Lumbung Pustaka UNY: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T06:12:28ZEPrintshttp://eprints.uny.ac.id/apw_template/images/sitelogo.pnghttps://eprints.uny.ac.id/2018-01-02T01:24:36Z2018-01-02T01:24:36Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/54643This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/546432018-01-02T01:24:36ZPENGEMBANGAN MINYAK CENGKEH SEBAGAI SABUN
ANTIBAKTERI BERBASIS SUMBER DAYA ALAM LOKALMinyak cengkeh adalah sumber daya alam lokal dari daerah Samigaluh, Kulonprogo.
Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan potensi minyak cengkeh sebagai produk lokal
berdaya guna tinggi untuk dikembangkan sebagai sabun antibakteri yang sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI).
Pembuatan sabun diawali dengan reaksi penyabunan campuran minyak kelapa,
minyak sawit, minyak zaitun, dengan NaOH. Setelah terjadi reaksi penyabunan sempurna,
tambahkan kombinasi minyak jarak-minyak cengkeh (3:1; 3:2; 3:3), pewarna dan pewangi.
Selanjutnya sabun didiamkan selama 4 minggu untuk proses curing. Pengujian kualitas
sabun dilakukan sesuai SNI tahun 2016 yaitu uji kadar air, total lemak, bahan tak larut dalam
etanol dan alkali bebas (atau lemak bebas) dan lemak tak tersabunkan. Uji aktivitas yang
dilakukan adalah uji antibakteri menggunakan metode difusi Kirby-Bauer (Diffusion
methods) terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Staphylococcus
epidermidis FNCC 0048, dan Escherichia coli ATCC 11229. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua uji kualitas sampel sabun sesuai dengan SNI, kecuali kadar lemak tidak
tersabunkan. Penambahan kombinasi minyak jarak-minyak cengkeh tidak terlalu
berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri karena semua sampel sabun aktif sebagai
antibakteri.Handayani SriKristianingrum SusilaRakhmawati Anna2017-02-14T02:40:44Z2017-02-14T02:40:44Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/47060This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/470602017-02-14T02:40:44ZMODIFIKASI SELF CLEANING TEXTILE SEBAGAI
BAHAN ANTIBAKTERI MELALUI DEPOSIT
NANOPARTIKEL YANG DIPREPARASI
SECARA GREEN CHEMISTRYTujuan penelitian adalah mengembangkan material baru berupa bahan tekstil
hidrofob melalui reaksi dengan senyawa silan serta dapat menunjukkan sifat antibakteri
melalui pelapisan dengan nanopartikel perak. Pengembangan bahan tekstil superhidrofob
dan antibakteri dilakukan selama 2 tahun proyek. Tahun I dilakukan sintesis untuk
memproduksi nanopartikel perak secara reduksi oksidasi kimia dan secara green
chemistry menggunakan bakteri dan jamur, pengembangan bahan tekstil yang akan
dimodifikasi permukaannya sehingga bersifat hidrofob serta karakterisasi gugus fungsi,
sudut kontak, dan aktivitas antibakteri. Aktivitas antibakteri bahan tekstil dilakukan
terhadap bakteri gram-negatif (Escherichia coli) dan bakteri gram-positif (Staphylococcus
aureus). Tahun II akan dilakukan aplikasi nanopartikel perak green chemistry pada
bahan tekstil jadi yang sudah ada di pasaran sehingga polimer yang dihasilkan dapat
diaplikasikan sebagai material antibakteri untuk keperluan biomedis. Selanjutnya
modifikasi bahan untuk menghasilkan sifat permukaan yang hidrofob sehingga memiliki
sifat superhidrofob. Karakterisasi bahan tekstil meliputi penentuan gugus fungsi
menggunakan teknik Infra Red, sifat termal menggunakan teknik Differential Thermal
Analysis dan Thermogravimetric Analysis, kristalinitas menggunakan teknik X-Ray
Diffraction, sifat mekanik berupa strength at break, elongation, modulus Young melalui
uji kekuatan tarik, dan pengamatan permukaan menggunakan Scanning Electron
Microscopy, serta uji aktivitas antibakteri dan uji sudut kontak air. Bahan tekstil
superhidrofob yang terdeposit nanopartikel perak dikarakterisasi pula melalui uji tahan
gosok, daya serap terhadap zat warna, breathability bahan tekstil serta uji iritasi terhadap
kulit.
Hasil yang diperoleh pada Tahun Pertama ini yaitu nanopartikel perak yang
dipreparasi secara green chemistry menggunakan jamur dan bakteri memiliki serapan
UV-Vis pada panjang gelombang sekitar 400 nm sedangkan nanopartikel perak yang
diprepaarsi secara reduksi kimia memiliki serapan UV-Vis pada panjang gelombang
sekitar 420 nm. Nanopartikel perak yang dipreparasi dengan bakteri memiliki distribusi
ukuran partikel lebih homogen dibandingkan dengan yang dipreparasi menggunakan
jamur. Penambahan senyawa HDTMS dapat mengubah permukaan menjadi lebih bersifat
hidrofob serta dapat menurunkan intensitas pita serapan gugus fungsi kain tanpa dan
dengan modifikasi. Kain termodifikasi HDTMS menunjukkan sifat hidrofob optimum.
iii
Semua jenis kain yang dianalisis yaitu kain terdeposit nanopartikel perak, kain dengan
penambahan HDTMS, serta kain terdeposit nanopartikel perak serta dengan HDTMS
menunjukkan perbedaan signifikan dalam aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan
bakteri S.aureus dan E.coli. Penambahan nanopartikel perak menghasilkan kain lebih
bersifat antibakteri. Sampel kain Nylon 6,6 (Spandex) menunjukkan sifat antibakteri dan
sifat hidrofob paling optimum dibandingkan dengan sampel kain katun dan polyester.Rohaeti EliRakhmawati Anna2016-10-31T01:17:14Z2016-10-31T01:17:14Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42973This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/429732016-10-31T01:17:14ZAplikasi Metode Taksonomi Numerik-Fenetik
Untuk Pengayaan Materi Keanekaragaman Hayati Di Sekolah Menengah AtasKegiatan praktikum Biologi di SMA pada umumnya mengikuti metode cookbook. Dengan metode ini maka buku petunjuk praktikum memuat informasi lengkap urutan prosedur praktikum yang harus dikerjakan oleh siswa. Metode ini selain mungkin menimbulkan kebosanan siswa juga kurang menantang, kurang menimbulkan inspirasi dan motivasi untuk mengembangkan ketrampilan investigasi. Sebagai contoh adalah kegiatan praktikum Keanekaragaman Hayati yang dikerjakan dengan melakukan pengamatan kualitatif terhadap obyek-obyek biologi di lingkungan sekitar. Kegiatan ini dapat lebih diperkaya sehingga lebih inspirational dan stimulating dengan aplikasi metode taksonomi numerik- fenetik. Praktek penggunaan metode numerik- fenetik mampu mendapatkan konsep keanekaragaman hayati secara kuantitatif. Artinya bahwa hubungan kedekatan/ kemiripan antar organisme yang diamati dapat diketahui persentase similaritas (kemiripan).
Aplikasi metode numerik- fenetik ini dapat dilakukan pada semua organisme baik mikroorganisme (bakteri), tumbuhan maupun hewan. Sehingga kegiatan praktikum Biologi semacam ini menjadi lebih menantang, lebih bersifat inspirational dan stimulating dibandingkan kegiatan yang selama ini dilakukan oleh siswa terkait dengan materi Keanekargaman Hayati. Berdasarkan taksonomi numerik- fenetik sangat dimungkinkan bahwa 2 organisme yang berdasarkan pengamatan kualitatif nampak mirip (terutama dari kelompok Bakteri), sehingga dikelompokkan dalam satu kelompok, tetapi ternyata setelah ditelusuri lebih jauh dan teliti mempunyai nilai similaritas rendah (≤ 50 %) sehingga dengan demikian tidak dapat dikelompokkan menjadi satu kelompok, dan ini juga berarti menambah nilai keanekaragaman hayati.
Namun demikian agar kegiatan ini dapat dilakukan para siswa di SMA sebagai materi pengayaan Keanekaragaman Hayati, maka guru-guru Biologi di SMA haruslah terlebih dahulu mendapatkan kursus singkat/ pelatihan tentang praktek taksonomi numerik- fenetik ini agar pada gilirannya nanti para guru dapat mengajarkannya kembali kepada para siswa mereka.
Berdasarkan instrumen lembar evaluasi yang dibagikan kepada para peserta pelatihan maka dapat diketahui bahwa para peserta pelatihan belum pernah mendapatkan materi tentamg taksonomi numerik-fenetik sehingga mereka bersemangat mengikuti pelatihan ini. Menurut mereka pelatihan ini juga meningkatkan motivasi dan stimulasi (stimulating),serta menimbulkan inspirasi (inspirational) untuk menerapkan metode taksonomi numerik-fenetik ini pada organisme selain bakteri yang digunakan dalam pelatihan ini. Dengan demikian pelatihan ini dapat diterapkan di SMA untuk pengayaan materi praktikum Keanekargaman HayatiM.Si Bernadetta OctaviaUmniyati SitiRakhmawati Anna2016-10-12T01:06:30Z2016-10-12T01:06:30Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/42236This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/422362016-10-12T01:06:30ZbM WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM DAN PENYIAPAN MENU MAKANAN TAMBAHAN ANAK SEKOLAH BAGI GURU SD INKLUSIF DIYProgram makanan tambahan di sekolah (PMT-AS) belum dikemas untuk mengakomodir kebutuhan gizi
anak ABK yang membutuhkan menu makanan khusus. Program ini bertujuan meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas anggota forum komunikasi sekolah inklusi dalam penyiapan
PMT-AS inklusi dengan target peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menyusun
model PMT- AS serta tersusun database kreasi menu makanan PMT-AS sekolah inklusi.
Program ini didesain dalam tiga tahap. Pertama, seminar dan workshop pengembangan model PMT-AS
inklusi, dilanjutkan simulasi dan praktek kreasi model menu makanan PMT-AS dan diakhiri dengan tahap
pendampingan sekolah model. Hasil program menunjukkan keberhasilan proses yang ditunjukkan
dengan kehadiran peserta mencapai 100%, peningkatan hasil tes pengetahuan sebesar 37,78%, dan
sebanyak 80% peserta telah mampu menyusun kreasi menu PMT-AS serta terpilih 3 sekolah model. Hasil
penjaringan angket kepuasan peserta menunjukkan kepuasan peserta pada semua aspek adalah baik.
Program IbM ini juga telah berhasil membantu sekolah menjalin kolaborasi yang baik dengan orang tua
dalam penyusunan model program PMT-AS.Rakhmawati AnnaM.Pd. SukinahPertiwi Kartika Ratna2016-09-05T03:29:47Z2016-09-05T03:29:47Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/41069This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/410692016-09-05T03:29:47ZRESISTENSI BAKTERI TERMOFILIK PASCA ERUPSI MERAPI TERHADAP
LOGAM BERATPenelitian ini bertujuan mengetahui resistensi bakteri termofilik pasca erupsi
Merapi terhadap logam berat tembaga (Cu), kadmium (Cd), dan timbal (Pb). Isolat
bakteri yang digunakan bersumber dari pasir dan air Kali Gendol Atas pasca erups i
Merapi tahun 2010 yang diperoleh dengan metode dilution. Uji resistensi dilakukan
menggunakan metode streak pada media Nutrient Agar (NA) plate mengandung
Cu, Cd, dan Pb dengan berbagai konsentrasi, kemudian diinkubasi pada suhu 55
C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan 19 isolat mampu hidup sampai
konsentrasi Cu 30 ppm. Isolat bakteri sebanyak 13 dapat tumbuh dengan
0
konsentrasi maksimal 1 ppm Cd. Sembilan belas isolat bakteri mampu bertahan
pada logam Pb dengan konsentrasi 300 ppm. Isolat Thermomicrobium sp D2
mampu tumbuh pada 50 ppm Cu; 1,5 ppm Cd; dan 300 ppm Pb.Rakhmawati AnnaYulianti Evy2016-07-19T05:21:09Z2016-07-19T05:21:09Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/36737This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/367372016-07-19T05:21:09ZBIOPROSPEKSI BAKTERI TERMOFILIK PASCA ERUPSI
MERAPI UNTUK BIOREMEDIASI LIMBAH LOGAM BERATPenelitian ini bertujuan mengembangkan potensi bakteri termofilik pasca
erupsi Merapi untuk bioremediasi limbah logam berat. Logam berat yang digunakan
yaitu Cu, Pb, dan Cd. Penelitian diawali dengan uji kemampuan tumbuh isolat
bakteri pada berbagai konsentrasi logam berat. Setelah didapatkan kurva
pertumbuhan dari masing-masing isolat bakteri terpilih maka dilakukan uji
efektivitas meliputi penentuan ion logam berat yang diremediasi oleh bakteri terpilih
pada konsentrasi, waktu (jam ke-0, fase eksponensial, stasioner); pH (6,7,8); dan
suhu (45,55,65 °C) optimal. Sehingga akan diketahui strategi bioremediasi limbah
logam berat oleh masing-masing isolat.
Hasil skrining menunjukkan dari 28 isolat bakteri yang diperoleh dengan
metode dilution didapatkan 18 isolat mampu hidup sampai konsentrasi Cu 30 ppm,
22 isolat bertahan pada konsentrasi Pb 50 ppm, sedangkan 13 isolat dapat hidup
pada konsentrasi Cd 1 ppm dengan suhu inkubasi 55 °C. Tahap optimasi dilakukan
pada dua isolat yang memiliki kemampuan hidup paling baik pada masing-masing
logam berat. Isolat D2 dan D95 pada logam berat Cu, D2 dan D19 pada logam berat
Pb, sedangkan D2 dan D92 pada logam berat Cd. Hasil optimasi menunjukkan
perbedaan kemampuan isolat bakteri termofilik dalam mendegradasi logam berat
pada konsentrasi, pH, dan suhu tertentu setelah memasuki fase stasioner 48 jam.
Isolat D95 memiliki kemampuan optimal menyerap 20 ppm Cu pada pH 6 suhu 65
°C sebesar 29,21%. Penyerapan 8 ppm Pb optimal oleh isolat D19 sebesar 73,19%
pada pH 7 dan suhu 45 °C. Sedangkan penyerapan 5 ppm Cd optimal sebesar
66,97% oleh isolat D92 pada pH 7 suhu 55 °C.Rakhmawati AnnaYulianti Evy2015-09-21T04:13:51Z2015-09-21T04:13:51Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26384This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/263842015-09-21T04:13:51ZKEANEKARAGAMAN GENETIK BAKTERI RESISTEN URANIUM DAN STRATEGI BIOREMEDIASI URANIUMTanah, sedimen dan air yang tercemar berat oleh radionuklida dan logam-logam toksik yang lain merupakan suatu reservoir bakteri dengan kemampuan beradaptasi secara luar biasa pada tempat-tempat tercemar ini. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian ini yang telah berhasil mengisolasi sebanyak 16 isolat bakteri dari limbah uranium fase organik TBP (TriButylPhosphat) -kerosin. Selanjutnya, ke 16 isolat bakteri tersebut diseleksi berdasarkan kriteria kemampuan tumbuh dalam medium Tryptone Glucose Yeast (TGY) yang mengandung
200 ppm uranium (dalam bentuk uranil nitrat), selama waktu inkubasi 24 jam dan dengan OD ≥
1. Isolat terpilih selanjutnya dikarakterisasi fenotipik dan diukur pertumbuhannya berdasarkan beberapa parameter kinetika pertumbuhan. Disamping itu isolat terpilih ini juga dianalisis hubungan kekerabatannya secara evolusioner berdasar pada sekuen gen 16S rRNA serta strategi bioremediasi yang dilakukan dalam medium yang mengandung uranium.
Metode penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu (1) pembuatan mediumTGY dengan variasi konsentrasi uranium untuk seleksi isolat (200 ppm) dan pengukuran pertumbuhan (0, 80 ppm dan 160 ppm) berdasarkan tingkat kekeruhan (OD/ Optical Density) yang diukur menggunakan Spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm (2) pembuatan medium uji karakter fenotipik isolat bakteri terpilih (3) isolasi DNA kromosomal isolat bakteri terpilih; amplifikasi gen 16S rRNA; pemurnian gen 16S rRNA dan sequencing gen 16S rRNA (4) konstruksi pohon filogeni dan analisis filogenetik (5) analisis strategi bioremediasi dengan interval waktu 24, 48 dan 96 jam.
Berdasarkan kriteria seleksi yang ditetapkan maka dipilih 4 isolat bakteri (X5, X8, X11 dan X14) yang mampu tumbuh dalam medium TGY dengan 200 ppm uranium dan mempunyai nilai OD ≥ 1 selama waktu inkubasi 24 jam. Hasil karakterisasi fenotipik menunjukkan isolat X8 berbeda dari ketiga isolat yang lain (X5, X11 dan X14) tetapi ketiga isolat ini lebih mirip. Berdasarkan kinetika pertumbuhan yang dihitung melalui kurva pertumbuhan maka diketahui bahwa isolat X8 mempunyai nilai μ paling tinggi yang mengindikasikan jumlah biomassa paling banyak (nilai OD tertinggi) pada waktu pertumbuhan yang sama. Pada penelitian ini isolasi DNA kromosomal isolat bakteri terpilih menghasilkan genom yang murni (bersih), demikian pula gen
16S rRNA dapat diamplifikasi PCR dan dimurnikan. Akan tetapi gen 16S rRNA tersebut belum dapat menghasilkan sekuen yang dapat dikonstruksikan sebagai pohon filogeni, oleh karena itu hubungan kekerabatan evolusioner ke 4 isolat tersebut belum dapat ditentukan. Analisis strategi bioremediasi yang dilakukan isolat X5, X8, X11 dan X14 dengan mekanisme baik biosorpsi maupun bioakumulasi.M.Si Bernadetta OctaviaUmniyati SitiBastianudin, SST, MM ArisRakhmawati Anna2015-09-21T04:11:38Z2015-09-21T04:11:38Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26383This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/263832015-09-21T04:11:38ZKEANEKARAGAMAN GENETIK BAKTERI RESISTEN URANIUM DAN STRATEGI BIOREMEDIASI URANIUMTanah, sedimen dan air yang tercemar berat oleh radionuklida dan logam-logam toksik yang lain merupakan suatu reservoir bakteri dengan kemampuan beradaptasi secara luar biasa pada tempat-tempat tercemar ini. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian ini yang telah berhasil mengisolasi sebanyak 16 isolat bakteri dari limbah uranium fase organik TBP (TriButylPhosphat) -kerosin. Selanjutnya, ke 16 isolat bakteri tersebut diseleksi berdasarkan kriteria kemampuan tumbuh dalam medium Tryptone Glucose Yeast (TGY) yang mengandung
200 ppm uranium (dalam bentuk uranil nitrat), selama waktu inkubasi 24 jam dan dengan OD ≥
1. Isolat terpilih selanjutnya dikarakterisasi fenotipik dan diukur pertumbuhannya berdasarkan beberapa parameter kinetika pertumbuhan. Disamping itu isolat terpilih ini juga dianalisis hubungan kekerabatannya secara evolusioner berdasar pada sekuen gen 16S rRNA serta strategi bioremediasi yang dilakukan dalam medium yang mengandung uranium.
Metode penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu (1) pembuatan mediumTGY dengan variasi konsentrasi uranium untuk seleksi isolat (200 ppm) dan pengukuran pertumbuhan (0, 80 ppm dan 160 ppm) berdasarkan tingkat kekeruhan (OD/ Optical Density) yang diukur menggunakan Spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm (2) pembuatan medium uji karakter fenotipik isolat bakteri terpilih (3) isolasi DNA kromosomal isolat bakteri terpilih; amplifikasi gen 16S rRNA; pemurnian gen 16S rRNA dan sequencing gen 16S rRNA (4) konstruksi pohon filogeni dan analisis filogenetik (5) analisis strategi bioremediasi dengan interval waktu 24, 48 dan 96 jam.
Berdasarkan kriteria seleksi yang ditetapkan maka dipilih 4 isolat bakteri (X5, X8, X11 dan X14) yang mampu tumbuh dalam medium TGY dengan 200 ppm uranium dan mempunyai nilai OD ≥ 1 selama waktu inkubasi 24 jam. Hasil karakterisasi fenotipik menunjukkan isolat X8 berbeda dari ketiga isolat yang lain (X5, X11 dan X14) tetapi ketiga isolat ini lebih mirip. Berdasarkan kinetika pertumbuhan yang dihitung melalui kurva pertumbuhan maka diketahui bahwa isolat X8 mempunyai nilai μ paling tinggi yang mengindikasikan jumlah biomassa paling banyak (nilai OD tertinggi) pada waktu pertumbuhan yang sama. Pada penelitian ini isolasi DNA kromosomal isolat bakteri terpilih menghasilkan genom yang murni (bersih), demikian pula gen
16S rRNA dapat diamplifikasi PCR dan dimurnikan. Akan tetapi gen 16S rRNA tersebut belum dapat menghasilkan sekuen yang dapat dikonstruksikan sebagai pohon filogeni, oleh karena itu hubungan kekerabatan evolusioner ke 4 isolat tersebut belum dapat ditentukan. Analisis strategi bioremediasi yang dilakukan isolat X5, X8, X11 dan X14 dengan mekanisme baik biosorpsi maupun bioakumulasi.M.Si Bernadetta OctaviaUmniyati SitiBastianudin, SST, MM ArisRakhmawati Anna2015-09-10T01:18:25Z2015-09-10T01:18:25Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26082This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/260822015-09-10T01:18:25ZEksplorasi Bakteri Termofilik Pasca Erupsi Merapi
Sebagai Penghasil Enzim EkstraselulerPenelitian mengenai bakteri termofilik pasca erupsi Merapi masih sangat terbatas padahal masih banyak potensi yang bisa diteliti, salah satunya mengenai enzim ekstraseluler yang dihasilkannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk isolasi, karakterisasi dan memperoleh isolat bakteri termofilik yang mampu menghasilkan enzim ekstraseluler.
Isolasi bakteri termofilik dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu dilution dan enrichment dengan media Nutrient Broth kemudian diinkubasi pada 55 ºC. Tahap kedua yaitu seleksi pada suhu 70 ºC. Karakterisasi yang dilakukan meliputi karakterisasi morfologi koloni. Setelah itu dilakukan skrining aktivitas enzim amilase, protease, dan selulase.
Hasil penelitian menunjukkan bakteri termofilik pasca erupsi Merapi yang diisolasi dari sampel air dan pasir Kali Gendol Atas dengan suhu inkubasi 55⁰C diperoleh 480 isolat, setelah diseleksi pada suhu 70 ⁰C diperoleh 253 isolat. Karakter fenotipik isolat bakteri termofilik pasca erupsi Merapi menunjukkan keanekaragaman morfologi koloni meliputi warna, bentuk, ukuran, tepi, dan elevasi koloni. Isolat bakteri termofilik yang menghasilkan enzim ekstraseluler amilase sebanyak 9 isolat, enzim protease sebanyak 4 isolat, dan 1 isolat penghasil enzim selulase pada suhu inkubasi 70 ⁰C .Rakhmawati AnnaYulianti Evy2015-09-10T01:13:41Z2015-09-10T01:13:41Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/26079This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/260792015-09-10T01:13:41ZEksplorasi Bakteri Termofilik Pasca Erupsi Merapi
Sebagai Penghasil Enzim EkstraselulerPenelitian mengenai bakteri termofilik pasca erupsi Merapi masih sangat terbatas padahal masih banyak potensi yang bisa diteliti, salah satunya mengenai enzim ekstraseluler yang dihasilkannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk isolasi, karakterisasi dan memperoleh isolat bakteri termofilik yang mampu menghasilkan enzim ekstraseluler.
Isolasi bakteri termofilik dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu dilution dan enrichment dengan media Nutrient Broth kemudian diinkubasi pada 55 ºC. Tahap kedua yaitu seleksi pada suhu 70 ºC. Karakterisasi yang dilakukan meliputi karakterisasi morfologi koloni. Setelah itu dilakukan skrining aktivitas enzim amilase, protease, dan selulase.
Hasil penelitian menunjukkan bakteri termofilik pasca erupsi Merapi yang diisolasi dari sampel air dan pasir Kali Gendol Atas dengan suhu inkubasi 55⁰C diperoleh 480 isolat, setelah diseleksi pada suhu 70 ⁰C diperoleh 253 isolat. Karakter fenotipik isolat bakteri termofilik pasca erupsi Merapi menunjukkan keanekaragaman morfologi koloni meliputi warna, bentuk, ukuran, tepi, dan elevasi koloni. Isolat bakteri termofilik yang menghasilkan enzim ekstraseluler amilase sebanyak 9 isolat, enzim protease sebanyak 4 isolat, dan 1 isolat penghasil enzim selulase pada suhu inkubasi 70 ⁰C .Rakhmawati AnnaYulianti Evy2015-08-20T03:02:16Z2015-08-20T03:02:16Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/25296This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/252962015-08-20T03:02:16ZAPLIKASI NANOPARTIKEL PERAK PADA KOMPOSIT SELULOSA BAKTERI - KITOSAN SEBAGAI
ANTIBAKTERI UNTUK
KEPERLUAN BIOMEDISPenelitian ini bertujuan untuk material polimer biodegradable berbasis selulosa bakteri yang berasal dari bahan limbah rumah tangga yang berupa berupa air cucian beras, air rebusan singkong, air rebusan ubi jalar, serta air kelapa yang terdeposisi dengan nanopartikel perak yang dapat dimanfaatkan dalam bidang biomedis.
Proses pembetukan polimer ditambah dengan kitosan untuk meningkatkan kualitas polimer dengan memanfaatkan mikroorganisme yang berupa bakteri Acetobacter xylinum. Selulosa bakteri dimodifikasi melalui aplikasi nanopartikel untuk menghasilkan polimer yang dapat diaplikasikan sebagai bahan antibakteri untuk keperluan biomedis (pembungkus luka, benang jahit luka, dll). Pembentukan biomaterial selulosa bakteri Acetobacter xylinum terjadi dengan limbah rumah tangga yang mengandung glukosa melalui proses fermentasi yang berlangsung selama 5 hari pada temperatur kamar dengan tingkat keasaman sebesar 4. Untuk menghasilkan selulosa bakteri yang bersifat antibakteri untuk keperluan biomedis dilakukan modifikasi dengan penambahan kitosan ke dalam media kultur pembentuk selulosa bakteri yang mampu memproduksi komposit biomaterial selulosa bakteri-kitosan dengan ketebalan yang bervariasi. Lapisan pelikel yang diperoleh dicuci dan dikeringkan untuk menghasilkan material selulosa bakteri yang berupa lapisan tipis. Untuk meningkatkan sifat komposit selulosa bakteri-kitosan sebagai antibakteri ditambahkan nanopartikel perak pada material selulosa bakteri kering. Lapisan tipis selulosa bakteri yang terlapis oleh nanopartikel perak yang diperoleh siap diaplikasikan sebagai bahan antibakteri. Karakterisasi komposit selulosa bakteri - kitosan meliputi penentuan gugus fungsi menggunakan teknik Infra Red (IR), sifat termal menggunakan teknik Differential Thermal Analysis (DTA) dan Thermogravimetric Analysis (TGA), kristalinitas menggunakan teknik X-Ray Diffraction (XRD), sifat mekanik berupa strength at break, elongation, modulus Young melalui uji kekuatan tarik, dan pengamatan permukaan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Karakterisasi koloid nanopartikel perak menggunakan UV/Visible Absorption Spectrophotometry. Uji aktivitas antibakteri material selulosa bakteri berlapis nanopartikel perak dan komposit selulosa bakteri – kitosan menggunakan bakteri gram-negatif (Escherichia coli) dan bakteri gram-positif (Staphylococcus aureus).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Bahan utama pembentukan biomaterial selulosa bakteri yang berupa limbah rumah tangga yaitu air bekas parutan singkong, air bekas parutan ubi jalar, air kelapa, dan air cucian beras berhasil diperoleh; 2) Biomaterial selulosa bakteri berhasil diperoleh dari hasil fermentasi dalam kondisi asam (pH 4) terhadap air parutan singkong, air cucian beras, air kelapa, dan air rebusan ubi jalar selama 12 hari menggunakan bakteri Acetobacter xylinum; 3) Material komposit selulosa bakteri-kitosan dihasilkan dari selulosa bakteri yang dicelupkan ke dalam larutan kitosan; 4) Karakterisasi gugus fungsi menggunakan FTIT menunjukkan bahwa biomaterial selulosa bakteri mengandung gugus –OH, -CH, cincin aromatik berupa cincin piran, ikatan glikosidik, dan serapan C=O; 5) Karakterisasi terhadap sifat mekanik biomaterial selulosa bakteri yang dihasilkan dari berbagai sumber limbah rumah tangga didasarkan pada tensile strenght (MPa), strain dan modulus young yang diperoleh hasil bahwa untuk selulosa bakteri rebusan singkong dengan 1% gliserol memiliki tensile strenght sebesar 11,3499 MPa, strain sebesar 35,7380%, dan modulus young sebesar 32,4286 MPa, untuk selulosa bakteri rebusan ketela dengan 2% gliserol memiliki tensile strenght sebesar 10,3387 MPa, strain sebesar 29,5632%, dan modulus young sebesar 34,9715 MPa, sedangkan selulosa bakteri rebusan singkong dengan 3% gliserol memiliki tensile strenght sebesar 4,5022 MPa, strain sebesar 24,2331 %, dan modulus young sebesar 18,5787 Mpa; 6) Uji kristalinitas terhadap biomaterial didasarkan pada difraktogram XRD terhadap film biomaterial selulosa bakteri yang menunjukkan terdapat fase kristalin 1 dan 1 yang masing-masing terjadi pada 150 dan 22,50; 7) Pembentukan nanopartikel perak dilakukan dengan menggunakan larutan perak nitrat dengan konsentrasi 10-3 M dan 750 ppm. Hasil reduksi larutan perak nitrat menggunakan trisodium sitrat (konsentrasi 1% dan 10%) dan diukur dengan Spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 190 – 400 nm. Larutan perak nitrat 10-3 M menunjukkan absorbansi pada panjang gelombang 214 nm sebesar 3,294 dan pada panjang gelombang 360,80 nm dengan serapan sebesar 0,004. Proses pengulangan diperoleh absorbansi pada panjang gelombang 215,40 nm dengan serapan sebesar 3,291, serta 8) Karakteristik permukaan biomaterial yang dihasilkan dilakukan foto permukaan terhadap biomaterial selulosa bakteri-kitosan yang terdeposisi nanopartikel perak menggunakan SEM dengan perbesaran bervariasi menunjukkan bahwa terjadi perbedaan struktur permukaan dari material yang berasal dari bahan baku yang berbeda walaupun dilapis dengan nanopartikel perak yang sama.DR SenamRohaeti EliSutrisno HariRakhmawati Anna2015-08-20T03:00:04Z2015-08-20T03:00:04Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/25293This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/252932015-08-20T03:00:04ZAPLIKASI NANOPARTIKEL PERAK PADA KOMPOSIT SELULOSA BAKTERI - KITOSAN SEBAGAI ANTIBAKTERI UNTUK
KEPERLUAN BIOMEDISPenelitian ini bertujuan untuk material polimer biodegradable berbasis selulosa bakteri yang berasal dari bahan limbah rumah tangga yang berupa berupa air cucian beras, air rebusan singkong, air rebusan ubi jalar, serta air kelapa yang terdeposisi dengan nanopartikel perak yang dapat dimanfaatkan dalam bidang biomedis.
Proses pembetukan polimer ditambah dengan kitosan untuk meningkatkan kualitas polimer dengan memanfaatkan mikroorganisme yang berupa bakteri Acetobacter xylinum. Selulosa bakteri dimodifikasi melalui aplikasi nanopartikel untuk menghasilkan polimer yang dapat diaplikasikan sebagai bahan antibakteri untuk keperluan biomedis (pembungkus luka, benang jahit luka, dll). Pembentukan biomaterial selulosa bakteri Acetobacter xylinum terjadi dengan limbah rumah tangga yang mengandung glukosa melalui proses fermentasi yang berlangsung selama 5 hari pada temperatur kamar dengan tingkat keasaman sebesar 4. Untuk menghasilkan selulosa bakteri yang bersifat antibakteri untuk keperluan biomedis dilakukan modifikasi dengan penambahan kitosan ke dalam media kultur pembentuk selulosa bakteri yang mampu memproduksi komposit biomaterial selulosa bakteri-kitosan dengan ketebalan yang bervariasi. Lapisan pelikel yang diperoleh dicuci dan dikeringkan untuk menghasilkan material selulosa bakteri yang berupa lapisan tipis. Untuk meningkatkan sifat komposit selulosa bakteri-kitosan sebagai antibakteri ditambahkan nanopartikel perak pada material selulosa bakteri kering. Lapisan tipis selulosa bakteri yang terlapis oleh nanopartikel perak yang diperoleh siap diaplikasikan sebagai bahan antibakteri. Karakterisasi komposit selulosa bakteri - kitosan meliputi penentuan gugus fungsi menggunakan teknik Infra Red (IR), sifat termal menggunakan teknik Differential Thermal Analysis (DTA) dan Thermogravimetric Analysis (TGA), kristalinitas menggunakan teknik X-Ray Diffraction (XRD), sifat mekanik berupa strength at break, elongation, modulus Young melalui uji kekuatan tarik, dan pengamatan permukaan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Karakterisasi koloid nanopartikel perak menggunakan UV/Visible Absorption Spectrophotometry. Uji aktivitas antibakteri material selulosa bakteri berlapis nanopartikel perak dan komposit selulosa bakteri – kitosan menggunakan bakteri gram-negatif (Escherichia coli) dan bakteri gram-positif (Staphylococcus aureus).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Bahan utama pembentukan biomaterial selulosa bakteri yang berupa limbah rumah tangga yaitu air bekas parutan singkong, air bekas parutan ubi jalar, air kelapa, dan air cucian beras berhasil diperoleh; 2) Biomaterial selulosa bakteri berhasil diperoleh dari hasil fermentasi dalam kondisi asam (pH 4) terhadap air parutan singkong, air cucian beras, air kelapa, dan air rebusan ubi jalar selama 12 hari menggunakan bakteri Acetobacter xylinum; 3) Material komposit selulosa bakteri-kitosan dihasilkan dari selulosa bakteri yang dicelupkan ke dalam larutan kitosan; 4) Karakterisasi gugus fungsi menggunakan FTIT menunjukkan bahwa biomaterial selulosa bakteri mengandung gugus –OH, -CH, cincin aromatik berupa cincin piran, ikatan glikosidik, dan serapan C=O; 5) Karakterisasi terhadap sifat mekanik biomaterial selulosa bakteri yang dihasilkan dari berbagai sumber limbah rumah tangga didasarkan pada tensile strenght (MPa), strain dan modulus young yang diperoleh hasil bahwa untuk selulosa bakteri rebusan singkong dengan 1% gliserol memiliki tensile strenght sebesar 11,3499 MPa, strain sebesar 35,7380%, dan modulus young sebesar 32,4286 MPa, untuk selulosa bakteri rebusan ketela dengan 2% gliserol memiliki tensile strenght sebesar 10,3387 MPa, strain sebesar 29,5632%, dan modulus young sebesar 34,9715 MPa, sedangkan selulosa bakteri rebusan singkong dengan 3% gliserol memiliki tensile strenght sebesar 4,5022 MPa, strain sebesar 24,2331 %, dan modulus young sebesar 18,5787 Mpa; 6) Uji kristalinitas terhadap biomaterial didasarkan pada difraktogram XRD terhadap film biomaterial selulosa bakteri yang menunjukkan terdapat fase kristalin 1 dan 1 yang masing-masing terjadi pada 150 dan 22,50; 7) Pembentukan nanopartikel perak dilakukan dengan menggunakan larutan perak nitrat dengan konsentrasi 10-3 M dan 750 ppm. Hasil reduksi larutan perak nitrat menggunakan trisodium sitrat (konsentrasi 1% dan 10%) dan diukur dengan Spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 190 – 400 nm. Larutan perak nitrat 10-3 M menunjukkan absorbansi pada panjang gelombang 214 nm sebesar 3,294 dan pada panjang gelombang 360,80 nm dengan serapan sebesar 0,004. Proses pengulangan diperoleh absorbansi pada panjang gelombang 215,40 nm dengan serapan sebesar 3,291, serta 8) Karakteristik permukaan biomaterial yang dihasilkan dilakukan foto permukaan terhadap biomaterial selulosa bakteri-kitosan yang terdeposisi nanopartikel perak menggunakan SEM dengan perbesaran bervariasi menunjukkan bahwa terjadi perbedaan struktur permukaan dari material yang berasal dari bahan baku yang berbeda walaupun dilapis dengan nanopartikel perak yang sama.DR SenamRohaeti EliSutrisno HariRakhmawati Anna2015-07-02T02:42:48Z2015-07-02T02:42:48Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22347This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/223472015-07-02T02:42:48ZBioprospeksi Bakteri Thermofilik Penghasil Cationic Antimicrobial Peptides (AMPs)
Sebagai Agen Antikanker dan AntimikrobiaBerkembangnya terapi antikanker dan antimikrobia menyebabkan penemuan agen
antikanker dan antimikrobia dengan mekanisme kerja yang berbeda semakin menarik untuk
diteliti karena adanya resistensi sel kanker maupun sel mikrobia terhadap obat-obatan yang
sudah ada. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya senyawa protein
yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang bersifat toksik terhadap bakteri tetapi tidak untuk
sel mamalia normal yang menunjukkan aktivitas melawan sel kanker. Tujuan umum dari
penelitian ini adalah untuk melihat aktivitas antibakteri, antifungi dan antikanker dari protein
yang dihasilkan oleh bakteri thermofilik. Pada tahun pertama penelitian ini, dilakukan
identifikasi mikroorganisme penghasil Antimicrobial Peptides (AMP) secara morfologis dan
kimiawi; fermentasi; pemisahan/pemurnian protein; melihat profil protein, uji bioaktivitas
protein dan cell free extract hasil fermentasi terhadap bakteri dan fungi patogen, dan uji
sitotoksik protein terhadap sel kanker T47D. Identifikasi morfologis dan kimiawi berdasar
pada Bergey’s manual. Uji aktivitas antimikrobia dilakukan berdasarkan terbentuknya zona
jernih pada medium dengan mikrobia uji yang diberi papper disk yang ditetesi protein dan
cell free extract hasil fermentasi masing-masing isolat. Mikrobia uji yang digunakan adalah E
coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albican. Uji sitotoksik terhadap sel kanker
payudara T47D dilakukan dengan metode MTT assay. Hasil dari penelitian ini adalah
diperoleh 6 isolat bakteri termofilik yang menghasilkan AMP dengan karakteristik yang
berbeda-beda, yaitu isolat D94b, D153, D104c, D83, D113 dan D110. Pengujian
antimikrobia menunjukkan bahwa baik protein maupun cell free ekstrak yang dihasilkan oleh
6 isolat tersebut mempunyai kemampuan antimikrobia pada mikrobia uji dengan MIC dan
diameter zona hambat yang berbeda kecuali protein yang dihasilkan oleh isolat D83 dan
D104c yang tidak memiliki kemampuan antibakteri terhadap E coli. Hasil uji sitotoksik
menunjukkan bahwa IC
protein masing-masing isolat terhadap sel kanker T47D berbeda
beda, yaitu isolat D83 436,5 μg/mL, D94b 954,99 μg/mL, D110a 629,5 μg/mL, D104c 371,5
μg/mL, D113 501,1 μg/mL, dan D153 2,35 μg/mL.Yulianti EvyRakhmawati AnnaPertiwi Kartika Ratna2015-07-02T02:40:06Z2015-07-02T02:40:06Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22346This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/223462015-07-02T02:40:06ZBioprospeksi Bakteri Thermofilik Penghasil Cationic Antimicrobial Peptides (AMPs)
Sebagai Agen Antikanker dan AntimikrobiaBerkembangnya terapi antikanker dan antimikrobia menyebabkan penemuan agen
antikanker dan antimikrobia dengan mekanisme kerja yang berbeda semakin menarik untuk
diteliti karena adanya resistensi sel kanker maupun sel mikrobia terhadap obat-obatan yang
sudah ada. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya senyawa protein
yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang bersifat toksik terhadap bakteri tetapi tidak untuk
sel mamalia normal yang menunjukkan aktivitas melawan sel kanker. Tujuan umum dari
penelitian ini adalah untuk melihat aktivitas antibakteri, antifungi dan antikanker dari protein
yang dihasilkan oleh bakteri thermofilik. Pada tahun pertama penelitian ini, dilakukan
identifikasi mikroorganisme penghasil Antimicrobial Peptides (AMP) secara morfologis dan
kimiawi; fermentasi; pemisahan/pemurnian protein; melihat profil protein, uji bioaktivitas
protein dan cell free extract hasil fermentasi terhadap bakteri dan fungi patogen, dan uji
sitotoksik protein terhadap sel kanker T47D. Identifikasi morfologis dan kimiawi berdasar
pada Bergey’s manual. Uji aktivitas antimikrobia dilakukan berdasarkan terbentuknya zona
jernih pada medium dengan mikrobia uji yang diberi papper disk yang ditetesi protein dan
cell free extract hasil fermentasi masing-masing isolat. Mikrobia uji yang digunakan adalah E
coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albican. Uji sitotoksik terhadap sel kanker
payudara T47D dilakukan dengan metode MTT assay. Hasil dari penelitian ini adalah
diperoleh 6 isolat bakteri termofilik yang menghasilkan AMP dengan karakteristik yang
berbeda-beda, yaitu isolat D94b, D153, D104c, D83, D113 dan D110. Pengujian
antimikrobia menunjukkan bahwa baik protein maupun cell free ekstrak yang dihasilkan oleh
6 isolat tersebut mempunyai kemampuan antimikrobia pada mikrobia uji dengan MIC dan
diameter zona hambat yang berbeda kecuali protein yang dihasilkan oleh isolat D83 dan
D104c yang tidak memiliki kemampuan antibakteri terhadap E coli. Hasil uji sitotoksik
menunjukkan bahwa IC
protein masing-masing isolat terhadap sel kanker T47D berbeda
beda, yaitu isolat D83 436,5 μg/mL, D94b 954,99 μg/mL, D110a 629,5 μg/mL, D104c 371,5
μg/mL, D113 501,1 μg/mL, dan D153 2,35 μg/mL.Yulianti EvyRakhmawati AnnaPertiwi Kartika Ratna2015-07-01T04:27:30Z2015-07-01T04:27:30Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/22260This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/222602015-07-01T04:27:30ZSELEKSI BAKTERI TERMOFILIK PASCA ERUPSI MERAPI
SEBAGAI PENGHASIL ENZIM AMILASE DAN PROTEASEErupsi Gunung Merapi tahun 2010 membawa dampak positif dan negatif
bagi kehidupan manusia. Salah satu dampak positif adalah ditemukannya bakteri
termofilik yang mampu hidup pada suhu tinggi. Tujuan penelitian ini yaitu
melakukan seleksi bakteri termofilik pasca erupsi Merapi yang mampu
menghasilkan enzim amilase dan protease serta menentukan indeks amilolitik dan
proteolitik tertinggi. Bakteri termofilik yang diseleksi sebanyak 348 isolat yang
telah diisolasi dari Kali Gendol Atas pasca erupsi Merapi. Produksi enzim amilase
dapat diketahui dengan adanya zona jernih di sekitar koloni bakteri pada media
Starch Agar (SA) setelah ditetesi iodin. Produksi enzim protease diketahui dengan
adanya zona jernih di sekitar koloni bakteri pada media Skim Milk Agar.
Kemudian dilakukan perhitungan indeks amilolitik dan proteolitiknya. Inkubasi
dilakukan dengan suhu 55 °C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan 57
isolat bakteri menghasilkan enzim amilase dan protease, 15 isolat hanya
menghasilkan enzim amilase, dan 35 isolat hanya menghasilkan enzim protease.
Isolat D79 mempunyai indeks amilolitik tertinggi yaitu 5,00 sedangkan isolat
D104a mempunyai indeks proteolitik tertinggi yaitu 3,49.Rakhmawati AnnaYulianti EvyRohaeti Eli2015-01-19T02:42:11Z2019-03-05T04:19:58Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/11866This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/118662015-01-19T02:42:11ZBIOSORPSI ION LOGAM KADMIUM OLEH Aspergillus flavusSalah satu dampak negatif kegiatan industri dan aktivitas manusia berupa limbah
yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain berupa limbah logam berat. Jenis logam
berat yang berbahaya bagi kehidupan manusia misalnya kadmium (Cd). Kadmium bersifat
akumulatif dalam tubuh organisme dan dapat menyebabkan toksisitas akut dan kronis.
Pencemaran lingkungan oleh limbah berat umumnya diatasi dengan pengolahan secara fisiko-
kimia namun hasilnya kurang optimal dan justru dapat menimbulkan limbah sekunder yang
membahayakan lingkungan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode yang ramah
lingkungan, efektif, dan efisien salah satunya dengan metode biosorpsi menggunakan
mikroorganisme. Mikroorganisme yang dapat digunakan antara lain fungi, bakteri, dan algae.
Aspergillus flavus merupakan salah satu jenis fungi potensial yang dapat digunakan sebagai
biosorben kadmium. Mekanisme biosorpsinya secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
tergantung metabolisme dan tidak tergantung metabolisme. Faktor-faktor yang
mempengaruhi biosorpsi kadmium oleh A. flavus misalnya konsentrasi kadmium, konsentrasi
biomassa A. flavus , pH, suhu, dan keberadaan ion lain.
Kata kunci: biosorpsi, kadmium, Aspergillus flavusRakhmawati Anna2014-11-06T03:01:13Z2014-11-06T03:01:14Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/11353This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/113532014-11-06T03:01:13ZSILVER NANOPARTICLE IMPREGNATED ON THE COMPOSITE OF
BACTERIAL CELLULOSE-CHITOSAN-GLYCEROL AS ANTIBACTERIAL
MATERIALThe objective of this research were to study the characteristic of silver
nanoparticles, the characterictic of silver nanoparticle impregnated on the bacterial
cellulose, and the effect of silver nanoparticles toward antibacterial activity of bacterial
cellulose and its composites. Bacterial cellulose of rice wastewater is fermented by
Acetobacter xylinum for 7 days. The water containing bacterial cellulose is removed by
heating in the oven. Bacterial cellulose, bacterial cellulose-chitosan composites and
bacterial cellulose-chitosan-glycerol composites had been prepared by immersing dry
bacterial cellulose in chitosan and glycerol solution. The silver nanoparticles was
prepared by chemical reduction with using silver nitrate solution and tri-sodium citric as
reducing agent. UV-Vis spectrometry indicated formation of nanoparticles. To achieve
antibacterial activity, silver nanoparticles were impregnated into bacterial cellulosechitosan-
glycerol composites by immersing method. Morphology of nanoparticels
impregnated in bacterial cellulose-chitosan-glycerol composites was examined by SEM.
The antibacterial activity of silver nanoparticles which was impregnated on the bacterial
celluloce-chitosan-glycerol was examined by shake flask turbidimetry and clear zone
method. The UV-Vis spectroscopy revealed the formation of silver nanoparticles by
exhibiting the typical surface plasmon absorption maximum at 419 nm. The SEM image
showed that the silver nanoparticles has been impregnated in the surface of bacterial
cellulose. The nanoparticles of silver-impregnated bacterial cellulose-chitosan-glycerol
composites exhibited antibacterial activity against S.aureus and E.coli.Rohaeti EliLFX Endang WidjajantiRakhmawati Anna2014-11-06T02:03:16Z2014-11-06T02:03:16Zhttp://eprints.uny.ac.id/id/eprint/11338This item is in the repository with the URL: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/113382014-11-06T02:03:16ZANTIMICROBIAL ACTIVITY OF EXTRA CELULLAR PROTEIN DERIVED FROM SIX ISOLATED THERMOPHILIC BACTERIAAntibiotics are metabolic by-products of complex biosynthetic pathways in microorganisms, some of which are proteins or peptides, known for their bactericidal and/or fungicidal effect on microorganisms. This Antimicrobial Peptides (AMP) produced by certain bacteria are toxic for other bacteria or for fungi but not for mammalia. The aim of this study was to investigate the antimicrobial activity of protein derived from six isolated thermophilic bacteria (113a, 94b, 153, 104c, 83, 110a). Bacteria was fermented in NB medium with 1% glucose in 55⁰C for 24 hr. Protein was isolated from cell-free extract by salting out method with 60% ammonium sulphate followed by dialysis. Antimicrobial activity was tested by growing several pathogenic microbes (Eschericia coli, Staphylococcus aureus, and Candida albican) in NA and PDA medium and then layering the papper disk with protein extract onto the top of those pathogenic microbes. Protein which exhibits antimicrobial activity was shown by the presence of a clear zone around the papper disk. The result of this study showed that almost protein derived from six isolated thermophilic bacteria demonstrate antimicrobial activity to Eschericia coli, Staphylococcus aureus, and Candida albican, except the ones isolated from thermophilic bacteria no 104c and 83, which have no antimicrobial effect to Eschericia coli.Yulianti EvyRakhmawati AnnaPertiwi Kartika Ratna