Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T01:48:21ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2017-02-20T01:41:24Z2017-02-20T01:41:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/47200This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/472002017-02-20T01:41:24ZAlat Bantu Wicara Bagi Penderita Tuna Laring
Berbasis Smart Phone AndroidUntuk menyelamatkan para penderita kanker laring stadium lanjut, maka
dilakukanlah operasi pengangkatan laring secara total. Pengangkatan laring, otomatis
akan mengangkat pita suara, sehingga pasca operasi laring, pasien tidak dapat lagi
berbicara (bersuara) sebagaimana sebelumnya. Suara merupakan salah satu alat
komunikasi manusia yang utama. Tanpa suara, manusia tidak akan dapat lagi
berkomunikasi, menyampaikan kemauannya kepada orang lain secara bebas. Penelitian
ini ditujukan untuk menghasilkan alat bantú bicara bagi pasien tuna laring berbasis smart
phone android.
Pada tahun pertama telah dilakukan pengembangan sistem lip reading berbasis PC.
Sistem ini akan membaca video gerakan bibir dan mengenali beberapa kata dasar dalam
kehidupan sehai hari (daily life) yang diucapkan oleh penederita tuna laring. Setelah
direkam oleh kamera, video hasil perekaman akan dieksreaksi fitur khasnya menggunakan
metode Background Subtraction yang diikuti dengan proyeksi horizontal dan vertikal.
Selanjutnya dilakukan pengenalan fitur dengan menggunakan jaringa saraf tiruan. Pada
tahun kedua telah dilakukan perbaikan metode yang digunakan, yaitu melalui penggunaan
ekstraksi fitur double difference pada citra separuh bibir (folded lip image), dengan
classifier jaringan saraf tiruan tipe Multi Layer Perceptron, selanjutnya sistem
dimplementasikan dalam smartphone andoid.
Hasilnya pengujian tahun I diperoleh akurasi pengenalan 71 %, sedangkan hasil
pengenalan tahun II (setelah diperbaiki metodenya) meningkatkan menjadi 96,5%.
Perangkat lunak juga sudah berhasil diterapkan pada smartphone android dengan
pengujian terbatas.Arifin, M. T. FatchulMT. Aris Nasuha2015-08-24T01:25:13Z2015-08-24T01:25:13Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/25421This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/254212015-08-24T01:25:13ZALAT BANTU BICARA BERBASIS MICROCAMERA BAGI PASIEN TUNALARYNXTo rescue patients with advanced laryngeal cancer, It was conducted a total
surgical. Removal of the larynx automatically also remove the vocal cord, so the patient
can not speak again as before.
Voice is the main tools of human communication. Without a sound,
humans can no longer communicate. The option for the patient to speech again is
electro-larynx speech and esophageal speech. However, these sound have a poor quality and
it is often not understandable.
In this paper it is proposed another way to speech. It wasbased on
Microcamera. Two microcamera (Intra oral mouth and external camera) will be used to
identify laryngectomies speech.Arifin, M. T. FatchulS.T., M.T. Sigit YatmonoSardjono, Dr., M.T. Tri Arief2015-08-24T01:22:43Z2015-08-24T01:22:43Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/25420This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/254202015-08-24T01:22:43ZALAT BANTU BICARA BERBASIS MICROCAMERA BAGI PASIEN TUNALARYNXTo rescue patients with advanced laryngeal cancer, It was conducted a total
surgical. Removal of the larynx automatically also remove the vocal cord, so the patient
can not speak again as before.
Voice is the main tools of human communication. Without a sound,
humans can no longer communicate. The option for the patient to speech again is
electro-larynx speech and esophageal speech. However, these sound have a poor quality and
it is often not understandable.
In this paper it is proposed another way to speech. It wasbased on
Microcamera. Two microcamera (Intra oral mouth and external camera) will be used to
identify laryngectomies speech.Arifin, M. T. FatchulS.T., M.T. Sigit YatmonoSardjono, Dr., M.T. Tri Arief2015-07-30T03:22:24Z2015-07-30T03:22:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/24352This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/243522015-07-30T03:22:24ZALAT BANTU BICARA BERBASIS MICROCAMERA BAGI PASIEN
TUNALARYNXPenyembuhan kanker stadium lanjut pada daerah laring haruslah dilakukan operasi.Operasi ini
akan mengambil bagian tenggorokan yang terkena kanker sampai bersih. Dampak dari operasi ini akan
menjadikan trachea (saluran yang menghubungkan antara rongga mulut-hidung dengan paru)
terpisah dengan eshopagus dan pasien tidak dapat lagi bernapas dengan hidung, melainkan melalui
stoma (sebuah lubang di leher pasien).Pengangkatan laring, otomatis akan mengangkat perangkat suara
manusia. Sehingga pasca operasi laring, pasien tidak dapat lagi berbicara (bersuara) sebagaimana
sebelumnya.
Suara merupakan salah satu alat komunikasi utama manusia. Tanpa suara manusia tidak
dapat berbicara yang pada akhirnya, tidak akan dapat lagi menyampaikan kemauannya kepada orang
lain secara bebas. Bahasa tubuh atau tulis yang dapat dilakukan manusia, tetap akan membatasi
komunikasi. Karena kecepatan tulis atau bahasa tubuh tidak secepat dan sejelas bahasa suara. Oleh
karena itu diperlukan suatu terobosan agar para penyandang tuna laring bisa berbicara kembali secara
mudah dan murah. Pada penelitian ini dikembangkan model alat bantú wicara berbasis microcamera.
Microcamera akan memodelkan bentuk mulut ketika menghasilkan suara. Selanjutnya model
dari mulut ini digunakan untuk membangkitkan suara bagi para pasien tuna larynx.
Pada tahun pertama sistema telah dibangun dan hasilnya telah dikenali gambar diam
(ucapan vokal) dengan nilai validasi kebenaran 78,3 %. Pada tahun ke 2, sistema diperbaiki kualitasnya.
Hasilnya sistem telah dapat mengenali video pedek (ucapan dua suku kata) dengan nilai kebenaran
81 %. Proses pengolahan video dilakukan dengan menjadikan masing masing video menjadi beberapa
buah frame gambar diam. Selanjutnya dari masing masing gambar diam dilakukan proses pengubahan
RGB to gray, peningkatan intensitas gambar, pengubahan skala gambar, deteksi tepi, dan
penggambungan data masing masing frame. Data ini selanjutnya diolah oleh sistem pattern recognition
(jaringan syaraf tiruan).S.T., M.T. Sigit YatmonoArifin, M. T. FatchulSardjono, Dr., M.T. Tri Arief2015-07-30T03:19:55Z2015-07-30T03:19:55Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/24351This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/243512015-07-30T03:19:55ZALAT BANTU BICARA BERBASIS MICROCAMERA BAGI PASIEN
TUNALARYNXPenyembuhan kanker stadium lanjut pada daerah laring haruslah dilakukan operasi.Operasi ini
akan mengambil bagian tenggorokan yang terkena kanker sampai bersih. Dampak dari operasi ini akan
menjadikan trachea (saluran yang menghubungkan antara rongga mulut-hidung dengan paru)
terpisah dengan eshopagus dan pasien tidak dapat lagi bernapas dengan hidung, melainkan melalui
stoma (sebuah lubang di leher pasien).Pengangkatan laring, otomatis akan mengangkat perangkat suara
manusia. Sehingga pasca operasi laring, pasien tidak dapat lagi berbicara (bersuara) sebagaimana
sebelumnya.
Suara merupakan salah satu alat komunikasi utama manusia. Tanpa suara manusia tidak
dapat berbicara yang pada akhirnya, tidak akan dapat lagi menyampaikan kemauannya kepada orang
lain secara bebas. Bahasa tubuh atau tulis yang dapat dilakukan manusia, tetap akan membatasi
komunikasi. Karena kecepatan tulis atau bahasa tubuh tidak secepat dan sejelas bahasa suara. Oleh
karena itu diperlukan suatu terobosan agar para penyandang tuna laring bisa berbicara kembali secara
mudah dan murah. Pada penelitian ini dikembangkan model alat bantú wicara berbasis microcamera.
Microcamera akan memodelkan bentuk mulut ketika menghasilkan suara. Selanjutnya model
dari mulut ini digunakan untuk membangkitkan suara bagi para pasien tuna larynx.
Pada tahun pertama sistema telah dibangun dan hasilnya telah dikenali gambar diam
(ucapan vokal) dengan nilai validasi kebenaran 78,3 %. Pada tahun ke 2, sistema diperbaiki kualitasnya.
Hasilnya sistem telah dapat mengenali video pedek (ucapan dua suku kata) dengan nilai kebenaran
81 %. Proses pengolahan video dilakukan dengan menjadikan masing masing video menjadi beberapa
buah frame gambar diam. Selanjutnya dari masing masing gambar diam dilakukan proses pengubahan
RGB to gray, peningkatan intensitas gambar, pengubahan skala gambar, deteksi tepi, dan
penggambungan data masing masing frame. Data ini selanjutnya diolah oleh sistem pattern recognition
(jaringan syaraf tiruan).S.T., M.T. Sigit YatmonoArifin, M. T. FatchulSardjono, Dr., M.T. Tri Arief2015-07-07T01:21:41Z2015-07-07T01:21:41Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22779This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/227792015-07-07T01:21:41ZKlasifikasi Intonasi Wicara
Berbasis Sinyal EMG otot LeherHuman voice intonation is affected by pitch and loudness. Pitch is related to the frequency of human
voice, while Loudness is related to the magnitude of human voice. Someone who does not have vocal
cords, He has no ability to produce voice and speech. This problem is suffered by laryngectomy
patients. Over half of all laryngectomy patients worldwide are using electrolarynx for the
rehabilitation of their speech ability. Unfortunately, the electrolarynx voice is monotonic and flatted
intonation. Small changes in pitch and loudness of electrolarynx will give a better expression in
laryngectomy patients. Previous researches have focused on utilization of Electromyography (EMG)
signal of neck muscle for only pitch control. In this research, the relationship between human voice
intonation (i.e., frequency and magnitude) and EMG signals of neck muscles was studied by looking
for their correlation and their mutual information. Human voice signal and EMG signal of neck
muscle were recorded simultaneuosly while subjects were saying “A” with varying intonation. The
EMG signal of neck muscle was processed using amplifying, filtering, rectifying and “moving
average” process. On the other hand, the human voice was processed by FFT Algorithm to obtain
magnitude and fundamental frequency. The result shows that the correlation coefficient between
human voice magnitudes and EMG signal of neck muscle is 0.93, while the correlation coefficient
between human voice frequency and EMG signal of neck muscle is 0.88. Moreover, the mutual
information between human voice magnitudes and EMG signal of neck muscle is 1.07, while the
mutual information between human voice frequency and EMG signal of neck muscle is 0.65. These
results show that the relationship between human voice magnitudes and EMG signal of neck muscle is
stronger than the relationship between human voice frequencies and EMG signal of neck muscle.
Therefore, it is more appropriate to use the EMG signal of neck muscle for controlling loudness of
electrolarynx than that of the pitch of electrolarynx.Arifin, M. T. Fatchul