Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T19:56:07ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2024-03-08T01:17:05Z2024-03-08T01:17:05Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/81291This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/812912024-03-08T01:17:05ZTafsir Pedagogis “Paugeran Adat” Sebagai Hukum Dasar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis secara mendalam dan terinci berbagai hal dalam perspektif pedagogis yang menjadikan “Paugeran Adat” sebagai pedoman perilaku sesuai budaya lokal bagi kerabat dan rakyat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak dapat ditawar lagi, (2) manafsirkan makna substansi nilai-nilai yang bersifat mendidik dalam “Paugeran Adat” Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, (3) menemukan penegakan nilai-nilai budaya lokal yang bersifat mendidik
dalam “Paugeran Adat” yang diimplementasikan dalam kebijakan dan praksis.
Penelitian ini merupakan penelitian analisis dokumen dengan menggunakan pendekatan
Heurmenetika yang merupakan pendekatan berlandaskan teori tentang bekerjanya pemahaman dalam menafsirkan teks. Fokus penelitian ini adalah pada realisasi wacana, dan pendalaman tentang kategori- kategori teks Paugeran Adat yang menjadi objek kajian. Interpretasi atas Paugeran Adat yang berhubungan dengan isi Paugeran Adat, baik yang tersirat maupun tersurat di dalam Paugeran Adat. Data yang diperoleh dianalisis secara Subtilitas Intelligendi, Subtilitas Explicandi, dan Subtilitas Applicandi untuk menjelaskan isi dan makna teks konteks Paugeran Adat. Keabsahan data dilakukan dengan menemukan dokumen dari sumber resmi di Kepustakaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sesuai keaslian dokumen dan buku-buku othentik yang ditulis nara sumber dari hasil kajian ilmiah perihal Paugeran Adat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Validasi data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap pelaku sejarah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Hasil penelitian ini adalah: (1) “Paugeran Adat” sebagai aturan dasar menjadi pedoman perilaku sesuai budaya lokal di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan cara: dijadikan kurikulum sekolah di lingkungan Keraton, dan disosialisasikan secara terus menerus melalui forum “pisowanan” bagi kerabat Keraton, sedangkan untuk dijadikan pedoman bagi rakyat, Paugeran Adat disebarluaskan melalui media “gethok tular” kemudian diterapkan dalam kehidupan sosial budaya secara tradisional. Upaya tersebut dilakukan Keraton agar Pugeran Adat menjadi pedoman baku secara politik, sosial dan budaya, baik di lingkungan Keraton maupun bagi rakyat Ngayogyakarta Hadiningrat pada umumnya. Secara tekstual skriptualistik dan legal formal Paugeran Adat itu selama ini menetapkan Pemimpin Keraton adalah laki-laki. Namun secara kontekstual, mengikuti dinamika perkembangan politik kerajaan kontemporer terbuka kemungkingan untuk mengakomodir nilai-nilai demokrasi yang terkait dengan isu gender; (2) Penelitian ini berhasil mengidentifikasi Paugeran Adat mengandung nilai- nilai edukatif, sebagaimana yang terkandung dalam ajaran jiwa Satriya. Adapun jiwa Satriya mengandung nilai-nilai Pendidikan seperti Selaras, Akal budi luhur-jatidiri, Teladan-keteladanan, Rela melayani, Inovatif, Yakin dan percaya diri, serta Ahli-profesional yang kemudian disingkat dengan akronim SATRIYA. Apabila dikaitkan dengan nilai-nilai Pendidikan Karakter sebagaimana kebijakan Pemerintah (Kementerian Pendidikan Nasional), nilai-nilai tersebut dapat disepadankan sebagai berikut: Selaras sepadan dengan nilai cinta damai, Akal budi luhur-jatidiri sepadan dengan nilai kreatif, gemar membaca, Teladan-keteladanan sepadan dengan nilai disiplin, kejujuran dan kerja keras, Rela melayani sepadan dengan nilai peduli sosial, Inovatif sepadan dengan nilai rasa ingin tahu, Yakin dan percaya diri sepadan dengan nilai mandiri, Ahli-profesional sepadan dengan nilai tanggungjawab; dan (3) Di kalangan Keraton penegakan nilai-nilai edukatif dalam Paugeran Adat dilakukan melalui Pendidikan sekolah Keraton dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai edukatif tersebut juga diajarkan dalam sekolah Pawiyatan Pamong seluruh DIY yang bertujuan agar diimplementasikan dalam lingkungan birokrasi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota serta lingkungan pemerintahan desa untuk melayani warga masyarakat.Anang PriyantoSugeng Bayu Wahyono2020-03-04T04:34:01Z2021-05-28T04:38:15Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/67789This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/677892020-03-04T04:34:01ZNilai Karakter Dalam Permainan Tradisional di Suku Kaili Kota Palu Sulawesi Tengah.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat
kualitatif yang berjudul nilai karakter dalam permainan tradisional Suku Kaili Kota Palu Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan menjawab beberapa permasalahan yang dijadikan pokok pembahasan dalam disertasi ini yaitu persoalan tentang 1) Bagaimana Suku Kaili memaknai pendidikan karakter melalui permainan tradisional; 2) Bagaimana permainan tradisional Suku Kaili menjadikan wahana pendidikan karakter untuk membentuk karakter anak; dan 3) Bagaimana Suku Kaili mempertahankan permainan tradisional di era modernisasi
mengorganisasikan data yang terkumpul dari proses penelitian yaitu catatan lapangan, hasil wawancara, dan dokumentasi
Hasil penelitian nilai karakter di permainan tradisional Suku Kaili di Kota Palu Sulawesi Tengah yang meliputi: 1) Pemaknaan dan interpretasi Suku Kaili terhadap permainan tradisional mengandung beberapa nilai pendidikan karakter, yang secara substantif nilai-nilai karakter tersebut terdapat pada 18 nilai karakter yang ada di kemendikbud seperti disiplin, jujur, tanggung jawab, mandiri, peduli lingkungan, hormat-menghormati, kerja keras, toleransi, kreatif, dan komunikatif yang dapat terlihat dalam permainan nokadende sorong, nosusuvatu dan nobente; 2) Permainan tradisional Suku Kaili yaitu nokadende sorong, nosusuvatu dan nobente masih tetap hidup dalam masyarakat Suku Kaili serta menjadi wahana pendidikan karakter yang terus ada dalam aktivitas sosial kultural yang bertransformasi membentuk kepribadian anak seperti karakter disiplin, jujur, tanggung jawab, mandiri, peduli lingkungan, hormat-menghormati, kerja keras, kreatif, dan komunikatif; 3) Suku Kaili melestarikan nilai-nilai permainan tradisional terhadap kemajuan teknologi dan globalisasi dengan gerakan revitalisasi budaya seperti mengadakan festival permainan tradisional, mengadakan lomba- lomba permainan tradisional antar Sekolah Dasar (SD), habituasi permainan tradisional nokadende sorong, nosusvatu dan nobente di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Kata Kunci: Nilai Karakter, Permainan Tradisional, Suku Kaili
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat
kualitatif yang berjudul nilai karakter dalam permainan tradisional Suku Kaili Kota Palu Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan menjawab beberapa permasalahan yang dijadikan pokok pembahasan dalam disertasi ini yaitu persoalan tentang 1)
Bagaimana Suku Kaili memaknai pendidikan karakter melalui permainan tradisional; 2) Bagaimana permainan tradisional Suku Kaili menjadikan wahana pendidikan karakter untuk membentuk karakter anak; dan 3) Bagaimana Suku Kaili mempertahankan permainan tradisional di era modernisasi.
Proses penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan teknik pengumpulan data antara lain yaitu: observasi non partisipasi (nonparticipant observer), wawancara (interview) terhadap masyarakat asli Suku Kaili, yang terdiri dari Budayawan, Guru, Komunitas dan Masyarakat, serta analisis dokumentasi untuk menambah data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif model Moleong yang mengorganisasikan data yang terkumpul dari proses penelitian yaitu catatan lapangan, hasil wawancara, dan dokumentasi
Hasil penelitian nilai karakter di permainan tradisional Suku Kaili di Kota Palu Sulawesi Tengah yang meliputi: 1) Pemaknaan dan interpretasi Suku Kaili terhadap permainan tradisional mengandung beberapa nilai pendidikan karakter, yang secara substantif nilai-nilai karakter tersebut terdapat pada 18 nilai karakter yang ada di kemendikbud seperti disiplin, jujur, tanggung jawab, mandiri, peduli lingkungan, hormat-menghormati, kerja keras, toleransi, kreatif, dan komunikatif yang dapat terlihat dalam permainan nokadende sorong, nosusuvatu dan nobente; 2) Permainan tradisional Suku Kaili yaitu nokadende sorong, nosusuvatu dan nobente masih tetap hidup dalam masyarakat Suku Kaili serta menjadi wahana pendidikan karakter yang terus ada dalam aktivitas sosial kultural yang bertransformasi membentuk kepribadian anak seperti karakter disiplin, jujur, tanggung jawab, mandiri, peduli lingkungan, hormat-menghormati, kerja keras, kreatif, dan komunikatif; 3) Suku Kaili melestarikan nilai-nilai permainan tradisional terhadap kemajuan teknologi dan globalisasi dengan gerakan revitalisasi budaya seperti mengadakan festival permainan tradisional, mengadakan lomba- lomba permainan tradisional antar Sekolah Dasar (SD), habituasi permainan tradisional nokadende sorong, nosusvatu dan nobente di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.A ArdiansyahSugeng Bayu Wahyono2020-03-04T02:01:11Z2021-05-31T07:33:20Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/67776This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/677762020-03-04T02:01:11ZStudi Evaluatif: Implementasi Pendekatan CLT (Communicative Language Teaching) di Kampung Inggris Pare.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sisi perencanaan, mendeskripsikan aspek implementasi, dan memeriksa aspek evaluasi dari implementasi pendekatan CLT di kampung Inggris Pare beserta faktor penghambat dan pendukungnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan evaluatif dalam desain penelitian goal-free evaluation. Subjek penelitian terdiri atas pendiri LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan), manager akademik, tutor, dan siswa. Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi partisipatif dan dokumentasi. Keabsahan data dilakukan dengan cara uji kredibilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Data kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis model Miles & Huberman yang siklus-nya terdiri atas: 1) data collection, 2) data reduction, 3) data display, dan 4) conclusion: drawing or verifying.
Implementasi pendekatan CLT di kampung Inggris Pare belum berjalan dengan maksimal, sebab implementasi belum didasari dengan perencanaan pembelajaran yang merujuk pada teori dan prinsip – prinsip pendekatan CLT, dan evaluasi pembelajaran dalam implementasi pendekatan CLT di kampung Inggris Pare belum memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas yang dikemukakan oleh ahli terutama terkait penyusunan kriteria penilaian. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tidak disusunnya rencana pembelajaran dan silabus pembelajaran secara administratif pada tiga program speaking dan minimnya muatan teori dan prinsip – prinsip CLT pada penyusunan silabus dan RPP di dua program speaking lainnya. Dan kriteria penilaian belum disertai dengan standarisasi yang jelas terkait dengan indikator penilaian dan pengambilan nilai atau skor. Meski demikian kerangka pembelajaran pada aspek pelaksanaan sudah mencirikan dan merepresentasikan pembelajaran CLT, di mana kerangka tersebut merujuk pada PBBI yang menjadikan konten pembelajaran sebagai stimulus yang dapat memotivasi siswa untuk menjadikan bahasa Inggris sebagai alat berkomunikasi secara verbal. Implementasi pendekatan CLT dapat dilakukan secara maksimal dengan memperhatikan faktor pendukung seperti, penguatan terhadap pemahaman tutor terkait pendekatan CLT, motivasi belajar siswa, konten pembelajaran yang relevan dan menarik, lingkungan belajar yang kondusif, dan pengelolaan kelas yang baik, dan dengan menghindari faktor penghambat seperti, kemampuan pra-syarat siswa yang belum memadai, proses adaptasi dengan lingkungan belajar baru yang lambat, dan tidak tersedianya sumber, bahan, dan media pembelajaran yang dibutuhkan.Rafiud IlmudinulohSugeng Bayu Wahyono2019-11-12T07:21:05Z2019-11-12T07:21:05Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/66634This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/666342019-11-12T07:21:05ZImplementasi Pembelajaran dalam Program Layanan Holistik
Integratif di BKB Permata Hati YogyakartaTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) implementasi
pembelajaran dalam program layanan holistik integratif di BKB Permata Hati, (2)
hasil yang dirasakan peserta belajar dalam layanan pembelajaran di BKB Permata
Hati, (3) faktor penghambat dan pendukung layanan pembelajaran di BKB Permata
Hati.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang merujuk pada penelitian
field research. Data primer diambil dari peserta kegiatan BKB holistik Permata
Hati, Ketua BKB holistik integratif Permata Hati, pengurus BKB Permata Hati,
Ketua PAUD, Kepala Puskesmas Ngampilan, Penyuluh KB Ngampilan, Kasi
Pembangunan Keluarga Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
selama Desember 2018 sampai dengan April 2019. Pengumpulan data diambil
melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dibuat
transkip, pengkodean, serta pemunculan tema. Data dianalisis dengan dengan
menggunakan data kualitatif model interaktif dari Miles & Huberman, panduan
BKB holistik integratif BKKBN, dan konsep pembelajaran.
Hasil penelitian ini menghasilkan: pertama, perencanaan dilakukan oleh
fasilitator BKB bersama dengan fasilitator PAUD, dan Posyandu, peserta belajar
memiliki kesempatan untuk memberi masukan materi yang dibutuhkan peserta.
Kedua, pelaksanaan pembelajaran menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Pendahuluan, (2) Penyampaian materi, (3) Penarikan kesimpulan, (4) Pengisian
KKA, (5) Penyampaian tugas rumah, (6) Mengevaluasi dan Penutup. Ketiga,
evaluasi belajar menggunakan teknik self evaluating dan dampak pengiring
(nurturant effects). Kedua, hasil yang dirasakan peserta belajar setelah mengikuti
pembelajaran holistik integratif yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mengasuh dan mendidik anak dalam aspek kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan,
dan pendidikan. Ketiga, faktor penghambat pembelajaran dalam program holistik
integratif, yaitu: (1) Terbatasnya fasilitator untuk mengakomodir kegiatan
pembelajaran, (2) Banyaknya cakupan materi sebagai bahan ajar, (3) Minimnya
alokasi waktu pembelajaran. Sedangkan faktor pendorong pembelajaran holistik
integratif, yaitu: (1) Kuatnya dukungan stakeholder dan lintas sektor dalam
melaksanakan pembelajaran holistik integratif, (2) Adanya fasilitas umum yang
menunjang pembelajaran, (3) Saling mendukungnya fasilitator lintas sektor, yaitu
PAUD dan Posyandu.
Kata kunci: pembelajaran, Bina Keluarga Balita (BKB), BKB holistik integratifWartiningsih WartiningsihSugeng Bayu Wahyono2019-11-07T02:59:33Z2019-11-07T02:59:33Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/66557This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/665572019-11-07T02:59:33ZProses Pembelajaran dalam Komunitas Joglo Tani dusun Mendungan, Seyegan, Sleman.Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan (1) pelaksanaan
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data primer terdiri dari pendiri Joglo Tani, fasilitator, dan warga belajar selama 4 bulan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, dan observasi. Teknik keabsahan data menggunakan ketekunan pengamatan lapangan dan triangulasi sumber. Teknik analisis data melalui tahap pencatatan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan.
Penelitian ini menghasilkan tiga temuan. Pertama, hasil penelitian ini mengikuti skema teknologi pembelajaran mulai dari perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi terbukti menerapkan prinsip-prinsip pedagogi kritis. Dari sisi perencanaan warga belajar pembelajaran dilaksanakan berdasar kesepakatan warga belajar dan fasilitator, warga belajar memiliki kebebasan dalam menentukan tempat, materi dan media belajar, fungsi fasilitator sebagai dinamisator layaknya teman bagi warga belajar. Dari sisi pelaksanaan, pembelajaran menggunakan strategi student learning center metode pembelajaran problem-solving, suasana belajar yang disediakan bebas dari ancaman dan menggembirakan, alam dan masyarakat merupakan laboratorium dan sumber belajar bagi warga belajar. Dari sisi evaluasi, evaluasi belajar menggunakan teknik self-evaluating. Kedua, penelitian ini menghasilkan faktor pendorong serta penghambat pelaksanaan pembelajaran. Adapun faktor pendorong pembelajaran yaitu ketersediaannya donatur, lingkungan yang asri dan terciptanya suasana belajar yang kekeluargaan. Sedangkan faktor penghambat pembelajaran yaitu belum tersedianya layananan internet, terdapat warga belajar yang tidak serius belajar dan kepercayaan masyarakat yang lebih mengedepankan sekolah formal. Ketiga, Joglo Tani memberi peluang warga belajar sebagai subjek pembelajaran dan mempertegas posisi fasilitator dan warga belajar sederajat dalam proses saling belajar. Sehingga warga belajar merasa diberi peluang untuk memecahkan masalah nyata secara historis sebagai negara agraris.Citra Nirmala Dara YuktiSugeng Bayu Wahyono2015-06-12T05:36:17Z2015-06-12T05:36:17Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/20459This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/204592015-06-12T05:36:17ZPENGUKURAN INDEKS ETOS BELAJAR SISWA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTATujuan penelitian ini adalah merumuskan dan memetakan indeks etos belajar siswa ditinjau dari asal daerah kabupaten/kota; mengetahui penyebab rendahnya etos belajar siswa; serta mengetahui komitmen sekolah dalam usaha mengatasi rendahnya etos belajar siswa. Metode yang digunakan adalah metode survai. Untuk mengumpulkan data-data primer dari pengalaman dan pendapat responden dilakukan melalui angket dan wawancara terbimbing. Analisis menggunakan model kuantitatif dengan menerapkan statistik deskriptif yang dikombinasi dengan analisis diskriptif kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa etos belajar siswa sekolah di daerah pinggiran masih dalam kategori sedang cenderung rendah, sementara untuk siswa sekolah di daerah pusat masuk dalam kategori sedang cenderung tinggi. Letak teritorial cenderung memiliki hubungan signifikan terhadap rendahnya etos belajar siswa di sekolah pinggiranSugeng Bayu WahyonoDeni HardiantoMiyarso Estu