%0 Thesis %9 S1 %A Rani , Widiowati %A Dr. Siti Irene Astuti D, M.Pd., %A Joko Sri Sukardi, M.Si., %A Dr. Cepi Safrudin A.J, M.Pd., %A Murtamaji, M.Si., %B FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN %D 2012 %F UNY:9112 %I UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA %T KEBIJAKAN REGROUPING DAN RESILIENSI SEKOLAH PASCA ERUPSI MERAPI DI SD NEGERI UMBULHARJO 2 %U http://eprints.uny.ac.id/9112/ %X Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrispsikan: 1) Mendeskripsikan kebijakan regrouping di SD Negeri Umbulharjo 2; 2) Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat kebijakan regrouping dalam membangun resiliensi sekolah; Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian terdiri atas: Kepala sekolah, guru, dan siswa SD Negeri Umbulharjo 2. Analisis data dalam penelitian ini menggunaan model analisis deskriptif kualitatif secara interaktif dan berkelanjutan. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan cara triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Banyak hal yang terjadi baik dari proses sampai sekolah diregrouping. Terdapat kendala pada awal proses negosiasi, manfaat dan kerugian yang dirasakan oleh para warga sekolah. Namun sekolah menanggapi secara positif dengan adanya kebijakan regrouping ini. Dengan berbagai pertimbangan antara lain, keamanan, keselamatan, tempat tinggal siswa dan efektivitas kerja pasca erupsi Merapi. Kebijakan regrouping pasca erupsi Merapi ini bertujuan untuk membangun resiliensi sekolah pasca erupsi Merapi dan agar proses kegiatan belajar mengajar pasca erupsi Merapi menjadi efektif dan efisien. 2) faktor pendukung adalah pemerintah daerah, sponsor-sponsor penyandang dana dalam pembuatan gedung baru untuk SD Negeri Umbulharjo 2, kemauan dari guru masing-masing sekolah untuk mendukung kebijakan regrouping demi kelancaran proses kegiatan belajar mengajar pasca erupsi Merapi, guru bersedia melakukan pendampingan terhadap siswa dan senantiasa memberikan nasihat dan dukungan kepada siswa dan siswa mau berusaha adaptasi terhadap lingkungan sekolah yang baru. Faktor penghambat adalah kurang luas pengetahuan guru dalam pemulihan psikologis anak pasca erupsi Merapi, beban kerja guru sudah tinggi, problem internal dari guru itu sendiri, kurangnya kreatifitas guru dalam mengajar pasca erupsi Merapi sehingga dalam proses membangun resiliensi kurang optimal.