Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T06:40:09ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2015-10-27T01:33:45Z2023-09-20T01:04:48Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27616This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/276162015-10-27T01:33:45ZANALISIS KERAJINAN BATIK TULIS PRODUKSI BERKAH LESTARI GIRILOYO WUKIRSARI IMOGIRI BANTULPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis kerajinan batik tulis produksi Berkah Lestari Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul, ditinjau dari motif dan warna. Manfaat penelitian secara teoritis adalah menambah pengetahuan dan memperluas wawasan bagi generasi muda khususnya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan FBS UNY. Manfaat secara praktis adalah sebagai bahan referensi dan dapat memperkaya kajian ilmiah di bidang seni kerajinan batik lebih lanjut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menghasilkan data yang bersifat deskriptif. Instrumen utama pada penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai human instrument yang dilengkapi dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik penentuan validitas atau keabsahan data menggunakan triangulasi dan ketekunan pengamatan. Teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa: a) Proses pembuatan batik tulis Berkah Lestari meliputi beberapa tahap yaitu: memola, membatik klowong, membatik isenisen, menembok, pewarnaan, dan pelorodan. b) Motif yang diterapkan pada batik Berkah Lestari adalah 1) Pada kain batik ceplok blekok terdapat motif blekok, motif ketiko, motif lumbu-lumbuan dan motif bunga. 2) Pada kain batik lereng sente terdapat motif lereng dan motif kembang tanjung. 3) Pada kain batik batik parang kembang terdapat motif parang dan motif tumbuhan. 4) Pada kain batik ceplok kawung terdapat motif kawung, motif mlinjon, motif bunga mawar, motif bunga kenikir, dan motif daun. 5) Pada kain batik parang kawung truntum terdapat motif parang, motif kawung dan motif truntum. 6) Pada kain batik godong telo terdapat motif daun ketela, motif ranting, daun dan bunga. 7) Pada kain batik peachock terdapat motif burung merak, motif bulu dan motif tumpal bawah. 8) Pada kain batik ceplok catur terdapat motif bunga, buah dan daun yang disusun menjadi kesatuan. 9) Pada kain batik kembang tetehan terdapat motif lung-lungan melati, motif truntum dan motif daun. c) Warna yang digunakan pada batik Berkah Lestari adalah naptol dan indigosol, 1) Kain batik ceplok blekok warna yang digunakan adalah variasi dari warna biru yaitu warna biru muda, biru, biru tua dan biru gelap. 2) Kain batik lereng sente warna yang digunakan adalah warna coklat dan
warna hijau. 3) Kain batik parang kembang warna yang digunakan adalah warna ungu muda dan warna ungu tua. 4) Kain batik ceplok kawung warna yang digunakan adalah hijau, warna merah dan warna coklat. 5) Kain batik parang kawung truntum warna yang digunakan adalah warna coklat muda dan warna coklat tua. 6) Kain batik godong telo warna yang digunakan adalah warna merah, warna coklat dan warna hitam. 7) Kain batik peachock warna yang digunakan adalah warna ungu, warna coklat, warna merah, dan warna biru. 8) Kain batik ceplok catur warna yang digunakan adalah warna coklat dan warna biru. 9) Kain batik kembang tetehan warna yang digunakan adalah warna hijau.Amalia Rahmawati2015-10-26T06:34:50Z2023-09-20T01:04:48Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27571This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/275712015-10-26T06:34:50ZBATIK CARICA DI HOME INDUSTRY BATIK “CARICA LESTARI” DESA TALUNOMBO SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAHPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dan mendeskripsikan karakteristik Batik Carica ditinjau dari bentuk motif, pola penerapan, warna, dan fungsinya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Batik Carica di home industry batik Carica Lestari. Penelitian difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan bentuk motif, pola penerapan, warna dan fungsi. Data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Data wawancara dilakukan secara snowball (cara bola salju) dengan beberapa tokoh yang berkompetensi sesuai bidangnya. Keabsahan data diperoleh melalui ketekunan pengamatan dan triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Bentuk motif Batik Carica adalah bentuk naturalis dari daun dan buah carica, bentuknya menyerupai daun pepaya dengan enam tulang daun lengkap dengan tangkainya (motif carica) dan naturalis dari buah carica (motif buah), (2) Pola penerapan dengan teknik batik cap. Penyusunan pola dengan pola 34, sejajar, acak, dan diagonal. Masyarakat
Wonosobo mengenal pola diagonal dengan pola rejeng. Hal tersebut dipengaruhi pola pikir masyarakat, bahwa batik adalah kain batik yang polanya miring (rejeng), (3) Warna Batik Carica adalah warna cerah (ngejreng) seperti merah, biru, kuning, ungu dan coklat matang. Warna dipengaruhi batik pesisiran (Pekalongan) dan didukung karakter masyarakat Wonosobo menyukai warna cerah, (4) Fungsi Batik Carica sebagai sandang yaitu berupa busana utama (baju adat daerah), seragam sekolah, seragam dinas dan kantor, kebutuhan rumah tangga dan busana modern. Batik Carica ada yang bersifat pakem dan pengembangan Batik Carica sesuai pesanan konsumen.Anita Hidayati2015-10-26T03:57:30Z2023-09-20T01:04:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27549This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/275492015-10-26T03:57:30ZMATERI PEMBELAJARAN SENI RUPA BERMUATAN POTENSI LOKAL DI SMA NEGERI 1 TURI KELAS X, XI, XII SEMESTER GANJIL DAN GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan materi pembelajaran seni rupa bermuatan potensi lokal, serta mengetahui pelaksanaan pembelajaran seni rupa bermuatan potensi lokal di SMA Negeri 1 Turi pada kelas X, XI, dan XII semester ganjil dan genap tahun ajaran 2012/2013.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dengan dibantu oleh instrumen pendukung yaitu pedoman observasi, dokumentasi, dan wawancara, alat bantu penelitian yang digunakan adalah buku catatan atau peralatan tulis, alat perekam, dan kamera. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan ketekunan pengamatan dan triangulasi. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pengembangan materi pembelajaran seni rupa bermuatan potensi lokal ditekankan pada kebutuhan siswa, kondisi sekolah, dan kondisi wilayah. Pengembangan materi pembelajaran seni rupa berorientasi pada potensi salak. Pengembangan materi pembelajaran seni rupa mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Pengembangan materi pembelajaran seni rupa mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Materi pada aspek kognitif yaitu materi apresiasi dan berapresiasi seni. Materi pada aspek psikomotor yaitu materi produktif yang meliputi merancang dan membuat karya seni rupa. Aspek afektif yaitu nilai-nilai yang mengacu pada karakter, yaitu: tanggung jawab, disiplin, kreatif, mandiri, peduli lingkungan, religius, peduli sosial, cinta tanah air, kerja keras, menghargai prestasi. (2) Pelaksanaan pembelajaran seni rupa bermuatan potensi lokal dimulai dari tahap persiapan yaitu menyiapkan silabus dan RPP yang dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar untuk pembelajaran bermuatan potensi lokal. Model pembelajaran yang digunakan adalah CTL. Media pembelajaran yang digunakan ialah contoh gambar dengan LCD proyektor, dan evaluasi dilakukan dengan tes tertulis dan penilaian karya.Desy Dwi Susanti2015-10-26T03:52:40Z2023-09-20T01:04:48Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27547This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/275472015-10-26T03:52:40ZBATIK TULIS DAN CAP PERUSAHAAN TUGIRAN DI PANDAK BANTUL YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembuatan, penerapan motif dan penerapan warna perusahaan Batik Tugiran di Pandak Bantul Yogyakarta. Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif, pengembangan metode penelitian kualitatif ini bersumber pada teknik sebuah pengumpulan data meliputi wawncara, observasi dan dokumentasi. Dan instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu pedoman observasi, dokumentasi dan wawancara. Serta menggunakan alat bantu lain seperti kamera digital,
Mp4, dan peralatan tulis, Keabsahan data menggunakan metode triangulasi data dan Teknik analsis data dengan cara: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Mengenai proses batik Tugiran, keseluruhan sudah menggunakan alat dan bahan yang berkualitas walaupun ada beberapa kekurangan dalam hal tenaga kerja, tetapi hasil batikan dari perusahaan Tugiran ini tidak kalah bersaing dengan batik lainya. (2) Motif yang diterapkan di perusahaan Tugiran baik cap dan tulis dapat dikatakan beragam seperti motif tumbuhan atau flora meliputi motif bunga melati, bunga mawar. Dan motif Yogyakarta seperti kawung, parang. Motif fauna atau hewan meliputi gajah, burung, ikan. dan yang terakhir motif wayang motif ini tidak menjadi prioritas utama hasil batikan Tugiran karena konsumen tidak banyak yang berminat dengan motif wayang. (3) Warna yang diterapkan di perusahaan Tugiran keseluruhan banyak menggunakan warna gelap misalnya seperti warna hitam sebagai warna backround dan itu terlihat diseluruh batikannya, warna merah tua mendominasi keseluruhan objek motif. Tujuannya yaitu untuk menemukan karakteristik batikannya sehingga mempunyai kriteria tersendiri, Industri batik yang semakin bersaing memaksa para perajin untuk berfikir kreatif yaitu salah satunya dengan memberikan pewarnaan yang berbeda dengan batik lainya termasuk Tugiran, tujuannya yaitu untuk mempertahankan usaha batik Tugiran dan sekaligus melestarikan keberadaan batik, karena batik adalah warisan budaya yang harus dihargai.Sifaun Ahya2015-10-26T03:47:18Z2023-09-20T01:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27546This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/275462015-10-26T03:47:18ZGITAR SEBAGAI IDE PENCIPTAAN MACAM-MACAM BINGKAI CERMINPenulisan konsep Tugas Akhir Karya Seni ini bertujuan untuk merancang konsep, proses perwujudan karya, dan mendeskripsikan karya seni kerajinan kayu berupa macam-macam cermin. Bersumber idekan dari alat musik populer yaitu gitar dengan segala keunikan bentuk visualnya yang telah distilasi sedemikian rupa sehingga dapat dihasilkan karya seni kerajinan kayu bermacam-macam bentuk bingkai cermin untuk difungsikan sebagai sarana bercermin sekaligus
penghias suatu ruangan oleh pemakainya, khususnya dalam hal ini yang menjadi sasaran adalah remaja/pemuda. Gitar dipilih karena alat musik tersebut sudah sangat populer di masyarakat, terlebih di kalangan anak-anak muda, antara lain melalui karakter bentuk, warna, dan tentu saja bunyi atau fungsinya dalam bermusik.
Metode yang digunakan dalam penulisan dan penciptaan karya seni ini adalah melalui studi kepustakaan mengenai bentuk visual dan warna gitar, aspek seni rupa (estetik dan aspek-aspek lainnya), kemudian dilanjutkan ke proses perancangan sket alternatif, sket terpilih, desain (gambar kerja), dan pola. Proses pembuatan karya dimulai dengan persiapan bahan dan alat, penerapan pola, yang dilanjutkan proses pembuatan karya dengan teknik kerja mesin dan kerja manual. Finishing menggunakan bahan cat duco dan melamine untuk keunikan dan melindungi permukaan karya. Setelah selesai difinishing, kemudian dilakukan evaluasi untuk quality control, dan setelah lolos (dicek) dilanjutkan pemasangan kaca cermin sesuai ukuran, terakhir adalah pengepakan karya dan merencanakan untuk mengadakan pameran karya seni.
Dari proses penciptaan karya seni tersebut, diperoleh hasil berupa 9 buah cermin dinding 2 buah cermin duduk dan 2 buah cermin genggam, lengkap dengan konsep deskripsi karyanya. Karya seni tersebut dapat menjadi alternatif dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama kaum muda mengenai bermacam-macam bentuk bingkai cermin yang unik dan sesuai dengan jiwa, tren
hobi atau nilai popularitas budaya dalam musik.Reno Apriyansah2015-10-26T03:35:19Z2023-09-20T01:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27542This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/275422015-10-26T03:35:19ZABJAD SEBAGAI IDE PEMBUATAN KURSI ANAKPenulisan konsep Tugas Akhir Karya Seni bertujuan untuk merancang konsep, proses visualisasi, dan mendeskripsikan karya seni berupa kursi anak yang mengambil sumber ide abjad Franklin dengan bentuknya. Dengan adanya abjad pada fariasi kursi anak, peran kursi itu sendiri akan bertambah, kursi akan menjadi media pembelajaran tak hanya sebatas sarana dalam pembelajaran.
Bentuk dari abjad tersebut telah distilasi sedemi kian rupa sehingga dapat dihasilkan karya untuk digunakan sebagai sarana penunjang dalam dunia pendidikan anak usia dini. AbjadFranklin dipilih karena abjad ini memiliki bentuk yang tegas dan unik (memiliki bentuk yang mudah dalam pengembangannya).
Metode yang digunakan dalam penulisan dan perancangan karya seni ini adalah melalui studi kepustakaan, kemudian dilanjutkan ke proses perancangan sket alternatif, sket terpilih, desain (gambar kerja), dan pola. Proses pembuatan karya dimulai dengan persiapan bahan dan alat, penerapan pola, bahan yang dilanjutkan proses pembuatan karya dengan teknik kerja bangku dan kerja mesin. Finishing menggunakan cat warna dan clear finishnon toxic mowilex agar karya aman digunakan anak.
Dari perancangan karya kursi anak dengan bentuk abjad tersebut diperoleh dua puluh enam jenis kursi dengan bentuk huruf franklin A sampai Z pada sandaran dan ornament huruf franklin besar (kapital) dan kecil pada bagian depan dan belakang kursi. Dengan bentuk fariasi abjad pada kursi ini akan membuat kursi itu sendiri lebih indah dari kursi umumnya. Kursi tersebut cocok untuk anak usia dini dan sekaligus dapat membantu anak usia dini dalam pengenalan huruf sebagai pembekalan pendidikan kepada usia dini.YasinEko Prasetyo2015-10-26T03:28:40Z2023-09-20T01:04:48Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/27540This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/275402015-10-26T03:28:40ZMEMBATIK DENGAN TEPUNG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK NEGERI PEMBINA YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui tepung yang tepat digunakan membatik dalam upaya meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK Negeri Pembina Yogyakarta.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental atau eksperimen semu (eksperimen yang tidak sebenarnya). Subjek penelitian adalah anak TK Negeri Pembina Yogyakarta kelompok B5 yang berjumlah 25 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah (1) Meningkatnya respon anak saat membatik pada pratindakan hingga siklus II, (2) Masing-masing aspek penilaian masuk dalam kategori tinggi dengan batas nilai lebih dari atau sama dengan 91 atau 91 = X.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa membatik menggunakan tepung warna warni lebih disenangi anak-anak kelompok B5 TK Negeri Pembina Yogyakarta karena warnanya yang menarik sehingga anak-anak semangat membatik dengan begitu, motorik halus anak akan dapat terlatih dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan respon anak pada pratindakan, siklus I, dan siklus II. Berdasarkan hasil analisis, jumlah penilaian respon anak saat membatik pada pratindakan sebesar 315 dan mengalami peningkatan setelah kegiatan membatik mengguanakan media tepung pada siklus I sebesar 442,5 kemudian kembali mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 485. Dengan demikian, pada saat tindakan respon anak kelompok B5 TK Negeri Pembina Yogyakarta
mengalami kenaikan dibandingkan dengan respon anak pada saat pratindakan. Hal ini disebabkan karena pada saat pratindakan, anak terlihat lebih tegang, tidak mandiri, dan takut saat kegiatan membatik.Era Paraswati2015-08-20T07:50:04Z2023-09-20T01:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/25343This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/253432015-08-20T07:50:04ZFUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK KERAJINAN TEPAK ADAT MORGE SIWE KAYUAGUNG SUMATERA SELATANPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi dan makna simbolik kerajinan Tepak Adat Morge Siwe Kecamatan Kota Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif. Sebagai subjek penelitian adalah kajian fungsi dan makna simbolik, dan yang dijadikan objek adalah sejenis benda pakai yaitu Tepak. Data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, dan dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi serta alat elektronik recorder dan camera. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan metode peningkatan ketekunan pengamatan dan
triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama dari segi fungsi, Tepak adalah sebagai keperluan antar keluarga digunakan pada upacara adat Morge Siwe, sebagai keperluan masyarakat kejenjang pemerintah dan keperluan antar pemerintah digunakan pada tari penguton untuk upacara ritual penyambutan tamu, sebagai lambang adat Morge Siwe gambar Tepak digunakan pada stempel Pembina adat, sebagai keperluan sehari-hari digunakan untuk tempat atau wadah ramuan makan sirih, dan sebagai keperluan pemenuhan rumah tangga digunakan untuk menghias lemari dan buffet. Kedua dari segi makna simbolik, Tepak sebagai simbol sarana pembuka bicara yang artinya menghormati lawan bicara, sebagai simbol penghormatan artinya dengan Tepak yang di sodorkan kita menghormati tamu, sebagai simbol penghargaan artinya dengan Tepak yang di sodorkan kita menghargai tamu, sebagai simbol kekuasaan artinya dengan Tepak yang disodorkan menunjukkan inilah budaya kami orang Kayuagung selalu dalam kehidupan saling menghormati dan menghargai, dan sebagai simbol utama adat suku Kayuagung atau Morge Siwe artinya diharuskan masyarakat pengguna adat bersikap sopan dalam berbicara, berbuat dan bertindak, dan santun dalam menyampaikan suatu pembicaraan terhadap pihak yang lain.Merky Ali2015-07-09T02:20:27Z2023-09-20T01:04:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23082This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230822015-07-09T02:20:27ZPENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KELAS VII DI SMP NEGERI 15 YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan multimedia pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran keterampilan bagi siswa kelas VII di SMP Negeri 15 Yogyakarta, (2) menghasilkan multimedia pembelajaran keterampilan bagi siswa kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta yang layak digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan, dengan prosedur pengembangan adaptasi dari model penelitian dan pengembangan Borg dan Gall (Sugiyono, 2011 : 9), dengan enam tahap yaitu: (1) Analisis kebutuhan, (2) Perencanaan pengembangan pembelajaran, (3) Pengembangan produk, (4) Produk awal, (5) Evaluasi, dan (6) Produk akhir. Validasi produk dilakukan oleh dua orang ahli materi keterampilan dan satu orang ahli media pembelajaran. Total subjek uji coba multimedia pembelajaran keterampilan melibatkan 54 peserta didik SMP kelas VII di SMP Negeri 15 Yogyakarta, terdiri dari uji coba perorangan sebanyak 5 peserta didik, uji coba kelompok kecil sebanyak 15 peserta didik, dan uji coba kelompok besar sebanyak 34 peserta didik. Metode pengumpulan data adalah: wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Data dihimpun memalui angket yang kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif guna mengetahui kualitas multimedia pembelajaran keterampilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor validasi I oleh dua ahli materi pada aspek pembelajaran &materi/isi= 90.1%, kategori sangat layak.Hasil validasi II oleh ahli media menunjukkan persentase rata-rata dari ketiga tahap validasi pada aspek tampilan & pemrograman =87.2%, kategori sangat layak.Pada uji coba perorangan persentase rata-rata penilaian seluruh aspek = 79.9%, kategori sangat layak. Ujicoba kelompok kecil persentase rata-rata penilaian seluruh aspek = 85.6%, kategori sangat layak.Uji coba kelompok besar persentase rata-rata penilaian seluruh aspek = 84.1%, kategori sangat layak.Dari analisis data yang diperoleh diatas, menunjukkan bahwa multimedia pembelajaran keterampilan kelas VII di SMP Negeri 15 Yogyakarta masuk dalam kriteria sangat layak, dikembangkan secara sistematis, berkualitas, serta layak digunakan untuk kegiatan pembelajaran bagi peserta didik kelas VII di SMP Negeri 15 Yogyakarta.Ziljian Abu Rizal2015-07-09T02:16:56Z2023-09-20T01:04:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23081This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230812015-07-09T02:16:56ZPROSES PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BATIK BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI KELAS VIII A SMP NEGERI 1 BERBAH TANJUNGTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013Yanuarius Martus2015-07-09T02:12:41Z2023-09-20T01:04:48Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23080This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230802015-07-09T02:12:41ZBATIK PAOMAN INDRAMAYU JAWA BARATTujuan penelitian pada penelitian berjudul Batik Paoman Indramayu Jawa Barat ini yakni mengetahui secara mendalam tentang Batik Paoman Indramayu Jawa Barat terkait dengan karakteristik proses, motif, dan warnanya. Kegunaan penelitian secara teoritis adalah menambah pengetahuan dan memperluas wawasan bagi pembaca khususnya pada mahasiswa Program Studi Seni Kerajinan Fakultas Bahasa dan Seni UNY, manfaat secara praktis adalah sebagai bahan acuan referensi dan dapat memperkaya kajian ilmiah dibidang seni kerajinan batik.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan menghasilkan data yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti dengan menggunakan pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi dan ketekunan pengamatan. Teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian Batik Paoman Indramayu Jawa Barat terkait dengan karakteristik proses, motif, dan warna menghasilkan data sebagai berikut; 1) Proses pembuatan Batik Paoman Indramayu terdiri dari memola, mencanting, proses pewarnaan, dan sampai tahap akhir yaitu melorod. Adapun karakteristik proses pembuatan Batik Paoman yaitu terdapat teknik tambahan yakni teknik complongan. Nyomplongi merupakan proses melubangi kain dengan cocohan jarum yang dilakukan setelah proses nemboki, dengan cara melubangi kain hingga menghasilkan titik-titik halus setelah proses pewarnaan dengan menggunakan alat yang bernama complongan. 2) Karakteristik motif Batik Paoman yaitu terdapat motif flora meliputi rumput laut, bunga sekar niem, kembang suket, kembang gunda, dan kembang tanjung, sedangkan pada motif fauna meliputi ikan, iwak etong, kepiting, ubur-ubur, bintang laut, crepung, burung, dan buaya. Dari motif flora dan fauna pada Batik Paoman terbentuk dari bentuk lengkung dan garis yang meruncing (ririan), dan banyak titik yang dihasilkan dari teknik complongan, serta terdapat isen-isen cecek dan sawut yang berbentuk garis pendek dan kaku, selain itu penerapan motif pada Batik Paoman selalu ramai. 3) Karakteristik warna Batik Paoman yaitu menerapkan warna-warna cerah dan meriah, yakni warna merah, hijau muda, kuning, pink, ungu, oranye, dan biru muda. Hal ini dikarenakan dipengaruhi oleh batik Cina dan selain itu warna cerah pada Batik Paoman dilatarbelakangi oleh karakter masyarakat Indramayu yang semangat, ceria, energi, bersahabat, dan percaya diri.Tity Sari Handayani2015-07-09T02:09:33Z2023-09-20T01:04:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23078This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230782015-07-09T02:09:33ZPENINGKATAN PEMBELAJARAN KREATIVITAS PEMBUATAN BATIK MELALUI PENDEKATAN KOLABORATIF SISWA KELAS XI MULTIMEDIA SMK NEGERI 1 BANTUL TAHUN PELAJARAN 2011/2012Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan pembelajaran pembuatan batik melalui pendekatan kolaboratif siswa kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Bantul Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Multimedia sejumlah 32 siswa.Teknik pengumpulan data dengan menggunakan pedoman observasi, lembar kreativitas, catatan lapangan, dan dekomentasi, Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kreativitas pembuatan batik pada pra tindakan belum menerapkan pendekatan kolaboratif, dikatakan hasil nilai dengan kategori baik sebanyak 4 siswa (12,5%), kategori cukup sebanyak 11 siswa (34,4%), dan kategori kurang sebanyak 17 siswa (53,1%) atau jumlah rata-rata nilai sebesar 3,99. Hasil dalam pra tindakan belum baik karena siswa masih mencontoh dari buku pelajaran baik warna, motif, maupun penerapan motifnya. Pada siklus I, guru (peneliti) menerapkan metode pendekatan kolaboratif dengan menugaskan siswa mencari contoh bentuk-bentuk motif batik dari internet (www.motif batik.com) didapatkan hasil nilai dengan kategori amat baik sebanyak 7 siswa (21,98%), kategori baik sebanyak 11 siswa (34,4 %), kategori cukup sebanyak 9 siswa (28,1%) dan kategori kurang sebanyak 5 siswa (15,6%) atau jumlah rata-rata nilai sebesar 6,04. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan hasil pembelajaran siswa karena dengan mencari contoh bentuk-bentuk motif di internet siswa mendapat ganbaran/contoh tentang warna, motif dan penerapan motif lebih banyak. Pada siklus II, guru (peneliti) menerapkan pendekatan kolaboratif dengan menugaskan siswa untuk studi banding ketempat pengrajin batik yang ada di Pasar Seni Gabusan dan Gesikan Pandak Bantul, didapatkan kategori amat baik sebanyak 13 siswa (40,6%), kategori baik sebanyak 12 siswa ( 37,5%) dan kategori cukup 7 siswa (21,9%), atau jumlah rata-rata nilai 7,05. Dengan studi banding tersebut siswa dapat belajar langsung dari pengrajin cara mencampur warna, menggambar motif dan penerapan motif. Kemudian siswa mempraktekkannya disekolah dan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, Jadi dapat disimpulkan dengan penerapan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan pembelajaran kreativitas pembuatan batikSuharsono2015-07-09T02:06:46Z2023-09-20T01:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23076This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230762015-07-09T02:06:46ZPEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER BATIK SISWA TUNAGRAHITA RINGAN (C) DI SLB N I SLEMANPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pembelajaran ekstrakurikuler batik siswa tunagrahita ringan (C) di SLB N I Sleman.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pembelajaran ekstrakurikuler batik siswa tunagrahita ringan di SLB N I Sleman. Penelitian difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran ekstrakurikuler batik siswa tunagrahita ringan (C) di SLB N I Sleman. Data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran ekstrakurikuler batik siswa tunagrahita ringan (C) di SLB N I Sleman pada semester gasal tahun ajaran 2012-2013 dilaksanakan secara praktek. Pembelajaran ekstrakurikuler batik di SLB N I Sleman bertujuan untuk membentuk pribadi peserta didik menjadi anak yang mandiri. Pembelajaran ektrakurikuler batik meliputi, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. 1) Perencanaan pembelajaran ekstrakurikuler batik di SLB N I Sleman disesuaikan dengan panduan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Silabus dan RPP pembelajaran ekstrakurikuler batik dibuat sendiri oleh guru, mengikuti format isi silabus pada mata pelajaran SLB, dan materi pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi siswa. 2) Pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler batik di SLB N I Sleman dilaksanakan pada siang hari dan lebih bersifat menarik agar siswa tidak bosan. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler batik adalah membuka pembelajaran (mengucapkan salam, doa, apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran), kegiatan inti pembelajaran (mendesain, memindah pola ke kain, mencanting dan mewarna), dan menutup pembelajaran (evaluasi, penguatan, nasehat, saran, dan kesimpulan terhadap hasil pekerjaan siswa, doa dan mengucapkan salam). Mengingat kemampuan dan kondisi siswa, maka dalam satu semester siswa tidak dituntut untuk menguasai semua kompetensi dasar yang ada pada silabus, siswa hanya ditekankan pada prosesnya saja. 3) Evaluasi pembelajaran ekstrakurikuler batik dilakukan oleh guru melalui pengamatan langsung secara berkesinambungan mulai dari persiapan pembelajaran hingga pada pelaksanaan pembelajaran dan hasil karya siswa, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan materi.Siti Septiani Nur Rahmawati2015-07-09T02:03:08Z2023-09-20T01:04:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23074This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230742015-07-09T02:03:08ZPROSES, MOTIF, DAN JENIS PRODUK KERAJINAN TAS ANYAMAN PURUN DI SINAR PURUN PEDAMARAN SUMATERA SELATANPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kerajinan tas purun produksi Sinar Purun di Pedamaran, Sumatera Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Palembang. ditinjau dari proses pembuatan produk, motif dan ornamen yang diterapkan, dan produk yang dihasilkan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif.Data dalam penelitian ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu pedoman observasi, pedoman dokumentasi, dan pedoman wawancara, serta menggunakan alat bantu lain berupa HP, kamera digital, dan alat tulis. Keabsahan data diperoleh dengan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan dan triangulasi. Teknik analisis data dilaksanakan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Proses pembuatan tas anyaman purun di Sinar Purun meliputi, pra proses: proses mendesain,dan menyiapkan alat dan bahan. Proses produksi: proses mewarna, proses menganyam, proses perakitan serta proses finishing. (2) Motif yang diterapkan pada kerajinan tas anyaman purun di Sinar Purun, yaitumotif anyaman tunggal pada tas pita, motif anyaman tunggal polos pada tas bunga, motif anyaman dua menyerong pada tas cantik anyaman purun, motif anyaman biku-biku pada tas kombinasi kembang, motif anyaman sisik salakpada tas bulan sabit, dan motif ganda dua mendatar pada tas simple (sederhana) yang tidak ada ornamen yang diterapkan di tas. sedangkan Motifnya yaitu motif biku-biku, motif ganda dua mendatar, motif dua menyerong, dan motif tunggal. Pada motif seni kerajinan dapat digolongkan pada motif Biku-biku, motif ganda dua mendatar, motif ganda dua menyerong (kempar), dan motif tunggalseperti motif anyaman tunggal pada tas pita dan bunga(3) Jenis tas yang diproduksi Sinar Purun yaitu tas pita, tas bunga, tas cantik anyman purun, tas kombinasi kembang, tas bulan sabit, dan tas simple (sederhana). Tas ini digunakan untuk kaum wanita dalam kehidupan sehari-hari seperti ke masjid, pesta, ke sekolah, dan ke pasar atau shoping.Siska Angraini2015-07-09T01:59:49Z2023-09-20T01:04:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23072This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230722015-07-09T01:59:49ZKERAJINAN BATIK DI DESA NGLUWAR KABUPATEN MAGELANG PROPINSI JAWA TENGAH (Suatu Kajian Motif dan Warna)Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi dan mendeskripsikan motif dan warna kerajinan batik di Desa Ngluwar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data yang bersifat deskriftif. Data diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data berupa sumber lisan, tertulis dan foto. Intrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang melakukan seluruh proses penelitian mulai dari pengumpulan data sampai pada melaporkan hasil penelitian. Keabsahan data diperoleh melalui triangulisasi sumber data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan metode analisis data deskriftif kualitatif. Keabsahan dengan memilah data kasar yang diperoleh dari wawancara, observasi, dokumentasi, dengan menggunakan model analisis data kualitatif yang terdiri dari mengumpulkan data, menyajikan data dan menarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa motif-motif batik yang dibuat sanggar batik ghani Desa Ngluwar, Kabupaten Magelang (1) motif batik yang dipakai para pembatik merupakan pengabadian flora dan fauna yang ada di Desa Ngluwar tanaman itu diantaranya, krokot tanaman yang tumbuh di pematang sawah dimanfaatkan sebagai sayuran dan obat, daun tembakau tanaman yang dibudidayakan, pemanfatan daun tembakau sebagai bahan utama pembuatan rokok, pohon pisang tanaman yang dibudidayakan dimanfaatkan dari batang, daun dan buahnya, bunga matahari di taman sebagai tanaman hias di halaman rumah. Dari tanaman tersebut maka timbul ide untuk diabadikan menjadi motif batik. Akan tetapi tidak hanya tanaman saja yang dijadikan motif batik juga binatang yang dibudidayakan, yaitu ikan koi. Motif tersebut adalah, motif batik krokot rinonce, motif batik daun tembakau, motif bunga matahari, motif pelepah pohon pisang, lukisan ikan koi. (2) Warna kain batik Ngluwar cenderung menggunakan warna terang, sebagai ciri khas batik Ngluwar. Untuk menghasilkan warna terang para pengrajin menggunakan bahan pewarna kimia seperti, Indogosol dan Napthol, hal ini bisa dilihat dari komposisi warna yang beraneka ragam.Rochim2015-07-09T01:56:11Z2023-09-20T01:04:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23071This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230712015-07-09T01:56:11ZKERAJINAN SOUVENIR DARI TIMAH, DI SENDANGTIRO, BERBAH, SLEMANPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kerajinan souvenir dari timah di Sendangtirto, Berbah, Sleman ditinjau dari proses pembuatan dan bentuknya.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan yang diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu pedoman observasi, dokumentasi, dan wawancara, alat bantu penelitian yang digunakan adalah berupa alat untuk merekam suara, kamera digital, dan peralatan tulis. Keabsahan data diperoleh dengan teknik triangulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan cara reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Proses pembuatan meliputi penyiapan gambar atau desain kemudian proses pembuatan produk master dari bahan potongan timah yang dibentuk sesuai dengan gambar atau desain. Proses selanjutnya yaitu membuat cetakan, produk master yang sudah jadi kemudian dimasukkan kedalam karet cetakan (karet silikon) untuk dijadikan cetakan dan di press menggunakan alat press. Setelah di press kemudian karet cetakan (karet silikon) dibentuk untuk menjadi cetakan. Proses selanjutnya pencairan timah, timah putih dan timah hitam dicampur dan dipanaskan, setelah timah mencair kemudian mencetak produk dengan karet cetakan (karet silikon). karet cetakan (karet silikon) dimasukkan kedalam mesin cor, pada saat mesin menyala timah cair dimasukkan kedalam karet cetakan (karet silikon) melewati mesin cor tersebut. Produk yang sudah dicetak kemudian dibersihkan dengan mesin pembersih, setelah dibersihkan produk diikat dengan kawat tembaga untuk proses pelapisan. Produk yang sudah diikat kawat tembaga kemudian dilapisi dengan lapisan tembaga dasar, tembaga mengkilat, dan nikel. Proses pelapisan terakhir ada dua macam yaitu pelapisan perak dan emas. Produk yang sudah dilapisi dengan perak ataupun emas kemudian di finishing dan dikombinasikan dengan batu hias. (2) Bentuk produk yang dihasilkan beraneka ragam yaitu ada yang berbentuk binatang seperti burung hantu, kupu-kupu, laba-laba, ada yang berbentuk tumbuhan seperti pohon beringin, daun, bunga matahari, dan bentuk kreasi seperti pesawat terbang, bulan, keris dan sebagainya.Rahman Fahri Husain2015-07-09T01:52:34Z2023-09-20T01:04:44Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23069This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230692015-07-09T01:52:34ZKERAJINAN LOGAM TIMAH “PEWTER” MUNTOK BANGKA BARAT PROVINSI BANGKA BELITUNGPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembuatan kerajinan logam timah pewter dan produk yang dihasilkannya di Home Industry The Beauty of Tin Craft Muntok Kabupaten Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sebagai subjek penelitian adalah Home Industry The Beauty of Tin Craft dan objek penelitian adalah proses pembuatan kerajinan logam timah pewter. Data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi serta alat elektronik recorder dan camera. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan metode peningkatan ketekunan pengamatan. Teknik analisis data menggunakan metode triangulasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama proses pembuatan kerajinan pewter Home Industry The Beauty of Tin Craft di Kota Muntok Kabupaten Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung terdapat dua proses yaitu: (1) proses pembuatan dengan cairan etsa adalah sebagai berikut: (a) persiapan bahan dan alat, (b) peleburan bahan baku pewter, (c) pencetakan dengan menggunakan cetakan besi atau silicone rubber, (d) penyablonan, (e) perendaman dengan cairan etsa (f) pengamplasan, (g) buffing, (h) dan finishing, (2) proses pembuatan tanpa cairan etsa adalah sebagai berikut: (a) persiapan bahan dan alat, (b) peleburan bahan baku pewter, (c) pencetakan menggunakan cetakan besi atau silicone rubber, (d) pengerikan, (e) buffing, (f) finishing. Kedua adalah berbagai macam produk kerajinan yang dibuat dengan bahan baku pewter di Kota Muntok yang diproduksi oleh Home Industry The Beauty of Tin Craft adalah (1) produk kerajinan pewter hiasan antara lain, yaitu (a) berbentuk rumah adat, (b) berbentuk jembatan ampera, (c) berbentuk perahu pinisi, dan (2) produk souvenir adalah sebagai berikut: (a) gantungan kunci replika pulau Bangka, (b) gantungan kunci replika balok timah, (c) kerite sorong, (d) dan kerite golf.Puji Widi Rahayu2015-07-09T01:49:30Z2023-09-20T01:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23068This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230682015-07-09T01:49:30ZPENGARUH MULTIKULTURAL TERHADAP HIASAN PADA RUMAH BETANG MASYARAKAT DAYAK KANAYATN KALIMANTAN BARATPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang pengaruh multikultural terhadap hiasan pada rumah Betang masyarakat Dayak Kanayatn Desa Saham Kalimantan Barat dikaji dari nilai isi dan nilai bentuknya.
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, pengujian keabsahan data menggunakan metode triangulasi data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Data diperoleh dari sumber berupa orang, tempat dan arsip atau dokumen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1. Motif pada gagang Mandau (tangkitn) Dayak Kanayatn, dipengaruhi oleh kebudayaan etnik Tionghoa, yakni pada stilasi kepala naga. 2. Motif pada tiang rumah dipengaruhi oleh kebudayaan etnik Tionghoa dan Melayu, nilai bentuk dipengauhi oleh kebudayaan Melayu yakni pada motif pucuk rebung dan nilai isinya dipengaruhi oleh kebudayaan etnik Tionghua yakni pada motif naga. 3. Tangga rumah betang dipengaruhi oleh budaya etnik Jawa dari aspek nilai isinya. 4. Motif pada bakul dipengaruhi oleh kebudyaan etnik Melayu pada bentuk motifnya yang diberi nama itik srayukngan. 5. Hiasan panyorot talobo (pengunci pintu) dipengaruhi oleh kebudayaan etnik Tionghoa dari nilai bentuknya namun pada nilai isi tetap merupakan suatu pandangan yang bersifat khas. 6. Hiasan Sakuntum Bunga Kadamaiatn (sekuntum bunga kedamaian) dipengaruhi oleh etnik Jawa pada bentuk motif dan makna simbolik motif hiasnya. 7. Hiasan Pansuakng (kupu-kupu kecil) dipengaruhi kebudyaan etnik Melayu dan Etnik Jawa pada bentuk motif dan makna simboliknya. 8 Hiasan ini merupakan bentuk yang universal, atau bukan bentuk yang menggambarkan kekhasan dari salah satu etnik yang ada di Kalimantan Barat, terinspirasi dari keprihatinan terhadap pembalakan hutan secara besar-besaran diberbagai belahan Nusantara.Paulus Sandra2015-07-09T01:45:04Z2023-09-20T01:04:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23066This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230662015-07-09T01:45:04ZBIOTA LAUT SEBAGAI IDE PENCIPTAAN BATIK PADA PERLENGKAPAN KAMAR TIDUR ANAKTugas akhir ini bertujuan untuk menciptakan kerajinan batik berupa perlengkapan kamar tidur dengan motif biota laut yang diolah menjadi bentuk baru dan diterapkan pada kamar tidur anak dengan teknik batik tulis.
Proses dalam pembuatan karya ini dimulai dari studi kepustakaan, pembuatan sket alternatif, pembuatan pola, dan proses pembuatan. Proses pembuatan dilakukan dengan tahap berikut, a. Persiapan alat dan bahan, b. Perencanaan motif, c. Pembuatan desain besertakan pola, d. Pemolaan, e. Pencantingan, f. Pewarnaan, g. Pelorodan, h. Penjahitan, i. Finising. Pembuatan
karya ini mem unyai fungsi sebagai benda pakai sekaligus dapat menambah keindahan dan kenyamanan pada kamar tidur. Bahan yang digunakan dalam pembuatan karya ini adalah kain king koil dan primisima, dan menggunakan zat pewarna naptol dan indigosol. Sebagai bahan pendukung dari bahan pokok menggunakan dakron, koldore, benang, rangka kap lampu, dudukan kap lampu, kancing batok, kabel, fitting, bingkai dan kaca hiasan dinding, tali kor. Teknik yang digunakan dalam proses penciptaan karya ini adalah teknik batik tulis, pewarnaan dengan teknik, colet, celup, siram dan usap. Penjahitan dilakukan dengan teknik sambung dan teknik jahit tindas.
Adapun hasil karya yang dibuat berjumlah 10 buah yang terdiri dari : 1 bedcover: berfungsi sebagai penutup kasur sekaligus sebagai selimut dan memperindah ruangan, 1 sprei: berfungsi sebagai penutup kasur dan melindungi kasur dari kotoran, 1 sarung guling: berfungsi sebagai melindungi guling dari kotoran, sehingga jika kotor sarung guling tinggal di lepas dan di cuci, 2 sarung bantal: berfungsi untuk melindungi bantal dari kotoran, sehingga menjaga bantal tetap bersih, 1 hiasan dinding, 1 gorden/tirai: berfungsi sebagai penutup jendela sekaligus untuk menghalangi cahaya matahari yang masuk ke ruangan secara langsung, 1 kap lampu: berfungsi sebagai pengatur cahaya dalam ruangan, 2 sarung bantal santai: berfungsi untuk bersantai saat berada di karpet.Mustina Bethi Ratnasari2015-07-09T01:41:44Z2023-09-20T01:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23065This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230652015-07-09T01:41:44ZPEMANFAATAN BUBUR KERTAS UNTUK PEMBUATAN KALIGRAFI SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN KREATIVITAS SANTRI TPA AL LUQMANIYYAH DI KELURAHAN PANDEYAN KECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untukmengetahui apakah kreativitas para santri di TPA Al Luqmaniyyah dapat meningkat dengan adanya pembuatan relief kaligrafi dengan menggunakan media bubur kertas sebagai bahan utamanya.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Tindakan Kelas (Class Action Reaserch), dengan menggunakanmetodepenelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah santri TPA Al Luqmaniyyah Yogyakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif guna mengetahui kualitas karya relief kaligrafi untuk pembinaan kreativitas di TPA Al Luqmaniyyah Yogyakarta dan menghasilkan karya relief kaligrafi yang kreatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata dari penilaian peneliti, kolaborator dan teman sejawatdari peneliti terhadap proses dan hasil karya pembelajaran pembuatan kaligrafi bubur kertas milik santri mengalami peningkatan. Pada kegiatan pratindakan presentase jumlah rata-rata nilai santri adalah 56,24 %, kemudian pada siklus pertama presentase jumlah rata-rata nilai karya kaligrafi santri telah meningkat menjadi62,75 % dan pada siklus kedua presentase jumlah rata-rata nilai karya kaligrafi santri TPA Al Luqmaniyyah meningkat pula menjadi 81,54 %. Dari hasiltersebut maka dapat dinyatakan bahwa kreativitas santri TPA Al Luqmaniyyah meningkat dengan adanya pembelajaran pembuatan kaligrafi dengan menggunakan media bubur kertas.Mukhlas Khasani2015-07-09T01:37:00Z2023-09-20T01:04:48Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23062This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230622015-07-09T01:37:00ZIKAN HIAS KOKI SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA SENI KERAMIK FUNGSIONALPermasalahan yang diangkat dalam pembuatan karya ini adalah: 1). Pengembangan bentuk ikan hias koki ke dalam bentuk karya seni keramik fungsional, 2). Teknik pembuatan karya seni keramik fungsional yang dimodifikasi dari bentuk ikan hias koki, 3). Teknik mewarnai dan pewarna yang tepat untuk menciptakan bentuk pengembangan ikan hias koki dalam karya seni keramik fungsional. Tujuan perwujudan karya ini adalah: 1). Untuk merangsang kreatifitas dan inovasi dalam mengembangkan karakter ikan hias koki kedalam bentuk karya seni keramik fungsional. 2). Sebagai usaha dalam mengembangkan seni keramik dan mengetahui teknik pembuatan dengan mengembangkan bentuk ikan hias koki dalam karya seni keramik fungsional yang lebih bervariatif. 3). Menghasilkan karya seni keramik fungsional dengan warna yang lucu dan menarik.
Penciptaan karya keramik fungsional ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development dengan langkah-langkah eksplorasi, eksperimentasi, dan pembentukan. Dalam kegiatan eksplorasi dilakukan penjelajahan atau penyelidikan untuk mendapatkan tema yang akan dijadikan dasar penciptaan. Adapun kegiatan eksperimentasi dimulai dengan pencarian bentuk, teknik dan pengglasiran. Sedangkan pembentukan yaitu proses perwujudan karya melalui pembuatan model, mendekorasi dan setelah kering diakhiri dengan pembakaran biskuit atau glasir.
Karya yang dihasilkan berupa 14 karya seni keramik fungsional berupa 1). Piring, 2). Mangkuk, 3). Teko dan cangkir, 4). Nampan, 5). Toples, 6). Tempat tisu, 7). Vas bunga, 8). Lampu dinding, 9). Lampu duduk, 10). Jam dinding, 11). Tempat gula, kopi dan teh, 12). Tempat lilin, 13). Tempat bumbu masak, dan 14). Wastavel dari pengembangan bentuk ikan hias koki. Pengembangan tersebut menekankan pada pengolahan bentuk ikan, penerapan warna glasir dan aplikasi bahan seperti tanah liat serta glasir sebagai bahan pokok dengan rotan, kayu lempeng dan kawat besi, pelengkap lampu, kran, politur, lem Alteco sebagai bahan pendukung tanpa meninggalkan karakter ikan.Muhamad Romadoni2015-07-09T01:33:47Z2023-09-20T01:04:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23058This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230582015-07-09T01:33:47ZBATIK GRINGSING BANTULAN DALAM PERSPEKTIF BENTUK MOTIF WARNA DAN MAKNA SIMBOLIK RELEVANSINYA DENGAN FUNGSIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam bentuk motif batik gringsing bantulan, mengetahui secara mendalam warna batik gringsing bantulan dan untuk mengetahui batik gringsing bantulan dalam perspektif bentuk, warna dan makna simbolik relevansinya dengan fungsi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Batik Bantul Budi Harjono dan Batik Topo HS. Permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada batik gringsing bantulan dalam perspektif bentuk motif, warna dan makna simbolik relevansinya dengan fungsi. Data diperoleh dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Data wawancara diperoleh dari beberapa tokoh yang berkompeten dibidangnya. Teknik keabsahan data diperoleh melalui ketekunan pengamatan dan triangulasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Bentuk motif Batik Gringsing Bantulan berupa bulatan-bulatan kecil atau seperti sisik ikan yang saling bersinggungan (2) Warna asli Batik Gringsing Bantulan yaitu sogan tetapi sesuai dengan permintaan maka sekarang banyak pengrajin menggunakan warna-warna cerah seperti merah, biru, hijau, ungu, kuning dan oranye (3) Makna Simbolik Batik Gringsing Bantulan adalah Motif gringsing diartikan sebagai tidak sakit atau sehat, karena gring diambil dari kata gering yang berarti sakit dan sing yang berarti tidak. Dengan demikian, pola ini berisi doa atau harapan agar kita terhindar dari pengaruh buruk dan kehampaan (4) Fungsi batik gringsing zaman dahulu digunakan untuk acara pernikahan dan pelantikan abdi dalem kraton seiring dengan perkembangan zaman sekarang batik digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.Melisa Purbasari2015-07-09T01:29:10Z2023-09-20T01:04:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23054This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230542015-07-09T01:29:10ZKURA-KURA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA KERAMIK FUNGSIONALPenyusunan tugas akhir karya seni ini bertujuan untuk menerapkan bentuk kurakura ke dalam karya keramik fungsional dengan permasalahan yang menjadi pokok pembahasan adalah : 1).Bagaimana bentuk dan ornamen keramik fungsional dengan sumber inpirasi bentuk kura-kura. 2).Bagaimana dekorasi warna dan glasir keramik fungsional dengan sumber inpirasi bentuk kura-kura. Adapun tujuan yang dicapai ialah: 1).Menciptakan karya keramik fungsional dengan sumber inpirasi bentuk kura-kura. 2).Menghasilkan karya keramik fungsional dengan dekorasi warna dan glasir yang menarik.
Penciptaan karya keramik fungsional ini meliputi tiga tahapan yaitu eksplorasi, eksperimen dan pembentukan. Dalam kegiatan eksplorasi dilakukan dengan mencari referensi terkait dengan ide penciptaan yang digunakan guna menjadi pedoman dalam proses penciptaan karya, selanjutnya kegiatan eksperimen dilakukan dengan mengolah bentuk dengan cara membuat sket alternatif guna memperoleh desain terpilih yang nantinya direalisasikan ke dalam bentuk karya. Selanjutnya ialah proses pembentukan yang dilakukan dengan tahap pengolahan tanah liat, pembentukan karya, proses dekorasi, proses pengeringan, proses pembakaran biskuit, proses pengglasiran hingga proses pembakaran glasir.
Hasil akhir dari proses penciptaan karya kerajinan keramik ini adalah berupa benda fungsional yang berbentuk kura-kura dengan jumlah 15 karya, yaitu meliputi: teko set, tempat lilin, tempat buah, jam dinding, lampu duduk, lampu dinding, asbak set, vas bunga, celengan, piring saji set, mangkuk saji set, tempat sambel, tempat sayur, toples set, tempat tisu. Glasir yang diterapkan adalah glasir dengan warna merah, hitam, biru, kuning, hijau, orange, dan coklat.Maricha Permata Putri2015-07-09T01:25:25Z2023-09-20T01:04:44Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23052This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230522015-07-09T01:25:25ZPENGARUH PARIWISATA TERHADAP PERKEMBANGAN KERAJINAN BATIK PAJIMATAN GIRILOYO IMOGIRIPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pariwisata terhadap perkembangan kerajinan batik Pajimatan yang ditinjau dari motif, warna, dan fungsi perkembangan kerajinan batik tulis Giriloyo Imogiri.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan yang diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah data dengan dibantu pedoman observasi, dokumentasi, dan wawancara, alat bantu penelitian yang digunakan adalah berupa Mp4, kamera digital, dan peralatan tulis. Keabsahan data diperoleh dengan teknik triangulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif. Langkah analisis data dengan cara reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Motif batik Giriloyo tergolong batik klasik tradisional, motif tersebut terdiri dari motif srikuncoro, sido mukti, dan sido asih, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor letak geografis, kepercayaan adat dan istiadat, keadaan alam sekitar, adanya kontak atau hubungan antar daerah penghasil batik dan sifat dan tata penghidupan daerah Giriloyo. Pada perkembangannya motif yang diciptakan sendiri maupun motif klasik yang sudah diubah ragam hiasnya. (3) Warna-warna yang dipakai adalah warna biru atau hitam, merah coklat atau soga dan putih. Warna biru dan hitam melambangkan kematian warna putih melambangkan hidup atau sinar kehidupan dan wana merah atau soga memberikan arti kebahagiaan. (3) Pengaruh berkembangnya pariwisata terhadap batik di Giriloyo yaitu dengan datangya para wisatawan asing ini mempengaruhi terhadap pembatikan yang ada di Giriloyo serta berkembangnya masyarakat yang dahulunya hanya sebatas bekerja petani dan sekarang jadi pembatik rumahan. Sedangkan fungsi batik yang dahulunya untuk pakain adat sekarang sudah berkembang ke produk busana, perlengkapan rumah tangga, pakaian kemeja, dan gaun pesta.Lisa Umami2015-07-09T01:22:53Z2023-09-20T01:04:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23050This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230502015-07-09T01:22:53ZANALISIS BATIK “JOGJA ISTIMEWA” KARYA IRAWAN HADIPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam tentang visualisasi karya dan teknik pembuatan karya, struktur formal atau unsur-unsur pembentuk karya, tema, dan kualitas batik “Jogja Istimewa” karya Irawan Hadi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data berupa kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dengan dibantu pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Keabsahan data diperoleh dari ketekunan pengamatan. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Deskripsi teori meliuti 2 hal yaitu deskripsi visual berupa gambar wayang dan deskripsi teknik meliputi teknik yang digunakan adalah teknik batik tulis. 2) Analisis formal meliputi struktur formal atau unsur-unsur pembentuk karya. Garis sebagai identitas bentuk, seperti halnya bentuk-bentuk yang tampak pada figur-figur wayang. Bangun pada karya batik “Jogja Istimewa” ini terjadi karena dibatasi oleh sebuah garis, juga dibatasi oleh warna yang berbeda. 3) Interpretasi karya meliputi tema yang digarap yaitu problematik sosial, bercerita tentang momen bersejarah bagi masyarakat Yogyakarta yang sebelumnya telah menjadi gonjang-ganjing warga DIY. Sebagai masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya pemerintah pusat harus kembali melihat sejarah, betapa banyaknya jasa yang diberikan oleh Jogjakarta terhadap Indonesia. Karena sejarah merupakan pijakan kesuksesan di masa depan. 4) Evaluasi karya: karya ini cukup rumit yaitu menggunakan objek-objek wayang kulit, tetapi dengan pemilihan objek yang tepat dapat menghadirkan kesan rumit tersebut dengan adanya kedalaman pesan yang terkandung dalam sebuah karya batik tersebut. Gambar tersebut merupakan objek tradisional namun dalam perwujudannya disajikan secara modern. Karya ini menjadi karya yang artistik, estetis, dan unik. Artistik artinya mempunyai nilai seni. Estetis, berarti karya ini mempunyai penilaian terhadap keindahan. Sedangkan unik berarti karya ini mempunyai nilai tersendiri dalam bentuk atau jenisnya.Laelin Naimah2015-07-09T01:19:10Z2023-09-20T01:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23046This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230462015-07-09T01:19:10ZANALISIS PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BATIK DI KELAS VII C SMP NEGERI 2 GODEAN SLEMAN YOGYAKARTAKhairul Bariyah2015-07-09T01:15:55Z2023-09-20T01:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23045This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230452015-07-09T01:15:55ZKAJIAN MAKNA SIMBOLIK BUNGA MANDARAVA DI KUIL HOSEI-JI JAKARTA SELATANPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Bunga Mandarava, serta mendeskripsikan Makna Simbolik Bunga Mandarava di Kuil Hosei-Ji Jakarta Selatan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objeknya adalah Bunga Mandarava sedangkan subjek penelitian ini adalah Makna Simbolik Bunga Mandarava di Kuil Hosei-Ji Jakarta Selatan. Penelitian ini difokuskan pada Makna Simbolik Bunga Mandarava di kuil Hosei-Ji Jakarta Selatan. Data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi serta triangulasi. Data dianalisis dengan teknik mereduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Keabsahan data diperoleh melalui ketekunan pengamat dan diskusi sejawat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Bunga mandarava diceritakan dalam kitab suci Sadharmapundarika-sutra disimbolkan sebagai pengganti payung atau caitya ketika Sang Buddha Sakyamuni mendapat pencerahan di taman lumbini dan mendapat kepercayaan mengajarkan roda dharma atau duduk dengan sikap tangan dharma cakra pawartana mudra. (2) Bunga Mandarava dikaitkan dengan Ajaran Niciren Syoyu, maka bunga mandarava memiliki makna yaitu dengan adanya bunga mandarava bisa mengungkapkan kekuatan Gohonzon dan bisa mengatasi kesulitan dari iblis serta jiwa Sang Buddha benar-benar ada disitu. Dengan adanya kalimat sutra dibagian kiri dan kanan, untuk memunculkan kekuatan Gohonzon agar seluruh mahluk hidup bisa mencapai kesadaran Buddha. (3) Selain sebagai fungsi dekoratif, estetika, sebenarnya mempunyai makna, karena bunga mandarava merupakan lambang kegembiraan artinya orang menyebut Nammyohorenggegyo tersebut suasana hatinya seperti Sang Buddha, pada saat Sang Buddha membabarkan SadharmaPundarika-Sutra, amat gembiranya Sang Buddha Sakyamuni melempar jubah keatas langit sehingga dari langit turunlah bunga mandarava, sebagaimana yang diceritakan dalam kitab suci Agama Buddha Sekte Niciren Syosyu. Secara kejiwaan umat Agama Buddha Sekte Niciren Syosyu menggangap benar adanya bunga mandarava dalam arti suasana jiwa ketika berdoa menyebut mantra agung Nammyohorenggegyo suasana hati kita jadi gembira karena kita menemukan kesadaran, misalnya habis menderita kemudian sembahyang menyebut Namyohorenggegyo dari situ menemukan kesadaran, sebenarnya yang salah adalah diri sendiri bukan orang lain, setelah menemukan kesadaran tersebut suasana hati menjadi gembira.Kadek Arya2015-07-08T07:29:07Z2023-09-20T01:04:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23001This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/230012015-07-08T07:29:07ZKARAKTERISTIK BATIK AGUS SUPRIYANTO DI UKEL BATIK ART JAGANGREJO BANTUL DITINJAU DARI IDE DASAR, PROSES PENCIPTAAN, DAN ESTETIKANYAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam dan mendeskripsikan: (1) ide dasar batik Agus Supriyanto di Ukel Batik Art Jagangrejo Bantul dari tahun 2012 sampai bulan Maret tahun 2013; (2) proses penciptaan batik Agus Supriyanto di Ukel Batik Art Jagangrejo Bantul dari tahun 2012 sampai bulan Maret tahun 2013; (3) estetika batik Agus Supriyanto di Ukel Batik Art Jagangrejo Bantul dari tahun 2012 sampai bulan Maret tahun 2013 karena pada periode tersebut batik yang diciptakan merupakan karya batik unggulan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik penentuan validitas data dilakukan dengan cara keajegan pengamatan dan triangulasi. Analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Ide dasar penciptaan batik Agus Supriyanto bersumber dari: (a) motif-motif khas kraton Yogyakarta, yaitu kawung, parang rusak barong, dan truntum; (b) flora yaitu daun sirsak. (2) Proses penciptaan batik Agus Supriyanto, yaitu: (a) membuat pola, yaitu dengan cara menggambar pola langsung pada kain dan menggambar pola dengan bantuan penggaris; (b) penglowongan atau pelekatan malam pada kain ketika kain belum diberi warna, yaitu dengan teknik ciprat, teknik canting, dan teknik kuas; (c) pewarnaan pertama, yaitu dengan teknik esek dan teknik celup; (d) njupuki atau pelekatan malam pada kain setelah kain diberi warna, yaitu dengan teknik ciprat, teknik canting, dan teknik kuas; (e) pewarnaan kedua, yaitu dengan teknik celup; (f) pelorodan, yaitu dengan cara merebus kain. (3) Estetika batik Agus Supriyanto tercermin pada dua nilai, yaitu: (a) nilai estetis atau nilai murni, nilai tersebut terdapat pada batik Agus Supriyanto yaitu penerapan gradasi warna, kontras value, tekstur kasar semu yang disebabkan oleh perbedaan raut dan persinggungan antar bentuk berupa titik, garis, dan bidang organik, serta memiliki arah, kedudukan, ukuran, dan gerak yang berbeda-beda sehingga memunculkan irama transisi, dominasi, kontras proporsi, dan kesatuan; (b) nilai ekstra estetis atau nilai tambahan, nilai tersebut terdapat pada makna dari motif yang diterapkan dalam batik Agus Supriyanto, yaitu motif kawung yang bermakna keperkasaan dan keadilan, motif parang rusak barong yang bermakna ketajaman dalam berpikir dan bertindak, motif truntum yang bermakna cinta yang tulus dan abadi, serta motif daun sirsak yang bermakna kesehatan dan kesegaran.Irsan Aditya2015-07-08T07:07:40Z2023-09-20T01:04:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22991This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229912015-07-08T07:07:40ZPEMBELAJARAN BATIK DI SMK NEGERI 5 YOGYAKARTATujuan penelitian Pembelajaran Batik di SMK Negeri 5 Yogyakarta adalah untuk mengetahui, mendiskripsikan persiapan batik, proses atau langkahlangkah pembelajaran dan hasil pembelajaran batik di SMK Negeri 5 Yogyakarta.
Metodelogi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi data. Pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data diperoleh dari sumber berupa orang, tempat dan arsip atau dokumen. Analisis data dengan langkah reduksi data, penyajian, data, dan menarik kesimpulan atau vertifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : 1). persiapan pembelajaran berdasarkan acuan dari program tahunan dan program semester. Dilaksanakan dengan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang tercantum dalam format program tahunan dan program semester. 2). Pelaksanaan pembelajaran dengan panduan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) terlaksana dengan efektif. Alokasi waktu yang telah ditentukan yaitu dua jam pelajaran setiap satu kali pertemuan yang tercantum dalam RPP dapat terlaksana dengan tepat waktu dari materi pokok pembelajaran yang sudah ditargetkan tidak melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa mencapai hasil yang positif. 3). Hasil belajar yaitu berupa hasil karya batik siswa. Nilai yang diperoleh siswa dari hasil karya praktek membatik sangat baik sudah di atas KKM.Eta Dwi Kusumawati2015-07-08T07:03:57Z2023-09-20T01:04:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22989This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229892015-07-08T07:03:57ZKARAKTERISTIK BORDIR KEBAYA SUNDA DENGAN MESIN JUKI DI CAHAYA RAHMAT, TANJUNG, KAWALU, TASIKMALAYAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis produk, proses, dan motif kebaya Sunda Cahaya Rahmat di Tanjung, Kawalu, Tasikmalaya.
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriftif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang merupakan key instrumen dengan dibantu oleh instrumen pendukung yaitu pedoman observasi, dokumentasi, dan wawancara, alat bantu penelitian yang digunakan adalah buku catatan atau peralatan tulis, tape recorder atau alat perekam, dan kamera. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan perpanjangan pengamatan dan peningkatan ketekunan. Analisis data dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Data dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Produk kebaya yang menjadi identitas/karakteristik Cahaya Rahmat yaitu kebaya Sunda dengan menggunakan mesin bordir juki. Kebaya Sunda di Cahaya Rahmat yakni, kebaya Sunda V segi 3, kebaya Sunda V segi 5 dan kebaya Sunda krah U. (2) Proses pembuatan produk bordir dengan mesin juki yaitu mengutamakan tenaga manusia dengan keterampilan tangan dan ketelitian pengrajin. (3) Motif bordir kebaya Sunda di Cahaya Rahmat terdiri dari, motif alami, motif dekoratif dan motif geometris. Motif diterapkan pada tiga bagian yakni komposisi motif pada krah, komposisi motif pada dada dan komposisi motif pada bagian bawah kebaya. Motif daun taleus heureut pada kebaya Sunda krah V1 diterapkan pada komposisi motif krah, komposisi motif dada dan komposisi bagian bawah. Kembang mawar langsung pada kebaya Sunda V2 diterapkan pada komposisi motif bagian krah, komposisi motif bagian dada dan komposisi motif bagian bawah kebaya. Kembang mawar aplikasi (motif bentuk alami) diterapkan pada komposisi motif bagian dada dan bagian bawah kebaya. Motif variasi kembang aster diterapkan pada komposisi motif bagian dada dan bagian bawah kebaya. Motif kembang mawar aplikasi/tempel dan motif variasi kembang aster merupakan motif utama pada kebaya Sunda krah U.Ernawati2015-07-08T06:09:48Z2023-09-20T01:04:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22969This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229692015-07-08T06:09:48ZANALISIS KARYA BATIK SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 5 YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui dan mendeskripsikan teknik yang digunakan dalam pembuatan karya batik siswa berupa stola, (2) Mendeskripsikan warna apa saja yang digunakan dalam pembuatan stola, (3) Mendeskripsikan motif-motif yang diterapkan dalam stola, (4) Mendeskripsikan estetika atau keindahan karya batik stola.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu menjelaskan dan menganalisis karya-karya batik siswa kelas XI Tekstil B yang ditinjau dari teknik pembuatannya, motif-motif yang diterapkan, warna yang digunakan, dan estetikanya. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif yaitu dengan uraian berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Subjek penelitian ini adalah karya-karya batik siswa kelas XI di SMK Negeri 5 Yogyakarta yaitu berupa stola. Pengumpulan data diperoleh dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data deskriptif melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa: (1) Teknik yang digunakan dalam pembuatan karya stola adalah batik tulis. Tahap awal yang dilakukan adalah membuat pola, kemudian diterapkan pada kain, setelah itu mulai membatik menggunakan canting klowong pada seluruh motif-motif, kemudian membatik isen-isen motif menggunakan canting cecek. Setelah semua terbatik, langkah selanjutnya yaitu proses pewarnaan menggunakan dua bahan pewarna batik, yaitu naphtol dan indigosol, selanjutnya yaitu menutup atau mengeblok motif yang diinginkan menggunakan canting klowong atau canting tembok, kemudian diwarna lagi sesuai keinginan. Langkah selanjutnya yaitu pelorodan dan finishing, (2) Motif-motif yang diterapkan dalam karya stola tersebut antara lain adalah hewan, tumbuhan, dan kombinasi antara hewan dan tumbuhan. Kebanyakan dari siswa kelas XI Tekstil B menerapkan motif bunga-bunga dan daun, yang divariasikan dengan berbagai bentuk isen-isen, (3) Warna yang digunakan dalam pembuatan stola, yaitu bahan pewarna sintetis,yaitu naphtol dan indigosol, proses pewarnaannya yaitu dengan cara dicelupkan dan ada pula dengan cara dicolet, (4) Estetika atau keindahan terbentuk dari adanya motif kombinasi antara hewan dan tumbuhan yang diterapkan, serta warna-warna bervariasi yang berkesan kalem dan tidak mencolok, dan penggunaan warna-warna cerah, sehingga karya stola yang dihasilkan menjadi semakin menarik.Dian Prawesti2015-07-08T03:28:51Z2023-09-20T01:04:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22940This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229402015-07-08T03:28:51ZKERAJINAN TENUN IKAT TRADISIONAL HOME INDUSTRY DEWI SHINTA DI DESA TROSO PECANGAAN KABUPATEN JEPARA (KAJIAN MOTIF, WARNA, DAN MAKNA SIMBOLIK)Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang motif, warna, dan makna simbolik kain tenun ikat tradisional Troso home industry Dewi Shinta Di Desa Troso Pecangaan Kabupaten Jepara.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, hasil data dalam penelitian ini berupa kata-kata. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data yang telah diperoleh, menggunakan yaitu: 1. Ketekunan pengamatan 2. Triangulasi. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan empat alur, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verfikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Motif kain tenun ikat tradisional home industry Dewi Shinta terdiri dari motif. Motif tumbuh-tumbuhan yaitu motif pucuk rebung, motif bunga sulur ringin, motif bunga angrek, motif bunga mentari, motif bunga mawar, motif bunga manggar. Motif binatang yaitu motif kuda, motif kupu-kupu, moting burung. Motif geometris yaitu motif garis kotak, motif garis lurus dan motif belah ketupat. Motif manusia. Dalam penerapan motif pada kain tenun ikat di home industry Dewi Shinta yaitu Kain tenun mesres 1, kain tenun mesres 2, kain tenun mesres 3, kain tenun lurik, kain tenun saroong goyor, kain tenun baroon doby, kain tenun SBY hujan gerimis, kain tenun pelangi 1, kain tenun pelangi 2, kain tenun etnik 1, kain tenun etnik 2. 2. Warna kain tenun ikat tradisional di home industry Dewi Shinta memiliki warna merah, merah muda, coklat, biru, biru tua, ungu, orengs, kelabu, putih, hitam, hijau dan kuning. Warna-warna ini digunakan untuk warna dasar kain dan warna motif. 3. Makna simbolik dari setiap jenis motif dan kain tenun ikat tradisional home insdustry Dewi Shinta mempunyai makna-makna simbolik yaitu sebagai suatu hasil karya atau perilaku manusia yang dituangkan dalam sebuah seni tenun.Dewi Iffani Falashifa2015-07-08T03:24:28Z2023-09-20T01:04:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22938This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229382015-07-08T03:24:28ZEFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KETERAMPILAN LUKIS BATIK DENGAN PENDEKATAN PERMISIF PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui perbedaan yang positif dan signifikan pada prestasi belajar keterampilan lukis batik antara peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Purworejo yang diajar dengan menggunakan pendekatan permisif dan pendekatan konvensional. (2) mengetahui keefektifan penggunaan pendekatan permisif pada pembelajaran keterampilan lukis batik peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Purworejo.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment. Data diperoleh melalui skor keterampilan lukis batik pada post-test. Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas yakni pendekatan permisif, dan variabel terikat yakni prestasi belajar keterampilan lukis batik. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Purworejo yang terdiri dari 224 peserta didik yang terbagi dalam 7 kelas. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Simple Random Sampling dan diperoleh kelas X 2 sebagai kelas kontrol (32 peserta didik) dan kelas X 1 sebagai kelas eksperimen (32 peserta didik). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruk. Sedangkan reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t.
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai thitung sebesar 6,616 dengan db 62 yang kemudian dikonsultasikan dengan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,000 yang berarti nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang positif dan signifikan antara keterampilan lukis batik peserta didik yang diajar mengunakan pendekatan permisif dan dengan menggunakan pendekatan konvensional. Hasil ukurun efek dengan kriteria keberhasilan efek sebesar 0,83 yang menyatakan tingkat keberhasilan efek tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan permisif lebih efektif daripada pendekatan konvensional pada pembelajaran keterampilan lukis batik.Dewi Astiyanti2015-07-08T03:19:21Z2023-09-20T01:04:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22936This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229362015-07-08T03:19:21ZKAJIAN MAKNA SIMBOLIK DAN NILAI ESTETIK BATIK BERAS MAWUR TEGALBeras Mawur Tegal. Batik Beras Mawur Tegal ini merupakan batik pesisiran karena letaknya berada disepanjang pantai Utara Jawa serta masih mempertahankan motif batik tradisional khas tegal sebagai acuan untuk megembangkan desain motif batiknya.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan instrumen utama peneliti, sebagai instrumen pendukung adalah pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Handphone sebagai alat perekam suara dan kamera digunakan sebagai alat bantu dokumentasi. Data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan ketekunan pengamatan dan triangulasi. Teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Batik Beras Mawur Tegal melambangkan kemakmuran, maka Makna Simbolik Batik Beras Mawur Tegal jika digunakan dalam adat upacara pernikahan dalam kehidupan masyarakat Tegal memiliki filosofi agar kedua pengantin selalu mendapatkan kebahagian dan keberkahan dalam menjalani hidup bersama. 2) Unsur-unsur estetika yang terkandung dalam Batik Beras Mawur Tegal banyak menggunakan garis-garis dan titik-titik tebal dan berbagai bentuk bidang dalam desain batiknya. Dalam pengisisan isen, masih banyak menggunakan isen tradisi yang sudah ada dan berbagai macam ornamen seperti ornamen tumbuh-tumbuhan. Perpaduan antara motif, ornamen, warna, dan corak menghasilkan batik yang mempunyai keindahan bentuk dan isi, kehalusan, keseimbangan, dan harmonis. Aspek bobot dan penampilan pada Batik Beras Mawur diharapkan akan menjadi simbol pribadi yang memiliki semangat juang dan kemakmuran bagi yang mengenakannya dengan coraknya yang unik.Desi Rias Mirantika2015-07-08T03:15:59Z2023-09-20T01:04:48Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22935This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229352015-07-08T03:15:59ZKERAJINAN LAKUER DITINJAU DARI PROSES DAN MAKNA SIMBOLIS ORNAMEN DI HOME INDUSTRI ROSA ART 19 ILIR PALEMBANGPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam dan mendeskripsikan tentang kerajinan lakuer di Home Industri Rosa Art 19 Ilir Palembang ditinjau dari proses dan makna simbolis ornamen.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan obyek penelitian adalah kerajinan lakuer. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan proses dan makna simbolis ornamen. Data yang diperoleh menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dari beberapa sumber informan yang kompeten sesuai bidangnya. Keabsahan data diperoleh melalui ketekunan pengamatan, triangulasi metode dan sumber.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Proses lakuer terdapat 4 tahap yaitu pekerjaan persiapan (meliputi; persiapan alat dan bahan), proses dasar, (meliput; pengamplasan kayu, pemolesan cat dasar, lapisan warna), pembuatan ornamen (meliputi; sket desain, pembuatan mal, dan pengeblokan bidang dasar), teknik bal (meliputi; pemolesan lapisan transparan). (2) Makna simbolis ornamen terdapat 3 bentuk yaitu ornamen utama, pelengkap dan isian. Ornamen utama yaitu motif bungo mawar (melambangkan cinta kasih), ornamen pelengkap meliputi; motif bungo melati (melambangkan kesucian hati), motif bungo matahari (melambangkan kehidupan), motif daun (melambangkan kelengkapan kesempurnaan), motif sulur-sulur (melambangkan adanya penyatuan jalan dan kesuburan kehidupan yang bergerak dinamis), motif nago swidak (melambangkan kekuatan, keberkahan, kemakmuran, dan keagungan), motif burung hong (melambangkan kegagahan dan kelembutan), motif qilin (melambangkan kemegahan), dan kijang (melambangkan kesetiaan).Desi Mulyani2015-07-08T02:59:49Z2023-09-20T01:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22931This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229312015-07-08T02:59:49ZPENERAPAN BENTUK GAJAH DAN MOTIF KAIN TAPIS LAMPUNG SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KERAMIK TEKO SETPermasalahan yang diangkat dalam pembuatan karya ini adalah: (1) Bagaimanakah proses pembuatan karya kerajinan keramik berupa teko set dengan mengembangkan bentuk gajah dan motif kain Tapis Lampung (2) Bagaimana penerapan bentuk gajah dan motif kain Tapis Lampung dalam karya kerajinan keramik berupa teko set. Tujuan yang dicapai ialah: (1) Untuk mengetahui proses pembuatan kerajinan keramik teko set dengan mengembangkan bentuk gajah dan motif kain Tapis Lampung (2) Untuk mendapatkan bentuk-bentuk yang inovatif dalam mengembangkan bentuk gajah dan motif kain Tapis Lampung menjadi kerajinan keramik berupa teko set.
Penciptaan karya keramik teko set ini meliputi tiga tahapan yaitu Eksplorasi, Eksperimen dan Pembentukan. Dalam kegiatan Eksplorasi dilakukan dengan mencari referensi terkait dengan ide penciptaan yang digunakan guna menjadi pedoman dalam proses penciptaan karya, selanjutnya kegiatan Eksperimen dilakukan dengan mengolah bentuk dengan cara membuat sket alternatif guna memperoleh desain terpilih yang nantinya direalisasikan kedalam bentuk karya. Selanjutnya ialah proses pembentukan yang dilakukan dengan tahap pengolahan tanah liat, pembentukan karya, proses dekorasi, proses pengeringan, proses pembakaran biskuit, proses pengglasiran hingga proses pembakaran glasir.
Hasil akhir dari proses penciptaan karya kerajinan keramik ini adalah berupa teko set dengan jumlah 11 set, dilengkapi dengan cangkir berjumlah 4 buah, lepek berjumlah 4 buah, namun ada satu teko yang dilengkapi dengan hanya 2 buah cangkir dan lepek, Hal ini dimaksudkan teko set tersebut dibuat untuk pasangan suami istri. Semua bentuk teko dan cangkir dibuat dengan penerapan bentuk gajah dan motif kain Tapis Lampung sehingga tercipta teko dengan variasi bentuk gajah. Glasir yang diterapkan adalah glasir dengan warna abu-abu, merah dan kuning dan untuk proses akhir disebagian teko diberi penambahan rotan sebagai aplikasi yang difungsikan sebagai handle teko.Deny Setiawan2015-07-08T02:54:56Z2023-09-20T01:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22929This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229292015-07-08T02:54:56ZKERAJINAN SARUNG TENUN GOYOR KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAHPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) jenis sarung tenun goyor Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, (2) motif pada kerajinan sarung tenun goyor Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, (3) warna yang diterapkan pada kerajinan sarung tenun goyor Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitiannya adalah sarung tenun goyor Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Penelitian difokuskan pada kerajinan sarung tenun goyor yang ditinjau dari jenis sarung, motif dan warna. Sumber data diperoleh dari penelitian langsung ke Desa Wanarejan Utara, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, serta hasil wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui ketekunan pengamatan, dan triangulasi. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) jenis sarung tenun goyor Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah ada 2, yaitu: sarung tenun goyor botolan dan sarung tenun goyor werengan. (2) Motif yang terdapat pada jenis sarung tenun goyor botolan yaitu: bintang, kawung, melati, mawar, kuncup bunga, bunga setengah mekar, bunga mekar, bunga empat kelopak, bunga enam kelopak, daun, daun waru, tiga daun waru, rantai bunga, garis vertikal, garis horizontal, garis diagonal, garis lengkung, garis zig-zag, gabungan garis zig-zag garis diagonal, komposisi garis zig-zag, komposisi belah ketupat, titik-titik, titik-titik diagonal, titik-titik lengkung, elips, belah ketupat, segitiga, lingkaran, bujur sangkar, dua buah belah ketupat, garis diagonal yang saling berpotongan, Al-Fath, Bintang Sinar Asli, Sutra Bali, Botol Marhaba Super, Garuroh Al Jazirah Super, Botol Gala Super, dan Dunia Tibeh Super. Sedangkan motif yang terdapat pada jenis sarung tenun goyor werengan yaitu: kuncup bunga, bunga setengah mekar, bunga mekar, bunga empat kelopak, bunga enam kelopak, daun, gabungan segitiga dan belah ketupat, Botol A.R.A. Bagus, Dunia Tibeh Super, belah ketupat, elips, garis zig-zag, garis diagonal, garis diagonal yang saling berpotongan, persegi panjang, dan titik. (3) Warna yang diterapkan pada kerajinan sarung tenun goyor Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah adalah merah, hijau, biru, hitam, coklat, putih, dan kuning.Astri Rosiviana2015-07-08T02:51:14Z2023-09-20T01:04:46Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22928This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229282015-07-08T02:51:14ZTOKOH FABEL NUSANTARA SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN MOTIF BATIK PELENGKAP DEKORASI RUANG TIDUR ANAKPenulisan Tugas Akhir Karya Seni ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan konsep perancangan motif batik tokoh fabel nusantara sebagai pelengkap dekorasi ruang tidur anak. (2) Mendeskripsikan proses penciptaan motif batik tokoh fabel nusantara sebagai pelengkap dekorasi ruang tidur anak. (3) Mendesripsikan visualisasi desain motif batik tokoh fabel nusantara sebagai pelengkap dekorasi ruang tidur anak.
Metode perancangan dan penciptaan karya seni ini meliputi beberapa aspek antara lain adalah: Aspek fungsi sebagai pelengkap ruang tidur dan media belajar anak, Aspek estetik mencakup unsur harmoni, irama, kesederhanaan, kesatuan, kontras, Aspek ergonomi mencakup keamanan, kelayakan dan kenyamanan. Aspek bahan, bahan yang digunakan bahan yang mudah diserap warna, serat yang kuat dan nyaman digunakan. Aspek teknik menggunaan tenik batik tulis dan jahit tindas.
Karya yang dihasilkan adalah batik tulis di atas media kain catton dan kain mori prima. Teknik yang digunakan adalah colet, tutup celup dan jahit tindas. Warna yang digunakan adalah pewarna remasol dan indigosol. Dalam Tugas Akhir ini karya seluruhnya berjumlah 11 buah. Ke-11 karya tersebut berbentuk 1 selimut, 2 sarung bantal dan 1 sarung guling mengambil ide cerita Kancil yang Licik. Bedcover berasal dari cerita Kijang dan Kura-Kura. Dua gorden jendela terinspirasi dari cerita Ketika Monyet dan Katak Bertetangga. Kap lampu terinpirasi dari cerita Si Cantik Cendrawasih. Sedangkan 3 buah lukisan terinspirasi dari cerita Legenda Buaya Tembaga dan Bangau Penipu.Anissa Nur Hutami2015-07-08T02:47:21Z2023-09-20T01:04:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22926This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229262015-07-08T02:47:21ZTOPENG KAYU BOBUNG GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA HUBUNGANNYA DENGAN KEHIDUPAN MASYARAKATPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan Topeng Kayu Bobung Gunung Kidul Yogyakarta Hubungannya Dengan Kehidupan Masyarakat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif. Objek penelitian ini adalah Topeng Kayu Bobung Gunung Kidul Yogyakarta Hubungannya Dengan Kehidupan Masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan alat bantu seperti tape untuk merekam, alat tulis untuk menulis rangkuman dan kamera. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan ketekunan pengamatan dan triangulasi. Teknik analisis yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui fungsi personal, fungsi sosial, dan fungsi fisik.
Hasil penelitian menunjukkan ada tiga hal yang terkait hubungan dengan masyarakat yaitu 1). Fungsi personal merupakan rasa kepuasan pengerajin saat membentuk topeng yang terinspirasi dari karakter manusia pada kehidupan nyata, rasa kepuasan dikarenakan kemampuan mereka yang mengharuskan mengolah rasa emosi, kesabaran dan ketenangan, awalnya pengerajin membentuk mahkota dengan sebutan jamang, alis, mata, hidung, mulut, janggut, terakhir membentuk keketan, gumun urna, jawes, jenggot, ati-ati dan kumis, warna pada topeng disesuaikan dengan karakter putih (seto) murni kebaikan hati, hijau (wilis) lembut, jujur, sabar dan perwira, biru gagah berani, merah (dadu) pemberang (amarah), emas budi pekerti, hitam (kresna) teguh dalam perjuangan, kuning (jenar) kekuatan bertempramen keras. 2). Fungsi sosial, topeng merupakan mata pencaharian dan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Bobung, kemajuan masyarakat dapat dilihat dari bentuk rumah, kemampuan menyekolahkan anak, dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok ataupun kebutuhan lainnya. 3). Fungsi fisik topeng dibuat disesuaikan dengan ukuran wajah penari sehingga saat digunakan nyaman, dan memiliki lubang pada mulut dan hidung untuk berdialog dan bernafas, topeng Bobung memiliki jamang yang dekoratif tetapi tetap pada pakemnya, topeng Bobung juga sebagai alat hiburan dengan diiringi musik, dan mempunyai gerakan alus, gagahan, putren dan gicul.Anas Jatmiko Mahmud2015-07-08T02:43:48Z2023-09-20T01:04:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22924This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229242015-07-08T02:43:48ZPENGEMBANGAN MOTIF MEGA MENDUNG SEBAGAI PENGHIAS MEJA MAKANPenulisan Tugas Akhir Karya Seni bertujuan untuk mendeskripsikan 1) motif yang diterapkan pada pembuatan meja makan, 2) mengetahui pengembangan motif Mega Mendung yang diterapkan pada pembuatan meja makan 3) upaya yang dilakukan untuk mengembangkan bentuk ornamen Mega Mendung.
Tugas Akhir Karya Seni ini merupakan studi kasus dan menggunakan penerapan motif Mega Mendungpada penghias meja makan. Subjek dalam Penulisan Tugas Akhir Karya Seni ini adalah hasil produk ornamen Mega Mendung. Sedangkan Objek Penulisan Tugas Akhir Karya Seni adalah penerapan motif Mega Mendung. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan kepustakaan. Instrumen yang digunakan pada penulisan ini adalah buku-buku panduan tentang motif Mega Mendung dan buku-buku yang lain. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik menghimpun data, mereduksi data, mengklasifikasi data, menarik kesimpulan dan menyusun laporan.
Dari hasil Proses pembuatan Tugas Akhir Karya Seni tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa 1) motif yang diterapkan pada ornamen atau motif Mega Mendung: Motif Binatang, Motif Batik Mega Mendung, Motif Tumbuh-tumbuhan, 2) pengembangan motif Mega Mendung pada penciptaan meja makan digambarkan berupa Mega yang mengembang dan sebagian besar digambarkan secara lengkap yaitu Mega Mendung yang sangat banyak dan di tengahnya diberi ornamen atau motif oval terlihat seperti mata; 3) upaya yang dilakukan untuk mengembangkan bentuk ornamen Mega Mendung yaitu dengan mengkombinasikan warna coklat muda dengan coklat tua, sehingga warna coklat tua sangat dominan tampak. Selain itu adanya bentuk ornamen-ornamen tambahan, upaya pengembangan dilakukan dengan mengunakan teknik ukir atau pahat.Ade Iskandar Muda2015-07-08T02:25:30Z2023-09-20T01:04:45Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22919This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/229192015-07-08T02:25:30ZIKAN TUNA SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN LAMPU HIASPenulisan laporan Tugas Akhir Karya Seni ini bertujuan untuk mendeskripsikan karya seni kerajinan kayu yang berupa lampu hias dengan sumber ide ikan tuna. Ikan tuna dijadikan sumber ide penciptaan karya seni karenadaya tarik visualnya yang unik dengan karakteristik bentuk yang menarik. Permasalahan yang diangkat dalam pembuatan karya ini adalah: 1) Bagaimana konsep karya seni lampu hias 2) Bagaimana proses pembuatan lampu hias 3) Bagaimana cara pengembangan bentuk ikan tuna pada lampu hias 4) Bagaimana finishing pada karya seni lampu hias.
Penciptaan karya seni lampu hias ini menggunakan studi kepustakaan yang relevan dengan tema dan judul karya, dilanjutkan dengan perancangan sket alternatif, sket terpilih, merancang desain. Teknik yang digunakan dalam pengerjaan karya ini adalah kerja bangku, kerja ukir, konstruksi dan finishing. Bahan pokok yang digunakan adalah kayu jati dan untuk finishing menggunakan sistim melamine laquer, dengan teknik finishing menggunakan teknik kuas dan semprot. Sedangkan untuk bahan pendukung yang digunakan yaitu aklirik, plat besi, tempurung kelapa, kain serat, perlengkapan lampu, paku, sekrup dan lem. Sedangkan alat yang digunakan yaitu: Rol Meter, Penggaris Siku, Penggaris Baja, Perusut, Pensil, Ketam Mesin, Gergaji, Mesin Sekrol, Amplas, Gerinda, Palu Kayu, Palu Besi, Pahat Ukir, Mesin Bor, Obeng, Cutter, Amplas, Kompresor, Spray Gun.
Adapun karya yang dibuat berjumlah 9 buah yaitu terdiri dari satu lampu 1, satu lampu 2, dua lampu 3, dua lampu 4, dua lampu 5 dan satu lampu 6Fajar Prasetyo