), dengan skor rata-rata 91,0 dan persentase ideal sebesar 86,67%. Oleh karena itu, media berbantuan komputer ini dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri untuk peserta didik SMP/MTs Kelas VIII.Husnul Khotimah2012-08-07T03:36:51Z2012-08-07T03:36:51Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3053This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/30532012-08-07T03:36:51ZMOLECULAR DYNAMICS SIMULATIONS OF RU (II) IN WATER INCLUDING THREE-BODY CORRECTIONIn order to describe the cobalt-water interaction correctly, a new ab ibitio potential was developed consisting of pair interaction terms as well as three-body contributions. Within this approach, it was possible to correct for the well-known failures of pair potentials in describing solvation phenomena of such ions. A first-shell coordination number of 6 in agreement with experimental data were obtained from Molecular Dynamics simulations of a single ruthenium (II) ion in water. The structure of hydrated ion is discussed in terms of radial density functions and coordination number, energy and angular distributions.
FMIPA, 2007 (PEND. KIMIA)Kusumawardani, M.Si Kusumawardani, M.Si2012-08-07T03:36:51Z2019-01-29T15:27:58Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3077This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/30772012-08-07T03:36:51ZEffects of Transesterification Process Times in the Biodiesel Production
of Used Cooking Oil Using the Adsorbent of Activated Charcoal This study aims at determining effects of transesterification process times in the biodiesel production of used cooking oil bleached using activated charcoal and determining characters of the biodiesel based on SNI specifications namely density, viscosity, pour point, flash point, and heat of combustion.
Biodiesel production of used cooking oil was done through two stages. The first stage was the purification process that aimed at reducing total fatty acids in the oil. Purification process consisted of three stages, namely despicing or flavour omission, neutralization using NaOH solution of 16%, and bleaching using activated charcoal. The second phase was the process of transesterification. Transesterification process was reaction between purified oil and methanol with the ratio of oil volume: methanol volume of 5:1 using NaOH catalyst. The process was conducted by using time variations of 30, 45, 50, 65 minutes; and then, biodiesels produced were called biodiesel A, biodiesel B, biodiesel C, and biodiesel D. Density, viscosity, pour point, flash point, and the calorific value of combustion of biodiesel A, B, C, and D gained were tested based on SNI. Then, they were analyzed using FTIR spectrophotometer.
Analysis of FTIR spectra in each biodiesel showed a typical peak for Group C-O ester appeared (1750-1740 cm-1), C-O ester (1300-1000 cm-1) and C-H aliphatic (3006-2850 cm-1). The test results of biodiesel A, B, C, and D showed values in accordance with the provisions of SNI. Therefore, the transesterification process times did not affect density, pour point, flash point, and the combustion heat, however, they affected viscosity.
Keywords: used cooking oil, transesterification times, biodiesel
Atika Umi2012-08-07T01:44:58Z2012-08-07T01:44:58Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2755This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27552012-08-07T01:44:58ZSURVEY OF VIOLENCE IN HOUSEHOLD ACT FOR CAREER WOMENS IN DIYThis research aims to know the percentage of career womans in DIY who experienced violence in household. The violence saw from four gender of Violence in Household and ages of married.
This research is designed in descriptive experimental with survey method. Variables of this research is violence in household for career womens as teahers or lecturer from five area in DIY. The population is the whole of career womens as teahers or lecturer from five area in DIY. The samples take with area purpossive sampling that is 40 career womans every area. Questionnaire as experimental instrument is maked based on the law of the Elimination of Violence in Household Act No. 23, 2004, so fill of logic validity. There is contain four gender of violence in household i.e physical, psychological, sexual and economic violence. Every item of Questionnaire contains five alternatif response i.e no ever (TP), rare (J), sometime (K), often (S) and very often (SS). The score of violence in household Act are added appropriate with gender of violence in household and convert to percentage. Percentage of career womans in DIY that experience violence in household sew from physical, psychological, sexual and economic violence in succession are 20.462%, 21.415%, 21.127%, and 21.283%. Entirely, rate of percentage for all gender of violence in household is 21.072% that included in low criteria. The percentage of career womans in DIY that experience of violence in household for ages of married 1 -5 years, 5.1- 10 years,10.1 – 15 years and > 15 years in succession are 21.544%, 20.828%, 21.435%, and 21.223%. all the result is included in low criteria.
This research is indicated that violence in household is experienced by few of career woman as teacher or lecturer. Continued research about career womans who divorced is necessary as the serious meaning from the result of this research. So, would be getting important information and can used to plan activity that helped the women have problem of violence in household. Finally, the rate of divorce can be reduce slowly.Wiyarsi, M.Sc., Antunilemlituny@yahoo.com2012-08-07T01:44:58Z2012-08-07T01:44:58Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2819This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/28192012-08-07T01:44:58ZEffectiveness of Acid & Base Catalists on the Synthesis of 2-Hidroksikalkon, a Potential Compound of PigmentThis study aims at comparing the effectiveness of acid and base catalysts in the synthesis of 2-hidroksikalkon. The synthesis of 2-hidroksikalkon using the acid catalyst was by enol reaction mechanism. Meanwhile, if the base catalyst is used, it will be through the mechanism of enolate. The basic ingredients used are asetofenon and 2-hidroksibenzaldehida.
The research was begun by a cross-aldol condensation between asetofenon and 2- hidroksibenzaldehida to form 2-hidroksikalkon using the acid catalyst of hydrochloric. Next, the condensation of these compounds were purified and characterized using TLC, TLC scanners, FTIR and NMR. The two-phase research was conducted in the same way but the acid catalyst was replaced with the sodium hydroxide catalyst. Then, the synthesis results were compared to determine a more effective catalyst.
The results showed that the synthesis with the acid catalyst did not get the 2-hidroksikalkon, whereas with the base catalyst, it successfully obtained the 2-hidroksikalkon shaped orange crystals with the melting point of 148oC, 31.22% yield, and 64% purity. It could be concluded that it was more effective to use the base catalyst in the synthesis of 2-hidroksikalkon with the basic materials of asetofenon and 2-hidroksibenzaldehida than using the acid catalyst.C BudimarwantiSri Handayani2012-08-07T01:44:58Z2012-08-07T01:44:58Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2828This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/28282012-08-07T01:44:58ZPENGEMBANGAN ELEKTRODA NANOSTRUKTUR SEMIKONDUKTOR ANORGANIK UNTUK APLIKASI SEL SURYA HYBRID SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER ENERGI TERBARUKANPenemuan teknologi sumber energi alternatif yang dapat diperbarui merupakan hal penting yang harus di lakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosiJ. Sinar matahari merupakan salah satu alternatif sumber energi yang paling menjanjikan terkait dengan ketersediaannya serta bersih dan ramah terhadap Iingkungan. Beberapa teknik sedang dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi matahari dengan memperhitungkan aspek ekonominya. Salah satu teknik yang dikembangkan antara lain teknologi sel surya (fotovoltaik) yang memiliki kemampuan secara langsung mengkonversi sinar matahari menjadi tenaga listrik. Penemuan dye-sensitized sofar cells/DSSC berbasis nanokristalin titanium dioksida (Ti02) memberikan terobosan yang sangat menjanjikan di bidang sel surya karena tingginya efisiensi konversi yang dihasilkan dan murahnya biaya produksi. i\lasalah yang sering timbul pada sistem ini berkaitan dengan kestabilan termal dan fotodegradasi dye dan elektrolit yang berbentuk cair. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan efisiensi dan kestabilan DSSC dengan melakukan modifikasi hybrid material organik dan anorganik.
Penelitian tahun kedua ini ini bertujuan untuk mempelajari dan mengembangkan metode sintesis nanopartikel semikonduktor TiO~ yang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk aplikasi sel surya hybrid. Semikonduktor Ti02 dipreparasi dengan metode hidrotermal menggunakan Titanium Tetra Isopropoksida sebagai prekursor logam dan doclesilamin sebagai templat. Beberapa parameter sintesis untuk masing masing metode dipelajari untuk Il1cngetahui pengaruhnya terhadap porositas dan kristalinitas material semikonduktor yang dihasilkan. Parameter sintesis yang mempengaruhi kristalinitas dan porositas Ti02 hasil sintesis antara lain waktu hidrotermal pembentukan prekursor anatase, temperatur hidrotermal, kondisi keasaman dan konsentrasi surfaktan. Karaktersisasi material Ti02 hasil sintesis menunjukkan bahwa Ti02 mesopori yang disintesis dengan metode hidrotermal memiliki karakterisasi yang lebih sesuai untuk aplikasi sel surya dibandingkan hasil metodc sol gel yang dilakukan pada tahun pertama. Studi awal tentang penggunaan elektrolit gel berbasis poli-vinil-piridin (ryp) menunjukkan peningkatan etisiensi dan kestabilan sel surya. Kusumawardani, M.Si. Cahyorinilemlituny@yahoo.com2012-08-07T01:44:58Z2019-01-29T15:24:25Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2917This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/29172012-08-07T01:44:58ZA STUDY ON CHARACTERIZATION OF HUMAN URINE AMYLASE ENZYME ON STARCHThe research aims at identifying amylase enzyme activities in human urine, determining the amounts of the activities with pure a-amylase enzyme as a comparison, and determining whether there was any difference between urine amylase enzyme and pure a-amylase enzyme.
The research subject was potato starch and the objects were human urine amylase enzyme activity and pure a-amylase enzyme described as glucose levels of the hydrolysis of potato starch. Determination of amylase enzyme activities was done through two steps. The first step was a qualitative test of the amylase enzyme using Wohlgemuth method and the qualitative glucose test using Molish test and Benedict test. The second step was determining the optimum condition of the urine amylase enzyme activities and a-amylase pure enzyme activities involving determining the incubation time, pH, and the optimal temperature and determining the activities on substrate concentration variations of 0.25 % (w /v), 0.50 % (w /v), 0.75 % (w /v), 1 % (w /v), 1.50 % (w /v), and 2 % (w /v).
The results showed that there were human urine amylase enzyme activities on potato starch using pure a-amylase enzyme as a comparison. The amounts of pure a-amylase enzyme activities on the variation of substrate concentrations of 0.25 %, 0.50 %, 0.75 %, 1 %, 1.50 %, and 2 % (w/v) amounted to 1.823 x 10', 1.883 x 10', 1.928 x 10', 1.98 x 10', 2.25 x 10', and 2.233 x 10' mg/ml.minute while the amounts of urine amylase enzyme activities were l.853 x 10', 2.148 x 10', 2.21 x 10', 2.493 x 10', 2.57 x 10', and 2.788 x 10' mg/ml.minute. The results also showed that there were differences in human urine amylase enzyme and pure a-amylase enzyme activities. Budiati Desti2012-08-07T01:44:54Z2019-01-29T15:06:23Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2760This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27602012-08-07T01:44:54ZEFISIENSI BIOSORPSI ION KROM(VI) OLEH MIKROORGANISME EUKARIOT RAGI YARROWIA LIPOLYTICA PADA VARIASI pH MEDIA DAN SUHU INKUBASIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ion Cr (VI) terhadap pertumbuhan ragi Y. lipolyticu, pH media dan suhu inkubasi terhadap efisiensi biosorpsi ion Cr (VI) oleh ragi Y. lipolytica. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Mikrobiologi.
Subjek dari penelitian ini adalah ragi Y. lipolytica dan objek dari penelitian ini adalah efisiensi biosorpsi ragi Y. lipolyticu terhadap ion Cr (VI). Proses biosorpsi dilakukan secara bertahap untuk mengetahui kondisi ontimum proses biosorpsi. Pengamatan terhadap proses biosorpsi meliputi : (1) Pengukuran terhadap profil pertumbuhan ragi Y. lipolylica pada rentang waktu 0, 2, 4, 6, 8, 16, 24 dan 48 jam, (2) Pengukuran terhadap pertumbuhan ragi Y. lipolylica dengan variasi konsentrasi ion Cr (VI) 0, 25, 50, 75, 100, 125, 150, 175 dan 200 ppm, (3) Pengukuran terhadap pertumbuhan ragi Y. lipolylica dengan variasi pH media 4, 5, 7 dan 9, (4) Pengukuran terhadap pertumbuhan ragi Y. lipolytica dengan variasi suhu inkubasi 25, 30, 35 dan 40°C. Karakterisai sampel dilakukan dengan menggunakan Spectronic 20 dan Spektrofotometer Serapan Atom.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi ion Cr (VI) berpengaruh terhadap pertumbuhan ragi Y. lipolylica dengan konsentrasi optimum 50 ppm. Pada pH 4 ragi Y. lipolytica menunjukkan efisiensi biosorpsi optimum yaitu sebesar 74,481%. Pada suhu inkubasi 25°C menunjukkan efisiensi penyerapan optimum yaitu sebesar 68,953%. Semakin tinggi efisiensi biosorpsinya maka pertumbuhan ragi Y. lipolylica semakin meningkat.
Kata kunci : Biosorpsi, Ragi Y. lipolytica, Cr (VI), konsentrasi, pH media dan suhu inkubasi.Tresia Aprianti2012-08-07T01:44:54Z2019-01-29T15:07:11Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2784This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27842012-08-07T01:44:54ZPENAMBAHAN KONSENTRASI GLUKOSA DAN VARIASI KONSENTRASI STARTER (Lactabacillus Casei) DALAM PEMBUATAN YAKULT BIJI KECIPIR (Psophocarous tatragonolbus)Yakult merupakan salah satu minuman susu asam yang dibuat melalui proses fermentasi oleh bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus casei. Selain susu sapi, yakult dapat juga dibuat dari bahan dasar nabati seperti kedelai, kacang hijau dan kecipir.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat yakult dari bahan dasar biji kecipir serta mengetahui pengaruh penambahan variasi konsentarsi glukosa dan variasi konsentrasi starter Lactobacillus casei terhadap kadar protein dan keasaman yakult biji kecipir yang dihasilkan.
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah metode percobaan dengan rancangan faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan tiga kali pengulangan, (Ian disusun dalam rancangan acak lengkap. Faktor pertama adalah variasi konsentrasi glukosa yaitu 0, 2, 4 dan 6%. Faktor kedua adalah variasi konsentrasi starter yaitu ",99, 2,91 dan 4,76%. Terdapat 12 kombinasi perlakuan. Kadar protein yang dihasilkan, ditentukan dengan metode Lowry, sedangkan keasaman ditentukan dengan titrasi menggunakan NaOH standar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi glukosa dan variasi konsentrasi starter Lactobacillus casei berpengaruh secara signifikan terhadap kadar protein dan kadar keasaman yakult biji kecipir yang dihasilkan. I-iasil kombinasi terbaik untuk kadar protein diperoleh pada konsentrasi glukosa 6% dan konsentrasi starter 4,76%, yaitu dengan kadar protein 15,8% b/b dan kadar keasaman optimum diperoleh dari kombinasi konsentrasi glukosa 2% dan konsentrasi starter Lactobacillus casei 4,76% sebesar O,553%.Yunita Rika Astari2012-08-07T01:44:54Z2019-01-29T15:07:56Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2806This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/28062012-08-07T01:44:54ZPENGEMBANGAN TES CHEMISTRY CONCEPT INVENTORY
BERBASIS MULTIMEDIA SEBAGAI INSTRUMEN
DALAM IDENTIFIKASI MISKONSEPSI KONSEP-KONSEP ASAM BASA DAN REAKSI REDOKS PADA PESERTA DIDIK SMA/MAPenelitian ini merupakan penelitian pengembangan instrumen penilaian dalam bidang pendidikan kimia. Tujuan penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan CD interaktif tes Chemistry Concept Inventory (CCI) berbasis multimedia pada konsep asam basa dan reaksi redoks sebagai instrumen penilaian bagi siswa SMA/MA dan mengetahui kualitas tes CCI berbasis multimedia yang telah disusun berdasarkan penilaian guru kimia SMA/MA.
Pengembangan tes CCI berbasis multimedia pada konsep asam basa dan reaksi redoks ini dibimbing oleh dosen pembimbing serta mendapat masukan dari ahli media dan peen review. Instrumen penelitian berupa angket yang berisi aspek dan kriteria untuk menilai kualitas tes CCI yang dihasilkan. Penilaian dilakukan oleh 5 orang guru kimia SMA/MA baik negeri maupun swasta di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Penilaian yang dilakukan meliputi 6 aspek penilaian yaitu kebenaran, keluasan dan kedalaman konsep, aspek kebahasaan yang digunakan, aspek keterlaksanaan, aspek tampilan visual, aspek tampilan audio dan aspek kemudahan penggunaan. Hasil penilaian berupa data kualitatif yang diubah menjadi data kuantitatif, kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan pedoman kriteria kategori penilaian ideal untuk menentukan kualitas tes CCI berbasis multimedia.
Produk penelitian ini berupa tes CCI berbasis multimedia pada konsep asam basa dan reaksi redoks yang disimpan dalam bentuk CD. Tes CCI berbasis multimedia ini terdiri dari 2 komponen yaitu komponen soal dan komponen pembahasan. Berdasarkan penilaian guru kimir SMA/MA, tes CCI berbasis multimedia yang telah disusun untuk komponen soal memiliki kualitas Sangat Baik (SB) dengan skor rata-ratanya 125,4 dibandingkan rerata skor idealnya sebesar 116. Sedangkan untuk komponen pembahasan memiliki kualitas Sangat Baik (SB) dengan skor rata-ratanya 44 dibandingkan rerata skor idealnya 40. Oleh karena itu, tes CCI berbasis multimedia ini dapat digunakan sebagai instrumen dalam mengidentifikasi miskonsepsi konsep-konsep asam basa dan reaksi redoks pada peserta didik SMA/MA.Jamal Adi Bhatara2012-08-07T01:44:54Z2019-01-29T15:25:32Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2977This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/29772012-08-07T01:44:54ZIMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KIMIA DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA SMA/MA DI KOTA SUKABUMIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) implementasi pembelajaran kimia dalam menghadapi pelaksanaan KTSP, (2) kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran kimia dalam mengahadapi pelaksanaan KTSP, (3) hubungan antara kesiapan sarana dan prasarana dengan implementasi pembelajaran kimia dalam menghadapi pelaksanaan KTSP, (4) serta kendala-kendala yang dihadapi guru kimia dalam menghadapi pelaksanaan KTSP pada SMA/MA di Kota Sukabumi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah SMA/MA di Kota Sukabumi sebanyak 16 SM.A/MA, dan seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Data dalam penelitian ini diambil melalui kuesioner, observasi, dan wawancara. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan teknik persentase rata-rata serta teknik korelasi product moment antara kesiapan sarana dan prasarana dengan implementasi pembelajaran kimia dalam menghadapi pelaksanaan KTSP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran kimia dalam menghadapi pelaksanaan KTSP pada SMA/MA di Kota Sukabumi adalah tinggi meskipun sarana dan prasarana yang mendukung hanya memilki kategori sedang. Dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh besarnya nilai koefisien korelasi (r hitung) sebesar 0,1154. Harga r hitung lebih kecil daripada r tabel pada taraf signifikansi 5% (Untuk N=16) yaitu sebesar 0,497, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kesiapan sararana dan prasarana dengan implementasi pembelajaran kimia. Ditemukan pula bahwa dalam implementasi pembelajaran kimia dalam menghadapi pelaksanaan KTSP pada SMA/MA di Kota Sukabumi terdapat beberapa kendala dalam persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta kendala lainnya.
Inggit Octriani 2012-08-07T01:44:52Z2019-01-29T15:18:06Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2816This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/28162012-08-07T01:44:52ZEFFECTS OF GOETHIT AND ALUMINA ADSORBENTS
TOWARDS PHOSPHATE ION ADSORPTIONThis study aims at determining (1) effects of various surface areas towards phosphate ion adsorption in goethit and alumina adsorbents, (2) effects of system pH towards phosphate ion adsorption by various surface areas in goethit and alumina adsorbents, and (3) comparison on the adsorption capacity of the phosphate ion between goethit and alumina adsorbents.
Before using goethit and alumina adsorbents in this reserach, there were some analyses done including an analysis of surface areameters to determine a specific surface area and XRD and IR analysis used to determine the adsorbent purity. In determining the phosphate ion adsorption, three experiments were conducted. The first experiment was the edge adsorption process conducted using adsorbent concentrations of 25, 50, and 100m2/L at pH ranges of 3 to 10 with the phosphate concentration of 0.001 M conducted at the temperature of 30°C. The second one was the adsorption kinetics process conducted at the surface area of 25 m2/L using a maximum pH at the time of 5 to 2910 minutes and at the temperature of 30°C. The last experiment was the desorption kinetics process conducted at the surface area of 25 m2/L using pH increased to the maximum pH, then, decreased to the minimum pH at the time of 5 to 2910 minutes and at the temperature of 30°C. Percent (%) of phosphate ion adsorption was determined by using UV-VIS spectrophotometer and the adsorbed phosphate identification using IR spectrophotometer. The comparison of phosphate ion adsorption percent of goethit and alumina adsorbents was analyzed by using Quantitative method with the t-test.
The research results showed that various surface areas on phosphate ion adsorptions by goethit and alumina adsorbents i.e. the maximum percentage of the adsorbed phosphate was equal to the surface area in the research, system pH influenced on the phosphate ion adsorption by goethit and alumina sorbents, and the % comparison of the phosphate ion adsorption between goethit and alumina sorbents in the experiments of edge adsorption, kinetics adsorption, and kinetics desorption showed significant differences meaning that there was % difference on the phosphate ion adsorption between goethit and alumina sorbentsSetiawan Budi2012-08-07T01:44:51Z2012-08-07T01:44:51Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2822This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/28222012-08-07T01:44:51ZANALISIS TINGKAT STRES PADA IBU RUMAH TANGGA DI KOTA YOGYAKARTA PASCA KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat ibu rumah tangga golongan ekonomi menengah ke bawah terhadap kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM, mengetahui dampak yang dialami ibu rumah tangga golongan baik secara fisik maupun psikis pasca kenaikan harga BBM dan untuk mengetahui tingkat stres yang dialami ibu rumah tangga golongan ekonomi menengah ke bawah pasca kenaikan harga BBM
Pengambilan sampel dilakukan secara purpossive random sampling, yaitu sampel yang diambil adalah ibu-ibu di Kota Yogyakarta yang berstatus ekonomi menengah ke bawah. Sampel sejumlah 126 dan diambil dari 9 kecamatan. Penelitian ini menggunakan 2 instrumen, yaitu lembar observasi dan kuesioner. Lembar observasi untuk mengamati kondisi rumah dan lingkungan tempat pengambilan sampel. Sedangkan kuesioner digunakan untuk memperoleh data identitas responden, pendapat responden tentang kebijakan kenaikan harga BBM serta tingkat stres ibu-ibu rumah tangga di Kota Yogyakarta pasca kenaikan harga BBM.
Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar sampel belum memiliki rumah sendiri, luas bangunan yang ditempati kurang dari 50m2, menempati perkampungan yang padat serta kondisi kebersihan lingkungan yang cukup bersih. Pendapat ibu-ibu tentang kebijakan kenaikan harga BBM terbagi dalam 3 kelompok. Yaitu ibu- ibu yang keberatan sebanyak 80 responden (63,49%), ibu-ibu yang tidak mau berkomentar sebanyak 41 responden (35,54%) dan kelompok yang merasakan kewajaran kenaikan harga BBM dan tidak merasa keberatan sebanyak 5 responden (3,96%). Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum tingkat stres ibu-ibu rumah tangga di Kota Yogyakarta pasca kenaikan harga BBM termasuk dalam kategori sangat rendah. Dengan rincian, 46,8% responden memiliki tingkat stres sangat rendah, 35,7% responden memiliki tingkat stres rendah, 15,1% responden memiliki tingkat stres sedang serta 2,4% responden memiliki tingkat stres yang tinggi. Analisis tingkat stres berdasarkan karakteristik tertentu dari responden menunjukkan bahwa ibu dengan usia 31- 40 tahun, ibu yang telah menikah selama 6 – 20 tahun, ibu yang berpendidikan SD, ibu yang penghasilan keluarganya per bulan kurang dari Rp. 1.000.000 dan ibu yang bekerja sebagai buruh dan pegawai swasta cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan ibu-ibu dalam kelompok yang lain.
FMIPA, 2007 (PEND. KIMIA)Budimarwanti, M.Si. C.2012-08-07T01:44:51Z2012-08-07T01:44:51Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3003This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/30032012-08-07T01:44:51ZSTUDI TENTANG SORPSI ION FOSFAT OLEH GOETHITEPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari reaksi pada proses adsorpsi ion fosfat oleh goethite, menentukan konstanta kesetimbangan reaksi-reaksi tersebut dibandingkan dengan adsorpsi oleh montmorillonite.
Goethite merupakan metal hidroksida yang memiliki situs aktif sebagai akibat dari keberadaan gugus fungsi hidroksil (SOH) yang dapat terprotonasi dan terdeprotonasi oleh derajat keasaaman sistem. (situs SOH). Berbeda dengan montmorillonite, yang selain memiliki situs aktif tersebut, montmorillonite juga memiliki situs bermuatan negatif permanen (Situs X–), dan permukaan internal (daerah antar lapis) yang juga selalu bermuatan negatif (X–) sebagai akibat pergantian isomorfik.
Data penelitian ini dikumpulkan melalui eksperimen adsorpsi tepi untuk menentukan pengaruh pH, isoterm adsorpsi untuk menentukan pengaruh konsentrasi sorbat, dan titrasi asam-basa untuk menentukan banyaknya ion H+ yang diikat atau dilepaskan pada proses adsorpsi. Ketiga set eksperimen tersebut masing-masing dilakukan pada suhu 10, 30, dan 50 oC. Data titrasi selanjutnya dimodel menggunakan model Kapasitan Konstan (Constant Capacitance -Surface Complexation Model (CCM)) dan Kapasitan Konstan Modifikasi (Extended Constant Capacitance Model-Surface Complexation Model (ECCM)) untuk memprediksi reaksi-reaksi adsorpsi dan menentukan konstanta kesetimbangan reaksi-reaksi tersebut.
Parameter tersebut selanjutnya dijadikan parameter tetap dalam membuat fit terhadap data adsorpsi tepi, yang ternyata fit dengan baik, yang berarti parameter hasil pemodelan adalah baik, dan dapat diterima.
Model kompleksasi permukaan menunjukkan bahwa ion fosfat terikat oleh permukaan goethite dengan membentuk dua kompleks ¬inner-sphere. Kompleks pertama, terbentuk pada pH rendah antara ion fosfat dengan situs SOH yang terprotonasi melalui ikatan hidrogen, mengikuti reaksi:
SOH + 2 H2L─[SOH2+ – (H2L)2─2]─
Kompleks kedua terbentuk pada pH tinggi antara ion fosfat dengan gugus SOH yang juga melalui ikatan hidrogen, mengikuti reaksi:
SOH + H2L─ [(SOH) – [H2L]─]─
Kata kunci: goethite; fosfat; kompleks inner-sphere; model kompleksasi permukaan.
FMIPA, 2008 (PEND. KIMIA)Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D Jaslin2012-08-07T01:44:51Z2012-08-07T01:44:51Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3006This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/30062012-08-07T01:44:51ZMEMAHAMI PROSES SORPSI ION FOSFAT OLEH GOETHITE DAN MONTMORILLONITESorpsi Ion fosfat oleh monmorillonit pada suhu 30 oC telah dipelajari dan dilaporkan sebelumnya sebagai rangkaian kegiatan penelitian ini. Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa fosfat mengikat monmorilonit dengan membentuk dua kompleks outer sphere dengan menggunakan ikatan hydrogen. Karena suhu merupakan faktor yang berpengaruh dalam adsorpsi, maka reaksi-reaksi yang berlangsung pada adsorpsi ion fosfat dengan suhu yang berbeda; 10 oC dan 50 oC perlu diteliti. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan parameter termodinamik untuk reaksi kompleksasi permukaan pada adsorpsi ion fosfat oleh monmorilonit.
Data penelitian dikumpulkan melalui eksperimen adsorpsi pada suhu 10 dan 50 oC. Eksperimen tersebut meliputi eksperimen adsorpsi tepi (adsorpsi sebagai fungsi pH), isotherm adsorpsi (adsorpsi sebagai fungsi konsentrasi fosfat), titrasi asam-basa (suatu titrasi untuk mengetahui jumlah ion H+ yang ditangkap atau dilepas di saat terjadi reaksi permukaan), dan kinetika desorpsi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model kompleksasi permukaan untuk konfirmasi hasil penelitian sebelumnya (Jaslin et al. submitted), serta untuk menentukan harga ΔH dan ΔS.
Harga ΔH untuk reaksi pertama dan kedua berturut-turut adalah 39,756 dan 3,765x10-7 kJ mol─1. Kedua reaksi mempunyai harga ΔH positif yang berarti reaksi berlangsung secara endotermik. Energi yang besar dalam reaksi pertama dibutuhkan oleh situs X─ untuk desolvasi parsial oleh situs tersebut dalam proses protonasi, di mana H+ menggantikan K+ atau kation permukaan lain untuk selanjutnya berinteraksi dengan ion fosfat. Harga ∆H untuk reaksi kedua yang kecil mengindikasikan bahwa ikatan hidrogen dalam kompleks yang terbentuk di reaksi kedua ini mudah terlepas kembali. Harga ΔS untuk reaksi pertama dan kedua berturut-turut adalah122,523 dan 2,393 x10-2 J K─1 mol─1. Harga ΔS yang melebihi -10 kJ mol‒1 merupakan suatu indikator bahwa kedua reaksi berlangsung melalui mekanisme reaksi disosiatif.
Kata kunci: fosfat; monmorilonit; kompleks outer-sphere; model kompleksasi permukaan; entalpi; entropi; mekanisme reaksi disosiasi
FMIPA, 2007 (PEND. KIMIA)Ikhsan, M.App.Sc.,Ph.D Jaslin2012-08-07T01:44:50Z2019-01-29T15:07:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2799This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27992012-08-07T01:44:50ZDEVELOPMENT OF AN AUDIO-VISUAL MEDIUM ON CHEMISTRY EXPERIMENTS OF SMP/MTs OF GRADE VII ON THE SUBJECT MATTER OF MATERIAL CHANGESThis research is a development research on instructional media in the field of chemistry education. The purpose of this development research is to develop an audio-visual medium on chemistry experiments on the subject matter of “material changes” as an independent instructional medium for junior high school (SMP/MTs) students of Grade VII and to determine the quality of the audio-visual medium that had been prepared based on assessments of science teachers and chemistry teachers of SMP / MTs.
Development of the audio-visual medium was guided by the two consultants and obtained input from media experts and peer reviewers. Research instrument of the audio-visual medium was in the forms of questionnaires which contained specific aspects and criteria. The assessments were conducted by 5 chemistry and science teachers of SMP/MTs teaching Science in public as well as private schools in Yogyakarta area. The assessments which were conducted included eight aspects of assessments with 40 assessment indicators. The assessment results were in the forms of qualitative data converted into quantitative data; then, tabulated and analyzed using the criteria guidance of ideal assessing category for determining the quality of the audio-visual medium.
The research product was in the forms of an audio-visual medium on chemistry experiments of SMP / MTs of Grade V1I on the subject matter of “material changes” stored on CD. The audio-visual medium consisted of 10 experiments, namely (1) sugar dissolving, (2) sugar burning, (3) the reaction of NaOH and HCl, (4) the reaction between FeCl3 and KSCN (5) reaction between CuSOa and NH40H, (6) reaction between Mg metal with HC1, (7) evaporation and condensation, (8) salt crystallization, (9) corrosion, and (10) Mg metal burning. Components of the audio-visual medium consisted of instructions of using the medium, student worksheets, evaluation sheets, the student worksheet keys, evaluation sheet keys, and profiles. Based on the assessments of science and chemistry teachers of SMP/MTs, the audio-visual medium that had been prepared had very good quality (SB) with an average score of 168.16 above the ideal score of 160.005. Therefore, the audio-visual medium could be used as an instructional medium for SMP / MTs students of grade VII.Ayu Widyaningrum Bernadeta