%0 Thesis %9 S1 %A MUSAFIRUL, HUDA %A TERRY IRENEWATY, M.Hum, %A Dr. AMAN, M.Pd, %A M. NUR ROKHMAN, M.Pd, %B FAKULTAS ILMU SOSIAL %D 2012 %F UNY:8646 %I UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA %K Bagelen, Cokronegoro, Diponegoro %T PERLAWANAN RADEN ADIPATI COKRONEGORO TERHADAP PASUKAN PANGERAN DIPONEGORO DI BAGELEN (1825-1830) %U http://eprints.uny.ac.id/8646/ %X Beragam kontroversi dalam keterlibatan Raden Adipati Cokronegoro dalam Perang Diponegoro menjadi sebuah kajian yang bernilai historis. Keputusannya untuk menjadi senopati perang pasukan Kasunanan Surakarta dalam melawan pasukan Diponegoro memang mendapat banyak pertentangan. Penulisan ini bertujuan untuk (1) memberikan gambaran kondisi Bagelen pada masa Perang Diponegoro, (2) menjelaskan perlawanan Raden Adipati Cokronegoro terhadap pasukan Pangeran Diponegoro di Bagelen dan (3) menjelaskan eksistensi Raden Adipati Cokronegoro pasca Perang Diponegoro di Bagelen. Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis analitis menurut Nugroho Notosusanto. Tahap-tahap dalam penulisan sejarah, meliputi pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), analisis sumber (interpretasi), serta penulisan sejarah (historiografi). Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan politik, ekonomi, sosial, dan militer yang ditulis secara deskriptif analitis. Hasil dari penulisan ini menunjukkan kondisi Bagelen mengalami perubahan yang signifikan sejak Perjanjian Giyanti dan berjalannya Perang Diponegoro. (1) Perjanjian Giyanti membagi Bagelen menjadi dua wilayah yang tidak jelas batasnya antara milik Kasunanan dan Kasultanan. Perang Diponegoro semakin membuat Bagelen menjadi daerah peperangan yang susunan pemerintahan dan kemasyarakatan menjadi kacau. (2) Perlawanan Raden Adipati Cokronegoro dipengaruhi beberapa faktor antara lain: keterlibatan Kasunanan Surakarta, Plan de Campagne Jenderal de Kock, infiltrasi pasukan Diponegoro di Bagelen, kebutuhan akan konsolidasi perlawanan lokal, dan persaingan tunggal guru. Perlawanan ini dibagi menjadi dua periode, yaitu periode konsolidasi dan periode komando. Periode konsolidasi berlangsung sejak kedatangan Cokronegoro ke Bagelen sampai kembalinya Pangeran Kusumayuda ke Surakarta, sedangkan periode komando ditandai dengan naiknya Cokronegoro sebagai pemimpin seluruh pasukan Surakarta di Bagelen sampai berakhirnya Perang Diponegoro. (3) Eksistensi Cokronegoro pasca Perang Diponegoro di Bagelen yaitu setelah diserahkannya daerah Bagelen kepada Hindia Belanda sebagai kompensasi perang maka Cokronegoro diangkat menjadi Bupati Brengkelan atas jasanya membantu memadamkan pemberontakan Diponegoro. Bagelen menjadi sebuah Karesidenan dan Cokronegoro melakukan banyak perubahan dalam mewujudkan pembangunan di Brengkelan yang menjadi ibukota Karesidenan Bagelen. Kata kunci: Bagelen, Cokronegoro, Diponegoro