TY - THES UR - http://eprints.uny.ac.id/74815/ M1 - disertasi ID - UNY74815 AV - restricted KW - Pengembangan Model KW - Penjaminan Mutu KW - Perguruan Tinggi Swasta TI - PENGEMBANGAN MODEL PENJAMINAN MUTU YANG EFEKTIF PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA DI KOTA BANJARMASIN A1 - Fadliah, Rina PB - Fakultas Ilmu Pendidikan Y1 - 2022/// N2 - Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan pelaksanaannya pada PTS di Kota Banjarmasin,2) mengetahui kelemahan-kelemahan SPMI dan pelaksanaannya pada PTS di Kota Banjarmasin, 3) menghasilkan model SPMI yang efektif, efisien dan praktis digunakan pada PTS di Kota Banjarmasin, 4) mengetahui tingkat efektivitas, efisiensi dan kepraktisan model SPMI hasil pengembangan. Untuk mencapai tujuan tersebut metode penelitian yang digunakan, adalah metode penelitian dan pengembangan (R&D) model Sugiyono yang dikembangkan dari Borg and Gall. Metode Penelitian yang digunakan untuk menghasilkan desain produk yang berupa model SPMI NINE - UP adalah metode kualitatif. Sumber datanya adalah 3 pimpinan Lembaga Penjaminan Mutu dari 3 PTS. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, dokumentasi dan observasi. Analisis data dilakukan secara kualitatif, dan pengujian kredibilitas data dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan dan trianggulasi. Metode yang digunakan untuk pengujian internal produk didasarkan pada pendapat ahli dan praktisi dengan FGD selama 3 periode, dan selanjutnya uji eksternal atau uji lapangan terhadap produk yang telah teruji secara internal dengan metode eksperimen desain pretest- postest. Pengujian lapangan dilakukan hanya pada uji lapangan terbatas dengan menggunakan 1 PTS yang SPMI nya belum berjalan dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ketiga PTS yang diteliti belum memiliki SPMI yang dikembangkan sendiri, tetapi masih menggunakan Model PPEPP yang ditetapkan oleh Kemendikbudristek. Ada 2 kelemahan dalam model PPEPP yaitu: tidak semua siklus PPEPP harus diikuti semua, bila hasil evaluasi menunjukkan standar sudah tercapai semua, maka langsung menuju langkah terakhir yaitu peningkatan, tetapi bila hasil evaluasi belum efektif maka perlu dilakukan peningkatan dan pengendalian. Kelemahan ke 2, model PPEPP kurang sistematis dan lengkap. Kurang sistematis karena setelah kegiatan evaluasi langsung kegiatan pengendalian dan peningkatan. Berdasarkan kelemahan tersebut maka selanjutnya dikembangkan model yang lebih efektif, efisien dan praktis. Model tersebut dinamakan SPMI Model FOUR-UP or NINE UP. Dalam model dinamakan FOUR-UP karena bila hasil evaluasi dinyatakan efektif, maka dilanjutkan kegiatan peningkatan (UP). Tetapi bila hasil evaluasi belum efektif, maka menggunakan model NINE-UP. Dalam model NINE-UP ini, setelah dinyatakan hasil evaluasi tidak efektif, maka diperlukan analisis sebab-musabab, tindak lanjut dengan mengembangkan program perbaikan, pengendalian tindak lanjut, pengukuran dan peningkatan. Model disingkat dengan PPE APT PPP 1. Penetapan, 2. Pelaksanaan, 3. Evaluasi, 4. Analisis Sebab-sebab, 5. Perbaikan Program, 6. Tindak Lanjut dilaksanakan, 7. Pengendalian, 8. Pengukuran dan 9. Peningkatan ER -