%D 2016 %I FIS %T PERKEMBANGAN MAJALAH POEDJANGGA BAROE (1935-1941) %L UNY43148 %X Pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Belanda melalui sistem politik etis, memunculkan kaum intelektual. Kaum intelektual banyak memiliki peran dalam lahirnya kesadaran nasionalisme, salah satunya melalui pers seperti majalah Poedjangga Baroe. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) Awal berdirinya majalah Poedjangga Baroe (2) Perkembangan isi rubrikasi majalah Poedjangga Baroe 1935-1941 (3) Nilai-nilai nasionalisme di rubrikasi majalah Poedjangga Baroe 1935-1941. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari lima tahap, yakni (1) Pemilihan Topik, (2) Pengumpulan sumber atau heuristic seperti majalah Poedjangga Baroe, (3) Verifikasi atau kritik sumber, (4) Intepretasi, (5) Historiografi. Hasil penelitian ini adalah (1) Tujuan diterbitkannya majalah Poedjangga Baroe karena para pendirinya menginginkan suatu majalah yang khusus membahas tentang bahasa Indonesia, sastra dan kebudayaan umum. Para pendirinya yaitu Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, Armijn Pane, Sanusi Pane, dan kawan-kawan. Nama Poedjangga Baroe memiliki arti, pengarang kesusasteraan yang menginginkan pembaruan, meninggalkan sastra lama dan menciptakan sastra baru. (2) Majalah Poedjangga Baroe mengalami dua kali pergantian jargon yaitu pada periode tahun 1935-1936 dan 1937-1941. Setiap perubahan jargon berpengaruh pada perubahan fokus isi majalah Poedjangga Baroe. Periode 1935-1936, Poedjangga Baroe berisi tentang sastra, maupun kebudayaan Barat dan Timur yang kemudian dibandingkan satu sama lain. Periode kedua tahun 1937-1941 berisi tentang gagasan yang lebih nasionalis, seperti membahas soal bahasa dan kebudayaan. Meskipun begitu kedua periode ini juga mempunyai persamaan yaitu sama-sama membahas tentang sastra dan kebudayaan umum. (3) Gagasan nasionalisme yang diusung oleh majalah Poedjangga Baroe yaitu nasionalisme budaya dan nasionalisme bahasa. Gagasan nasionalisme budaya kemudian menjadi suatu perdebatan diantara para penulis, khususnya Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane. Sutan Takdir Alisjahbana yang menolak kebudayaan lama dan menginginkan kebudayaan baru berpendapat bahwa kebudayaan Barat yang baik dan positif akan dapat diserasikan dengan kebudayaan Indonesia. Berbeda dengan Sanusi Pane yang condong berpandangan ke arah Timur, seperti India. Selain gagasan budaya di Poedjangga Baroe juga ada gagasan bahasa. Bentuk gagasan bahasa ialah memperjuangkan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Kata kunci : Poedjangga Baroe, pers, nasionalisme. %A Suhartanti Suhartanti