Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T10:56:16ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2015-03-04T02:24:54Z2019-03-06T00:45:29Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/12313This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/123132015-03-04T02:24:54ZRESPON IONOSFER TERHADAP GERHANA MATAHARI 26 JANUARI 2009 DARI PENGAMATAN IONOSONDAAdanya peristiwa gerhana matahari tanggal 26 januari 2009 yang melewati pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan merupakan kesempatan untuk mempelajari respon ionosfer terhadap terjadinya gerhana. Pengamatan dilakukan di 3 tempat menggunakan ionosonda yaitu dari Kotatabang, Pontianak dan Pameungpeuk. Gerhana terjadi mulai pukul 15:20 LT dan berakhir pukul 17:50 LT dengan puncak gerhana pada pukul 16:40 LT. Hasil dari pengamatan ionogram memperlihatkan (i) terlihatnya lapisan F1 yang pada hari biasa tertutup oleh lapisan E, (ii) tidak terjadinya kenaikan ketinggian dasar lapisan F (h′F) dan (iii) terjadinya penurunan foF2 pada saat terjadi gerhana sekitar pukul 16:00 LT sebesar ~2 MHz dari pengamatan ionosonda Pontianak dan ~0.5 Mhz dari ionosonda Kotatabang. Terlihatnya lapisan F1 pada saat terjadi gerhana merupakan efek dari berkurangnya intensitas radiasi matahari yang diterima, menyebabkan laju ionisasai berkurang sehingga kerapatan elektron di lapisan E berkurang. Berkurangnya kerapatan elektron di lapisan E ini menyebabkan sinyal dari ionosonda yang biasanya diserap dan atau dipantulkan oleh lapisan E dapat diteruskan dan dipantulkan oleh lapisan F1. Gerhana matahari 26 Januari 2009 tidak menyebabkan kenaikan h′F dikarenakan gravitasi bumi masih lebih dominan dibandingkan dengan gaya gravitasi bulan sehingga lapisan F tidak tertarik keatas. Nilai foF2 sebanding dengan kerapatan elektron di lapisan F sehingga penurunan intensitas radiasi menyebabkan penurunan foF2.Perwitasari SeptiMuslim Buldan2015-03-04T02:24:49Z2019-03-06T00:45:24Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/12308This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/123082015-03-04T02:24:49ZVARIASI KETINGGIAN LAPISAN F IONOSFER PADA SAAT KEJADIAN SPREAD FIonosfer, yang merupakan daerah atmosfer terionisasi, dapat dibagi menjadi 4 daerah yaitu daerah D, E, F1 dan F2. Daerah D terletak pada ketinggian sekitar 50 – 90 km, daerah E antara 90 – 140 km, daerah F1 antara 140 – 210 km dan daerah F2 diatas 210 km. Daerah E dan F, berperan penting untuk memantulkan gelombang radio frekuensi tinggi, HF. Spread F merupakan penyebaran pemantulan gelombang radio didaerah F akibat ketidak teraturan ionosfer didaerah tersebut. Spread F dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu penyebaran pantulan dalam rentang ketinggian ( range spread ), dalam rentang frekuensi ( frekuensi spread ) dan spread F campuran ( gabungan antara range spread dan frekuensi spread ). Salah satu cara untuk mengetahui kejadian spread F adalah membaca ionogram, yaitu grafik yang menggambarkan hubungan antara ketinggian dan frekuensi pantul lapisan ionosfer terhadap gelombang frekuensi tinggi,HF, yang dipancarkan secara tegak lurus. Dari hasil pengolahan data ionosfer di Tanjung sari ( 6054'10'' LS, 107050'24" BT ), diperoleh bahwa pada saat kejadian spread F, terjadi perubahan harga ketinggian lapisan F ionosfer.Tarigan MumenMuslim Buldan2015-03-04T02:24:32Z2019-03-06T00:45:16Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/12302This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/123022015-03-04T02:24:32ZKomputasi TEC Ionosfer Mendekati Real Time Dari Data GPSIonosfer adalah bagian atmosfer atas terdiri dari ion-ion dan elektron-elektron dalam jumlah yang dapat mempengaruhi propagasi gelombang radio. Pengaruh ionosfer pada sinyal GPS berupa perlambatan kecepatannya saat menjalar melalui ionosfer sehingga waktu propagasi dari satelit sampai penerima GPS akan mendapat tambahan waktu yang tergantung pada total electron content (TEC) ionosfer dan frekuensi sinyal GPS yang digunakan. Pengukuran jarak satelit ke penerima GPS berdasarkan pengukuran waktu propagasi akan mengalami kesalahan sehingga penentuan posisi GPS menggunakan metode reseksi jarak akan mengalami kesalahan pengukuran karena adanya ionosfer. Untuk penentuan posisi presisi tinggi, TEC ionosfer perlu diestimasi sehingga dapat digunakan untuk koreksi kesalahan pengukuran jarak satelit GPS. Menggunakan GPS frekuensi ganda TEC ionosfer dapat diestimasi menggunakan kombinasi data kode dan fase GPS. Ionosfer bervariasi baik temporal maupun spasial karena pengaruh dari aktivitas matahari sebagai sumber energi ionisasi ionosfer. Oleh karena itu penentuan TEC ionosfer mendekati real time selain dapat digunakan untuk koreksi ionosfer juga dapat digunakan untuk monitoring cuaca antariksa. Makalah ini menjelaskan metode penentuan TEC ionosfer mendekati real time dari data GPS mendekati real time yang dapat diakses melalui FTP setiap jam secara otomatis.Muslim BuldanPerwitasari Septi