Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T12:55:50ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2012-06-20T08:01:17Z2019-10-02T02:16:02Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/370This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3702012-06-20T08:01:17ZPARTISIPASI MASYARAKAT DALAM DESENTRALISASI PENDIDIKAN: PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DAN PARTISIPASI ORANGTUA DALAM PENINGKATAN MUTU PADA SATUAN PENDIDIKANKetimpangan mutu pendidikan antar sekolah dan antar daerah relatif masih tinggi. Dengan desentralisasi pendidikan di¬harap¬¬kan kepedulian daerah terhadap pembangunan pendidikan rak¬yat tidak dapat dioptimalkan.jika belum didukung oleh prinsip kepastian hukum, transparasi, profesio¬nalis¬me dan partisipasi dalam kehidup¬an masyarakat MBS sebagai bentuk pengelolaan pendidikan yang desentralistik belum berjalan secara optimal. De¬mikian halnya, partisipasi orangtua salah satu aspek penting dalam pelaksanaan MBS belum berjalan secara efektif. Padahal, parti¬si¬pa¬si masyarakat secara total merupakan prasyarat untuk meningkat¬kan mutu sekolah. Ber¬dasar¬kan uraian di atas pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagai¬mana respon sekolah terhadap perubahan dari kebijakan sentralistik ke kebijakan desentralistik? 2) Bagaimana penerapan Manajemen Berbasis Sekolah pada satuan pendidikan? Adakah perbedaan peran kepala sekolah dalam me¬nerap¬kan MBS? 3) Ba¬gai¬¬¬mana partisipasi orangtua dalam MBS? Bagaimana keterlibatan orangtua dalam mendorong prestasi anak? Penelitian dilakukan pada sekolah SMP di Kabupaten Sleman, dengan memi¬lih tiga sekolah yakni sekolah yang pernah mendapatkan dana proyek MPMBS dan menunjukkan keberhasilan prestasi akademik yang variatif yakni SMPN 4 Pakem tergolong nilai rata-rata UAN tinggi, SMPN 1 Depok nilai rata-rata UAN sedang dan SMPN 1 Ngaglik nilai rata-rata UAN rendah agar dapat mempelajari dinamika MBS. Data yang digunakan data sekunder dan data primer, yang dalam proses pencarian data dilakukan se¬cara bertahap dengan berbagai metode yakni wawancara, observasi, kuestioner, FGD, dokumentasi gambar dan suara. Analisis data ditampil¬kan dalam deskriptif-kualitatif secara naratif, dan data sekunder diolah untuk mem¬per¬-kuat penjelasan femonena di lapang¬an secara holistik dan komprehensif Hasil penelitian ini menyimpulkan, pertama,ada perbedaan respon terhadap perubahan kebijakan sentralistik ke desentralistik dengan ditunjukkan bahwa semakin otonom sekolah, semakin ada kekuatan untuk lebih desentralitsik dalam mengelola sekolah, ter¬kait dengan kemampuan sekolah dalam menerapkan MBS lebih efektif, mampu mengembangkan strategi mutu yang membawa sekolah ke arah perubahan yang progersif dan significan dalam men¬capai sekolah unggul dan berkualitas; kedua kekuatan sekolah menerapkan MBS dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dan dinamika sekolah. Kemajuan sekolah tergantung pada ”loko-motifnya” yang secara personal ditentukan oleh capacity, achieve¬ment, responsibility, partici¬pant, status sebagai parameternya. Kemampuan personal dalam aplikasinya sangat ter¬gantung pada proses interaksi dalam mem¬bangun sinergi antar peran, artinya: aspek-aspek dalam kemampuan personal yang dimiliki guru, siswa dan orangtua pun berpengaruh pada keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah. Ketiga, guru bekali dengan progam-program peng¬kayaan yang mampu meningkatkan profe¬sio¬nalisme, cara belajar yang efektif dan kreatif yang membantu orangtua dalam meng¬atasi problem anak dalam belajar. Perbedaan ke¬mampu¬an orangtua dalam mem¬berikan kontribusi dana antar sekolah memerlukan dukungan pemerintah dan masya¬rakat untuk lebih peduli memberikan bantuan-bantuan bagi peningkatan sarana-para¬sarana yang memadai bagi proses pembelajaran di sekolah. Keempat, partisipasi edukatif perlu digalakkan oleh sekolah, masya¬rakat bahkan orangtua agar keterlibatan secara akademik bisa terbangun dalam proses pendidikan anak di rumah, di sekolah dan masyarakat. Partisipasi edukatif perlu didesain sesuai dengan kon¬disi dan potensi siswa, orangtua dan keluarga sebagai pedoman untuk mendorong keterlibatan anggo¬ta keluarga dalam proses pen¬didikan anak. Kata kunci: MBS, partisipasi orangtua FIP, 2007 (FILSAFAT & SOSIOLOGI PEND.)Dr Siti Irene Astuti D2012-06-20T06:37:14Z2012-07-23T05:51:39Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/310This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/3102012-06-20T06:37:14ZPEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPSPenelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan apresiasi positif siswa terhadap perbedaan kultur di sekolah sebagai landasan meningkatkan kualitas pembelajaran yang memberikan rasa aman, nyaman, dan suasana kondusif bagi siswa selama belajar. Tujuan khusus penelitian sebagai berikut. Tujuan tahap I: (1) peningkatan kemampuan guru SD dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran multikultural; (2) peningkatan ke-mampu¬an kepala sekolah dan komite sekolah dalam manajemen sekolah yang memfasilitasi pembelajaran multikultural; (3) ter¬susunnya draf model pembelajaran multikultural dan manajemen sekolah yang memfasilitasi pembelajaran multikultural. Tujuan tahap II: (1) tersusunnya modul bahan pembelajaran multikultural bagi murid SD; (2) tersusunnya panduan manajemen sekolah yang memfasilitasi pembelajaran multikultural di SD. Tujuan tahap III: (1) terimplementasikan model dan modul pembelajaran multi¬kultu¬ral, serta model dan panduan manajemen sekolah yang mem¬fasilitasi pembelajaran multikultural; (2) terimbaskan model pem-belajaran multikultural dan manajemen sekolah dan ter¬sosialisasi¬kan sebagai bahan rekomendasi kebijakan pendidikan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Pendekatan umum penelitian ini adalah Research and Development (R & D) yang diselesaikan dalam tiga tahap. Tahap pertama, menggunakan pendekatan survei untuk need assessment. Tahap kedua menggunakan pendekatan “coba dan revisi” untuk mengembangkan model dan modul pembelajaran multikultural dan manajemen sekolah. Tahap ketiga, menggunakan pendekatan action research untuk implementasi model dan modul pembelajar¬an multikultural dan manajemen sekolah. Subjek penelitian diambil berdasar unit sekolah, yaitu SD negeri dari 5 kabupaten/kota di DIY. Sampel diambil secara purposive sampling dengan memper-hatikan sekolah yang kondusif untuk pembelajaran multikultural. Tahun pertama, diambil 15 sekolah dengan responden kepala sekolah, guru kelas III dan IV, dan komite sekolah. Pada tahun kedua melibatkan 10 sekolah dengan responden seperti tahun I ditambah murid kelas III dan IV. Pada tahun ketiga menggunakan 25 sekolah dengan responden sama tahun II ditambah unsur dari Dinas Pendidikan Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan Propinsi. Pe¬ngumpul¬an data menggunakan angket, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, yang didukung dengan buku catatan dan focus group discussion. Analisis data lebih banyak menggunakan teknik deskriptif untuk menggambarkan perubahan dan perkembangan lang¬kah demi langkah serta keterkaitan antarvariabel untuk men¬dapatkan kesimpulan yang lengkap. Hasil penelitian tahun II adalah sebagai berikut. (1) Model pembelajaran multikultrual terpadu menggunakan modul (PMTM) dapat diterima dan dimantapkan oleh para guru sebagai model pem¬belajaran multikultural yang diterapkan di sekolah yang ter¬integrasi dengan materi ilmu pengetahuan sosial dan didukung dengan modul bahan ajar sebagai suplemen materi yang relevan. (2) Model manajemen pendidikan multikultural berbasis sekolah (MPMkBS) dapat diterima dan dimantapkan oleh kepala sekolah dan komite sekolah sebagai model manajemen untuk mengelola dan menciptakan iklim/suasana kondusif berlangsungnya pem¬belajaran multikultural di SD. (3). Modul pembelajaran multi¬kultural secara umum sudah baik dan layak digunakan untuk pembelajaran di SD khususnya kelas III dan IV, dengan rincian: (a) modul pembelajaran multikultural untuk kelas III SD sudah baik dilihat dari kemudahan modul dipahami, kemudahan bahasa yang dipakai, warna yang digunakan, gambar ilustrasi, kemudahan tulis¬an dibaca, isi materi yang disajikan, bahkan sangat baik untuk aspek cerita yang disajikan dan pembahasan yang ada dalam mo¬dul, sehingga siswa sangat senang menggunakannya; (b) modul pembelajaran multikultural untuk kelas IV SD sudah baik dilihat dari kemudahan modul dipahami, kemudahan bahasa yang dipakai, warna yang digunakan, gambar ilustrasi, isi materi yang disajikan, pembahasan yang ada dalam modul, bahkan sangat baik untuk aspek cerita dan isi materi yang disajikan, sehingga siswa senang meng¬gunakannya. (4) Panduan manajemen multikultural berbasis sekolah secara umum sudah memadai dan dapat dipahami oleh kepala sekolah dan komite sekolah sebagai acuan mengelola atau menciptakan kondisi kondusif untuk pembelajaran multikultural secara optimal. Isi buku panduan sudah baik dan mudah dipahami oleh kepala sekolah dan komite sekolah untuk aspek struktur sajian, keruntutan materi, cakupan/kelengkapan materi, konsistensi pem¬bahas¬an, kejelasan uraian, bahasa, dan contoh-contoh yang disaji¬kan. Kata kunci: multikultural, pembelajaran multikultural, model pembelajaran FIP, 2007 (FILSAFAT & SOSIOLOGI PEND.)Hanum, M.Si Farida