Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T11:32:58ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2021-12-09T06:20:25Z2021-12-09T06:20:25Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/71495This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/714952021-12-09T06:20:25ZANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA PLAT ALUMUNIUM MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA INFRAREDPenelitian mengenai analisis perpindahan panas ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan suhu yang terjadi akibat peristiwa perpindahan panas pada plat alumunium di titik – titik tertentu selama proses pemanasan. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis perpindahan panas pada plat alumunium berdasarkan penelitian yang dilakukan.
Analisis dilakukan menggunakan software MATLAB untuk mengetahui pola persebaran nilai pixel pada citra inframerah yang diperoleh dari kamera termal. Salah satu indikasi terjadinya perpindahan panas ialah adanya perubahan suhu pada titik – titik objek pengamatan. Perubahan suhu di titik – titik objek pengamatan ini dapat diketahui sekaligus menggunakan kamera termal. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan dengan hasil dari perhitungan numerik yang dilakukan menggunakan metode finite difference.
Berdasarkan penelitian dan analisis yang dilakukan, suhu mengalami perubahan terhadap posisi dan waktu. Titik yang dekat dengan sumber panas memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di titik yang jauh dari sumber panas sebagai tanda bahwa suhu berubah terhadap posisi. Di titik yang sama, suhu bertambah tinggi selama proses pemanasan yang menandakan bahwa suhu berubah terhadap waktu.
Kata kunci : Analisis perpindahan panas, nilai pixel, metode finite difference
xSabella Nisa Adelia RifaiAgus Purwanto2021-12-09T06:14:02Z2021-12-09T06:14:02Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/71494This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/714942021-12-09T06:14:02ZMIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK DI KECAMATAN TAMBAK KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH BERDASARKAN PENGUKURAN MIKROTREMORdilakukan penelitian tentang indeks kerentanan seismik di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas Jawa Tengah berdasarkan pengukuran mikrotremor. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai faktor amplifikasi, frekuensi predominan dan indeks kerentanan seismik di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas beserta mikrozonasinya.
Data mikrotremor diolah menggunakan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) untuk mendapatkan kurva H/V yang menghasilkan nilai frekuensi predominan (f0) dan faktor amplifikasi (A0) di setiap titik penelitian yang selanjutnya digunakan dalam perhitungan indeks kerentanan seismik (Yashinta Nadya Ika PratiwiLaila Katriani2021-12-09T06:07:03Z2021-12-09T06:07:03Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/71493This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/714932021-12-09T06:07:03ZKAJIAN GRADASI WARNA LARUTAN DAN UJI UV VIS NANOMATERIAL CARBON NANODOTS BERBAHAN DASAR SERBUK LIMBAH AMPAS JUS BUAH DENGAN VARIASI MASSA SERBUK DAN WAKTU PENGENDAPANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui sintesis C-dots, gradasi warna larutan dan karakteristik C-dots menggunakan uji UV-Vis.
Penelitian ini menggunakan C-dots yang berbahan dasar dari limbah ampas jus buah, diantaranya jus timun, jus jeruk nipis, dan jus wortel. Serbuk dipanaskan menggunakan oven dan ditimbang untuk variasi massa. Terdapat 0,1 gram; 0,2 gram; 0,3 gram; dan 0,5 gram serbuk. Tiap Serbuk ditambahkan aquades sebanyak 8 ml untuk selanjutnya diendapkan selama 1 hari. Setelah 1 hari dilakukan penyaringan untuk mendapatkan larutan C-dots tanpa endapan. Dilakukan proses yang sama selama 14 hari, sehingga mendapatkan 40 sampel larutan C-dots. Sampel larutan C-dots kemudian dilakukan penyinaran larutan menggunakan cahaya lampu, cahaya senter UV, dan cahaya laser UV. Setelah itu dilakukan uji UV-Vis.
Hasil penyinaran larutan C-dots menggunakan cahaya lampu, cahaya senter UV, dan cahaya laser UV menunjukan gradasi warna larutan dari coklat tua hingga mendekati putih jernih dan gradasi warna pendaran dari hijau hingga hijau kebiruan. Intensitas warna pendaran tertinggi ditunjukan dengan warna pendaran hijau. Hal ini mengindikasikan bahwa sampel mengandung C-dots. Semakin banyak massa yang digunakan warna larutan akan semakin pekat, intensitas pendaran akan semakin tinggi dan C-dots yang dihasilkan juga semakin banyak. Tetapi semakin lama pengendapan, warna larutan, intensitas warna pendaran, dan C-dots yang dihasilkan akan semakin berkurang. Hasil karakterisasi uji UV-Vis pada panjang gelombang 270 nm menunjukan nilai absorbansi yang meningkat. Hal ini mengindikasikan C-dots yang dihasilkan semakin banyak.
Kata Kunci: C-dots, ampas jus buah, gradasi warna , UV-Vis.Siti Syuryani BasirWispar Sunu Brams2021-12-09T06:01:41Z2021-12-09T06:01:41Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/71492This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/714922021-12-09T06:01:41ZPENENTUAN KOEFISIEN DIFUSI LARUTAN GULA MENGGUNAKAN
GRADIEN INDEKS BIAS DENGAN TEKNIK DEFLEKSI LASER DAN
PENGOLAHAN CITRAKoefisien difusi larutan gula dapat ditentukan menggunakan gradien indeks bias yang diamati menggunakan defleksi sinar laser (Wiener’s Experiment). Pengukuran kedalaman defleksi berkas sinar laser yang melewati campuran larutan transparan memerlukan waktu pengamatan yang lama jika rentang daerah terjadinya defleksi laser semakin besar. Pengukuran secara manual juga sulit dilakukan jika kedalaman defleksi laser sangat kecil pada daerah tertentu akibat keterbatasan alat ukur dengan ketelitian yang tepat. Pengolahan citra memungkinkan kedalaman defleksi dapat ditentukan secara langsung serta memungkinkan pengukuran kedalaman defleksi yang kecil pada daerah tertentu.
Metode pengolahan citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah segmentasi citra. Segmentasi citra terdiri atas pengelompokan citra Red, Green, dan Blue (RGB) dan thresholding. Citra defleksi laser yang terdiri atas tiga warna dasar (merah, hijau dan biru) dipartisi melalui pengelompokkan citra RGB sehingga diperoleh citra dengan warna dasar merah. Langkah selanjutnya melakukan thresholding citra untuk menentukan batas ambang intensitas cahaya citra. Citra dengan ambang batas yang sesuai kemudian didefinisikan posisinya menggunakan software Matlab R2012b.
Hasil yang diperoleh dari pengolahan citra tersebut berupa posisi pixel penyusun citra. Kedalaman defleksi dapat ditentukan dengan mengetahui posisi pixel citra. Kedalaman defleksi citra di setiap titik bervariasi bergantung nilai gradien indeks bias. Hubungan kedalaman defleksi citra dan gradien indeks bias digunakan untuk menentukan koefisien difusi larutan gula menggunakan pendekatan regresi linear. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa koefisien difusi larutan gula dalam air adalah ( ) untuk menit dan ( ) untuk menit. Hasil penelitian ini masih terbatas untuk konsentrasi awal larutan gula yang digunakan, yaitu 23 gram/200 ml dan waktu difusi lebih dari 35 menit. Pengolahan citra dalam penelitian ini dapat meminimalisir waktu pengukuran dengan memungkinkan nilai koefisien difusi yang diperoleh tetap akurat sesuai referensi.
Kata kunci: koefisien difusi, gradien indeks bias, defleksi laser, segmentasi citra, Wiener’s ExperimentTegar Ari WidiantoRestu Widiatmono2021-12-07T03:54:24Z2021-12-07T03:54:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/71487This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/714872021-12-07T03:54:24ZKAJIAN GRADASI WARNA LARUTAN DAN UJI UV VIS NANOMATERIAL CARBON NANODOTS BERBAHAN DASAR SERBUK LIMBAH AMPAS JUS BUAH DENGAN VARIASI MASSA SERBUK DAN WAKTU PENGENDAPANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui sintesis C-dots, gradasi warna larutan dan karakteristik C-dots menggunakan uji UV-Vis.
Penelitian ini menggunakan C-dots yang berbahan dasar dari limbah ampas jus buah, diantaranya jus timun, jus jeruk nipis, dan jus wortel. Serbuk dipanaskan menggunakan oven dan ditimbang untuk variasi massa. Terdapat 0,1 gram; 0,2 gram; 0,3 gram; dan 0,5 gram serbuk. Tiap Serbuk ditambahkan aquades sebanyak 8 ml untuk selanjutnya diendapkan selama 1 hari. Setelah 1 hari dilakukan penyaringan untuk mendapatkan larutan C-dots tanpa endapan. Dilakukan proses yang sama selama 14 hari, sehingga mendapatkan 40 sampel larutan C-dots. Sampel larutan C-dots kemudian dilakukan penyinaran larutan menggunakan cahaya lampu, cahaya senter UV, dan cahaya laser UV. Setelah itu dilakukan uji UV-Vis.
Hasil penyinaran larutan C-dots menggunakan cahaya lampu, cahaya senter UV, dan cahaya laser UV menunjukan gradasi warna larutan dari coklat tua hingga mendekati putih jernih dan gradasi warna pendaran dari hijau hingga hijau kebiruan. Intensitas warna pendaran tertinggi ditunjukan dengan warna pendaran hijau. Hal ini mengindikasikan bahwa sampel mengandung C-dots. Semakin banyak massa yang digunakan warna larutan akan semakin pekat, intensitas pendaran akan semakin tinggi dan C-dots yang dihasilkan juga semakin banyak. Tetapi semakin lama pengendapan, warna larutan, intensitas warna pendaran, dan C-dots yang dihasilkan akan semakin berkurang. Hasil karakterisasi uji UV-Vis pada panjang gelombang 270 nm menunjukan nilai absorbansi yang meningkat. Hal ini mengindikasikan C-dots yang dihasilkan semakin banyak.
Kata Kunci: C-dots, ampas jus buah, gradasi warna , UV-VisWispar Sunu BramsSiti Syuryani Basir2021-12-07T02:52:32Z2021-12-07T02:52:32Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/71486This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/714862021-12-07T02:52:32ZANALISIS INDEKS KERENTANAN SEISMIK DENGAN METODE HVSR DI KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATENPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik frekuensi dominan (Rofiki RofikiNugroho Budi Wibowo2021-12-06T08:24:55Z2021-12-06T08:24:55Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/71482This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/714822021-12-06T08:24:55ZANALISIS SINYAL MIKROTREMOR DI KAWASAN JALUR SESAR
MINOR BAYAT KABUPATEN KLATENPenelitian tentang karakterisitik sinyal mikrotremor telah dilakukan di
kawasan jalur sesar minor Bayat yang bertujuan untuk mengetahui
mikrozonasi nilai frekuensi predominan (f0) dan nilai faktor amplifikasi (A0)
di sekitar sesar minor Bayat di wilayah Kecamatan Bayat, mengetahui struktur
bawah permukaan berdasarkan nilai kecepatan gelombang geser, dan
mengetahui hubungan antara arah sumber gelombang geser dengan jalur sesar
minor Bayat berdasarkan kurva H/V rotate dan rose diagram.
Penelitian ini dibatasi pada kawasan dengan koordinat geografis
7044’21,492’’ - 7046’36,438 LS dan 110036’49’’ – 110040’45’’ BT dengan 27
titik pengukuran. Pengambilan data dilakukan menggunakan Digital Portable
Seismograph merek Taide tipe TDL-303S dengan durasi pengukuran + 30
menit di setiap titik pengukuran. Data yang diperoleh berupa sinyal
mikrotremor yang diolah dengan metode HVSR pada software Geopsy
sehingga didapatkan parameter f0 dan A0. Parameter tersebut digunakan untuk
data input pengolahan menggunakan metode ellipticity curve dengan software
Dinver sehingga didapatkan ground profile yang menyatakan nilai kecepatan
gelombang geser (Vs) beserta kedalamannya (H). Nilai Vs beserta H digunakan
untuk pemodelan rose diagram dan solid model 3D. Data sinyal mikrotremor
juga diolah dengan metode H/V rotate yang bertujuan untuk mengetahui arah
datangnya sumber gelombang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai f0 di kawasan jalur sesar
minor Bayat berkisar 0,5 – 16 Hz, dengan nilai tertingginya berada pada
Formasi Wonosari-Punung dan nilai terendahnya pada Formasi Gunungapi
Merapi, sedangkan untuk nilai A0 berkisar 0,6 - 5,8. Nilai Vs berkisar 388 –
1.988 m/s yang menunjukkan struktur bawah permukaan berupa batuan lunak
sampai batuan keras. Adapun arah sumber datang gelombang berdasarkan H/V
rotate dan rose diagram rata-rata mengarah ke utara - selatan yaitu arah tegak
lurus jalur sesar minor Bayat. Jenis sesar ini berupa sesar mendatar yang
dikuatkan dengan adanya perbedaan nilai Vs berupa blok utara dan blok selatan
pada jalur sesar minor Bayat.
Kata Kunci : Mikrotremor, Sesar Minor Bayat, HVSRKhoerul MunaLaila Katriani2021-12-06T06:56:27Z2021-12-06T06:56:27Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/71481This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/714812021-12-06T06:56:27ZIDENTIFIKASI LAPISAN SEDIMEN DAN LAPISAN BEDROCK MENGGUNAKAN METODE MIKROTREMOR DI KECAMATAN PRAMBANAN DAN KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATENTujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan distribusi nilai frekuensi predominan (f0) dan nilai faktor amplifikasi tanah (Ag), serta untuk mengetahui korelasi antara topografi daerah penelitian dengan ketebalan sedimen (h) berdasarkan model penampang seismik kurva H/V. Selain itu juga untuk mengidentifikasi lapisan sedimen dan lapisan bedrock menggunakan parameter f0, Ag, dan h di Kecamatan Prambanan dan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten.
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data mikrotremor di 29 titik pengukuran dengan interval antar titik sebesar 2 km menggunakan Digital Portable Seismograph merek Taide tipe TDL-303S. Data berupa sinyal mikrotremor dianalisis menggunakan metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) untuk memperoleh kurva H/V yang merepresentasikan nilai parameter f0 dan Ag. Parameter ini digunakan untuk mikrozonasi menggunakan program Surfer 10 dan untuk mengidentifikasi ketebalan lapisan sedimen dan lapisan bedrock berdasarkan distribusi nilai Ag di daerah penelitian dengan pemodelan 3D menggunakan program Rockwork 15. Kurva H/V juga digunakan untuk representasi penampang seismik yang berkorelasi dengan nilai faktor amplifikasi tanah dan profil topografi untuk melihat ketebalan sedimen dari permukaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai f0 berkisar antara 0,7 Hz – 9,5 Hz dengan nilai f0 rendah (< 2,5 Hz) yang tersebar hampir di seluruh daerah penelitian dan nilai Ag memiliki kisaran 1,795 – 9,010 dengan distribusi nilai Ag di daerah penelitian sebagian besar masuk zona sedang dan zona tinggi. Sebagian besar daerah penelitian berupa dataran Aluvial yang berada pada Formasi Merapi Muda dan bagian selatan daerah penelitian berupa dataran tinggi yang berkorelasi dengan daerah perbukitan sesuai dengan profil geologinya yaitu berada di Formasi Kebobutak. Berdasarkan persebaran nilai amplifikasi, lapisan sedimen sisi utara hingga tengah daerah penelitian tergolong sangat tebal karena tersusun atas endapan abu vulkanik Gunung Merapi dan ketebalan sedimen bagian selatan tipis karena didominasi oleh susunan batuan keras.
xi
Kata Kunci: Mikrotremor, HVSR, Kabupaten Klaten.Khariza Nurul MaslikhahLaila Katriani2021-12-06T06:03:29Z2021-12-06T06:03:29Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/71480This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/714802021-12-06T06:03:29ZOSILASI TEREDAM PADA RANGKAIAN L CTujuan penelitian adalah (1) mempelajari pergeseran frekuensi
karakteristik dari model ideal dan (2) memodelkan osilasi L C tanpa hadirnya
resistor secara eksplisit. Kapasitor keramik dan mylar, induktor berupa solenoid
buatan sendiri dengan menggunakan kawat enamel adalah sebagai bahan dalam
penelitian ini karena mudah didapatkan di pasaran.
Proses pengambilan data dilakukan di laboratorium Elektronika dan
Instrumentasi, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Yogyakarta pada
bulan September hingga November 2019. Prosesnya ialah kapasitor diisi hingga
tegangan tertentu kemudian jalur pengisian dilepas dan langsung dihubungkan ke
induktor. Cara ini dipilih agar sistem persamaan orde dua yang terjadi menjadi
homogen. Data dianalisis menggunakan MS EXEL dan Matlab untuk mengetahui
bentuk osilasi yang terjadi, konstanta peluruhan, nilai frekuensi, dan simulasi
komputasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap komponen memiliki equivalent
series resistance (ESR). (1) ESR membuat model menjadi lebih dekat dengan
kenyataan. Dapat disipulkan bahwa pergeseran frekuensi karakteristik pada
rangkaian L C tergantung pada nilai L, C, dan ESR. (2) Sumbangsih perubahan
frekuensi terbesar adalah tergantung nilai L C.
Kata kunci: Osilasi teredam, ESR, Rangkaian L C, Kapasitor, Induktor.Iga Any Heru PurnomoAgus Purwanto2021-12-06T05:57:22Z2021-12-06T05:57:22Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/71478This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/714782021-12-06T05:57:22ZLITOLOGI BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KECEPATAN GELOMBANG GESER DENGAN METODE ELLIPTICITY CURVE DI KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATENPenelitian mengenai litologi bawah permukaan telah dilakukan dengan tujuan untuk mikrozonasi suatu wilayah yang dilihat dari frekuensi predominan ) dan faktor amplifikasi ( ) dan untuk menentukan nilai kecepatan gelombang geser ( serta litologi permukaan di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.
Data penelitian diperoleh melalui pengukuran mikrotremor. Data mikrotremor diambil di 29 titik pengukuran dengan jarak antar titik sejauh 1 km. Data ini diolah menggunakan metode HVSR untuk memperoleh nilai frekuensi dan amplifikasi. Nilai frekuensi dan amplifikasi menjadi input dalam pengolahan dengan metode ellipticity curve menggunakan software dinver sehingga diperoleh pemodelan ground profiles yang menyatakan nilai kecepatan gelombang geser ( .
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai di Kecamatan Bayat berkisar 0,55 Hz – 13,5 Hz dan nilai berkisar 2,20 – 27,60. Litologi bawah permukaan terbagi menjadi enam zona berdasarkan formasi yang terdapat di titik pengukuran. Untuk zona I (Formasi Merapi Muda) dari 13 titik pengukuran persebaran nilai pada layer pertama memiliki rentang nilai 142,3 m/s – 337,4 m/s dan untuk layer terakhir memiliki rentang nilai 929,8 m/s – 2.450,8 m/s. Zona II (Formasi Batuan Malihan) dari 5 titik pengukuran persebaran nilai pada layer pertama memiliki rentang nilai 180,7 m/s – 297,3 m/s dan untuk layer terakhir memiliki rentang nilai 1.750,2 m/s – 2.190,9 m/s. Zona III (Formasi Wonosari-Punung) dari 6 titik pengukuran persebaran nilai pada layer pertama memiliki rentang nilai 225,1 m/s – 687,1 m/s dan untuk layer terakhir memiliki rentang nilai 1.153,2 m/s – 2.841,3 m/s. Zona IV (Formasi Alluvium Tua) dari 3 titik pengukuran persebaran nilai pada layer pertama memiliki rentang nilai 152,8 m/s – 596,2 m/s dan untuk layer terakhir memiliki nilai 1.638 m/s – 2.203,4 m/s. Zona V (Formasi Gunung Wungkal) memilki 1 titik pengukuran pada layer pertama 277,9 m/s dan untuk layer terakhir memiliki nilai 1.543,4 m/s. Zona VI (Formasi Diorit Pindul) memiliki 1 titik pengukuran pada layer pertama 276.1 m/s dan untuk layer terakhir memiliki nilai 765,2 m/s.
Kata Kunci: litologi bawah permukaan, kecepatan gelombang geser, Mikrozonasi, ellipticity curveHanif Irham FathullahNugroho Budi Wibowo2021-12-06T05:43:29Z2021-12-06T05:43:29Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/71477This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/714772021-12-06T05:43:29ZPENGARUH PENAMBAHAN PLASTICIZER PADA KESTABILAN SENYAWA STANNOUS SULFATEPenelitian ini bertujuan untuk (1) menghasilkan senyawa SnSO4 dari SnCl2 dan (NH4)2SO4, (2) mengetahui karakterisasi SnSO4 dari reaksi SnCl2 dan (NH4)2SO4, dan (3) mengetahui pengaruh pemberian plasticizer terhadap kestabilan senyawa SnSO4. Penelitian ini menghasilkan empat sampel SnSO4 dengan variasi jenis plasticizer yaitu: PEG-6000, PEG-4000, Sorbitol, dan non plasticizer menggunakan teknik pengadukan selama 1 jam dengan kecepatan 300 rpm. Variasi jenis plasticizer diberikan dengan melarutkan plasticizer sebanyak 1gr ke dalam 10 ml aqua dm. Selanjutnya, larutan plasticizer ditambahkan sebanyak 1 ml ke dalam larutan SnSO4 sebelum pengadukan. Hasil karakterisasi mikroskop optik menunjukkan terbentuknya kristal pada sampel SnSO4 dengan penambahan PEG-6000 dan PEG-4000, sedangakn untuk non plasticizer dan penambahan sorbitol masih belum terbentuk kristal. Hasil analisis termal menggunakan DTA menghasilkan puncak endotermik pada suhu 300 oC pada keempat sampel SnSO4. Hasil karakterisasi FTIR dilakukan pada sampel SnSO4 sebelum kalasinasi dan setelah kalsinasi. Hasil karakterisasi FT-IR menunjukkan adanya ikatan sulphate group pada puncak ~1181 cm-1 serta adanya ikatan N-H pada puncak ~1400 cm-1 untuk sampel sebelum kalsinasi. Sedangkan untuk sampel setelah kalsinasi tidak terlihat adanya puncak ikatan N-H. Berdasarkan hasil karakterisasi tersebut dapat disimpulkan bahwa SnSO4 dari reaksi SnCl2+(NH4)2SO4 berhasil disintesis. Pengaruh penambahan plasticizer pada proses reaksi pengadukan mampu mempermudah reaksi pengkristalan SnSO4 serta mengontrol kadar air dari SnSO4.
Kata kunci: Plasticizer, Stannous Sulfate, SnSO4Desta Fajri Dwi PurnomoWispar Sunu Brams Dwandaru