@unpublished{UNY30914, year = {2012}, month = {January}, author = {Puji Susanti}, school = {Universitas Negeri Yogyakarta}, title = {Upacara Tradisi Tandur di Dukuh Ngleses, Desa Pandeyan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo}, url = {http://eprints.uny.ac.id/30914/}, keywords = {Upacara Tradisi Tandur}, abstract = {ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan asal-usul, prosesi, makna simbolik sesaji, dan fungsi Upacara Tradisi Tandur bagi masyarakat pendukungnya khususnya masyarakat di Dukuh Ngleses, Desa Pandeyan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara observasi partisipasi dan wawancara mendalam dengan pelaku tradisi, tokoh masyarakat, dan warga Dukuh Ngleses yang terlibat serta memiliki pengetahuan tentang Upacara Tradisi Tandur. Instrumen penelitian ini, adalah peneliti sendiri dengan alat bantu perekam, catatan lapangan, catatan wawancara, kamera foto dan alat tulis. Analisis data yang digunakan, yaitu analisis induktif. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) asal-usul Upacara Tradisi Tandur berawal dari cerita rakyat Dewi Sri; 2) prosesi Upacara Tradisi Tandur meliputi (a) persiapan yaitu pembuatan dan penataan sesaji; (b) pelaksanaan meliputi: pembukaan; meletakkan sesaji tandur, menyiapkan bibit padi, dan doa yaitu Surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas dan doa tertentu sesuai dengan tujuannya karena tradisi ini terdapat unsur Hindu-Budha dan Islam; inti; menanam bibit padi sesuai jumlah yang ditentukan, meninggalkan beberapa sesaji, penutup; membawa pulang sebagian sesaji, dan kembali ke rumah; 3) makna simbolik sesaji Upacara Tradisi Tandur meliputi (a) ingkung: berbentuk seperti orang sujud merupakan perwujudan rasa syukur dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) inthuk-inthuk: makanan bagi penunggu sawah berupa sega dan lawuh, (c) bubur: makanan untuk leluhur, bubur abang wujud roh ibu, bubur putih wujud roh bapak, (d) katul: agar tanaman padi dapat tumbuh subur, (e) gedhang raja: untuk memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua yang telah diciptakanNya, (f) pecok bakal: hasil bumi yang disajikan bagi penunggu sawah, (g) kembang setaman: untuk mengagungkan nama Tuhan dan mengharumkan nama leluhur serta penghormatan untuk Dewi Sri, (h) kinang suruh: agar dapat mentaati perintah, jiwanya suci, dan memiliki watak yang gembira, (i) tetuwuhan: agar bibit padi yang ditanam dapat tumbuh subur seperti dedaunan hijau lainnya, (j) dhuwit wajib: untuk memenuhi kekurangan dalam menyediakan sesaji yang disediakan oleh pelaksana tradisi; 4) fungsi Upacara Tradisi Tandur yaitu (a) Fungsi Ritual, (b) Fungsi Sosial, dan (c) Fungsi Pelestarian Tradisi. Simpulan dari penelitian ini bahwa masyarakat percaya Dewi Sri sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran dalam bidang pertanian. Temuan yang diperoleh bahwa Upacara Tradisi Tandur dilaksanakan sesuai dengan keadaan dan kemampuan pelaksana tradisi dalam menyediakan sedekah kepada Dewi Sri beupa sesaji-sesaji.} }