@phdthesis{UNY32420, title = {Pengembangan Profesionalitas Guru IPA di SMAK Syuradikara Ende NTT}, author = {Efrida Ita}, month = {August}, year = {2012}, school = {UNY}, url = {http://eprints.uny.ac.id/32420/}, keywords = {pengembangan, profesionalitas, guru IPA}, abstract = {Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan (1) kondisi guru IPA, (2) pelaksanaan program pengembangan profesionalitas guru IPA, (3) faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan program pengembangan profesionalitas guru IPA, dan (4) upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pelaksanaan program pengembangan profesionalitas guru IPA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik snowball sampling yaitu kepala sekolah, 1 orang pengawas dan 12 orang guru IPA. Analisis data menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman dengan komponen-komponennya, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data ditentukan dengan cara triangulasi, diskusi dengan teman sejawat dan dosen pembimbing. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. (1) Kondisi guru IPA memenuhi kriteria. Dari jumlah 12 orang guru IPA, 11 orang guru berpendidikan S1 dan 1 orang guru masih berpendidikan D3. Selain itu, sebagian besar guru IPA memiliki kompetensi profesional yang cukup baik. Para guru menguasai bidang studi secara luas dan menggunakan metode mengajar yang beragam. Namun, masih ada 6 orang guru yang tidak sesuai antara kualifikasi akademik dengan tugas mengajar. (2) Pelaksanaan pengembangan profesionalitas guru IPA belum direncanakan secara baik. Meskipun demikian, ada beberapa jenis kegiatan pengembangan seperti MGMP, supervisi, dan Bimtek. (3) Faktor pendukung pelaksanaan pengembangan, yaitu para guru memiliki semangat dan kemauan untuk mengikuti kegiatan pengembangan dan kepala sekolah sangat mendukung guru-gurunya dengan memberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan pengembangan yang dicanangkan oleh pihak eksternal. Faktor penghambat, yaitu tidak ada program pengembangan kompetensi guru, tidak ada dana dari pihak penyelenggara sekolah, penentuan waktu pelaksanaan yang kurang tepat dan para guru tidak menindaklanjuti apa yang telah diperoleh di tempat pelatihan untuk kegiatan belajar mengajar. (4) Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pelaksanaan program pengembangan, yaitu (a) dari kepala sekolah: membuat program pengembangan kompetensi guru IPA, melakukan diskusi bersama pihak yayasan berhubungan dengan anggaran, penentuan waktu pelaksanaan program pengembangan melalui musyawarah antara kepala sekolah dan guru serta memberi pembinaan dan arahan bagi guru-guru yang kurang berkomitmen, dan (b) dari guru: mencari informasi dari internet, saling berbagi dan berdiskusi dengan teman sejawat ataupun guru senior jika menemui kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar, membaca buku-buku yang menunjang kegiatan pembelajaran dan mencoba untuk menindaklanjuti hasil pelatihan dalam proses belajar mengajar.} }