@phdthesis{UNY29261, title = {PRAKTIK MULTIKULTURALISME DI YOGYAKARTA: Integrasi dan Akomodasi Mahasiswa Papua Asrama Deiyai}, author = {Ahkmad Mauwal Hasan}, school = {Fakultas Ilmu Sosial}, year = {2016}, abstract = {Multikulturalisme adalah ideologi yang mengakui persamaan derajat atas elemen-elemen yang beragam yang ada pada satu masyarakat. Tumbuh pula penghargaan terhadap minoritas, keadilan yang diterima oleh semua elemen sesuai porsi dan haknya, serta terdapat interaksi sosial yang berkualitas baik dan mampu menjamin keutuhan masyarakat tersebut. Multikulturalisme di suatu tempat dinilai gagal jika berkembang persepsi negatif (prasangka, stereotip, stigma) hingga tindak intimidasi, diskriminasi, atau intoleransi dari satu atau beberapa elemen masyarakat (mayoritas) kepada satu atau beberapa elemen masyarakat atau komunitas sosial lainnya (minoritas). Penelitian ini berfokus untuk memahami proses integrasi dan akomodasi yang terjadi di Tegalwaras RT 05 RW 29, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DIY yang di dalamnya terdapat Asrama Deiyai untuk tempat tinggal mahasiswa Papua. Tujuannya untuk menguji seberapa berhasil praktik multikulturalisme berjalan di kawasan tersebut, serta untuk mengetahui tantangan praktik multikulturalisme di Yogyakarta di masa depan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana subjek penelitiannya dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Uji validitas data pada penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dan diskusi dengan ahli (expert). Teknik analisa datanya memakai analisis grounded theory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum praktik multikulturalisme di Tegalwaras RT 05 RW 29, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DIY yang terdapat Asrama Deiyai{--}tempat tinggal mahasiswa Papua, sudah cukup berhasil. Proses integrasi dan akomodasi warga dusun kepada mahasiswa Papua yang tinggal di asrama berjalan cukup baik. Hak-hak mendasar bagi para penghuni asrama sudah terpenuhi dengan baik, termasuk kesempatan untuk melakukan aktivitas kultural khas Papua di asrama, selama bisa tetap kondusif dan tak mengganggu warga sekitar. Interaksi sosial yang terjalin cukup baik untuk menjamin kondisi di Tegalwaras tetap kondusif tanpa ada gesekan atau konflik. Pemahaman nilai-nilai multikulturalisme diterapkan oleh warga dusun maupun penghuni asrama tidak secara teoritis, tetapi langsung ke praktek. Proses integrasi penghuni asrama di Tegalwaras juga berjalan baik dan rekam jejak tersebut dilegitimasi oleh warga Tegalwaras sendiri. Persepsi negatif yang berkembang seputar orang Papua (pemabuk, perusuh, keras/kasar, tukang main perempuan, dan sebagainya) pun gugur dan tak berlaku bagi para penghuni asrama. Para penghuni asrama belajar untuk bersikap sopan khas orang Jawa dalam kesehariannya terutama saat bertemu dengan warga luar asrama. Terakhir, tantangan praktik multikulturalisme di Yogyakarta yang tersusun dari intisari pengalaman tak menyenangkan yang diterima para penghuni asrama sebelum tinggal di Tegalwaras adalah diskriminasi, intoleransi, dan pelanggaran HAM. Kata kunci: multikulturalisme, integrasi, akomodasi, persepsi negatif, Papua}, url = {http://eprints.uny.ac.id/29261/} }