Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T14:34:01ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2012-08-14T04:46:22Z2019-01-29T15:52:01Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4123This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/41232012-08-14T04:46:22ZNILAI-NILAI ISLAM DALAM ORNAMEN PINTU BLEDEG MASJID AGUNG DEMAKNILAI-NILAI ISLAM DALAM ORNAMEN PINTU BLEDEG MASJID AGUNG DEMAK Oleh Marsidik NIM. 012624025 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam ornamen Pintu Bledeg Masjid Agung Demak dilihat dari tiga sudut pandang yaitu contour, content dan context. Deskripsi didasarkan pada makalah yang ditulis oleh H.M Imam Soenanto, teori-teori dari buku yang relevan dan data-data dari arti yang dituliskan dalam Al-Qur’an serta Al-Hadits, ditambah hasil wawancara dengan informan. Subjek penelitian ini adalah ornamen Pintu Bledeg. Penelitian difokuskan pada bagaimana nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya. Data diperoleh dengan teknik wawancara dan dokumentasi langsung di Museum dan Masjid Agung Demak. Data dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ornamen Pintu Bledeg dilihat dari contour; terdiri dari beberapa bagian yaitu motif tumpal, mahkota, kepala naga, jambangan, bunga tumbuhan, lung dan camara. Dalam ornamen tertsebut terdapat beberapa motif yang berasal dari Majapahit, yaitu pada motif tumpal dan pemakaian lambang Surya Majapahit yang distilir menjadi mata naga. Susunan lung (kalpalata) dan jambangan mempunyai kesamaan dengan hasil seni ornamen Jawa-Budha abad VIII. Warna yang digunakan merah, hijau, dan putih. (2) ornamen tersebut dilihat dari content; motuif tumpal simbol hubungan manusia dengan Allah s.w.t, motif mahkota simbol Al-Wahid, motif kepala naga simbol kekuatan dalam berdakwah Islam, motif jambangan simbol agama Islam, dan motif bunga tumbuhan simbol kesuburan ajaran Islam, sedangkan warna merah, biru dan putih simbol keselamatan dari Allah s.w.t. (3) ornamen tersebut dilihat dari context; mengangkat mitos Ki Ageng Selo sewaktu menangkap dan menahlukkan halilintar atau petir (Jawa: bledeg). Mitos ini divisualisasikan kedalam ornamen simbolis dan dijadikan sebagai media dakwah Islam yang dilakukan Walisanga. Kesimpulannya, nilai-nilai Islam yang terkandung dalam ornamen Pintu Bledeg disimbolkan kedalam warna dan motif-motif ornamen simbolis. Simbol-simbol tersebut adalah simbol konstitutif yaitu simbol-simbol yang terbentuk sebagai kepercayaan-kepercayaan dan merupakan inti dari agama Islam.Seni Rupa Marsidik2012-08-14T04:46:20Z2012-08-14T04:46:20Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4093This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40932012-08-14T04:46:20ZKAJIAN BAHASA RUPA TOPENG BALI KLASIKTulisan ini disusun berdasarkan hasil penelitian terhadap kajian rupa gambar dan tulis seni prasi wayang Bali. Penelitian ini berusaha menggali dan memperkenalkan nilai-nilai lokal tradisional Bali dengan harapan untuk bahan masukan bagi perkembangan komik di Indonesia. Sebagai bahan kajian analisa dalam penelitian ini penulis tekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan bentuk atau rupa prasi , yaitu menyangkut masalah isi wimba dan cara wimba. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif . Pengertian deskriptif (Descriptive research). Dengan memanfaatkan sumber data dari karya prasi cerita wayang klasik Bali dan didukung pendapat para responden yang terdiri para seniman seni prasi, juga dari pengamat seni yang paham terhadap permasalahan yang diambil. Dalam pengambilan sampel disesuaikan dengan sampel yang digunakan yaitu dari: sumber kepustakaan, nara sumber yang dipilih secara proporsional dan purpossive sampling dan hasil pencatatan sumber data historis, juga pencatatan di lapangan langsung. . Untuk menganalisa karya digunakan model analisa data, dalam proses ini ada tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi sebagai suatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data berlangsung. Dari hasil penelitian terhadap gambar dan tulis seni prasi wayang ditinjau dari visulisasi bentuk rupa isi wimba terdapat wimba manusia, binatang, pohon-pohonan, bangunan, batu-batuan. Tokoh wimba manusia dibuat menyerupai wayang klasik gaya Kamasan, dengan bentuk dekoratip “tampak khas yang mudah dikenali”. Seni prasi masih terikat dengan aturan-aturan (pakem) wayang dekoratif tradisional. Mengenai cara wimba yang menonjol adalah penggambaran bentuk cara wimba wayang tradisional, yang ada kemiripan dengan wayang klasik gaya Kamasan, terutama tampak dalam gaya ungkap cara wimba yaitu : medium long shot pengambilan obyek dari kepala sampai kaki, ada diperkecil dan ada diperbesar, para tokoh tampak seluruh tubuh, ruang sedikit kosong pada bagian atas. Dari sudut pengambilan tampak sudut wajar (normal angle shot) dan aneka tampak. Penggambaran sekala lebih kecil dari aslinya, penggambaran sudah di stilasi, ekspresif, dekoratif. Cara lihat dari arah kiri ke kanan, kejadiannya mulai dari kiri baru kejadian sebelah kanannya. Penggambaran para tokoh dengan cara aneka tampak (gaya wayang) dilengkapi dengan ragam wimba hias dan wimba atribut, serta ukuran pengambilan dari kepala sampai kaki sebagai salah satu kekuatan cara penggambaran yang menonjolkan gestur (bahasa tubuh, disamping menggambarkan budaya asli Indonesia yang tampak dalam obyeknya. Suardana I Wayansuardanauny@yahoo.co.id2012-08-14T04:46:20Z2018-08-28T06:05:17Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4098This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40982012-08-14T04:46:20ZREINKARNASIMakna Karya Judul lukisan adalah Reinkarnasi , kehidupan selalu berputar seperti roda, tidak ada yang kekal abadi, dalam kehidupan ini sangat banyak hal-hal yang terjadi, suatu hal yang pernah kita cermati antara kebaikan dan keburukan selalu ada, siang malam, hitam putih, hidup mati, hal ini tidak mungkin dielakan dalam kehidupan ini. Mungkin sebagai usaha sang pencipta untuk keseimbanganga dunia supaya bisa tentram dan damai. diaplikasikan tidak secara realistis, hanya merupakan ungkapan ide yang secara spontannitas muncul dan diekpresikan kebidang kayu dipahat dan diwarnai. Karya ini mempunyai kecenderungan bentuk yang mengarah pada bentuk-bentuk lukisan ekspresionisme. Bentuk yang dihadirkan dalam lukisan ini simbol sebagai ikon kehidupan yang seakan-akan pernah dialami setiap orang, tapi bentuk disini dikemas sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu mengolah pikir orang pada suatu manifestasi wacana yang ada. Bentuk yang sederhana ini bisa dicerna oleh kesadaran mata yang biasa dalam menangkap makna lukisan secara kongkrit. Manifestasi bentuk yang dibuat tidaklah mengada-ada atau hanya sekedar menghadirkan realitas bentuk sebagai pelengkap. Dalam menyampaikan maksud yang diinginkannya sesuai dengan konsepsi yang mengendap dan mengkristalkan di dunia ide, divisualisasikan dalam bentuk tampilan bagian utama dari simbol-simbol hanya sebagai kesan dalam lukisan. Bentuk yang tampak pada lukisan diperkaya oleh polesan warna-warna yang mendukung baik warna sebagai bentuk yang utuh mengisi ruangan maupun warna sebagai pelengkap. Karya ini kental nuansa manifestasi garis, warna, bentuk-bentuk yang mengandung simbolis dalam suatu format ekspresif dan masih perlu dikaji secara terperinci tentang makna yang ada pada kehidupan ini. Secara kongkrit komposisi bentuk diolah sedemikian rupa dengan goresan yang lugas/spontan dan sangat kuat kandungan rasa dimana visualisasi bentuk itu sendiri. Responsibiliti yang yang ditimbulkan oleh bentuk-bentuk tersebut sangat kuat sekali membangun interprestasi ke dalam wacana konstruktif konsepsi yang dimaksud. Kahadiran bentuk-bentuk di sini merupakan aspek yang pertama dan utama di dalam mengsinkronkan hubungan tematis secara idealita dengan visualisasi secara nyata menurut penafsiran tanpa terikat aturan formal sebuah bentuk yang lazim dan nyata adanya. Deskripsi bentuk dalam hampir keseluruhan karya seni lukis adalah sebuah realitas bentuk-bentuk mengandung makna visual sesuai dengan penafsirannya dalam satu kesatuan rasa dan ekspresi. Komposisi bentuk yang dimanifestasikan mengarah pada konsekuensi ekspresi dari sebuah hasil pengendapan yang diperoleh lewat pengamatan terhadap barong itu sendiri. Komposisi bentuk ini didukung oleh intensitas warna yang cerah, spontan, bertumpuk satu dengan lainnya, sehingga keberadaan bentuk itu sendiri sangat menonjol sebagai bagian yang integral. Seluruh penataan bentuk dalam lukisan ini mengedepankan makna di balik bentuk itu sesuai dengan responsibiliti yang ditimbulkannya. Bentuk-bentuk ini tampaknya menjadi interes bagi sebagai konsepsi penciptaan. Gambaran bentuk tersebut memiliki spesifikasi sebagai suatu cerita dalam perwujudan bentuk kehidupan yang terintegrasi secara baik dan proporsional sehingga format cerita yang disampaikan lewat goresan palet dan kuas.I Wayan Suardana2012-08-14T04:46:19Z2012-08-14T04:46:19Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4041This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40412012-08-14T04:46:19ZGejala-gejala Karya Seni Lukis Anak-anak TK dan Pembinaannya di Kecamatan BantulDrs. Suwarna2012-08-13T06:24:38Z2018-08-28T06:04:59Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4072This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40722012-08-13T06:24:38ZTWO DANCERSUkuran: 70x70cm
Media dan teknik: Batik di atas kain
Tahun pembuatan 2005
Dipamerkan pada acara: Pameran Nasional Seni Rupa Dosen, Alumni, dan Mahasiswa (DAM) dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-49 UNY Seni Rupa di Gedung Hall Rektorat UNY tanggal: 18-20 Mei 2010Dwi Retno Sri Ambarwati