%0 Thesis %9 S1 %A Wulandari, Dwi %B Pendidikan Bahasa Jawa %D 2012 %F UNY:31432 %I FBS UNY %K TUTUR, SD NEGERI 2 TRENTEN, KECAMATAN CANDIMULYO MAGELANG %T PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA SISWA KELAS I SD NEGERI 2 TRENTEN KECAMATAN CANDIMULYO MAGELANG %U http://eprints.uny.ac.id/31432/ %X PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA SISWA KELAS I SD NEGERI 2 TRENTEN KECAMATAN CANDIMULYO MAGELANG Oleh: Dwi Wulandari 07205244048 ABSTRAK Pada umumnya siswa kelas I SD Negeri 2 Trenten sudah mengetahui jenis tingkat tutur bahasa Jawa, tetapi mereka masih mengalami kesulitan dalam menerapkan kata-kata tersebut dengan tepat sesuai unggah-ungguh, yaitu dalam hubungannya dengan siapa yang berbicara, siapa yang diajak berbicara, dan siapa atau apa yang dibicarakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan tingkat tutur, faktor yang mempengaruhi tingkat tutur, dan fungsi tingkat tutur bahasa Jawa pada siswa kelas I SD Negeri 2 Trenten. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 2 Trenten. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan catatan lapangan. Alat bantu yang dipergunakan untuk mengambil data adalah perekam (recorder). Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif. Hasil penelitian berkaitan dengan jenis-jenis tingkat tutur bahasa Jawa yang digunakan siswa di SD Negeri 2 Trenten Candimulya Magelang, Jawa Tengah ada empat macam, yaitu; ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus. Penentu pemilihan bentuk tingkat tutur dipengaruhi oleh faktor formalitas hubungan perseorangan antara O1 dan O2, faktor tempat dan suasana, faktor tujuan tutur, dan faktor norma atau aturan. Fungsi tingkat tutur bahasa Jawa pada siswa kelas I SD Negeri 2 Trenten adalah untuk menunjukkan tingkat keakraban hubungan antara penutur dengan mitra tutur pada tingkat tutur ngoko lugu dan ngoko alus dan mencerminkan makna hormat antara penutur dengan mitra tutur pada tingkat tutur krama lugu dan krama alus. Persamaan atau perbedaan faktor sosial di antara peserta ujaran dapat menimbulkan hubungan simetris dan asimetris, akrab dan tidak akrab, serta campuran diantara keduanya.