Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T07:19:56ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2015-10-19T01:12:16Z2019-01-30T04:12:36Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27124This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/271242015-10-19T01:12:16ZPERISTIWA SEPUR "KOBAR TAHUN" 1942 KONFLIK BELANDA - JEPANG DI CILACAPPenelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan konflik antara Belanda
dengan Jepang di Cilacap dan terjadinya peristiwa "sepur kobar" di dalamnya
sebagai bagian dari konflik diantara kedua negara tersebut. Rumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah kondisi Cilacap
sebelum terjadinya Peristiwa "Sepur Kobar" tahun 1942; 2. Bagaimanakah proses
terjadinya Peristiwa "Sepur Kobar" tahun 1942; 3. Bagaimanakah dampak
Peristiwa 'Sepur Kobar" tahun 1942. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah 1.
Mendeskripsikan kondisi Cilacap sampai dengan tahun 1942; 2. Mengetahui
proses terjadinya Peristiwa "Sepur Kobar" tahun 1942 di Cilacap; 3. Mengetahui
dampak Peristiwa "Sepur Kobar" tahun 1942
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah kritis
yang meliputi lima tahap yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber (heuristik),
verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan penulisan atau historiografi.
Adapun hasil penelitian 1. Cilacap atau Donan pada awalnya merupakan
daerah yang tidak dikenal, banyaknya kapal dagang Belanda yang tersesat di
selatan perairan Jawa menyebabkan Belanda kemudian membangun pelabuhan di
Cilacap, perkembangan pelabuhan juga berpengaruh pada perkembangan Cilacap
sendiri; 2. Selain sebagai pelabuhan untuk kepentingan perdagangan, karena
kondisi geografisnya, Cilacap kemudian digunakan sebagai benteng pertahanan
Belanda di selatan Jawa. Jepang yang kemudian menjadi negara industri
mengakibatkan terjadinya persaingan perdagangan antara Jepang dan Belanda di
Hindia Belanda. Persaingan tersebut kemudian berkembang menjadi peperangan
diantara kedua negara terse but setelah Jepang berusaha mewujudkan
Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya dengan melancarkan invasi ke arah
selatan termasuk Hindia Belanda. Cilacap kemudian menjadi temp at
pemberangkatan para pengungsi orang-orang Eropa dan Belanda ke Australia dan
Sri Langka. Jepang yang memasuki Cilacap kemudian bertemu dengan pasukan
KNIL tambahan dari Purwokerto di Sampang yang kemudian mengakibatkan
terjadinya peristiwa "sepur kobar". 3. Banyak korban yang tewas dari pihak
Belanda, serta upaya evakuasi yang dilakukan oleh Belanda gagal. Cilacap
kemudian dapat dikuasai oleh Jepang hanya dalam waktu satu hari dan dimulailah
pendudukan Jepang di Cilacap.
Kata Kunci: Sepur Kobar, Konflik, Belanda, Jepang, Cilacap.Akur Wijayadi2015-10-19T00:51:42Z2019-01-30T04:12:07Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27113This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/271132015-10-19T00:51:42ZIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CONSEPT MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 SLEMAN SEMESTER 1 TAHUN AJARAN 2010-2011Proses pembelajaran sejarah di SMA sebagian besar masih menggunakan
metode ceramah yang menyebabkan siswa kurang aktif di kelas. Hal ini
berpengaruh terhadap pre stasi belajar sejarah siswa. Oleh karena itu, perlu adanya
upaya untuk meningkatkan pre stasi belajar siswa. Salah satunya dengan
penerapan model pembelajaran dalam proses pembelajaran sejarah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1
Sleman kelas XI IPS 2 dengan menggunakan model Concept Mapping, mengetahui
peningkatan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Sleman
melalui implementasi model Concept Mapping, serta untuk mengetahui dukungan
dan kendala dalam penerapan model Concept Mapping.
Penelitian ini menggunakan CAR (Classroom Action Research) dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus
mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sumber
data dalam penelitian ini berasal dari guru dan siswa. Proses pengambilan data
dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan test hasil
belajar. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini dengan triangulasi,
yang terdiri dari triangulasi sumber data dan metode. Analisis data menggunakan
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Pelaksanaan model pembelajaran Concept Mapping diawali dengan
mengidentifikasi ide utama, kemudian dilanjutkan dengan pengelompokan ide-ide
sekunder. Ide utama diletakkan ditengah dengan ide-ide sekunder mengelilingi ide
utama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
Concept Mapping yang dikombinasikan dengan diskusi kelompok, permainan kuis,
dan pemberian hand out materi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
Xl IPS 2 SMA Negeri 1 Sleman. Pada siklus I prestasi siswa meningkat 0.96,
siklus II meningkat 1.66, dan pada siklus III meningkat 3.30. Dukungan dalam
penelitian ini yaitu respon positif dari guru dan siswa, jumlah siswa yang tidak
terlalu banyak menciptakan suasana kondusif, dan siswa mampu mematuhi
intruksi yang diberikan oleh guru. Kendala yang dihadapi dalam penerapan model
pembelajaran Concept Mapping yaitu pada awal penerapan model Concept
Mapping terdapat beberapa siswa yang kesulitan menentukan ide-ide sekunder.
Pembelajaran pada jam terakhir menuntut guru untuk menciptakan suasana menarik.
Harus ada komunikasi yang jelas an tara guru dan siswa karena memerlukan
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat Concept Mapping.
Kata kunci: Concept Mapping (Peta Konsep), prestasi belajar.Wahyu Setyo Rini2015-10-19T00:49:08Z2019-01-30T04:12:15Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27116This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/271162015-10-19T00:49:08ZPERLUASAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN DI AFRIKA UTARAPerluasan wilayah ke Afrika Utara sudah terlaksana di masa Khalifah
Umar bin Khattab, walaupun masih terbatas di wilayah Mesir dan
lskandariah. Hal tersebut kemudian dijadikan penyemangat bagi kaum
Muslimin untuk memperluas wilayah ke seluruh Afrika Utara. Secara
geografis Afrika Utara lebih menguntungkan dalam bidang ekonomi karena
wilayahnya sesuai untuk bercocok tanam dibandingkan kawasan Arab yang
tandus, sehingga menarik minat Khalifah Utsman bin Affan dan para prajurit
Muslimin memperluas wilayah Islam ke Afrika Utara. Tujuan penelitian ini
ialah. 1. Untuk mengetahui kehidupan Khalifah Utsman bin Affan. 2.
Mendeskripsikan tentang latar belakang perluasan wilayah. 3. Untuk
mengetahui proses penerapan kebijakan Khalifah Utsman bin Affan dan
pengaruh bagi masyarakat Afrika Utara. 4. Menjelaskan dampak positif dan
dampak negatifbagi Masyarakat Afrika Utara.
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode
sejarah kritis yang terdiri dari lima tahap yaitu pemilihan topik, heuristik,
kritik sumber, interpretasi, dan historigrafi. 1. Pemilihan topik adalah
menentukan permasalahan yang akan dikaji. 2. Heuristik adalah kegiatan
menghimpun jejak-jejak masa lampau dengan melakukan pencarian dan
pengumpulan sumber primer maupun sekunder yang relevan dengan
penelitian. 3. Kritik sumber adalah kegiatan meneliti sumber-sumber sejarah
baik secara eksternal maupun internal. 4. Interpretasi adalah menafsirkan,
menganalisis, dan menghubungkan sumber-sumber sejarah yang masih
terpisah. 5. Historiografi adalah penulisan sejarah yang sesuai dengan fakta
fakta yang teruji kebenarannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perluasan wilayah untuk
menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia. Afrika Utara terdiri dari
beberapa negara Mesir, Tunisia, Libya, Maroko, dan Aljazair dalam
perkembangannya Khalifah Utsman bin Affan mengambil dan menetapkan
kebijakan-kebijakan untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, dari
berbagai aspek di antaranya : sosial-budaya, pendidikan, ekonomi, politik, dan
juga keagamaan. Ekspansi wilayah ke Afrika Utara juga meninggalkan
dampak positif dan negatif bagi masyarakat Afrika Utara dan kaum
Muslimin.
Kata Kunci: Perluasan Wilayah, Kebijakan Khalifah Utsman bin Affan,
Afrika UtaraFitriani Nurulita2015-10-19T00:45:21Z2019-01-30T04:12:13Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27115This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/271152015-10-19T00:45:21ZPEMBERANTASAN WABAH PENYAKIT DI GUNUNG KIDUL 1950-1064Wabah penyakit merupakan salah satu faktor penyebab kematian
terbanyak. Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang belum sepenuhnya stabil
penulisan ini adalah untuk mengetahui apa yang menyebabkan Gunung Kidul
tahun 1950-1964 menjadi sarang penyakit, bagaimana usaha pemerintah
mengatasi wabah tersebut, dan sejauh mana wabah penyakit di Gunung Kidul
mempengaruhi kehidupan so sial masyarakatnya.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
sejarah kritis. Pertama, heuristik: yang merupakan tahap pengumpulan data-data
yang relevan. Kedua, sumber-sumber yang didapatkan kemudian diverifikasi
untuk memperoleh autentisitas dan kredibilitas baik dari segi fisik maupun
kredibilitas isi sumber. Ketiga, dengan melakukan interpretasi yaitu dengan cara
mencari hubungan dan keterkaitan makna dari fakta-fakta yang diperoleh
sehingga peristiwa dapat direkonstruksikan. Keempat, dengan cara historiografi
yaitu penyajian hasil interpretasi fakta dalam bentuk tulisan atau karya sejarah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi pertanian, kondisi
geografis yang berbukit, kering dan tandus serta kondisi sosial ekonominya,
menyebabkan masyarakat Gunung Kidul rentan terhadap serangan penyakit.
Kemiskinan ini menyebabkan minimnya pengetahuan masyarakat Gunung Kidul
untuk hidup sehat. Kebiasaan buruk yang dilakukan oleh masyarakat
menyebabkan penyakit mudah berjangkit. Penyakit yang mewabah di Gunung
Kidul diantaranya pes, malaria dan hoengeroedeem. Usaha-usaha yang dilakukan
pemerintah untuk mengatasi wabah penyakit diantaranya dengan penyemprotan
disinfektan, vasksinasi, pembersihan perumahan masyarakat, dan Pembentukan
U saha Peningkatan Gizi Keluarga. Wabah penyakit di Gunung Kidul
menyebabkan masyarakat bermigrasi untuk mendapatkan hidup yang lebih baik
serta adanya perbaikan dan pembangunan sarana kesehatan untuk mengatasi
wabah tersebut.
Kata kunci: Wabah, Kesehatan, Gunung KidulEdwin Wahyuni2015-05-26T00:15:17Z2019-01-29T22:46:05Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/19315This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/193152015-05-26T00:15:17ZPERANAN SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX DALAM MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN RI PADA MASA AGRESI MILITER BELANDA KEDUA
(1948-1949)Agresi Militer Belanda ke Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948 mengakibatkan lumpuhnya pemerintahan RI. Pucuk pimpinan RI ditawan oleh Belanda, sehingga eksistensi RI mengalami masa-masa yang kritis. Pada saat
inilah Sri Sultan Hamengkubuwono IX tampil melawan Belanda dengan mendukung penuh para gerilyawan dalam melawan Belanda. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan perjuangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX
dalam mempertahankan kedaulatan RI pada masa Agresi Militer Belanda II.
Metode dalam penulisan skripsi ini ada1lah metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat langkah. Pertama adalah heuristik, yaitu menghimpun sumbersumber
baik dengan mengkaji buku-buku yang relevan serta wawancara dengan beberapa pihak. Langkah kedua adalah kritik sumber dimana penulis meneliti sumber yang diperoleh baik secara ekstern maupun intern sehingga diperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan. Setelah dilakukan kritik sumber, tahap ketiga yaitu menafsirkan secara analisis atau sintetis dari bahan yang telah diperoleh sebagai tahap interpretasi. Tahap keempat adalah historiografi (penyajian), dimana pada bagian ini penulis menyajikan hasil penafsiran tersebut secara
kronologis dan deskriptif analitis dalam bentuk karya sejarah. Berdasarkan masalah yang dikaji dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang dilahirkan pada tanggal 12 April
1912 atau menurut hitungan Jawa jatuh pada tanggal 25 Rabingulakir tahun Jimakir 1842, menduduki tahta Kasultanan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940. Ketika Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia melalui Amanat 5 September 1945, dimana Yogyakarta adalah daerah istimewa di bawah Republik Indonesia. Pada masa Agresi Militer Belanda Kedua, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mendukung penuh perjuangan para gerilyawan dalam menghadapi Belanda. Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga berinisiatif agar diadakan serangan umum yang kemudian dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949. Serangan ini ternyata mampu mendesak Belanda baik di medan pertempuran maupun dalam meja diplomasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak agar Belanda mengembalikan ibukota Republik Indonesia di
Yogyakarta, membebaskan pemimpin-pemimpin RI yang ditawan serta melanjutkan perundingan perdamaian yang pada akhirnya akan berujung dengan diserahkannya kedaulatan dari Belanda kepada Republik Indonesia Serikat.
Kata Kunci : Sri Sultan HB IX, Agresi Militer Belanda II, 1948-1949Yudiyanto2015-05-26T00:15:17Z2019-01-29T22:46:11Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/19320This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/193202015-05-26T00:15:17ZPERANG SEKIGAHARA: KAJIAN TENTANG KONFLIKTOKUGAWA IEYASU DAN ISHIDA MITSUNARI TAHUN 1600Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan tentang Perang Sekigahara yang terjadi di Jepang pada tahun 1600. Perang Sekigahara tejadi karena konflik dua faksi dalam pemerintahan Hideyoshi yaitu, faksi militer dan faksi birokrat. Tokugawa Ieyasu memanfaatkan hal tersebut untuk memperkuat pengaruhnya dalam pemerintahan. Ishida Mitsunari berusaha merebut kekuasaan dari Tokugawa Ieyasu. Penelitian ini berusaha memahami secara objektif mengenai latar belakang Perang Sekigahara, kronologis Perang Sekigahara dan pengaruhnya terhadap kedua belah pihak yang terlibat.
Penulisan ini menggunakan metode sejarah kritis yang dimulai dari tahap: (1) heuristik, yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lalu yang dikenal dengan data sejarah; (2) kritik sumber, yaitu kegiatan meneliti jejak-jejak masa lalu baik bentuk maupun isi data yang telah dihimpun dengan kritik ekstern dan kritik intern, sehingga merupakan fakta sejarah yang dapat dipertanggung
jawabkan; (3) interpretasi,yaitu menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta sejarah yang telah diperoleh; (4) penyajian, yaitu kegiatan menyampaikan sintesa yang telah diperoleh ke dalam bentuk sejarah yang telah diperoleh ke dalam bentuk karya sejarah.
Keadaan politik pada akhir pemerintahan Hideyoshi diwarnai dengan berbagai konflik intern antara faksi militer dan birokrat. Setelah meninggalnya Hideyoshi terjadi bentrokan bersenjata antara Ishida Mitsunari dan Kato Kiyomasa. Pemecatan Ishida Mitsunari dari anggota dewan menteri, membuat Ishida merencanakan perebutan kekuasaan terhadap Tokugawa Ieyasu. Ishida Mitsunari beserta daimyo yang setia pada Hideyoshi bergerak memberontak kepada Tokugawa Ieyasu. Sehingga muncul Perang Sekigahara yang terjadi antara pasukan barat dan timur. Perang Sekigahara berdampak dengan munculnya
keshogunan Edo, dan hancurnya Klan Toyotomi.
Kata kunci: Perang Sekigahara, Tokugawa Ieyasu, Ishida MitsunariEko Susanto Nugroho2015-05-04T00:35:08Z2019-01-29T21:56:16Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17973This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/179732015-05-04T00:35:08ZKebijakan Belanda dan Mangkunegaran Menanggulangi Pelacuran di Surakarta 1870-1907Perkembangan pelacuran mengalami peningkatan secara drastis di Jawa pada abad XIX, terutama setelah tahun 1870 ketika ekonomi kolonial terbuka bagi modal swasta. Meluasnya perkebunan, pembangunan jalan raya dan jalan kereta api yang menghubungkan suatu tempat ketempat lainnya dan perkembangan industri gula memerlukan buruh upahan yang umumnya terkait dengan migrasi internal kaum laki-laki. Tidak diketahui secara pasti munculnya pelacuran di Surakarta. Akan tetapi pekembangan pesat pelacuran dapat diperkirakan karena migrasi internal akibat munculnya buruh bayaran di lingkungan perkebunan tebu, maka perkembangan pelacuran di wilayah ini baru berkembang pesat pada abad XIX. Sejak saat itu sistem gaji buruh dalam bentuk uang (cash) mulai diperkenalkan. Tujuan penelitian ini ialah ingin mengetahui bagaimana perkembangan pelacuran, kebijakan yang dilakukan, serta dampak dari tindak prostitusi itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah kritis. Pertama, heuristik yang merupakan tahap pengumpulan data atau sumber-sumber sejarah yang relevan. Kedua kritik sumber, merupakan tahap pengkajian terhadap otentisitas dan kredibilitas sumber-sumber yang diperoleh yaitu dari segi fisik dan isi sumber. Ketiga, interpretasi yaitu dengan mencari keterkaitan makna yang berhubungan antara fakta-fakta yang telah diperoleh sehingga lebih bermakna. Keempat, historiografi yaitu penyampaian sintesis dalam bentuk karya sejarah.
Bentuk-bentuk kebijakan untuk menanggulangi prostitusi dilakukan oleh pihak Belanda dan Mangkunegaran sebagai penguasa di Surakarta. Hal ini dapat diketahui dari berbagai peraturan yang sengaja dibuat untuk mengatur tindak prostitusi di wilayah tersebut. Pemerintah Hindia Belanda tanggal 15 Juli 1852 mengeluarkan peraturan yang menyetujui adanya komersialisasi aktivitas prostitusi. Peraturan ini berfungsi sebagai upaya untuk mencegah praktek prostitusi liar agar persebaran penyakit kelamin bisa ditekan dan praktek prostitusi lebih terkontrol. Sikap pemerintah kolonial terhadap prostitusi lebih terfokus pada masalah kesehatan dan bukan pada pertimbangan moral. Peraturan tentang prostitusi di wilayah Mangkunegaran diatur dalam pranata persundelan tahun 1907. Dalam aturan itu juga diatur tentang kewajiban aparat kepolisian mengawasi para pelacur di wilayah kerjanya, kewajiban pelacur untuk melapor kepada kepala distrik setempat, pemeriksaan kesehatan terhadap para pelacur yang tercatat dalam buku register, izin pendirian tempat pelacuran larangan meminum minuman keras dan hukumannya. Walaupun telah dibuat kebijakan mengenai pelacuran akan tetapi tindakan tersebut tidak dapat dihentikan. Hanya saja dapat diperkecil tingkat penyebarannya. Dampak pelacuran secara umum ialah menyebarnya penyakit kelamin seperti Siphilis dan Morbi Veneris, merusak sendi-sendi pendidikan moral, karena bertentangan dengan norma agama, susila dan hukum, serta menimbulkan tindak kriminalitas, seperti perjudian, munculnya tempat percanduan serta kebiasaan mabuk.
Kata kunci : Kebijakan, Pelacuran, Surakarta.Tri Rahayuningsih2015-04-15T02:38:26Z2019-01-29T21:05:15Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16559This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/165592015-04-15T02:38:26ZUSAHA NELSON MANDELA DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT AFRIKA SELATAN TAHUN 1991-1999Politik Apartheid merupakan politik penindasan kaum kulit hitam. Munculnya figur seperti Nelson Mandela (Mandela) membawa berkah yang luar biasa bagi Afrika Selatan. Mandela merupakan pejuang Afrika Selatan yang sangat gigih menentang politik apartheid yang diterapkan pemerintah kulit putih negerinya. Mandela merupakan pemimpin moral dan politik, seorang pahlawan internasional yang dedikasinya seumur hidup pada perjuangan menentang penindasan rasial di Afrika Selatan. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) kondisi sosial-ekonomi Afrika Selatan menjelang dihapusnya politik Apartheid (2) kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Mandela dalam memajukan/membangun Afrika Selatan (3) kebijakan politik luar negeri Afrika Selatan (4) perkembangan Afrika Selatan dewasa ini.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode sejarah kritis, sebagaimana yang dijabarkan oleh Nugroho Notosusanto. Tahap-tahap dalam penulisan sejarah, meliputi pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), analisis sumber (interpretasi) dan penulisan sejarah (historiografi). Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan politik dan sosiologis yang ditulis secara deskriptif analitis.
Hasil penulisan skripsi ini menunjukkan bahwa: Pertama, kondisi sosial-ekonomi dan politik Afrika Selatan menjelang dihapuskannya politik Apartheid di Afrika Selatan adalah adanya kesenjangan ekonomi sangat tajam di mana orang-orang kulit putih menguasai perekonomian sedangkan orang-orang kulit hitam hidup dalam kemiskinan. Kedua, dalam membangun masyarakat Afrika Selatan, Mandela membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), adanya kesetaraan gender, membangun masyarakat adil dan modern, meningkatkan kerjasama internasional, dan pelaksanaan pemilu pada tahun 1994. Ketiga, kebijakan politik luar negeri Afrika Selatan, yaitu kerjasama dengan konferensi Asia Afrika yang akhirnya menjadi gerakan Non-Blok, kerjasama antara negara-negara Asia Timur dan negara maju (Eropa dan Amerika) dalam membangun perekonomian Afrika Selatan. Keempat, kondisi Afrika Selatan pada tahun 1999, Afrika Selatan adalah negara kaya dengan jalan-jalan yang bagus, gedung modern, mal-mal mewah yang bersanding dengan bangunan-bangunan eksotik warisan kolonial. Namun dibalik kesuksesan Afrika Selatan tersebut, wabah HIV masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Afrika Selatan.
Kata Kunci : Nelson Mandela, Afrika Selatan 1991-1999Ratih Kesuma2015-04-15T02:34:17Z2019-01-29T21:05:03Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16553This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/165532015-04-15T02:34:17ZKRISIS FASHODA (1898) : KONFLIK ANTARA INGGRIS DAN PERANCIS DALAM MEMPEREBUTKAN HEGEMONI DI SUDANKrisis Fashoda (1898) adalah klimaks dari sengketa wilayah kekuasaan antara Inggris dan Perancis di Sudan (Afrika Timur). Krisis ini berakhir dengan kemenangan diplomatik untuk Inggris. Dengan kemenangan yang diperoleh, pihak Inggris mulai mengatur sistem pemerintahan di Sudan. Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang proses kolonisasi di wilayah Afrika, perebutan wilayah sengketa kekuasaan dan dampak Krisis Fashoda.
Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode sejarah kritis yang dimulai dari tahap: (1) heuristik, yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lalu yang dikenal dengan data sejarah; (2) kritik sumber, yaitu kegiatan meneliti jejak-jejak tersebut baik bentuk data maupun isi data yang telah dihimpun dengan kritik ekstern dan kritik intern, sehingga merupakan fakta sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan; (3) interpretasi atau sintesis, yaitu menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta sejarah yang telah diperoleh; (4) penyajian, yaitu kegiatan menyampaikan sintesa yang telah diperoleh ke dalam bentuk karya sejarah.
Proses kolonisasi di Afrika mulai terjadi ketika perhatian bangsa Barat terhadap Afrika menjadi bertambah besar setelah rahasia kekayaan alam benua “gelap” tersebut dibuka oleh penjelajah-penjelajah terkemuka. Koloni Perancis di Afrika meliputi wilayah Afrika Barat Laut yang terdiri atas Tunisia, Aljazair dan Maroko. Afrika Barat dari Gurun Pasir Sahara sampai Teluk Guinea. Afrika Equatorial terdiri atas Gabon, Congo Tengah dan Ubangi Shari Tsad. Sedangkan wilayah Afrika Timur meliputi pantai teluk Aden, Somalia Perancis dan beberapa pulau antara lain Madagaskar, Reunion dan Comoro. Daerah kekuasaan Inggris terdapat di Afrika Barat, Selatan, Tengah Timur dan Utara, ditambah beberapa pulau di sekitar benua Afrika. Kekuasaan Inggris di Afrika Barat terdapat di Gambia, Sierra Leone, Gold Coast (Pantai Mas) dan Nigeria. Inggris dan Perancis adalah pesaing di daerah lembah Sungai Nil dan pada saat itu kedua tokoh wakil-wakil negara tersebut bertemu disekitar Fashoda. Perdebatan antara kedua wakil negara terus berlangsung dalam memperebutkan wilayah Fashoda. Perselisihan tersebut berakhir dengan kemenangan diplomatik untuk Inggris. Krisis yang terjadi di Sudan tersebut menyebabkan terbentuknya suatu kesepakatan yang dinamakan Condominiun Agreement dan Cordiale Entente.
Kata kunci: Fashoda, Sudan, Inggris, PerancisGandes Sekar Putri2015-04-15T01:35:31Z2019-01-29T21:03:28Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16515This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/165152015-04-15T01:35:31ZUPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SEMESTER II DI SMA NEGERI 1 SANDEN TAHUN AJARAN 2010/2011Mata pelajaran sejarah yang dianggap siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan cenderung hanya menghafal, akan sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya perbaikan sistem pembelajaran salah satunya dengan penggunaan model-model pembelajaran yang inovatif. Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan, motivasi, prestasi belajar sejarah, kendala, dan kelebihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas XI IPS 2 semester II di SMA Negeri 1 Sanden Tahun Ajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan CAR (Classroom Action Research) yang terdiri dari tiga siklus, yang mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari kepala sekolah, guru, dan siswa. Adapun dalam pengambilan data melalui observasi langsung selama proses pembelajaran di kelas, wawancara, angket, dokumen, dan tes hasil belajar. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Penelitian ini menggunakan dua bentuk analisis data yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.
Pelaksanaan model pembelajan kooperatif tipe Two Stay Two Stray di kelas XI IPS 2 pada mata pelajaran sejarah terdiri dari tiga siklus dan pada tiap siklus diberikan angket motivasi serta Pre-tes dan Post-tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajan Two Stay Two Stray secara umum dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 semester II di SMA Negeri 1 Sanden. Hal tersebut terlihat dari peningkatan yang terjadi pada setiap siklusnya. Pada siklus I, peningkatan sebesar 2.76%. Pada siklus II, peningkaatn sebesar 3.33%. Pada siklus III, peningkatan sebesar 4.48%. Penggunaan model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi pada setiap siklusnya. Pada siklus I, rata-rata prestasi siswa meningkat sebesar 0.92. Pada siklus II, meningkat sebesar 1.06. Pada siklus III, meningkat sebesar 1.29. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah siswa membutuhkan waktu yang lama saat berlangsungnya diskusi dan masih ada siswa yang tidak berdiskusi dalam kelompok. Kelebihannya adalah pembelajaran menjadi bermakna, siswa menjadi semangat dan aktif serta motivasi dan prestasi belajar meningkat. viii
Kata Kunci : Motivasi Belajar, Prestasi Belajar, dan Two Stay Two StrayYuli Widyaningsih2015-04-15T01:30:18Z2019-01-29T21:03:17Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16511This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/165112015-04-15T01:30:18ZPEMANFAATAN CANDI PRAMBANAN SEBAGAI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI SEJARAH DI SMP NEGERI 2 KALASANKurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran IPS materi sejarah, disebabkan oleh minimnya penggunaan media pembelajaran. Dibutuhkan suatu pengembangan media pembelajaran yang cocok dengan materi yang diajarkan, seperti pemanfaatan Candi Prambanan sebagai media pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat Candi Prambanan sebagai media dalam pembelajaran IPS materi sejarah di SMP Negeri 2 Kalasan, bagaimana proses pemanfaatan Candi Prambanan sebagai media pembelajaran IPS materi sejarah yang dilakukan oleh SMP Negeri 2 Kalasan, serta adakah kendala-kendala yang dihadapi oleh SMP Negeri 2 Kalasan dalam proses pemanfaatan Candi Prambanan sebagai media pembelajaran.
Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Kualitatif Deskriptif. Pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling. Proses pengambilan data dalam penelitian ini melalui wawancara, angket/kuesioner, dan analisis dokumen. Sumber data diambil dari kepala sekolah, Guru-Guru IPS, siswa-siswi kelas VII dan VIII di SMP Negeri 2 Kalasan, serta beberapa staf pengelola Candi Prambanan. Validitas data menggunakan metode triangulasi, yang terdiri dari triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses penelitian dan setelah penelitian selesai. Penyusunan laporan dilakukan secara deskriptif.
Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa SMP Negeri 2 Kalasan memanfaatkan Candi Prambanan sebagai media pembelajaran. Candi Prambanan besar manfaatnya untuk dijadikan sebagai media pembelajaran IPS materi sejarah di SMP Negeri 2 Kalasan. Proses pemanfaatan tersebut dimulai dari pemilihan lokasi candi untuk belajar siswa, perencanaan kegiatan, proses pembelajaran di candi itu sendiri, pemilihan objek dan koleksi Candi Prambanan yang dipakai sebagai media pembelajaran, sampai dengan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Di Candi Prambanan siswa melakukan pengamatan dengan masuk dan mengelilingi Candi Prambanan, yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan laporan kegiatan. Pengamatan yang dilakukan di Candi Prambanan, meliputi lokasi, bentuk candi, sejarah pendirian, deskripsi lokasi, serta jenis-jenis arca serta relief Candi Prambanan, dengan alokasi waktu sekitar 7 jam. Kendala-kendala yang dihadapi ketika melakukan kegiatan tersebut, terkait dengan masalah waktu, dana, dan keamanan.
Kata kunci : Candi Prambanan, media pembelajaran IPS materi sejarahWahyu Widiasih Musholawati2015-04-14T00:25:41Z2019-01-29T20:52:01Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16222This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/162222015-04-14T00:25:41ZDINAMIKA KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA (1945-1965)Keistimewaan Yogyakarta menjadi perdebatan yang sangat panjang hingga sekarang ini. Kemunculan keistimewaan Yogyakarta merupakan hadiah dari proses perjuangan yang sangat panjang. Tujuan dari penulisan ini adalah memaparkan mengenai dinamika keistimewaan Yogyakarta. Permasalahan yang akan dibahas dalam karya ini adalah sejarah berdirinya Yogyakarta, Yogyakarta setelah proklamasi dan perjuangan mendapatkan hak daerah istimewa. Metode dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian sejarah kritis yang terdiri dari empat langkah. Pertama adalah heuristik, yaitu mengumpulkan sumber-sumber baik dengan mengkaji buku-buku yang relevan, Koran, serta wawancara dengan beberapa pihak. Langkah kedua adalah kritik sumber dimana penulis meneliti sumber yang diperoleh baik secara ekstern maupun intern sehingga diperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan. Setelah dilakukan kritik sumber, tahap ketiga yaitu menafsirkan secara analisis atau sintetis dari bahan yang telah diperoleh sebagai tahap interpretasi. Tahap keempat adalah historiografi (penyajian), dimana pada bagian ini penulis menyajikan hasil penafsiran tersebut secara kronologis dan deskriptif analitis dalam bentuk karya sejarah.
Berdasarkan masalah yang dikaji dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa Kasultanan Yogyakarta merupakan bagian dari Kerajaan Mataram yang terpecah menjadi dua bagian yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Masuknya Belanda ke Kasultanan Yogyakarta membuat Sri Sultan tidak memiliki kekuasaan dalam pemerintahan karena diurus oleh Pepatih Dalem. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, Yogyakarta bergabung dengan RI dan mulai dari sinilah Sri Sultan sangat berperan dalam perpolitikan nasional. Karena pemimpin Yogyakarta mengeluarkan amanat-amanat dan maklumat, maka pemerintah mengeluarkan UU No. 22 tahun 1948 yang menetapkan Yogyakarta sebagai daerah tingkat II dan diperbarui dengan UU No 3 Tahun 1950 yang menetapkan Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian muncul UU No. 1 Tahun 1957 dan UU No. 6 Tahun 1959 yang isinya tentang pemerintahan daerah, serta yang terakhir adalah dengan dikeluarkannya UU No. 18 Tahun 1965 yang mengakui bahwa Yogyakarta adalah salah satu daerah istimewa dan setingkat dengan provinsi. Keistimewaan Yogyakarta dilihat dari kota perjuangan dalam bidang pendidikan, ibukota perjuangan, keharmonisan antar pemimpin, dan menjadi sumber kearifan bagi rakyatnya. Selain itu, Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki budaya yang adi luhur dan merupakan warisan budaya dari zaman dulu yang masih ada sampai sekarang.
Kata Kunci : Dinamika, Keistimewaan Yogyakarta, 1945-1965Inna Felinda2012-06-27T02:14:42Z2012-06-27T02:14:42Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/1035This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/10352012-06-27T02:14:42ZPerencanaan Sumber Daya ManusiaM.M Sunarta2012-06-27T01:42:37Z2012-06-27T01:42:37Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/1031This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/10312012-06-27T01:42:37ZTHE REVITALIZATION OF THE ROLES OF SOCIAL STUDIES IN DEVELOPING THE NATION’S CHARACTER
Abstract The revitalization of the role of social studies learning is important to be done as soon as possible because so far the implementation of social studies learning is not relevant to the goals and purposes of social studies learning. Actually, social studies learning play an important role in character education. Therefore it is necessary to make improvement upgrading steps. The curriculum design and competence standard of graduates should be based on student reality and humanity values, and is not only emphasized on material mastery. The approach of essentialism has to be changed by the social reconstruction theory. The learning process is developed as a cultural transaction process which becomes a united part of student character development. The learning model is more emphasized on active and participative learning. Besides, in order to strengthen the role of social studies learning in developing character education, a good environment condition including the political will from the government, is badly needed. - Sardiman AM2012-06-27T01:39:47Z2012-06-27T01:39:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/1028This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/10282012-06-27T01:39:47ZMAKNA LAMBANG GARUDA PANCASILA DAN PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA- Sardiman AM2012-06-27T01:21:33Z2012-06-27T01:21:33Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/1021This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/10212012-06-27T01:21:33ZANTARA TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN IPS DI INDONESIA**AM Sardiman