%0 Thesis %9 S1 %A Nugraheni, Galuh Retno %B Kebijakan Pendidikan %D 2017 %F UNY:53074 %I Fakultas Ilmu Pendidikan %K pelestarian, budaya lokal, wayang %T PENDIDIKAN PELESTARIAN BUDAYA LOKAL PADA MASYARAKAT PENGRAJIN WAYANG DI DUSUN KARANGASEM WUKIRSARI IMOGIRI BANTUL %U http://eprints.uny.ac.id/53074/ %X Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan pelestarian budaya lokal pada masyarakat pengrajin wayang di Dusun Karangasem-Wukirsari dan mengklasifikasikan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pendidikan pelestarian budaya lokal pada masyarakat pengrajin wayang di Dusun Karangasem, Wukirsari. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi teknik observasi (observation), wawancara (interview), dan dokumentasi (documentation). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif-naturalistik. Untuk menyajikan data tersebut agar lebih bermakna dan mudah dipahami, maka Miles dan Huberman membagi langkah analisis data menjadi tiga bagian yaitu: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan dan verifikasi data (conclusions drawing and verifying). Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi teknik. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa proses pendidikan pelestarian budaya lokalnya melalui keluarga. Metode yang digunakan dalam proses pendidikan pelestarian budaya adalah metode 3N (Niteni, Nirokake, Nambahi) Bentuk pendidikan pelestarian budaya lokalnya melalui bahasa Jawa dalam proses pembelajarannya dan seni pertunjukan wayang dan gamelan. Upaya pendidikan pelestarian budaya lokalnya melalui pelatihan tatah sungging, pewarnaan dan pemasaran wayang di berbagai Sanggar Wayang yang ada di Dusun Karangasem. Faktor pendukungnya meliputi fasilitas sanggar, dukungan orangtua, generasi muda yang aktif berkegiatan, link pemasaran, sarana dan prasarana yang memadai, gazebo. Faktor penghambatnya yaitu masih banyak generasi muda yang terpengaruh budaya barat, sebagian kecil masyarakat memilih untuk tidak menekuni kerajinan wayang, dan masih ada masyarakat yang tidak mau untuk diberikan pelatihan di sanggar secara gratis.