Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T08:22:34ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2017-03-30T01:41:34Z2017-03-30T01:41:34Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/48397This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/483972017-03-30T01:41:34ZPengembangan Model Edukasi–Supervisi–Evaluasi Aktivitas Fisik
Terpadu Bagi Penderita Sindrom Metabolik di Rumah Sakit Wirosaban
YogyakartaPenelit ian ini bertujuan untuk menguji efektivitas”Program Melangkah dengan
Diabetes dan Sindrom Metabolik”pada penderita sindrom metabolik dan diabetes peserta
organisasi Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) di RS Kota Yogyakarta. Program ini
menggunakan beberapa instrumen yakni buku panduan jalan kaki, catatan langkah kaki,
pesan SMS harian dari peneliti kepada peserta, dan penggunaan pedometer (pencatat jumlah
langkah kaki).
Dalam penelitian ini akan dilakukan uji kemanfaatan”Program Melangkah dengan
Diabetes dan Sindrom Metabolik”secara objektif dan subyektif. Secara obyektif
kemanfaatan diuji dengan melakukan randomized control trial pada 43 penderita sindrom
metabolik dan diabetes anggota PERSADIA-RS Kota Yogyakarta yang secara acak
dikelompokkan dalam kelompok kontrol (22 orang) dan kelompok perlakuan (21 orang).
Pada minggu pertama (baseline) dilakukan pengukuran tingkat aktivitas fisik menggunakan
pencatat jumlah langkah kaki (pedometer) dan Physical Activity Rating (PAR), determinan
sosial kognitif (keyakinan diri, harapan, kendali diri dan dukungan sosial), parameter
antropometrik (basal metabolik index, rasio perut/panggul), tekanan darah, kadar glukosa
darah (KGD), kadar trigliserida, dan kadar HDL Kolesterol. Pada akhir minggu ke 12,
dilakukan kembali pemeriksaan yang sama seperti pada minggu pertama. Analisis data
dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan variabel yang diukur dengan uji paired t
test. Penilaian uji kemanfaatan secara subjektif akan dilakukan dengan jalan mengundang
seluruh peserta dalam kelompok perlakuan di akhir program untuk mengikuti focus group
discussion yang membahas pengalaman mereka dalam mengikuti program.
Hasil penelit ian menunjukkan bahwa “Program Melangkah dengan Sindrom
Metabolik” efektif untuk memperbaiki status sosio kognitif penderita diabetes dalam
berolahraga sehingga dapat meningkatkan aktivitas fisik (jumlah jalan kaki harian, waktu
jalan kaki per minggu dan aktivitas sedang berat per minggu yang didasarkan pada PAR),
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan pedometer tanpa
dukungan/support psikologis secara intensif. Walaupun demikian aktivitas fisik pada
kelompok kontrol juga mengalami peningkatan, walaupun lebih kecil dibanding dengan
kelompok pelakuan. Penurunan KGD (HbA1C dan KGD 2 jam setelah makan), di temukan
pada kedua kelompok (kelompok kontrol dan kelompok perlakuan) pada minggu ke-12
dibandingkan dengan minggu ke-0 (baseline). Pemberian program secara utuh kemungkinan
dapat meningkatkan aktivitas fisik secara jangka panjang, akan tetati pemberian hanya
pedometer saja, juga telah bermanfaat secara klinis menurunkan kadar glukosa darah (A1C
dan KGD 2 jam).Kushartanti BM WaraM.S. SumaryantiSriwahyuniati Ch. FajarArovah Novita Intan2015-09-10T01:33:47Z2015-09-10T01:33:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26088This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/260882015-09-10T01:33:47ZPENGARUH LATIHAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PERUBAHAN KEMAMPUAN FISIK ATLIT BOLA VOLI YUNIORPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh latihan interval training terhadap perubahan kemampuan fisik atlit yunior usia 16-19 tahun pada cabang olharaga bolavoli. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain pretest-postest group design. Populasi yang digunakan adalah atlit yunior bolavoli di kabupaten Sleman Yogyakarta. Sampel dipilih secara purposive dengan ciri-ciri usia 16-19 tahun, aktif berlatih, jenis kelamin putra, bersedia menjadi sampel. Frekuensi latihan 3 kali per minggu, dilakukan selama 24 sesi. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel penelitian yang di ukur ber distribusi normal dan homogen. Analisis varian menunjukkan bahwa variabel yang memperoleh hasil signifikan adalah pada unsur kemampuan fisik kekuatan otot tungkai sebesar 0,000<0,05 dan unsur kelincahan sebesar 0,000<0,05. Sedangkan variabel unsur fisik yang lainnya memperoleh hasil probabilitas diatas 0,05. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa latihan interval mampu mempengaruhi adanya perubahan kemampuan fisik (daya tahan aerobik/VO2 Max = 0,589 kg bb m/dtk, power tungkai = 1,313 cm, kecepatan reaksi = 0,001 detik, keseimbangan = 2,401 detik, kelentukan togok = 2,341cm,kekuatan tangan = 3,934kg, kekuatan kaki 19,171 kg, kekuatan punggung/ togok = 10,609kg dan kelincahan = 4,812). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa latihan interval training dapat meningkatkan kemampuan fisik atlit bolavoli yunior.Sriwahyuniati Ch. FajarGunawan Gunturapfip@unty.ac.idDr., M. Kes Siswantoyo2015-09-10T01:32:04Z2015-09-10T01:32:04Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26087This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/260872015-09-10T01:32:04ZPENGARUH LATIHAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PERUBAHAN KEMAMPUAN FISIK ATLIT BOLA VOLI YUNIORPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh latihan interval training terhadap perubahan kemampuan fisik atlit yunior usia 16-19 tahun pada cabang olharaga bolavoli. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain pretest-postest group design. Populasi yang digunakan adalah atlit yunior bolavoli di kabupaten Sleman Yogyakarta. Sampel dipilih secara purposive dengan ciri-ciri usia 16-19 tahun, aktif berlatih, jenis kelamin putra, bersedia menjadi sampel. Frekuensi latihan 3 kali per minggu, dilakukan selama 24 sesi. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel penelitian yang di ukur ber distribusi normal dan homogen. Analisis varian menunjukkan bahwa variabel yang memperoleh hasil signifikan adalah pada unsur kemampuan fisik kekuatan otot tungkai sebesar 0,000<0,05 dan unsur kelincahan sebesar 0,000<0,05. Sedangkan variabel unsur fisik yang lainnya memperoleh hasil probabilitas diatas 0,05. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa latihan interval mampu mempengaruhi adanya perubahan kemampuan fisik (daya tahan aerobik/VO2 Max = 0,589 kg bb m/dtk, power tungkai = 1,313 cm, kecepatan reaksi = 0,001 detik, keseimbangan = 2,401 detik, kelentukan togok = 2,341cm,kekuatan tangan = 3,934kg, kekuatan kaki 19,171 kg, kekuatan punggung/ togok = 10,609kg dan kelincahan = 4,812). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa latihan interval training dapat meningkatkan kemampuan fisik atlit bolavoli yunior.Sriwahyuniati Ch. FajarGunawan Gunturapfip@unty.ac.idDr., M. Kes Siswantoyo2015-07-13T02:26:03Z2015-07-13T02:26:03Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23348This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/233482015-07-13T02:26:03ZPOTENSI PENURUNAN HIPERKOAGULASI DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN
LATIHAN ERGOCYCLEKecenderungan hiperkoagulasi pada penderita Diabetes Mellitus (DM)
meningkatkan resiko terjadinya gangguan iskemia (stroke iskemik maupun gangguan jantung iskemik). Sebagai bagian dari upaya mengatasi hiperkoagulasi tersebut, penelitian ini memiliki target khusus untuk mengkaji mekanisme preventif latihan fisik khususnya latihan ergocycle terhadap keadaan hiperkoagulasi pada penderita DM. Selanjutnya tujuan jangka panjang penelitian ini adalah menyusun dan memberikan rekomendasi latihan ergocycle pada penderita DM untuk mencegah keadaan hiperkoagulasi.
Penelitian ini merupakan penelitian tahun pertama yang merupakan penelitian eksperimental yang melibatkan 10 subjek yang diberi latihan dengan menggunakan ergocycle selama 30 menit dengan intensitas latihan 60% HRR (heart rate reserve). Pada awal dan akhir latihan akan dilakukan penilaian parameter klinis koagulasi darah yang meliputi activated prothrombin partial time (aPTT) dan prothrombin time (PT), kadar epinephrine dan kadar gula darah. Analisis statistik dilakukan untuk menilai perubahan nilai variabel sebelum dan sesudah latihan ergocycle dengan paired t test dan hubungan korelatif antara variabel variabel tersebut (pearson correlation dan regresi linear sederhana). Penelitian ini direncanakan untuk dilanjutkan pada tahun ke II yang difokuskan pada respon serial jangka panjang (adaptasi) terhadap variabel parameter koagulasi, kadar epinephrin dan kadar glukosa darah.
Dalam penelitian ini ditemukan peningkatan waktu koagulasi baik APTT maupun
PTT walaupun peningkatan hanya bermakna pada PTT. APTT meningkat dari
26,37±0,47 menjadi 26,75± 0,35 dtk (p-value =0,07) sednagkan PTT meningkat dari
10,20± 0,25 menjadi 10,51±0,27 dtk (p-value =0,01). Kadar epinephrin mengalami peningkatan dari 71,69±7,96 menjadi 76,62±7,93 ng/dl (p-value 0,00). Kadar glukosa darah menurun dari 202,1±35,24 menjadi 172,50 ±32,65 mg/dl (p-value =0,00). Pada hubungan korelatif tidak ditemukan adanya hubungan korelatif yang bermakna antara parameter koagulasi dengan akdar epinephrin dan kadar glukosa darah setelah latihan ergocycle. Hubungan korelatif juga tidak ditemukan antara selisish/perubahan nilai pada ketiga variabel tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar gula darah dan kecenderungan peningkatan waktu koagulasi pada penelitian ini tidak ditentukan oleh kadar akhir maupun selisih nilai epinephrin.M.S. BM. Wara KushartantiArovah Novita IntanSriwahyuniati Ch. Fajar2015-07-13T02:22:12Z2015-07-13T02:22:12Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/23347This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/233472015-07-13T02:22:12ZPOTENSI PENURUNAN HIPERKOAGULASI DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN
LATIHAN ERGOCYCLEKecenderungan hiperkoagulasi pada penderita Diabetes Mellitus (DM)
meningkatkan resiko terjadinya gangguan iskemia (stroke iskemik maupun gangguan jantung iskemik). Sebagai bagian dari upaya mengatasi hiperkoagulasi tersebut, penelitian ini memiliki target khusus untuk mengkaji mekanisme preventif latihan fisik khususnya latihan ergocycle terhadap keadaan hiperkoagulasi pada penderita DM. Selanjutnya tujuan jangka panjang penelitian ini adalah menyusun dan memberikan rekomendasi latihan ergocycle pada penderita DM untuk mencegah keadaan hiperkoagulasi.
Penelitian ini merupakan penelitian tahun pertama yang merupakan penelitian eksperimental yang melibatkan 10 subjek yang diberi latihan dengan menggunakan ergocycle selama 30 menit dengan intensitas latihan 60% HRR (heart rate reserve). Pada awal dan akhir latihan akan dilakukan penilaian parameter klinis koagulasi darah yang meliputi activated prothrombin partial time (aPTT) dan prothrombin time (PT), kadar epinephrine dan kadar gula darah. Analisis statistik dilakukan untuk menilai perubahan nilai variabel sebelum dan sesudah latihan ergocycle dengan paired t test dan hubungan korelatif antara variabel variabel tersebut (pearson correlation dan regresi linear sederhana). Penelitian ini direncanakan untuk dilanjutkan pada tahun ke II yang difokuskan pada respon serial jangka panjang (adaptasi) terhadap variabel parameter koagulasi, kadar epinephrin dan kadar glukosa darah.
Dalam penelitian ini ditemukan peningkatan waktu koagulasi baik APTT maupun
PTT walaupun peningkatan hanya bermakna pada PTT. APTT meningkat dari
26,37±0,47 menjadi 26,75± 0,35 dtk (p-value =0,07) sednagkan PTT meningkat dari
10,20± 0,25 menjadi 10,51±0,27 dtk (p-value =0,01). Kadar epinephrin mengalami peningkatan dari 71,69±7,96 menjadi 76,62±7,93 ng/dl (p-value 0,00). Kadar glukosa darah menurun dari 202,1±35,24 menjadi 172,50 ±32,65 mg/dl (p-value =0,00). Pada hubungan korelatif tidak ditemukan adanya hubungan korelatif yang bermakna antara parameter koagulasi dengan akdar epinephrin dan kadar glukosa darah setelah latihan ergocycle. Hubungan korelatif juga tidak ditemukan antara selisish/perubahan nilai pada ketiga variabel tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar gula darah dan kecenderungan peningkatan waktu koagulasi pada penelitian ini tidak ditentukan oleh kadar akhir maupun selisih nilai epinephrin.M.S. BM. Wara KushartantiArovah Novita IntanSriwahyuniati Ch. Fajar2015-07-03T01:39:24Z2015-07-03T01:39:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22510This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/225102015-07-03T01:39:24ZPENGEMBANGAN MODEL SENAM YOGA
UNTUK KONTROL GLUKOSA DARAH DAN MENURUNKAN RESIKO
KOMPLIKASI PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2
(SUATU TINJAUAN KLINIS DAN SOSIO-PSIKOLOGIS)Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) dapat diperbaiki dengan latihan
aerobik, kekuatan, dan keseimbangan karena latihan tersebut dapat mengontrol
kadar glukosa darah (KGD) dan menurunkan resiko komplikasi DM tipe 2.
Latihan perlu dilakukan secara teratur dan berulang karena manfaat klinis latihan
hanya terjadi dalam jangka waktu terbatas. Oleh karenanya, model latihan perlu
didesain sehingga menarik dan menyenangkan agar penderita terdorong berlatih
secara berkelanjutan. Sejauh ini, model latihan fisik pada DM tipe 2 yang ada
yaitu Senam Diabetes Indonesia hanya mencakup latihan aerobik dan memiliki
angka drop-out latihan yang cukup tinggi. Pengembangan model senam DM yang
dikembangkan dari konsep Yoga diperlukan karena gerakannya menyeluruh
mencakup latihan aerobik, kekuatan, dan keseimbangan. Yoga juga secara
langsung memberikan efek relaksasi/kenyamanan setelah latihan sehingga
potensial meningkatkan keterikatan terhadap latihan (meminimalkan angka drop
out)
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model senam Yoga
yang aman dan secara klinis efektif untuk mengontrol KGD dan komplikasi DM
serta secara sosio-psikologis dipersepsi dengan baik oleh penderita DM sehingga
dapat meningkatkan keterikatan terhadap program latihan.
Target Khusus: Target khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah tersusunnya panduan model senam Yoga yang bermanfaat secara klinis
dan dipersepsi dengan baik oleh penderita DM tipe 2. Model tersebut dituangkan
dalam buku panduan dan CD ilustratif.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan
research and development yang dilakukan dalam dua tahap. Pada tahun I
dilaksanakan kegiatan desain, validasi dan uji keberterimaan model. Pada fase
ini akan dilakukan pengembangan model senam Yoga yang dirancang
berdasarkan (1)aspek klinis dengan mengidentifikasi gerakan Yoga yang secara
teoritis bermanfaat pada penderita DM dan (2)aspek sosio-psikologis untuk
meningkatkan keterikatan terhadap program latihan. Pada akhir fase ini akan
dilakukan validasi model yang dilakukan dengan jalan meminta pendapat pakar
di bidang olahraga kesehatan dan uji keberterimaan model. Indikator
keberhasilan dari tahap I adalah tersusunnya prototype model senam Yoga yang
dapat diterima dengan baik oleh penderita DM dan tervalidasi oleh pakar olahraga
kesehatan. Pada tahun II akan dilaksanakan uji kemanfaatan, evaluasi dan
finalisasi desain. Pada fase ini akan dilakukan uji efektivitas model senam Yoga
dalam mengontrol KGD resiko komplikasi (dengan parameter HbA1c, fungsi
ginjal dan fungsi neurologis). Indikator ketercapaian tahap II adalah tersusunnya
model senam Yoga bagi penderita diabetes yang telah terbukti efektif mengontrol
KGD dan komplikasi DM dan dipersepsi baik oleh penderita diabetes. Panduan
tersebut dikemas dalam bentuk buku dan CD ilustratif.
3
Hasil penelitian: Model latihan yoga telah berhasil dikembangkan dan
divalidasi oleh ahli kesehatan olahraga, ahli endrokin dan ahli pemrograman
latihan. Dalam uji keberterimaan ditemukan bahwa rata rata keberterimaan latihan
adalah 95,5% sedangkan persepsi subjek terhadap estetika, kenyamanan dan
keamanan model adalah 8.9, 7,4 dan 7,5. Dapat disimpulan bahwa model latihan
yang dikembangkan dalam penelitian ini telah memenuhi tujuan yang
direncanakan.Arovah Novita IntanSriwahyuniati Ch. FajarListyarini A. Erlina2015-07-03T01:36:27Z2015-07-03T01:36:27Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22505This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/225052015-07-03T01:36:27ZPENGEMBANGAN MODEL SENAM YOGA
UNTUK KONTROL GLUKOSA DARAH DAN MENURUNKAN
RESIKO KOMPLIKASI PENDERITA DIABETES MELLITUS
TIPE 2 (SUATU TINJAUAN KLINIS DAN SOSIO-PSIKOLOGIS)Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) dapat diperbaiki dengan latihan
aerobik, kekuatan, dan keseimbangan karena latihan tersebut dapat mengontrol
kadar glukosa darah (KGD) dan menurunkan resiko komplikasi DM tipe 2.
Latihan perlu dilakukan secara teratur dan berulang karena manfaat klinis latihan
hanya terjadi dalam jangka waktu terbatas. Oleh karenanya, model latihan perlu
didesain sehingga menarik dan menyenangkan agar penderita terdorong berlatih
secara berkelanjutan. Sejauh ini, model latihan fisik pada DM tipe 2 yang ada
yaitu Senam Diabetes Indonesia hanya mencakup latihan aerobik dan memiliki
angka drop-out latihan yang cukup tinggi. Pengembangan model senam DM yang
dikembangkan dari konsep Yoga diperlukan karena gerakannya menyeluruh
mencakup latihan aerobik, kekuatan, dan keseimbangan. Yoga juga secara
langsung memberikan efek relaksasi/kenyamanan setelah latihan sehingga
potensial meningkatkan keterikatan terhadap latihan (meminimalkan angka drop
out)
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model senam Yoga
yang aman dan secara klinis efektif untuk mengontrol KGD dan komplikasi DM
serta secara sosio-psikologis dipersepsi dengan baik oleh penderita DM sehingga
dapat meningkatkan keterikatan terhadap program latihan.
Target Khusus: Target khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah tersusunnya panduan model senam Yoga yang bermanfaat secara klinis
dan dipersepsi dengan baik oleh penderita DM tipe 2. Model tersebut dituangkan
dalam buku panduan dan CD ilustratif.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan
research and development yang dilakukan dalam dua tahap. Pada tahun I
dilaksanakan kegiatan desain, validasi dan uji keberterimaan model. Pada fase
ini akan dilakukan pengembangan model senam Yoga yang dirancang
berdasarkan (1)aspek klinis dengan mengidentifikasi gerakan Yoga yang secara
teoritis bermanfaat pada penderita DM dan (2)aspek sosio-psikologis untuk
meningkatkan keterikatan terhadap program latihan. Pada akhir fase ini akan
dilakukan validasi model yang dilakukan dengan jalan meminta pendapat pakar
di bidang olahraga kesehatan dan uji keberterimaan model. Indikator
keberhasilan dari tahap I adalah tersusunnya prototype model senam Yoga yang
dapat diterima dengan baik oleh penderita DM dan tervalidasi oleh pakar olahraga
kesehatan. Pada tahun II akan dilaksanakan uji kemanfaatan, evaluasi dan
finalisasi desain. Pada fase ini akan dilakukan uji efektivitas model senam Yoga
dalam mengontrol KGD resiko komplikasi (dengan parameter HbA1c, fungsi
ginjal dan fungsi neurologis). Indikator ketercapaian tahap II adalah tersusunnya
model senam Yoga bagi penderita diabetes yang telah terbukti efektif mengontrol
KGD dan komplikasi DM dan dipersepsi baik oleh penderita diabetes. Panduan
tersebut dikemas dalam bentuk buku dan CD ilustratif.
3
Hasil penelitian: Model latihan yoga telah berhasil dikembangkan dan
divalidasi oleh ahli kesehatan olahraga, ahli endrokin dan ahli pemrograman
latihan. Dalam uji keberterimaan ditemukan bahwa rata rata keberterimaan latihan
adalah 95,5% sedangkan persepsi subjek terhadap estetika, kenyamanan dan
keamanan model adalah 8.9, 7,4 dan 7,5. Dapat disimpulan bahwa model latihan
yang dikembangkan dalam penelitian ini telah memenuhi tujuan yang
direncanakan.Arovah Novita IntanSriwahyuniati Ch. FajarListyarini A. Erlina2012-09-03T15:44:06Z2012-09-03T15:44:06Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4817This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/48172012-09-03T15:44:06ZKIAT MENJADI BUGAR DENGAN BERJALAN
YANGBENARKesadaran masyarakat menjadikan berjaJan sebagai salah satu
olahrag!! yang dipilih Im-~ muraJi dan mutf$lh dala...rn mela..kllbn.nya.
Pada muJanya tujuan beJjaJan hanya untuk refreshing akhimya
berkembang meojadi tujuao yang lebih spesifik, salah satunya adaIah
untuk kebugaran.
Agar berjalan menjaga kebugaran maka perlu diketabui cara
berjalan meourut IaUdah OR yang benar. Untuk memperoleb manfaat
dari jalan barus diiakukan cicugan iakardD yang cukup. ieI3iur. daD
tcrukur.
Cara berjaIao agar meojadi bugar antara lain: mul$lil9h
pemanasan ringan dengail meIakukan streching. diteruskan berjalan di
tempat dan diukur denyut jantung bingga mencapai denyut jantung
sasar.m. setelah mencapai denyut jantung sasaran mulai berjalan
perlahan-lahan. kecepatan ditambab secaI3 bertahap. beban kerja selama
berjaJan hams berada 60-85% MHR. Apabila telah mencapai dacrah
latihan pertahankan tersebut hingga 2().6() meml Untuk mengetahui
keberhasilan berjalan dapat dilakukan deogan mengbitung denyut jantung
istirahat. Frekuensi latihan 3-5 kali penninggu secaI3 berselang. setelah
selesai berj'aIan
diakhiri dengan
peodinginan.Sriwahyuniati Ch. Fajar