Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T10:22:09ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2015-09-14T02:54:49Z2015-09-14T02:54:49Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26191This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/261912015-09-14T02:54:49ZPENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMA KOTA YOGYAKARTA, KABUPATEN SLEMAN DAN
KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAUjian nasional adalah salah satu instrumen manajemen mutu yang menerapkan seperangkat standar yang berlaku secara nasional, termasuk. Pemerintah perlu melaksanakan pemetaan mutu pendidikan agar diperoleh penjelasan yang lebih tuntas mengenai pencapaian hasil ujian nasional termasuk kinerja anak-anak dalam ujian nasional untuk mengetahui kompetensi mana yang bermasalah, yang selanjutnya dapat dilakukan langkah-langkah nyata memecahkan masalah dan akar masalahnya. Tujuan penelitian ini, 1) memetakan standar isi dan kompetensi yang cenderung kurang berhasil dikuasai peserta didik SMA (KD/indikator2-nya), 2) mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai kemampuan tertentu, 3) menemukan penjelasan mengenai sekolah tertentu yang berhasil mengalami perkembangan pesat dalam hal peningkatan mutu pendidikannya, 4) menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, 5) merumuskan model pemecahan masalah yang valid yang bisa diimplementasikan melalui PPM. Metode pengumpulan data dengan, dokumentasi, angket, FGD. Analisis data dengan analisis deskriptif. Hasil peta kemampuan belum dikuasai oleh peserta didik di Kota Yogyakarta untuk 9 mapel sbb: 1) Bahasa Indonesia IPA ada 14, IPS ada 15; 2) B.Inggris IPA 9, IPS 13; 3) Matematika IPA 13, IPS 14; 4) Fisika 24; 5) Kimia 17; 6) Biologi 31; 7) Ekonomi 29; 8) Geografi 18; Sosiologi 17. Kabupaten Sleman: 1) Bahasa Indonesia IPA ada 13, IPS ada 17, 2) B.Inggris IPA 13, IPS 15; 3) Matematika IPA 15, IPS 12; 4) Fisika 24; 5) Kimia 22; 6) Biologi 28; 7) Ekonomi 33; 8) Geografi 18, Sosiologi 15. Kabupaten Kulonprogo: 1) Bahasa Indonesia IPA ada 14, IPS ada 18, 2) B.Inggris IPA 14, IPS 15; 3) Matematika IPA 20, IPS 19; 4) Fisika 19;
5) Kimia 26; 6) Biologi 31; 7) Ekonomi 32; 8) Geografi 18, Sosiologi 16. Solusi yang diusulkan, Model pendampingan terhadap masalah yang dihadapi, mulai dari bedah SKL, pembelajaran, evaluasi, tindak lanjut hasil evaluasi,- Suhadi Purwantara, Drs. M.Si.Sumarno SumarnoM.Si SatinoSyamsi Kastam2015-09-14T02:52:57Z2015-09-14T02:52:57Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26190This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/261902015-09-14T02:52:57ZPENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMA KOTA YOGYAKARTA, KABUPATEN SLEMAN DAN
KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAUjian nasional adalah salah satu instrumen manajemen mutu yang menerapkan seperangkat standar yang berlaku secara nasional, termasuk. Pemerintah perlu melaksanakan pemetaan mutu pendidikan agar diperoleh penjelasan yang lebih tuntas mengenai pencapaian hasil ujian nasional termasuk kinerja anak-anak dalam ujian nasional untuk mengetahui kompetensi mana yang bermasalah, yang selanjutnya dapat dilakukan langkah-langkah nyata memecahkan masalah dan akar masalahnya. Tujuan penelitian ini, 1) memetakan standar isi dan kompetensi yang cenderung kurang berhasil dikuasai peserta didik SMA (KD/indikator2-nya), 2) mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai kemampuan tertentu, 3) menemukan penjelasan mengenai sekolah tertentu yang berhasil mengalami perkembangan pesat dalam hal peningkatan mutu pendidikannya, 4) menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, 5) merumuskan model pemecahan masalah yang valid yang bisa diimplementasikan melalui PPM. Metode pengumpulan data dengan, dokumentasi, angket, FGD. Analisis data dengan analisis deskriptif. Hasil peta kemampuan belum dikuasai oleh peserta didik di Kota Yogyakarta untuk 9 mapel sbb: 1) Bahasa Indonesia IPA ada 14, IPS ada 15; 2) B.Inggris IPA 9, IPS 13; 3) Matematika IPA 13, IPS 14; 4) Fisika 24; 5) Kimia 17; 6) Biologi 31; 7) Ekonomi 29; 8) Geografi 18; Sosiologi 17. Kabupaten Sleman: 1) Bahasa Indonesia IPA ada 13, IPS ada 17, 2) B.Inggris IPA 13, IPS 15; 3) Matematika IPA 15, IPS 12; 4) Fisika 24; 5) Kimia 22; 6) Biologi 28; 7) Ekonomi 33; 8) Geografi 18, Sosiologi 15. Kabupaten Kulonprogo: 1) Bahasa Indonesia IPA ada 14, IPS ada 18, 2) B.Inggris IPA 14, IPS 15; 3) Matematika IPA 20, IPS 19; 4) Fisika 19;
5) Kimia 26; 6) Biologi 31; 7) Ekonomi 32; 8) Geografi 18, Sosiologi 16. Solusi yang diusulkan, Model pendampingan terhadap masalah yang dihadapi, mulai dari bedah SKL, pembelajaran, evaluasi, tindak lanjut hasil evaluasi,- Suhadi Purwantara, Drs. M.Si.Sumarno SumarnoM.Si SatinoSyamsi Kastam2015-09-10T07:17:21Z2015-09-10T07:17:21Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26135This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/261352015-09-10T07:17:21ZPENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMA KABUPATEN MAGELANG DAN KOTA MAGELANG JAWA TENGAHUjian nasional adalah salah satu instrumen manajemen mutu yang menerapkan seperangkat standar yang berlaku secara nasional, termasuk. Pemerintah perlu melaksanakan pemetaan mutu pendidikan agar diperoleh penjelasan yang lebih tuntas mengenai pencapaian hasil ujian nasional termasuk kinerja anak-anak dalam ujian nasional untuk mengetahui kompetensi mana yang bermasalah, yang selanjutnya dapat dilakukan langkah-langkah nyata memecahkan masalah dan akar masalahnya. Tujuan penelitian ini, 1) memetakan standar isi dan kompetensi yang cenderung kurang berhasil dikuasai peserta didik SMA (KD/indikator2-nya), 2) mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai kemampuan tertentu, 3) menemukan penjelasan mengenai sekolah tertentu yang berhasil mengalami perkembangan pesat dalam hal peningkatan mutu pendidikannya, 4) menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, 5) merumuskan model pemecahan masalah yang valid yang bisa diimplementasikan melalui PPM. Metode pengumpulan data dengan, dokumentasi, angket, FGD. Analisis data dengan analisis deskriptif. Hasil peta kemampuan belum dikuasai oleh peserta didik di Kabupaten Magelang untuk 9 mapel sbb: 1) Bahasa Indonesia IPA ada 11, IPS ada 8; 2) B.Inggris IPA 13, IPS 15; 3) Matematika IPA 18, IPS
4; 4) Fisika 24; 5) Kimia 23, 6) Biologi 28; 7) Ekonomi 29, 8) Geografi 17, Sosiologi 16.
Kota Magelang: 1) Bahasa Indonesia IPA ada 11, IPS ada 1; 2) B.Inggris IPA 13, IPS 11;
3) Matematika IPA 15, IPS 6; 4) Fisika 19; 5) Kimia 21; 6) Biologi 28; 7) Ekonomi 21; 8)
Geografi 17; Sosiologi 16. Solusi yang diusulkan, Model pendampingan terhadap masalah yang dihadapi, mulai dari bedah SKL, pembelajaran, evaluasi, tindak lanjut hasil evaluasi,M. Pd. Ali MuhsonPudjo SuharsoM.Si Satino- Pujianto2015-09-10T07:00:55Z2015-09-10T07:00:55Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26134This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/261342015-09-10T07:00:55ZPENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMA KABUPATEN MAGELANG DAN KOTA MAGELANG JAWA TENGAHUjian nasional adalah salah satu instrumen manajemen mutu yang menerapkan seperangkat standar yang berlaku secara nasional, termasuk. Pemerintah perlu melaksanakan pemetaan mutu pendidikan agar diperoleh penjelasan yang lebih tuntas mengenai pencapaian hasil ujian nasional termasuk kinerja anak-anak dalam ujian nasional untuk mengetahui kompetensi mana yang bermasalah, yang selanjutnya dapat dilakukan langkah-langkah nyata memecahkan masalah dan akar masalahnya. Tujuan penelitian ini, 1) memetakan standar isi dan kompetensi yang cenderung kurang berhasil dikuasai peserta didik SMA (KD/indikator2-nya), 2) mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai kemampuan tertentu, 3) menemukan penjelasan mengenai sekolah tertentu yang berhasil mengalami perkembangan pesat dalam hal peningkatan mutu pendidikannya, 4) menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, 5) merumuskan model pemecahan masalah yang valid yang bisa diimplementasikan melalui PPM. Metode pengumpulan data dengan, dokumentasi, angket, FGD. Analisis data dengan analisis deskriptif. Hasil peta kemampuan belum dikuasai oleh peserta didik di Kabupaten Magelang untuk 9 mapel sbb: 1) Bahasa Indonesia IPA ada 11, IPS ada 8; 2) B.Inggris IPA 13, IPS 15; 3) Matematika IPA 18, IPS
4; 4) Fisika 24; 5) Kimia 23, 6) Biologi 28; 7) Ekonomi 29, 8) Geografi 17, Sosiologi 16.
Kota Magelang: 1) Bahasa Indonesia IPA ada 11, IPS ada 1; 2) B.Inggris IPA 13, IPS 11;
3) Matematika IPA 15, IPS 6; 4) Fisika 19; 5) Kimia 21; 6) Biologi 28; 7) Ekonomi 21; 8)
Geografi 17; Sosiologi 16. Solusi yang diusulkan, Model pendampingan terhadap masalah yang dihadapi, mulai dari bedah SKL, pembelajaran, evaluasi, tindak lanjut hasil evaluasiM. Pd. Ali MuhsonPudjo SuharsoM.Si Satino- Pujianto2015-07-29T01:47:36Z2015-07-29T01:47:36Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/24020This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/240202015-07-29T01:47:36ZSTANDARISASI BAHAN BAKU DAN PRODUK TEMULAWAK SERTA
PENINGKATAN KUALITAS MELALUI TEKNOLOGI BUDIDAYA
BERBASIS MASYARAKATTujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas produk obat herbal dari temulawak melalui standarisasi, yang meliputi standar bahan baku, keamanan, standar khasiat, serta standar kualitas dan komposisi senyawa aktif, sesuai dengan kriteria Badan POM tahun 2005. Khasiat temulawak sangat ditentukan oleh kandungan senyawa kurkuminoid, dimana keberadaanya sangat tergantung pada kualitas bahan baku, penanganan pasca panen, serta penanganan proses produksi. Oleh karena itu perlu diterapkan teknologi budidaya tanaman temulawak yang terstandar, sehingga terjaga kualitas bahan bakunya. Metode kegiatan yang akan dilakukan pada tahun ke-1 antara lain isolasi dan identifikasi senyawa aktif kurkuminoid dari rimpang temulawak melalui teknik kromatografi dan spektroskopi; melakukan standarisasi temulawak dari berbagai lokasi penanaman menggunakan marker kurkuminoid; menentukan temulawak yang sesuai standar untuk digunakan sebagai bibit; memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada para petani untuk mengembangkan budidaya tumbuhan temulawak yang berkualitas; serta penanganan pasca panen; pembuatan produk kapsul temulawak dari bahan baku yang terstandar; Tahun ke 2. Akan dilakukan uji keamanan produk kapsul temulawak, meliputi uji mikroba patogen; batas logam berat, uji ALT, uji kapang/khamir, tidak mengandung bahan yang dilarang ; uji mutu produk meliputi uji kadar air, cara pembuatan, keseragaman bobot, stabilitas produk jadi, serta masa kadaluwarso. Hasil penelitian tahun I adalah dapat diperoleh senyawa kurkuminoid yaitu demetoksikurkumin yang digunakan sebagai standar. Selanjutnya diperoleh ekstrak etanol temulawak dari empat lokasi. Kadar demetoksikurkumin masing-masing lokasi berkisar antara 37 – 79 % dari ekstrak etanol rimpang temulawak setelah dipartisi dengan n-heksana. Dari penelitian ini juga dapat diketahui rimpang temulawak yang menunjukkan kadar ekstrak kurkuminoid tinggi dan demetoksikukukumin tinggi. Selanjutnya dilakukan sosialisasi penanganan lahan, pemeliharaan lahan, serta penanganan pasca panen bagi para petani temulawak di daerah Kokap Kulon Progo. Penelitian ini masih akan dilanjutkan pada tahun ke dua dengan mengembangkan produk temulawak yang sesuai standar dari rimpang temulawak yang telah dikembangkan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh industri, sehingga akan menghasilkan produk obat herbal yang berkualitas, serta mendapatkan sertifikat produk herbal terstandar dari Badan POM.Az.N NurfinaAtun, Ph.D SriM.Si Satino2015-07-29T01:45:31Z2015-07-29T01:45:31Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/24018This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/240182015-07-29T01:45:31ZSTANDARISASI BAHAN BAKU DAN PRODUK TEMULAWAK SERTA
PENINGKATAN KUALITAS MELALUI TEKNOLOGI BUDIDAYA
BERBASIS MASYARAKATTujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas produk obat herbal dari temulawak melalui standarisasi, yang meliputi standar bahan baku, keamanan, standar khasiat, serta standar kualitas dan komposisi senyawa aktif, sesuai dengan kriteria Badan POM tahun 2005. Khasiat temulawak sangat ditentukan oleh kandungan senyawa kurkuminoid, dimana keberadaanya sangat tergantung pada kualitas bahan baku, penanganan pasca panen, serta penanganan proses produksi. Oleh karena itu perlu diterapkan teknologi budidaya tanaman temulawak yang terstandar, sehingga terjaga kualitas bahan bakunya. Metode kegiatan yang akan dilakukan pada tahun ke-1 antara lain isolasi dan identifikasi senyawa aktif kurkuminoid dari rimpang temulawak melalui teknik kromatografi dan spektroskopi; melakukan standarisasi temulawak dari berbagai lokasi penanaman menggunakan marker kurkuminoid; menentukan temulawak yang sesuai standar untuk digunakan sebagai bibit; memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada para petani untuk mengembangkan budidaya tumbuhan temulawak yang berkualitas; serta penanganan pasca panen; pembuatan produk kapsul temulawak dari bahan baku yang terstandar; Tahun ke 2. Akan dilakukan uji keamanan produk kapsul temulawak, meliputi uji mikroba patogen; batas logam berat, uji ALT, uji kapang/khamir, tidak mengandung bahan yang dilarang ; uji mutu produk meliputi uji kadar air, cara pembuatan, keseragaman bobot, stabilitas produk jadi, serta masa kadaluwarso. Hasil penelitian tahun I adalah dapat diperoleh senyawa kurkuminoid yaitu demetoksikurkumin yang digunakan sebagai standar. Selanjutnya diperoleh ekstrak etanol temulawak dari empat lokasi. Kadar demetoksikurkumin masing-masing lokasi berkisar antara 37 – 79 % dari ekstrak etanol rimpang temulawak setelah dipartisi dengan n-heksana. Dari penelitian ini juga dapat diketahui rimpang temulawak yang menunjukkan kadar ekstrak kurkuminoid tinggi dan demetoksikukukumin tinggi. Selanjutnya dilakukan sosialisasi penanganan lahan, pemeliharaan lahan, serta penanganan pasca panen bagi para petani temulawak di daerah Kokap Kulon Progo. Penelitian ini masih akan dilanjutkan pada tahun ke dua dengan mengembangkan produk temulawak yang sesuai standar dari rimpang temulawak yang telah dikembangkan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh industri, sehingga akan menghasilkan produk obat herbal yang berkualitas, serta mendapatkan sertifikat produk herbal terstandar dari Badan POM.Az.N NurfinaAtun, Ph.D SriM.Si Satino2012-06-20T03:42:27Z2019-10-02T02:15:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/248This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2482012-06-20T03:42:27ZSTRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN BEBERAPA "TELAGA" DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTAPenelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas plankton sebagai indikator kualitas perairan telaga di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2010. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Telaga Bembem Kecamatan Ptrrwosari dan Telaga Jongge Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul. Sampel diambil sebanyak 3 kali dengan rentang masing-masing selama satu bulan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menarik planktonet Wisconsin no 25 di perairan lelaga bagian tepi dan bagian tengah. Air sampel dalam botol penampung kemudian dipindahkan dalam botol sampeL Pengamatan dan identifikasi plankton dilakukan di Laboratorium Biologi FMIP A UNY. Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran kualitas fisik dan kimiawi perairan sebagai rujukan daIam penentuan kualitas perairan te/aga. Hasil penelitian ditemukan plankton sebanyak 46 jenis yang terdiri dari 4 divisi yaitu divisi Cyanophyta 2 jenis divisi Chlorophyta 12 jenis, divisi Crysophyla 13 jenis, divisi Euglenophyta 2 .lenis, 8 .Jenis dati kelas rotifer, dan 9 jenis dari crustacean .. Densitas plankton tertinggi yaitu dari divisi Cyanophyta sebesar 43.824 ind/l dan densitas terendah yaitu dari divisi Euglenophyta sebesar 570 indJ1. lndeks dominansi berkisar antara 0,05 ¬0,354, indeks diversitas Fitoplankton sebesar 3,684 dan zooplankton sebesar 2,027 dengan koefisien saprobik fitoplankton sebesar +1,55. Berdasarkan koefisien saprobik dan indeks keanekaragaman secara terpisah antara fitoplankton dan zooplankton menunjukkan bahwa kualitas air di te/aga Bembem dan telaga Jongge Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta berada dalam kategori tidak tercemar. M.Si Satino