eprintid: 81506 rev_number: 8 eprint_status: archive userid: 1290 dir: disk0/00/08/15/06 datestamp: 2024-04-02 03:29:47 lastmod: 2024-04-02 03:29:47 status_changed: 2024-04-02 03:29:47 type: thesis metadata_visibility: show creators_name: Ganika, Made Aditya Abhi creators_name: Kuswarsantyo, Kuswarsantyo title: Estetika Ragam Hias Pura Jagatnatha Banguntapan: Akulturasi Budaya Bali dan Yogyakarta. ispublished: pub subjects: C3 divisions: pps_ip full_text_status: restricted keywords: akulturasi budaya Bali dan Yogyakarta, estetika. abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalisis tentang: 1) representasi akulturasi budaya pada ragam hias budaya Bali dan Yogyakarta di Pura Jagatnatha Yogyakarta; 2) representasi estetis dari segi bentuk ragam hias budaya Bali dan Yogyakarta pada Pura Jagatnatha Yogyakarta; 3) representasi estetis dari segi makna yang terkandung pada ragam hias Bali dan Yogyakarta pada Pura Jagatnatha Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di Pura Jagatnatha yang berlokasi di Desa Plumbon Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan jenis pendekatan hermeneutika. Instrumen penelitian ini dibantu dengan pedoman observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Keabsahan data pada penelitian ini adalah teknik kredibilitas menggunakan triangulasi. Data yang digunakan Pengumpulan data dilakukan melalui eksplanasi wujud ragam hias Pura Jagatnatha Yogyakarta, memastikan wujud ragam hias Pura Jagatnatha Yogyakarta yang dianalisis dan diinterpretasi dalam pengujian kredibilitas rupa dilakukan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai lingkup waktu. Menganalisis dan menginterpretasi arti wujud pada ragam hias Pura Jagatnatha Yogyakarta memakai interpretasi hermeneutika Paul Ricoeur, serta tata cara pendekatan bentuk, fungsi dan makna dalam Pura Jagatnatha Yogyakarta. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1) representasi akulturasi budaya pada ragam hias budaya Bali dan Yogyakarta di Pura Jagatnatha Yogyakarta. Akulturasi ragam hias Saton dan Mas-masan menjadi bentuk baru Satomas,akulturasi ragam hias Lung-lungan dan Patra Samblung menjadi Lungtrasam,Akulturasi ragam hias Kemamang dan Karang Bhoma menjadi Bhomamang,akulturasi ragam hias Mustaka dan Mudra Mustadra,2) representasi estetis dari segi bentuk ragam hias budaya Bali dan Yogyakarta pada Pura Jagatnatha Yogyakarta. Relief yang menghiasi Pura Jagatnatha menggambarkan cerita dari epik Hindu seperti Ramayana atau Mahabharata. Makna simbolis Karang Bhoma pada Pura Jagatnatha, Kori Agung memiliki arti simbolis sebagai penangkal hal negatif dan penglukatan Padmasana ragam hias Pura Jagatnatha yang dikenal sebagai tempat untuk bersembahyang dan menaruh sesajian pada Pura Jagatnatha Yogyakarta.; 3) representasi estetis dari segi makna yang terkandung pada ragam hias Bali dan Yogyakarta pada Pura Jagatnatha Yogyakarta. Tri Hita Karana Merupakan sebuah konsep filosofis yang mendasar yang ada pada Pura Jagatnatha Yogyakarta. Memayu Hayuning Bawana merupakan akulturasi ini menggambarkan bagaimana keyakinan tentang Tuhan sebagai sumber kehidupan dan kekuasaan yang mengatur penciptaan alam semesta dan manusia menyatu dengan prinsip-prinsip Tri Hita Karana untuk menciptakan tatanan sosial dan ekologis yang seimbang dan harmonis. Makna dalam Ragam Hias Budaya Yogyakarta Ini mencerminkan pandangan tentang keindahan yang seimbang dan harmonis. Nilai toleransi dan menghormati perbedaan menjadi bagian penting dari pendidikan karakter dalam Pura Jagatnatha Yogyakarta. date: 2023-11-22 date_type: published institution: Sekolah Pascasarjana department: Ilmu Pendidikan thesis_type: disertasi referencetext: Agus Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berpradaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Alfan, M. (2013). Filsafat Kebudayaan. Bandung: CV.Pustaka Setia. Artadi, I. M. (2010). Keketusan, Pepatraan dan Kekarangan. ISI Denpasar. Ashadi, A. (2017). Tata Ruang Kauman. Arsitektur UMJ Press. Badra, I. W. (2020). Hiasan Kepala Kala di Pura Bale Agung Desa Sukawana, Kinatamani, Bangli Kala Head Ornaments At Bale Agung Temple. Sukawana, Kintamani, Bangli: Forum Arkeologi. Bahdar, Z. a.-M. (2006). Riwayat Hidup dan Konsep Ma’rifatnya. Jurnal Hunafa, 3(2), 205–214. Bapeda Bali, &. B. (2002). Buku Panduan Tri Hita Karana di Sekolah dan Kantor Pemerintah. Denpasar. Berry, J. W. (2005). Acculturation: Living successfully in two cultures. International Journal of Intercultural Relations, 29(6), 697–712. https://doi.org/10.1016/j.ijintrel.2005.07.013 Covarrubias, M. (1956). Island of Bali. Knopf. Dharsono .(2004). Seni Rupa Modern, Rekayasa Sains, Bandung. Djelantik, A. A. M. (2004). Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Djono, D., Utomo, T. P., & Subiyantoro, S. (2012). Nilai Kearifan Lokal Rumah Tradisional Jawa. Humaniora, 24(3), 269–278. https://doi.org/10.22146/jh.1369 Dwijendra, N. K. A. (2016). Revitalisasi Arsitektur Kawasan Pusaka di Bali. STD BALI PRESS. Endraswara Suwardi E (2017). Memayu Hayuning Bawana Dalam Perspektif Ekoantropologi Sastra. SUSASTRA: jurnal Ilmu Susastra dan Budaya Fathoni, A. (2006). Antropologi Sosial Budaya: Suatu Pengantar. Rineka Cipta. Fauzy, B., & Arraya, A. (2015). Dinamika Akulturasi Arsitektur pada Masjid 269 Sulthoni Plosokuning di Sleman, Yogyakarta. Journal Unpar, 2. https://journal.unpar.ac.id/index.php /rekayasa/article/view/1540 Febrianto, E., & Wulandari, L. D. (2015). Makna Lokalitas Wajah Bangunan Kolonial di Pusat Kota Krian-Sidoarjo. Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, 2(1), 29–41. Firmansyah, R. (2016). Konsep Dasar Asimilasi dan Akulturasi dalam Pembelajaran Budaya. Telkom University. https://www.researchgate.net/profile/Rangga-Firmansyah- 2/publication/309550065 _konsep_akulturasi_budaya_dalam_pembentukan_gaya_arsitektur-RGF- Okt-2016-upload/links/5816a35608ae90acb240fc2c/konsep-akulturasi- budaya-dalam-pembentukan-gaya-arsitektur-RGF-Okt Gantini, C. (2020). ‘Bale Kulkul’Architecture as the Representation of Balinese Autonomy Tradition. Reframing the Vernacular: Politics, Semiotics, and Representation, 31–41. Gelebet, I. N. (1982). Arsitektur tradisional daerah Bali. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Gorda, I. G. N. (1994). Manajemen Sumber Daya Manusia. Astabrata Bali. Guntur. (2004). Ornamen Sebuah Pengantar. STSI Surakarta Press. Gustami, S. P. (2007). Butir-Butir Mutiara Estetika Timur: Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Prasista. Hadi, A. (2001). Tasawuf yang tertindas : kajian Hermeneutik terhadap karya- karya Hamzah Fansuri. Penerbit Paramadina. Hall, S. (1997). Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. Sage Publications. Hardy, I. G. N. W., & Jerobisonif, A. (2020). Makna Simbolis Kori Agung dalam Kehidupan Ritual Masyarakat Hindu di Bali. GEWANG: Gerbang Wacana Dan Rancang Arsitektur, 2(1), 16–22. Harkantiningsih. (2001). Peningkatan Apresiasi Masyarakat terhadap Nilai-nilai Sumber Daya Arkeologi, Bedugul, 14-17 Juli, 2000. Proceedings EHPA. Hartanti, G., & Nediari, A. (2014). Pendokumentasian Aplikasi Ragam Hias Budaya Bali, Sebagai Upaya Konservasi Budaya Bangsa Khususnya pada Perancangan Interior. Humaniora, 5(1), 521–540. https://doi.org/10.21512/humaniora.v5i1.3079 270 Hartono, A. G. (1999). Rupa Dan Makna Simbolik Gunungan Wayang Kulit Purwa di Jawa. Institut Teknologi Bandung. Holt, C. (1997). Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Idedhyana, I. B., & Rijasa, M. M. (2022). Interpretation of the Bedawang Nala ornament located on the base of Pura Pabean in Buleleng Regency Indonesia. Jurnal Teknik Arsitektur, 7(2), 249–258. https://doi.org/10.30822/arteks.v7i2.1721 Iryanti, V. E. (2016). Kenikmatan Estetis dalam Seni Suatu Tinjauan Filosofis. Imaji, 14(2), 139–145. Ismunandar, K. R. (2001). Joglo: arsitektur rumah tradisional Jawa. Dahara Prize. Jacobsen, T. (2010). Beauty and the brain: culture, history and individual differences in aesthetic appreciation. Journal of Anatomy, 216(2), 184–191. Juliastuti, N. (2000). Representasi. Archive.Org. https://archive.org/details/NewsletterKunci4Budaya Materi/page/n3/mode/2up Junaedi, D. (2016). Estetika : jalinan subjek, objek, dan nilai. BP ISI Yogyakarta. Kartika, D. S. (2004). Seni Rupa Modern. Rekayasa Sains. Koentjaraningrat, R. M. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru. Krisna, A. (2010). Semar dan Togog: Yin Yang dalam Budaya Jawa. Penerbit Narasi. Maharani, I. A. D. (2021). Fenomena Out of Scale Ragam Hias dalam Perwujudan Citra Arsitektur Bali. SENADA (Seminar Nasional Manajemen, Desain Dan Aplikasi Bisnis Teknologi), 4, 178–183. Mahastuti, N. M., & Laskara, G. W. (2018). A Study on Decorative Ornaments of Bale banjar Pekandelan Legian Tengah in Desa Adat Legian, Kuta. The 1st International Conference on Cultural Communication and Space (ICCCS) and the 9th International Seminar on Vernacular Settlements (ISVS). Maksum, A. (2016). Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Ar-Ruzz Media. Mardian, A., & Mandaka, M. (2022). Warna dan Ornamen Sebagai Elemen Estetika pada Bangunan Ibadah di Kawasan Wisata Religi Multi Agama. Jurnal Ilmiah Arsitektur, 12(2), 94–105. 271 Maruto, D. (2014). Kajian Etika, Etis dan Estetika dalam Karya Seni Rupa. Imaji, 12(1), 22–32. https://doi.org/10.21831/imaji.v12i1.3629 Miles, M. B., & Huberman, A. M. (2007). Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Press. Mulyana, D., & Rachmad, D. (2001). Komunikasi Antar Budaya. Remaja Rosdakarya. Nurcahyo, J. (2018). Makna Simbolik Tokoh Wayang Semar Dalam Kepemimpinan Jawa. Media Wisata, 16(2), 1069–1076. https://doi.org/10.36276/mws.v16i2.282 Paramadhyaksa, I. N. W. (2010). Makna Filosofis Keberadaan Ornamen Bedawang Nala Di Dasar Bangunan Meru. Jurnal Filsafat, 20(1), 45–55. https://www.neliti.com/id/publications/82142/ makna-filosofis- keberadaan-ornamen-bedawang-nala-di-dasar-bangunan-meru#cite Pilang, Y. A. (2003). Hipersemiotika: Tafsir Culture Studies atas Matinya Makna. JalaSutra. Poskiparta, D. S. L., & Prajnawrdhi, T. A. (2017). Ragam Hias Arsitektur Tradisional Bali pada Gedung Kantor Gubernur Bali. Seminar Nasional Arsitektur Dan Tata Ruang (SAMARTA), 1–2. https://erepo.unud.ac.id/id/eprint/16672 Pradana, R. W. B. (2020). Bentuk dan Makna Simbolik Ragam Hias pada Masjid Sunan Giri. SP ACE, 7(1), 71–84. https://doi.org/10.24843/JRS.2020.v07.i01.p07 Prawiro, C. (1986). Filsafat Jawa. Balai Pustaka. Pudja. (2004). Atharwaweda (IX.19.21). Putra, I. D., & Abdullah, S. (2019). Diversity of Cultural Elements at The Reliefs of Pura Desa Lan Puseh in Sudaji Village, Northern Bali. 5th Bandung Creative Movement International Conference on Creative Industries 2018 (5th BCM 2018), 245–252. https://www.atlantis- press.com/proceedings/bcm-18/125910941 Ricoeur, P. (2003). Filsafat Wacana, Membelah Makna dalam Anatomi Bahasa (M. Hery (ed.)). IRCiSoD. Rondhi, M., & Sumartono, A. (2002). Buku Ajar; Tinjauan Seni Rupa 1. Jurusan Seni Rupa, Universitas Negeri Semarang. Ruspawan, K. A. (2015). Pura Jagatnatha Yogyakarta Dulunya Tempat Bertapa Hamengku Buwono II. Tribun-Bali.Com. 272 https://bali.tribunnews.com/2015/09/12/pura-jagatnatha-yogyakarta- dulunya-tempat-bertapa-hamengku-buwono-ii?page=1 Sahman, H. (1993). Mengenali Dunia Seni Rupa. IKIP Semarang Press. Santosa, B., Sudaryanto, & Nugroho, D. D. (2008). Masjid kuno di Jawa Tengah (B. Sugiharto (ed.)). Pemerintah Provinsi Jateng, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Museum Jawa Tengah Ranggawarsita. Satria, M. W., & Putra, I. D. G. A. D. (2020). The Kori Agung Character of Heritage Temples: The Architectural References of Klungkung Identity. Journal of Social and Political Sciences, 3(1), 103–111. https://doi.org/10.31014/aior.1991.03.01.151 Semadi, A. (2021). Fungsi dan makna Simbol-Simbol dalam Palinggih Padmasana Perspektif Kajian Budaya. Widya Accarya: Jurnal Kajian Pendidikan FKIP Universitas Dwijendra, 12(1), 103–116. Seniwati, D. N., Ngurah, I. G. A., & Ngurah, I. B. (2022). Bentuk dan Makna Padmasana Anglayang Pura Kentel Gumi di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. VIDYA WERTTA: Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia, 5(2), 173–190. Seriati, N. N. (2020). Pangastuti Dance: The Acculturation of Balinese and Yogyakartan Cultures. 3rd International Conference on Arts and Arts Education (ICAAE 2019), 93–96. Setyawati, E. (2016). Keragaman Struktur Bangunan Masjid Islam Jawa (Studi kasus: Bangunan Masjid Gedhe Kraton Yogyakarta). Seminar Nasional Sustainable Architecture And Urbanism. Sila, I. N. (2019). Decorative Architecture of Pura Dalem Jagaraga, Buleleng as Learning Resourcein Ragam Hias Bali Course. Journal International Seminar on Languages, Literature, Arts, and Education (ISLLAE), 1(1), 73– 78. https://doi.org/10.21009/ISLLAE.01114 Simpen, I. N. (2018). Eksistensi Pura Jagat Nata Bagi Masyarakat Desa Pakraman Rendang Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem (Kajian Pendidikan Agama Hindu). Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(3), 225–231. Siwalatri, N. K. A., Prijotomo, J., & Setijanti, P. (2012). Meaning of ornament in Balinese traditional architecture. Journal of Basic and Applied Scientific Research, 2(7), 7121–7127. Slamet, S. (1985). Arsitektur tradisional Daerah Jawa Tengah. Direktorat Jenderal Kebudayaan. Soepratno. (1983). Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. PT. Effhar Offset. 273 Suanda, I. W. (2013). Konsep Ajaran Tri Hita Karana dapat Menjaga Kelestarian Biodiversitas Hayati untuk Pembelajaran Biologi. Emasains, 2(2), 14–20. http://repo.mahadewa.ac.id/id/eprint/34 Suardana, I. N. G., Aryawan, I. W., & Widiyani, D. M. S. (2018). Nilai Filosofis Dan Tata Cara Pembangunan “Pelinggih Gedong Saren.” Jurnal Anala, 2(18), 53–72. https://www.researchgate.net/profile/I-Wayan-Aryawan Subawa, I. M. P. (2018). Bali dalam dinamika masyarakat dan kebudayaan di tengah perkembangan pariwisata. Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Agama Dan Budaya, 3(1), 95–109. https://www.ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PB/article/view/428 Subrata, I. N. (2020). Nilai Filosofis Tri Pitama dalam Arsitektur Bali. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 11(2), 167–180. Sucitra, A. (2012). Pita Maha ‘Koalisi’Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa Modern. Ars: Jurnal Seni Rupa Dan Desain, 1(15), 1–11. https://journal.isi.ac.id/index.php/ars/ Suhartono, S. (2008). Wawasan Pendidikan: Sebuah pengantar pendidikan. Ar- Ruzzmedia. Sukanadi, I. M. (2010). Seni Hias Pura Dalem Jagaraga. Arindo Nusa Media. Suleiman, S. (1976). Monuments of ancient Indonesia. Proyek Pelita Pembinaan Kepurbakalan dan Peninggalan dan Kebudayaan. Sumaatmadja, N. (1998). Studi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Sumadiyasa, I. K., Utama, I. G. S. B., & Yudabakti, I. M. (2020). Ornamen Karang Bhoma pada Bangunan Kori Agung di Kota Denpasar. WIDYANATYA, 2(01), 89–99. Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Penerbit ITB. Sumaryono, E. (1999). Hermeneutik. Sebuah Metode Filsafat. Kanisius. Sunarman, Y. B. (2010). Bentuk rupa dan makna simbolis ragam hias di Pura Mangkunegaran Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Sunarya, I. K. (2012). Makna Simbolik dan Nilai Estetika Seni Hias dan Tata Letak Pura Jagatnatha di Jembrana Bali: Dalam Konteks Kehidupan Keragaman Masyarakat Hindu Bali. Jurnal Dimensi Seni Rupa Dan Desain, 9(1), 121– 136. https://doi.org/10.25105/dim.v9i1.959 Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara Kajian Khusus tentang Ornamen Indonesia. Dahara Prize. 274 Supir, I. K. (2004). Motif hias singa dalam kehidupan masyarakat Bali:: Kajian bentuk dan makna simbolisnya [Universitas Gadjah Mada]. https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/23747 Suryada, I. (2014). Ornamen-ornamen Bermotif Kedok Wajah dalam Seni Arsitektur Tradisional Bali. Jurnal Permukiman Natah, 12(2), 9–20. Suryani, P. A., Atmadja, N. B., & Mudana, I. W. (2014). Pura Agung Jagatnatha di Denpasar, Bali (Perspektif Pendidikan Karakter bagi Siswa-Siswi SMPN 1 Denpasar). Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah, 2(2). https://doi.org/10.23887/jjps.v2i2.3819 Suseno, F. M. (1989). Etika Dasar : masalah-masalah pokok filsafat moral (2nd ed.). Kanisius. Sutriyanti, N. K. (2015). Pelinggih Padmatiga Penataran Agung Besakih (Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna). VIDYA SAMHITA: Jurnal Penelitian Agama, 1(1), 76–96. https://doi.org/10.25078/vs.v1i1.9 Syamsiyah, N. R., & Muslim, A. (2018). Kajian Perbandingan Gaya Arsitektur dan Pola Ruang Masjid Agung Surakarta dan Masjid Gedhe Kauffman Yogyakarta. SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, 15(1), 1–6. Tarsa, A. (2016). Apresiasi seni: Imajinasi dan kontemplasi dalam karya seni. JPGI; Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 1(1), 50–56. Titib, I. M. (1984). Pedoman Upacara Sudddi Wadani (1st ed.). Upada Sastra. Trust, S. S. S. (1998). Ilmu Pengetahuan dan Spiritual Berdasarkan Veda (I. W. Maswinara (ed.)). Paramita. Wahana, N. P. P. D., Sari, S. M., & Rakhmawati, A. (2015). Wujud ajaran Tri Hita Karana pada interior pura agung jagad karana surabaya. Intra, 3(2), 520– 530. https://publication. petra.ac.id/index.php/desain- interior/article/view/3639 Wardani, L. K., Sitindjak, R. H. I., & Sari, S. M. (2015). Estetika Ragam Hias Candi Bentar dan Paduraksa di Jawa Timur. Konferensi Nasional Pengkajian Seni Arts and Beyond. https://repository.petra.ac.id/17227/ Wibowo, I. S. W. (2011). Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Mitra Wacana Media. Wibowo, W., Murniatmo, G., & Sukirman, S. (1998). Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional,. Wijaya, I. P. S., & Budayana, I. W. G. (2019). Kajian makna dan bentuk ornamen kekarangan “kera” pada Pelinggih Ibu atau Paibon di Pura Baban Desa 275 Singapadu. SENADA (Seminar Nasional Manajemen, Desain Dan Aplikasi Bisnis Teknologi), 2, 137–143. Wijaya, I. P. S., & Santosa, N. A. (2022). Kajian Manuk Dewata pada Hiasan Kerajinan Bungkung Bali “Ornamen Bali.” Journal on Education, 5(1), 808–814. Yugie, A. N., Anggraeni, P. D., & Fadly, F. (2018). Adaptasi Motif Ukir Bali pada Desain Visual Effect Buku Interaktif “Legenda Selat Bali.” Ultimart: Jurnal Komunikasi Visual, 11(1), 9–17. https://doi.org/10.31937/ultimart.v11i1.974 Yusron, R. A., & Raidi, S. (2020). Identifikasi Penerapan Arsitektur Tradisional Jawa Studi Kasus Pendhapa Pura Mangkunegaran Surakarta. Prosiding (SIAR) Seminar Ilmiah Arsitektur 2020. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/12096 citation: Ganika, Made Aditya Abhi and Kuswarsantyo, Kuswarsantyo (2023) Estetika Ragam Hias Pura Jagatnatha Banguntapan: Akulturasi Budaya Bali dan Yogyakarta. S3 thesis, Sekolah Pascasarjana. document_url: http://eprints.uny.ac.id/81506/1/disertasi_made%20aditya%20abhi%20ganika_20703261019.pdf