Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T10:44:09ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2018-02-23T02:31:34Z2019-05-09T08:42:37Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/55760This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/557602018-02-23T02:31:34ZPembelajaran Sejarah yang Efektif di SMA Negeri 1
Mlati Sleman.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penerapan metode
pembelajaran, (2) penerapan model pembelajaran, (3) penerapan evaluasi
pembelajaran, (4) faktor yang mendukung pembelajaran sejarah yang
efektif, (5) faktor yang menghambat pembelajaran sejarah yang efektif, (6)
tingkat penyerapan siswa dalam pembelajaran sejarah, dan (7) peran guru
dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 MlatiSleman.
Penelitian merupakan penelitian kualitatif. Informan kunci dalam
penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Bidang Studi Sejarah, dan Siswa
Jurusan IPS dan IPA Kelas XI. Teknik pengumpulan data meliputi
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan
model analisis data Miles dan Huberman yaitu jaringan kausal. Untuk dapat
menggambarkan makna hubungan-hubungan antar faktor dalam penelitian
ini, menggunakan metode fishbone diagram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pembelajaran sejarah di
SMA Negeri 1 Mlati Sleman, meliputi kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.
Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada
kondisi pengajaran yang ada khususnya pada pembelajaran sejarah. (2)
Salah satu model pembelajaran sejarah yang digunakan adalah gambar
maupun video yang dilakukan agar gambar dapat diurutkan menjadi urutan
logis. (3) Evaluasi pembelajaran sudah dipersiapkan pada awal atau waktu
pembuatan program semester kecuali untuk evaluasi atau ujian akhir
sekolah direncanakan atau diambil waktu persiapan evaluasi harian dan
setiap sub pokok bahasan. Untuk evaluasi ada testulis, tes lisan (Tanya
jawab). (4) Faktor yang mendukung pembelajaran, yaitu strategi
pembelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa dan
menumbuhkan minat belajar siswa, karena minat sangat mempengaruhi
dalam proses dan hasil belajar. (5) Faktor yang menghambat pembelajaran
sejarah di antaranya kemampuan siswa yang berbeda-beda sehingga
dibutuhkan pendekatan pembelajaran secara individu kepada setiap siswa.
Hambatan lain berupa sumber dan alat-alat pembelajaran seperti
laboratorium sejarah yang belum dimiliki (6) Tingkat penyerapan siswa
dalam pembelajaran sejarah, sangat berkaitan dengan pemahaman siswa.
Dalam proses pembelajaran, setiap individu siswa memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam memahamiapa yang diapelajari. (7) Peran guru
dalam pembelajaran sejarah, meliputi memberikan motivasi-motivasi
kepada siswa untuk lebih semangat dalam belajar.Inna Felinda2015-04-14T00:25:41Z2019-01-29T20:52:01Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16222This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/162222015-04-14T00:25:41ZDINAMIKA KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA (1945-1965)Keistimewaan Yogyakarta menjadi perdebatan yang sangat panjang hingga sekarang ini. Kemunculan keistimewaan Yogyakarta merupakan hadiah dari proses perjuangan yang sangat panjang. Tujuan dari penulisan ini adalah memaparkan mengenai dinamika keistimewaan Yogyakarta. Permasalahan yang akan dibahas dalam karya ini adalah sejarah berdirinya Yogyakarta, Yogyakarta setelah proklamasi dan perjuangan mendapatkan hak daerah istimewa. Metode dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian sejarah kritis yang terdiri dari empat langkah. Pertama adalah heuristik, yaitu mengumpulkan sumber-sumber baik dengan mengkaji buku-buku yang relevan, Koran, serta wawancara dengan beberapa pihak. Langkah kedua adalah kritik sumber dimana penulis meneliti sumber yang diperoleh baik secara ekstern maupun intern sehingga diperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan. Setelah dilakukan kritik sumber, tahap ketiga yaitu menafsirkan secara analisis atau sintetis dari bahan yang telah diperoleh sebagai tahap interpretasi. Tahap keempat adalah historiografi (penyajian), dimana pada bagian ini penulis menyajikan hasil penafsiran tersebut secara kronologis dan deskriptif analitis dalam bentuk karya sejarah.
Berdasarkan masalah yang dikaji dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa Kasultanan Yogyakarta merupakan bagian dari Kerajaan Mataram yang terpecah menjadi dua bagian yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Masuknya Belanda ke Kasultanan Yogyakarta membuat Sri Sultan tidak memiliki kekuasaan dalam pemerintahan karena diurus oleh Pepatih Dalem. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, Yogyakarta bergabung dengan RI dan mulai dari sinilah Sri Sultan sangat berperan dalam perpolitikan nasional. Karena pemimpin Yogyakarta mengeluarkan amanat-amanat dan maklumat, maka pemerintah mengeluarkan UU No. 22 tahun 1948 yang menetapkan Yogyakarta sebagai daerah tingkat II dan diperbarui dengan UU No 3 Tahun 1950 yang menetapkan Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian muncul UU No. 1 Tahun 1957 dan UU No. 6 Tahun 1959 yang isinya tentang pemerintahan daerah, serta yang terakhir adalah dengan dikeluarkannya UU No. 18 Tahun 1965 yang mengakui bahwa Yogyakarta adalah salah satu daerah istimewa dan setingkat dengan provinsi. Keistimewaan Yogyakarta dilihat dari kota perjuangan dalam bidang pendidikan, ibukota perjuangan, keharmonisan antar pemimpin, dan menjadi sumber kearifan bagi rakyatnya. Selain itu, Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki budaya yang adi luhur dan merupakan warisan budaya dari zaman dulu yang masih ada sampai sekarang.
Kata Kunci : Dinamika, Keistimewaan Yogyakarta, 1945-1965Inna Felinda