%D 2019 %I Program Pascasarjana %T Budaya Reproduksi Masyarakat Aceh Dalam Perspektif Pemikiran Ki Hadjar Dewantara. %X Tujuan penelitian ini adalah untuk : (a) menggali budaya masyarakat Aceh dalam proses reproduksi (kehamilan, melahirkan dan menyusui) dan kontribusinya dalam menjaga kesehatan ibu dan anak (KIA), (b) menganalisis budaya reproduksi masyarakat Aceh dalam perspektif pemikiran Ki Hadjar Dewantara (tumbuh, berkembang, pudar dan mati), (c) menganalisis mengapa budaya reproduksi masyarakat Aceh tersebut dapat mengalami tumbuh, berkembang, pudar dan mati, (d) merancang modul pembelajaran biologi reproduksi berbasis budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), dan (e) merancang buku panduan reproduksi berbasis budaya untuk keluarga. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixmethod (penelitian campuran). Subjek penelitian terdiri atas orang tua khususnya para ibu, dukun bayi, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pendidikan, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif model Miles dan Huberman yaitu data reduction, data display, dan data conclusion drawing/ verification (kesimpulan). Serta analisis data kuantitatif dengan mentabulasi pilihan jawaban masyarakat dengan mengukur tingkat rata-rata dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima budaya selama masa kehamilan yaitu budaya ba boh kaye, budaya mee bu, budaya peusijuk, budaya anjuran dan pantangan makanan selama masa kehamilan serta anjuran dan pantangan perilaku selama masa kehamilan. Empat budaya selama masa melahirkan yaitu budaya pada proses kelahiran bayi, budaya tanoem adoe, budaya madeung dan sale, budaya manoe pet ploh pet, dan budaya peutron dapu. Tujuh budaya selama masa menyusui yaitu budaya cuko ok, budaya peucicap, budaya aqiqah, budaya peutron tanoh aneuk manyak, budaya peusok meh, peuayon aneuk, dan budaya rah jaro bidan. Budaya reproduksi dalam masyarakat Aceh mengalami proses dinamika seperti yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu tumbuh, berkembang, pudar dan mati. Diperkotaan proses dinamika budaya terjadi lebih cepat dibandingkan di daerah perdesaan. Budaya reproduksi diperkotaan didominasi oleh proses pemudaran, karena semakin berkurangnya jumlah masyarakat yang masih melaksanakannya. Budaya reproduksi dalam masyarakat Aceh banyak mengandung nilai positif dan berdampak baik terutama bagi kesehatan ibu dan anak (KIA). Sehingga upaya sambung budaya perlu dilakukan dengan cara kontinyu, konvergen dan konsentris. %A Tuti Marjan Fuadi %A IGP Suryadharma %K budaya, reproduksi, dinamika budaya %L UNY66033