@phdthesis{UNY27624,
          author = {Ginna Nafsyih Purbarini},
           title = {PERUBAHAN FUNGSI TARI KINAI  
DALAM UPACARA KEJAI MENDUNDANG BENIH  
DI DESA AUR GADING KECAMATAN KERKAP  
KABUPATEN BENGKULU UTARA},
          school = {Universitas Negeri Yogyakarta},
           month = {January},
            year = {2013},
             url = {http://eprints.uny.ac.id/27624/},
        keywords = {Tari Kinai, Perubahan fungsi, Upacara, Pertunjukan.},
        abstract = {Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang perubahan fungsi tari Kinai dalam 
upacara Kejai Mendundang Benih di desa Aur Gading Kecamatan Kerkap Kabupaten 
Bengkulu Utara. Tari Kinai adalah salah satu jenis tari adat tradisional yang sebelumnya 
menjadi bagian dari tari upacara di dalam upacara Kejai Mendundang Benih. 
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini 
adalah dukun(Pawang) Kejai Mendundang Benih, seniman, penari Kinai, dan masyarakat di 
desa Aur Gading. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan 
dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui tahapan-tahan 
reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan. Untuk memperoleh data yang lebih 
akurat dilakukan uji keabsahan dengan menggunakan metode triangulasi data. 
Setelah dilakukan penelitian, maka dapat diproses hasil sebagai berikut; (1) Sejak 
tahun 1804-1950 upacara Kejai Mendundang Benih selalu dilaksanakan di desa Aur Gading. 
Upacara Kejai Mendundang Benih merupakan upacara adat masyarakat desa Aur Gading 
untuk memohon kesuburan tanah persawahan kepada Dewi Sri. Masyarakat setempat 
mempercayai bahwa upacara Kejai Mendundang Benih adalah upacara yang sakral. Hal itu 
dikarenakan dewa-dewa yang dipercayai masyarakat setempat hadir di dalam upacara 
tersebut dengan cara masuk kedalam jiwa penari yang menarikan 7 macam tarian.(2) Tari 
Kinai merupakan sarana utama dalam upacara Kejai Mendundang Benihyang dalam 
perkembangannya beralih fungsi sebagai pertunjukan. Tahun 1804 tari Kinai menjadi tari 
sakral dalam upacara Kejai Mendundang Benih, tahun 1969-1995 tari Kinai sudah 
dipertunjukan ke masyarakat dengan gerakan masih asli hanya saja rias dan busana lebih di 
perindah. Tahun 1996-sekarang tari Kinai sudah dipertunjukan keluar provinsi dan gerak, rias 
busana lebih dikreasikan. (3) Perubahan yang terjadi dalam tari Kinai disebabkan oleh pola 
pikir masyarakat yang berubah, adanya dinamika kehidupan kesenian, dan sosialisasi pada 
masyarakat luas. (4) Perubahan fungsi tersebut mendapat tanggapan positif dari masyarakat, 
artinya masyarakat desa Aur Gading menyadari bahwa perubahan yang terjadi dalam 
rangka,menyesuaikan dengan perubahan jaman yang semakin maju. Masyarakat penerima 
warisan budaya, terus melakukan upaya untuk menjaga nilai-nilai budaya yang ada didalam upacara Kejai Mendundang Benih.}
}