%T KARAKTERISTIK FLY ASH (ABU LAYANG) BATUBARA SEBAGAI MATERIAL ADSORBEN PADA LIMBAH CAIR YANG MENGANDUNG LOGAM %I FMIPA %D 2018 %L UNY57987 %K Fly ash, aktivasi kimia, aktivasi fisika, limbah cair dan logam %X Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash yang berasal dari limbah batubara sebagai material adsorben terhadap kandungan logam pada limbah cair, mengetahui pengaruh fly ash sebagai material adsorben terhadap total zat padat terlarut (TDS) pada limbah cair, serta mengetahui karakteristik (struktur kristal dan kandungan mineral) fly ash sesudah mengalami aktivasi dalam keadaan optimum. Penelitian ini dimulai dengan aktivasi sampel fly ash. Aktivasi fly ash batubara dilakukan dengan dua metode, yaitu metode kimia dalam suasana basa menggunakan larutan NaOH dan metode fisika dengan cara pemanasan. Aktivasi kimia dilakukan dengan merefluks 50 gr fly ash dengan 100 ml larutan NaOH 1 M, 1,5 M dan 3 M pada suhu 90°C selama 1 jam. Kemudian aktivasi fisika dengan memanaskan residu fly ash hasil aktivasi kimia pada variasi suhu 373°K, 393°K dan 413°K selama 1 jam. Fly ash yang telah diaktivasi kemudian dimasukkan kedalam limbah cair. Limbah cair tersebut kemudian diuji dengan AAS untuk mengetahui konsentrasi logam, dan diuji dengan TDSmeter untuk mengetahui total zat padat terlarut. Menentukan adsorben fly ash paling baik dalam mengadsorbsi, kemudian dikarakterisasi dengan XRD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ion logam Fe pada limbah cair artifisial setelah diadsorbsi memiliki konsentrasi Fe paling kecil sebesar (0,31± 0,04)ppm dengan efisiensi penghilang (86,9± 0,9) % dan limbah cair PDAM Tirta Wijaya setelah diadsorbsi memiliki konsentrasi Fe paling kecil sebesar (0,00±0,04)ppm dengan efisiensi penghilang (100 ± 195,3) %. Pada kandungan logam Cu pada limbah cair electroplating setelah diadsorbsi memiliki konsentrasi Cu paling kecil sebesar (12,25±0,04)ppm dengan efisiensi penghilang (0,55 ± 0,4) %. Fly ash teraktivasi juga dapat berpengaruh terhadap total zat padat terlarut. Hasil pengukuran total zat padat terlarut pada limbah cair artifisial memiliki nilai TDS paling kecil sebesar (923,0±0,5)ppm dan limbah cair PDAM Tirta Wijaya memiliki nilai TDS paling kecil sebesar (47,0±0,5)ppm. Pada limbah cair electroplating memiliki nilai TDS paling kecil sebesar (1130,0±0,5)ppm. Karakterisasi XRD fly ash sebelum dan sesudah diaktivasi menunjukkan bahwa aktivasi fly ash tidak merubah struktur kristal yaitu berbentuk heksagonal. Kandungan mineral paling dominan setelah fly ash diaktivasi yaitu tersusun atas mineral quarts (SiO2). %A Letdi Desisandi Kusuma Wardani %A Rita Prasetyowati