TY  - THES
UR  - http://eprints.uny.ac.id/27755/
TI  - Kajian Konsep Pendidikan Karakter Menurut K.H. Ahmad Dahlan dan Ki Hadjar Dewantara: Suatu Refleksi Historis Kultural
AV  - public
M1  - disertasi
ID  - UNY27755
PB  - UNY
A1  - Kumalasari, Dyah
N2  - Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji gagasan pembaharuan pendidikan yang diajukan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Ki Hadjar Dewantara pada masa kolonial Belanda di Indonesia, serta kiprah mereka berdua dalam perjuangan pendidikan saat itu; (2) mengkaji dimensi pendidikan karakter dalam konsep pendidikan Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Ki Hadjar Dewantara sebagai dasar menghadapi situasi pada zamannya; (3) mengkaji lebih lanjut peluang perpaduan konsep pendidikan karakter menurut Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Ki Hadjar Dewantara, dengan basis nilai keagamaan dan kebudayaan bangsa. 
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan historis. Penelitian ini menggunakan studi dokumen sebagai metode utama. Studi dokumen dilakukan terhadap sumber-sumber primer maupun sekunder. Selain studi dokumen, penelitian ini juga menggunakan metode wawancara sebagai metode pelengkap. Wawancara dilakukan terhadap beberapa praktisi pendidikan Muhammadiyah dan Tamansiswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama: kondisi pendidikan pemerintah kolonial yang diskriminatif dan kondisi pendidikan Islam yang memprihatinkan, mendorong Kyai Haji Ahmad Dahlan untuk menyelenggarakan sekolah Muhammadiyah, yang memadukan pengetahuan umum dengan pengajaran agama. Hal ini bertujuan untuk memberi keseimbangan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan spiritual siswa. Ki Hadjar Dewantara lebih menekankan pada pendidikan yang berbasis pada budaya lokal. Perguruan Tamansiswa yang didirikannya dengan azas utama Kemerdekaan Diri dan dengan Dasar Nasionalisme, bertujuan mewujudkan pendidikan yang mengembangkan kebudayaan nasional untuk melawan kebudayaan kolonial, dengan menanamkan jiwa merdeka. Kedua, pendidikan karakter Kyai Haji Ahmad Dahlan didasarkan pada ajaran Islam, yaitu iman, ilmu, dan amal. Pada prinsipnya, agama bukan sekedar sebagai pengetahuan saja, tetapi harus sampai pada amalan. Di sisi lain, menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan harus memperhatikan keseimbangan antara tumbuhnya budi pekerti, intelek, serta jasmani anak, demi sempurnanya tumbuh kembang anak. Pendidikan dilaksanakan dengan konsep ngerti, ngroso, nglakoni yang dipadukan dengan sistem among. Baik Kyai Haji Ahmad Dahlan maupun Ki Hadjar Dewantara sama-sama menolak sistem pendidikan pemerintah kolonial Belanda saat itu, yang diskriminatif dan sangat intelektualis. Ketiga, Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Ki Hadjar Dewantara sama-sama menganggap penting dilaksanakannya pendidikan yang bersifat menyeluruh, yang dilaksanakan dalam sistem pondok, dan dikelola dengan prinsip kekeluargaan. Melalui sistem pondok, dengan kebersamaan guru dan murid setiap harinya, secara tidak langsung anak tidak hanya belajar dari buku-buku pelajaran, tetapi juga melalui kehidupan yang mereka alami sehari-hari. Pendidikan karakter berbasis agama dalam pendidikan akhlak menurut Kyai Haji Ahmad Dahlan, dan pendidikan budi pekerti berbasis budaya dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara mempunyai konsep yang hampir sama. Kesederhanaan, kedisiplinan, jiwa bebas/merdeka, serta akhlak yang mulia yang ditunjukkan dengan perilaku sesuai tuntunan agama, menjadi tujuan utama dalam konsep pendidikan keduanya. Mengenai proses pembelajaran keduanya sangat mementingkan prinsip keteladanan, dialog sebagai usaha penyadaran, serta prinsip amalan dalam keseharian untuk membentuk kebiasaan berperilaku yang baik. Konsep pendidikan karakter kedua tokoh ini masih relevan diterapkan saat ini serta selaras pula dengan desain induk pendidikan karakter yang dikembangkan oleh pemerintah.
Y1  - 2012///
ER  -